Case Dermatitis Serotika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

DERMATITIS ASTEOTIKA YANG DICETUSKAN OLEH

PENGGUNAAN SABUN MANDI BERLEBIH

Kiki Stefanus
Suswardana

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN


RUMAH SAKIT TNI-AL Dr. MINTOHARDJO
FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
PERIODE10 OKTOBER 13 NOVEMBER 2016

1
DERMATITIS ASTEOTIKA YANG DICETUSKAN OLEH
PENGGUNAAN SABUN MANDI BERLEBIH

Kiki Stefanus1, Suswardana2

1
Dokter Muda Fakultas Kedokteran Trisakti di

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Mintohardjo

2
SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSAL dr. Mintohardjo

2
ABSTRAK

Penggunaan sabun mandi yang berlebihan dapat membuat kulit menjadi kering karena
sabun merupakan agen pengemulsi yang dapat mengikat minyak alami kulit. Pada tulisan ini
penulis memaparkan salah satu contoh kasus pasien yang menggunakan sabun mandi dewasa
secara berlebih dan mengalami gejala gatal pada kulitnya. Diagnosis dibuat berdasarkan
karakteristik pasien, jenis lesi kulit serta penyebarannya yang khas. Tatalaksana meliputi
edukasi dan obat-obatan simptomatik.

PENDAHULUAN

Dermatitis asteotika adalah suatu bentuk dermatitis yang muncul saat kulit menjadi
kering, gatal dan berkerak atau pecah-pecah.1 Kasus ini banyak terjadi pada orang berusia tua
dan jarang terjadi pada usia sekitar dua puluh tahun. Meskipun tidak ada komplikasi yang
mematikan, kasus ini dapat menurunkan kulitas hidup seseorang. Tatalaksana pada kasus
dermatitis asteotika menjadi tantangan apalagi pada pasien dengan usia tua karena produksi
kelenjar sebasea yang menurun. Pada kasus ini, selain usia tua, terdapat juga hal yang dapat
membuat kulit menjadi lebih kering lagi yaitu pemakaian sabun mandi yang berlebihan.
Kasus ini adalah suatu contoh kasus dimana didapati perbaikan dari gejala klinis yang
dialami pasien sebelum diberikan antihistamin dan pelembap kulit, hanya dengan edukasi
untuk mengurangi frekuensi mandi dan substitusi sabun dengan sabun bayi.

LAPORAN KASUS

Seorang wanita berusia 74 tahun di poli kulit dan kelamin mengeluh gatal di seluruh
badan sejak 1 minggu yang lalu. Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan keluhan gatal
dirasakan terutama di malam hari terutama saat pasien merasa kedinginan. Intensitas rasa
gatal dirasakan hebat pada awalnya, sekarang sudah berkurang. Gejala gatal berkurang saat
siang hari saat pasien beraktivitas ringan di rumah seperti memasak. Awalnya tidak timbul
kemerahan pada kulit, pasien hanya mengaku kulitnya terasa kering dan seperti bersisik.
Kemerahan dan luka pada kulit baru muncul saat pasien menggaruk bagian tubuh yang gatal.
Pasien mengaku sering mandi karena udara yang panas saat siang hari, pasien mengaku dapat
mandi 4-5 kali dalam sehari dengan menggunakan sabun merk lifebuoy. Kebiasaan ini baru

3
dilakukan pasien sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu, sebelumnya pasien belum pernah
mengalami gejala seperti ini. Sekitar 2 minggu yang lalu, pasien mengurangi frekuensi mandi
menjadi dua kali sehari setelah diedukasi oleh dokter langganan pasien dan setelahnya pasien
mengaku gejalanya membaik. Pasien tidak pernah menggunakan pelembap atau body lotion
apapun. Riwayat kontak dengan bahan kimia lain pada daerah yang gatal disangkal. Riwayat
alegi makanan atau obat-obatan juga disangkal oleh pasien. Pasien memiliki riwayat
penyakit pembengkakan jantung yang diketahui sejak 5 tahun yang lalu. Pasien juga
mengonsumsi obat-obatan untuk penyakit jantungnya, tetapi pasien menyangkal gejala gatal
setelah mengonsumsi obat-obatan tersebut. Dari pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak
sakit sedang, Tekanan darah:140/90 mmHg, Nadi: 76x/menit, RR: 20x/menit, suhu :36,3C.
Lesi kulit pada pasien tersebut ditemukan erosi, ekskoriasi dengan dasar eritem, skuama dan
likenifikasi pada daerah punggung, ekstremitas atas bilateral dan paha bilateral. Tidak
dilakukan pemeriksaan penunjang berupa lab atau tambahan lainnya pada kasus ini. Pasien
diedukasi untuk mengganti sabunnya dengan sabun bayi dan menggunakan pelembap pada
kulit yang terasa gatal. Obat-obatan yang diberikan berupa cetirizine tablet 10 mg 1x1,
simetidin 3x400 mg, metilprednisolon 2x8 mg, krim dexocort diberikan dua kali sehari.

Gambar 1

Lesi kulit pada pasien berupa erosi, ekskoriasi dan likenifikasi dengan dasar eritema

PEMBAHASAN

4
Dermatitis asteotika sering didapati pada orang tua, hal ini disebabkan karena keadaan
kulit orang tua yang cenderung kering. Keadaan kering pada kulit orang tua biasanya
disebabkan karena produksi kelenjar sebasea yang sudah berkurang jumlahnya. Penggunaan
sabun juga dapat menyebabkan keadaan kering pada kulit karena proses emulsifikasi
minyak, meskipun sudah sangat umum diketahui, laporan kasus dermatitis asteotika karena
penggunaan sabun masih jarang dilaporkan. Kasus ini adalah salah satu contoh kasus
dermatitis asteotika yang disebabkan karena penggunaan sabun mandi yang berlebih, hal ini
dibuktikan saat gejala klinis yang dialami pasien mengalami perbaikan setelah pasien
mengurangi frekuensi mandi. Diagnosis dermatitis asteotika didasari pada karakteristik dari
pasien yang berusia 74 tahun dan lesi kulit berupa erosi, ekskoriasi dengan dasar eritema
serta adanya likenifikasi dan skuama yang tersebar hampir di seluruh tubuh. 2 Kemungkinan
lain yang dipikirkan pada kasus ini adalah dermatitis kontak alergi yang dicetuskan oleh
sabun mandi, tetapi kemungkinan ini dikesampingkan karena keadaan pasien membaik
meskipun tidak mengganti merek sabun yang digunakan.
.

5
Pada pasien ini diberikan cetirizine tablet 1x10 mg, cimetidine 3x400 mg,
metilprednisolon 2x8 mg dan krim dexocort yang dipakai dua kali sehari. Pasien juga
dianjurkan untuk menggunakan pelembap physiogel pada bagian kulit yang kering dan
mengganti sabun menjadi sabun bayi. Cetirizine adalah obat antihistamin generasi-2, indikasi
diberikannya cetirizine pada kasus ini adalah untuk mengurangi gejala gatal yang dialami,
tidak ada kontraindikasi pada pasien yang disebabkan oleh efek samping obat sehingga obat
ini dipilih. Cimetidine diberikan dengan dosis 3x400 mg dengan pertimbangan dosis
cimetidin pada orang dewasa yaitu 800 1600 mg per hari, tujuan diberikan cimetidine
adalah memperkuat efek dari obat antihistamin lainnya yaitu cetirizine3, tidak ada interaksi
obat yang perlu ditakuti dari kedua obat ini. Pemberian metilprednisolon dan krim dexocort
digunakan sebagai anti-inflamasi, dosis yang diberikan sudah sesuai. Tidak didapati keadaan
yang membuat pemberian metilprednisolon menjadi kontraindikasi pada pasien ini. Physiogel
yang dianjurkan berfungsi sebagai pelembap, karena kulit yang kering adalah salah satu
penyebab gatal.4

KESIMPULAN
Dermatitis asteotika mungkin sudah sangat umum diketahui, akan tetapi laporan kasus
mengenai dermatitis asteotika yang disebabkan oleh penggunaan sabun mandi berlebih masih
sedikit. Setelah diagnosis ditegakan, tatalaksana berfokus pada menghilangkan gejala gatal
dan mencegah adanya garukan di waktu yang akan datang. Bagian yang terpenting dari kasus
ini adalah edukasi. Tanpa edukasi yang baik, pemikiran yang salah mengenai seringnya
mandi akan terus tumbuh di masyarakat dan hal ini dapat meningkatkan angka kejadian dari
dermatitis. Selain sebagai bahan literatur, kasus ini sekaligus berfungsi untuk edukasi
sehingga pencegahan terhadap kasus serupa dapat diberlakukan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Norman RA. Asteotic dermatitis. J Fam Pract . 2014; 65 (11): 45-9


2. Zhou LJ, Lyu ZF. Asteotic dermatitis: etiology and pathogenesis. J Zhejiang Univ Sci.
2015; 44 (4): 465-470
3. Simmons FE, Sussman GL, Simons KJ. Effect of the H2 antagonist cimetidine on the
pharmacokinetics and pharmacodynamics of the H-1 antagonist hydroxyzine and
cetirizine in patients with chronic urticaria. J Allergy Clin Immunol. 1995; 95(3): 685-
93
4. Loden M. Role of topical emollients and moisturizers in the treatment of dry skin
barrier disorders. Am J Clin Dermatol. 2003; 4(11): 771-88

Anda mungkin juga menyukai