Azima - ANALISIS PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BANJARNEGARA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI

KABUPATEN BANJARNEGARA

Refika Ardila

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang,


Indonesia

Salah satu kebijakan pemerintah untuk mempersempit kesenjangan antardaerah adalah


diterapkannya kebijakan pembangunan daerah melalui konsep kawasan andalan, yang
berdasarkan potensi yang dimiliki daerah. Melalui kebijakan tersebut diharapkan dapat terjadi
keseimbangan tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita antarwilayah, sehingga
dapat menutup atau minimal mempersempit gap antara perkembangan ekonomi daerah pulau
jawa dan luar jawa (Kuncoro, 2002:14).

Pengelompokkan atau pembagian wilayah dalam suatu kawasan bertujuan agar


pembangunan disesuaikan dengan kondisi dan potensi wilayah dan saling berupaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pembangunan. Salah satu dari hasil
kebijakan tersebut adalah dikelompokkannya beberapa daerah di provinsi Jawa Tengah yaitu
Kawasan Barlingmascakeb yang terdiri dari Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga,
Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten

Kebumen. Perbedaan tingkat kemajuan ekonomi antar daerah yang berlebihan merupakan
ciri dari kesenjangan regional.

Sumber : Web BPS Provinsi Jawa Tengah


Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 5 kabupaten di kawasan Barlingmascakeb, hanya
satu kabupaten yaitu Kabupaten Cilacap yang PDRBnya berada di atas rata-rata PDRB Jawa
Tengah dan rata-rata PDRB kawasan Barlingmascakeb. Sedangkan empat kabupaten di kawasan
pembangunan Barlingmascakeb nilai PDRBnya berada di bawah rata-rata PDRB Jawa Tengah
dan kawasan Barlingmascakeb. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten di
kawasan Barlingmascakeb nilai PDRB masih relatif rendah dibandingkan dengan rata-rata
PDRB Jawa Tengah dan ini mengindikasikan terdapat kesenjangan pembangunan antar daerah.
Nilai PDRB Kabupaten Banjarnegara (2,888,542.12 pada tahun 2010) di bawah rata-rata
kawasan Barlingmascakeb (7,350,810.19 pada tahun 2010) dan di bawah rata-rata Jawa Tengah
(.4,771,626.23 pada tahun 2010).

Sedangkan untuk pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjarnegara menunjukkan angka


pertumbuhan yang cukup tinggi atau hampir sama dengan pertumbuhan ekonomi kawasan
Barlingmascakep (4.98 pada tahun 2010). Angka laju pertumbuhan PDRB Kabupaten
Banjarnegara mengalami naik turun selama beberapa tahun terakhir, hal tersebut menunjukkan
kurangnya kemantapan perekonomian di Kabupaten Banjarnegara.

Pada tabel 2 dapat dilihat perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di kawasan


pembangunan Barlingmascakeb untuk tahun 2007-2010. Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan wilayah adalah dengan menetapkan kota atau
wilayah tertentu menjadi pusat pertumbuhan (growth pole). Pusat pertumbuhan ekonomi
merupakan salah satu cara untuk menggerakkan dan memacu pembangunan guna meningkatkan
pendapatan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi ketika diarahkan pada daerah-daerah yang memiliki potensi dan
fasilitas wilayah, akan mempercepat terjadinya kemajuan ekonomi, karena secara tidak langsung
kemajuan daerah akan membuat masyarakat untuk mencari kehidupan yang lebih layak di
daerahnya. Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
yang melaksanakan otonomi daerah, sehingga masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten
Banjarnegara dapat mengurus daerahnya sendiri. Kabupaten ini memiliki berbagai potensi untuk
dikembangkan dalam rangka pembangunan yang berkaitan dengan kebijaksanaan pengembangan
wilayah melalui pendekatan pusat pertumbuhan.

Potensi tersebut meliputi potensi sektor pertanian, industri, jasa-jasa dan pariwisata yang
tersebar di 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Besarnya kontribusi PDRB
sektor perekonomian terhadap perekonomian Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2007-2010
dapat dilihat pada tabel 3.

Sumber : BPS Kabupaten Banjarnegara

Untuk penyesuaian ekonomi antar wilayah dalam suatu daerah, konsep pendekatan yang
sering digunakan adalah konsep wilayah pengembangan daerah-daerah andimistratif. Daerah
kecamatan yang ada pada tiap kota atau kabupaten dinilai memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai pusat pertumbuhan selain itu juga pendekatan ruang lingkup kecamatan dimaksudkan
pemerataan pembangunan antar kecamatan dapat lebih merata. Pada gambar 1 dapat terlihat jelas
bahwa perkembangan angka PDRB setiap kecamatan terus mengalami kenaikan setiap tahun.
Hal tersebut membuktikan adanya peningkatan kegiatan perekonomian di tingkat kecamatan.
Namun, masih adanya perbedaan angka PDRB yang cukup signifikan juga membuktikan belum
tercapainya pemerataan. Maka pembangunan dengan menggunakan strategi pusat pertumbuhan
merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh di Kabupaten Banjarnegara agar hasil
pembangunan diharapkan mempunyai efek menyebar dan terjadi pemerataan di setiap
kecamatan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas menimbulkan rumusan masalah sebagai
berikut ; Kecamatan-kecamatan mana saja yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Banjarnegara? Bagaimana interaksi antara kecamatan yang menjadi pusat
pertumbuhan ekonomi dengan kecamatan di sekitarnya atau daerah belakangnya (hinterland)?
Bagaimana kondisi perekonomian pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara
Sektor ekonomi apa saja yang menjadi sektor potensial yang terdapat pada setiap kecamatan di
Kabupaten Banjarnegara? Adapun tujuan yang diharapkan untuk dicapai dari penelitian ini
adalah sebagai berikut : Untuk mengidentifikasi kecamatan-kecamatan mana saja yang menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara.

Untuk mengidentifikasi interaksi antara kecamatan yang menjadi pusat pertumbuhan


ekonomi dengan daerah/kecamatan di sekitarnya. Untuk menganalisis kondisi perekonomian
pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Untuk menganalisis sektor ekonomi
yang menjadi unggulan di setiap kecamatan di Kabupaten Banjarnegara.

Kecamatan-kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Banjarnegara


Berdasarkan hasil analisis skalogram dan indeks sentralitas, dapat dikelompokkan hirarki
kecamatan yang ada dalam berbagai bagian dari tingkat bawah dan atas. Hirarki kecamatan
ditentukan berdasarkan jumlah jenis fasilitas yang tersedia dan besarnya nilai indeks sentralitas.
Kecamatan dengan hirarki yang lebih tinggi akan berfungsi melayani kecamatan-
kecamatan yang berhirarki lebih rendah. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis
skalogram dan indeks sentralitas, yang termasuk hirarki I adalah Kecamatan Banjarnegara,
kecamatan dengan hirarki II adalah Kecamatan Madukara, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan
Mandiraja, Kecamatan Susukan dan Kecamatan Purwareja Klampok. Kecamatan dengan hirarki
III adalah Kecamatan Karangkobar, Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Rakit dan Kecamatan
Punggelan. Kecamatan Bawang, Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Batur, Kecamatan Sigaluh
dan Kecamatan Pagentan masuk pada kelompok kecamatan hirarki IV. Sisanya yaitu Kecamatan
Wanadadi, Kecamatan Pagedongan, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Pejawaran dan
Kecamatan Pandanarum masuk pada kecamatan hirarki V. Kecamatan pada hirarki I dan II
merupakan kecamatan pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banjarnegara. Kecamatan
Banjarnegara adalah kecamatan pusat pertumbuhan yang berada pada hirarki I, hal tersebut
karena Kecamatan Banjarnegara mempunyai peran penting bagi Kabupaten Banjarnegara yaitu
perannya sebagai ibukota kabupaten sekaligus sebagai pusat pemerintahan.

Kecamatan Banjarnegara banyak berkembang kegiatan atau usaha perekonomian


masyarakat, baik berupa usaha industri kecil/sedang, perdagangan dan jasa-jasa. Potensi di
Kecamatan Madukara yang berkembang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Keberadaan
tempat wisata yang cukup terkenal di Kecamatan Madukara dapat menciptakan hubungan atau
keterkaitan antar sektor, yaitu sektor pariwisata, perdagangan, perhotelan, angkutan dan lain-lain.
Sama halnya dengan berdirinya sebuah akademi/politeknik baru juga dapat memberikan dampak
yang sama, keterkaitan beberapa sektor yaitu sektor pendidikan, sektor usaha kecil, sektor
perdagangan dan lain-lain. Keterkaitan antar sektor tersebut dapat meningkatkan produksi dan
akhirnya akan mempengaruhi perkembangan keadaan ekonomi pada Kecamatan Madukara.
Kecamatan Purwanegara sebagai pusat pertumbuhan pada hirarki II.

Di kecamatan ini juga banyak berkembang usaha dan aktivitas perekonomian


masyarakat, seperti perdagangan. Salah satu keunggulan dan potensi di Kecamatan Purwanegara
adalah besarnya aktivitas peternakan dan budidaya ikan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar.
Kecamatan Mandiraja merupakan salah satu daerah penghasil bahan tambang golongan C. Bahan
tambang yang dihasilkan antara lain batu gamping, feldspar, lempung, marmer, andesit, batu
lempeng dan andesit. Terdapat 182 jenis pertambangan dan penggalian yang tersebar di beberapa
desa.

Besarnya potensi serta kelengkapan fasilitas membuat masyarakat baik dalam maupun
luar Kecamatan Mandiraja senang melakukan aktivitas ekonomi serta membuka peluang yang
besar untuk mengembangkan Kecamatan Mandiraja sebagai pusat industri dan perdagangan.
Kecamatan Susukan terdapat potensi yang cukup menonjol adalah terdapat industri kerajinan
rakyat yaitu industri batik. Industri batik ini belum dikenal luas oleh masyarakat dari kabupaten
lain karena kurangnya promosi dari pihak kabupaten.

Namun kualitas serta ciri khas terdapat pada batik buatan masyarakat Kecamatan
Susukan yang menjadikannya patut dipertimbangkan sebagai potensi unggulan. Warisan budaya
sekaligus peluang ekonomi tersebut adalah nilai tambah yang dapat dikembangkan secara luas.
Kecamatan pusat pertumbuhan yang terakhir adalah Kecamatan Purwareja Klampok. Pada
kecamatan ini, kegiatan ekonomi banyak terjadi terutama di sepanjang ruas jalan raya. Adanya
pusat konsentrasi fasilitas berupa rumah sakit yaitu Rumah Sakit Emanuel, fasilitas pendidikan,
dan pusat perbelanjaan membuat kecamatan ini memiliki kekuatan untuk menarik penduduk di
sekitarnya baik untuk tinggal, maupun melakukan kegiatan ekonomi. Interaksi antar Kecamatan
Pusat Pertumbuhan Ekonomi dengan Kecamatan Sekitarnya Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan metode gravitasi dengan menggunakan variabel jumlah penduduk dan jarak antar
kecamatan, dapat diketahui nilai interaksi dari masing-masing kecamatan sebagai pusat
pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya.

Besarnya potensi serta kelengkapan fasilitas membuat masyarakat baik dalam maupun
luar Kecamatan Mandiraja senang melakukan aktivitas ekonomi serta membuka peluang yang
besar untuk mengembangkan Kecamatan Mandiraja sebagai pusat industri dan perdagangan.
Kecamatan Susukan terdapat potensi yang cukup menonjol adalah terdapat industri kerajinan
rakyat yaitu industri batik. Industri batik ini belum dikenal luas oleh masyarakat dari kabupaten
lain karena kurangnya promosi dari pihak kabupaten.

Namun kualitas serta ciri khas terdapat pada batik buatan masyarakat Kecamatan
Susukan yang menjadikannya patut dipertimbangkan sebagai potensi unggulan. Warisan budaya
sekaligus peluang ekonomi tersebut adalah nilai tambah yang dapat dikembangkan secara luas.
Kecamatan pusat pertumbuhan yang terakhir adalah Kecamatan Purwareja Klampok. Pada
kecamatan ini, kegiatan ekonomi banyak terjadi terutama di sepanjang ruas jalan raya. Adanya
pusat konsentrasi fasilitas berupa rumah sakit yaitu Rumah Sakit Emanuel, fasilitas pendidikan,
dan pusat perbelanjaan membuat kecamatan ini memiliki kekuatan untuk menarik penduduk di
sekitarnya baik untuk tinggal, maupun melakukan kegiatan ekonomi. Interaksi antar Kecamatan
Pusat Pertumbuhan Ekonomi dengan Kecamatan Sekitarnya Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan metode gravitasi dengan menggunakan variabel jumlah penduduk dan jarak antar
kecamatan, dapat diketahui nilai interaksi dari masing-masing kecamatan sebagai pusat
pertumbuhan dengan kecamatan sekitarnya.
Jumlah penduduk yang besar merupakan asset penting terutama dalam proses kegiatan
ekonomi. Semakin besar jumlah penduduk maka peluang terjadinya interaksi juga semakin besar.
Selain itu jarak antar wilayah juga sangat menentukan, semakin dekat jarak maka kemungkinan
terjadinya interaksi juga semakin besar. Bentuk interaksi yang terjadi sangat beragam dalam
berbagai bentuk kegiatan atau aktivitas. Seperti kegiatan ekonomi, kegiatan sosial, aktivitas
pendidikan, dan lain-lain. Kecamatan pusat pertumbuhan dikatakan sebagai pusat pertumbuhan
karena banyaknya kegiatan perekonomian dan ditunjang oleh lengkapnya fasilitas pendukung.
Kegiatan perekonomian tersebut menarik masyarakat yang tinggal di daerah lain untuk
melakukan kegiatan ekonomi seperti produksi, distribusi, jual-beli ataupun membuka unit usaha.
Kondisi Perekonomian pada Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Untuk
menggambarkan posisi atau kondisi perekonomian di setiap kecamatan di Kabupaten
Banjarnegara, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Daerah pertama adalah daerah maju dan cepat maju yang ditandai dengan struktur
perekonomian yang kuat. Misalnya struktur perekonomian di Kecamatan Banjarnegara,
menunjukkan kontribusi sektor jasa-jasa dan perdagangan sebagai pemberi sumbangan terbesar
yang mampu mendorong pertumbuhan PDRB. Serta kekuatan perekonomian yang terbukti tetap
tumbuh positif pada saat terjadi krisis keuangan pada tahun 2008 silam. Daerah kedua adalah
daerah maju tapi tertekan yang mempunyai ciri kinerja perekonomian yang mengalami tekanan
yang relatif besar sehingga menghambat laju pertumbuhan atau mengalami penurunan. Daerah
ketiga adalah daerah berkembang cepat. Kecamatankecamatan pada kategori ini merupakan
kecamatan yang rata-rata memiliki basis pertanian, yang pertumbuhannya belum mampu
mengangkat pertumbuhan PDRB secara menyeluruh.

Daerah keempat adalah daerah relatif tertinggal. Faktor-faktor yang mempengaruhi


kecamatan-kecamatan tersebut masuk pada kategori daerah relatif tertinggal salah satunya adalah
masih tingginya indikator makro ekonomi seperti angka pengangguran dan angka kemiskinan.
Sektor Ekonomi Yang Menjadi Sektor Potensial Pada Setiap Kecamatan Di Kabupaten
Banjarnegara Berdasarkan hasil penelitian, seluruh kecamatan memiliki sektor potensial yang
berbeda-beda. Namun terdapat beberapa sektor yang rata-rata hampir menjadi sektor basis di
sebagian besar kecamatan yaitu sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
bangunan dan sektor jasa-jasa.

Hal tersebut cukup beralasan jika dilihat dari potensi serta perkembangan kecamatan di
Kabupaten Banjarnegara. Adanya perbedaan daya saing atau keunggulan sektor tersebut,
memungkinkan dilakukan spesialisasi produksi antar daerah, sehingga membuka peluang
pertukaran hasil produksi sesuai kebutuhan daerah masing-masing. Implikasi dari hal tersebut
adalah adalah bahwa pertumbuhan suatu daerah akan memberikan pengaruh bagi pertumbuhan
daerah lainnya. Peran pemerintah daerah untuk memberdayakan sektor potensial sebagai
penggerak perekonomian daerah sangat diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjarnegara.

Daldjoeni. 1997.Geografi Baru, Organisasi Keuangan dalam Teori dan


Praktek.Bandung: Alumni

Kuncoro, Mudrajad, dan Aswandi, H, 2002. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan:


Studi empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Vol 17, No.1, 2002

Pebrina, Yuditri Intan. 2005.Analisis Pusat Pertumbuhan Ekonomi Pada Tingkat


Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Kajian Ekonomi
Vol. 4 No. 1, 2005

Peraturan Daerah mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa
Tengah

Riyadi dan Deddy Supriyadi. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi


Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama

Sagala, Sarman. 2009. Hasil Analisis Pusat Pertumbuhan Kota Kecamatan.


http://sarmanpsagala.wordpress.com/2009/06/15/hasil-analisis-pusat-pertumbuhankota-
kota kecamatan-dikabupaten-ogan-ilir/(11 Juni 2012).

Suyatno, 2000. Analisa Economic Base terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Tingkat
II Wonogori : Menghadapi Implementasi UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999. Dalam
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 1. No. 2 Hal. 144-159. Surakarta: UMS.

Tarigan, Robinson. 2006. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai