Laporan Batangkaluku Kelompok II Kakao

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

DIKLAT TEKNIS BUDIDAYA KAKAO


KELOMPOK II

I. PENDAHULUAN

Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor dan

komoditas andalan nasional yang berperan penting bagi

perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan

kerja, sumber pendapatan petani dan sumber devisa Negara.

Karena itu tidak mengherankan bahwa sejak awal tahun 1980-

an perkembangan kakao di Indonesia sangat pesat. Keadaan

iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao

akan mendorong pengembangan pembangunan perkebunan

kakao di Indonesia.

Besarnya minat masyarakat untuk mengembangkan kakao

baik skala kecil maupun besar, sangat terasa untuk wilayah

Indonesia terutama wilayah sulawesi khususnya. Dalam upaya

peningkatan produktivitas komodity tersebut masih banyak

permasalahan yang dihadapi baik secara teknis, sosial, maupun

ekonomis terutama keterbatasan kualitas umber daya manusia

sebagai pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis.

Untuk itu, guna mengatasi permasalahan yang ada dan

mendukung pengembangan produksi serta mutu kakao maka

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku sebagai

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
1
salah satu UPT Pelatihan di bawah Badan Penyuluhan dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian yang

melaksanakan Diklat teknis Budidaya Kakao di BBPP

Batangkaluku dengan metode pembelajaran ceramah, praktek,

diskusi, ungkapan pengalaman dan tanya jawab.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas maka perlu

digunakan metode yang mampu untuk mengisi dan menambah

antara lain: kognitif, efektif dan psikomotorik. Untuk

penyempurnaan pencapaian peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap peserta, maka dilakukakn kegiatan

praktek kerja lapangan yang di laksanakan di Kabupaten Bone

yang merupakan salah satu daerah sentra pengembangan

kakao yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan.

II. TUJUAN

Tujuan dari praktek kerja lapangan (PKL) ini adalah untuk

mengimplementasikan hasil pembelajaran di BBPP Batangkaluku

melalui praktek secara langsung di lokasi PKL/perkebunan kakao

masyarakat mengenai:

- Pengenalan tanaman kakao

- Perbanyakan tanaman kakao

- Rehabilitasi Tanaman Kakao

- Pemeliharaan (Pemangkasan dan Pengendalian OPT)

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
2
- Panen

III. MANFAAT

Manfaat dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini

adalah diharapkan tercapainya peningkatan wawasan dan

keterampilan peserta dalam hal teknis budidaya kakao dalam

rangka peningkatan produksi dan mutu kakao.

IV. PROSES PRAKTEK KERJA LAPANG

Praktek Kerja lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao bagi

Aparatur dilaksankan di Desa Mamminasae dan Desa Turucinae

Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan

selama dua hari yaitu tanggal 20 s/d 21 Februari 2017. Praktek

kerja lapang di awali dengan penerimaan peserta diklat oleh

pemerintah desa Mamminasae dan kecamatan Lamuru di Pusat

Pelatihan kakao desa Mamminasae.

Pelaksanaan praktek Lapang dipandu oleh Penyuluh

pertanian kecamatan Lamuru sebagai perwakilan Dinas

Pertanian Kabupaten Bone bersama dengan Fasilitator dari

Swisscontac dengan materi praktek lapang sebagai berikut:

- Pengenalan tanaman kakao

- Perbanyakan tanaman kakao

- Rehabilitasi Tanaman Kakao

- Pemeliharaan (Pemangkasan dan Pengendalian OPT)


Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao
Kelompok II Tahun 2017
3
- Panen

Metode Penyampain materi dalam praktek lapang diawali

dengan penyampaian meteri dengan metode ceramah dan

diskusi yang dilanjutkan dengan praktek lapang oleh

pemandu/fasilitator.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
4
Gambar 1. Suasana Kegiatan Penerimaan Praktek Kerja Lapang
oleh Pemerintah Desa dan Kecamatan

V. HASIL OBSERVASI PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Pengenalan Tanaman Kakao

Habitat asli tanaman kakao adalah hutan tropis dengan

naungan pohon-pohon yang tinggi, curah hujan tingi, suhu

sepanjang tahun relatif sama, serta kelembaban tinggi yang

relatif tetap. Dalam habitat seperti itu, tanaman kakao akan

tumbuh tinggi tetapi bunga dan buahnya sedikit. Jika

dibudidayakan di kebun, tinggi tanaman umur tiga tahun

mencapai 1,8 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat

mencapai 4,50 7,0 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam,


Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao
Kelompok II Tahun 2017
5
dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor-faktor tumbuh

yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya

mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah

pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau

tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah

pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang

kipas atau fan).

Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 1,5

meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket (jorquette).

Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan

ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao.

Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan

tunas ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang.

Klon-klon kakao yang dikembangkan di wilayah praktek

adalah sebagai berikut:

1. Sulawesi 1
2. Sulawesi 2
3. ICCRI 03
4. ICCRI 04
5. Scavina 06
6. MCC02

B. Perbanyakan Tanaman Kakao

Teknik perbanyakan tanaman kakao dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu generative dan vegetative.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
6
1. Perbanyakan Generatif

Perbanyakan secara generatif akan menghasilkan tanaman

kakao semaian dengan batang utama ortotrop yang tegak,

mempunyai rumus daun 3/8, dan pada umur tertentu akan

membentuk perempatan/jorket (jorquet) dengan cabang-cabang

plagiotrop yang mempunyai rumus1/2. Rumus daun 3/8 artinya sifat

duduk daun seperti spiral dengan letak duduk daun pertama sejajar

dengan daun ketiga pada jumlah daun kedelapan. Sementara itu,

daun setengah artinya sifat duduk daun berseling dengan letak

daun pertama sejajar kembali setelah daun kedua. Perbanyakan

generatif bisa dilakukan dengan dua cara, yakni secara buatan dan

alami. Perbanyakan secara buatan dilakukan dengan menyilangkan

dengan tangan antara dua tanaman kakao. Serbuk sari jantan

tanaman kakao ditempelkan pada kepala putik tanaman kakao

lainnya. Sementara itu, perbanyakan secara alami biasanya

dilakukan oleh lalat yang menempelkan serbuk sari jantan pada

kepala putik tanaman kakao.

2. Perbanyakan dengan metode vegetative

Bahan yang digunakan untuk perbanyakan secara vegetatif

bisa berupa akar, batang, cabang, bisa juga daun. Sampai saat ini

bagian vegetatif tanaman kakao yang banyak digunakan sebagai

bahan tanam untuk perbanyakan vegetatif adalah batang atau

cabang yang disebut dengan entres. Ciri entres yang baik antara

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
7
lain tidak terlalu muda atau tua, ukurannya relatif sama dengan

batang bawah, tidak terkena penyakit penggerek batang, dan

masih segar. Perbanyakan vegetatif tanaman kakao dapat dilakukan

dengan cara sambung pucuk, okulasi, setek, atau kultur jaringan.

Perbanyakan vegetatif yang lazim dilakukan adalah dengan

okulasi, karena penyetekan masih sulit dilakukan di tingkat

pekebun. Sementara itu, perbanyakan secara kultur jaringan masih

dalam penelitian. Okulasi dilakukan dengan menempel-kan mata

kayu pada batang kayu bawah yang telah disayat kulit kayunya

dengan ukuran tertentu, diikat, dan dipelihara sampai menempel

dengan sempurna walaupun tanpa ikatan lagi.

Tanaman kakao hasil perbanyakan vegetatif memiliki bentuk

pertumbuhan yang sesuai dengan entres yang digunakan. Jika

entres berasal dari cabang plagiotrop, pertumbuhan tanaman yang

dihasilkan akan seperti cabang plagiotrop dengan bentuk pertum-

buhan seperti kipas. Perbanyakan vegetatif akan menghasilkan

tanaman yang secara genetis sama dengan induknya sehingga

akan diperoleh tanaman kakao yang produktivitas serta kualitasnya

seragam. Karena itu, penggunaan bahan tanam vegetatif yang

berasal dari klon-klon kakao yang sudah teruji keunggulannya akan

lebih menjamin produktivitas dan kualitas biji kakao yang

dihasilkan.

Perbanyakan tanaman kakao secara vegetatif telah lama

dilakukan pada tanaman kakao mulia dengan cara okulasi dengan

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
8
menggunakan bahan tanam berupa entres klon-klon unggul dari

jenis DR 1, DR 2, dan DR 38. Perbanyakan vegetatif dengan cara

okulasi dapat dilakukan pada tanaman kakao lindak dengan

menggunakan bahan tanam berupa entres klon-klon kakao lindak

unggul.

1. Okulasi

Tempelan mata okulasi lazimnya dilakukan pada

ketinggian 10-20 cm dari permukaan tanah. Sisi batang bawah

yang dipilih sebaiknya bagian yang terlindung dari kemungkinan

kerusakan oleh faktor-faktor luar. Jika cuaca mendukung

keberhasilan okulasi dan kemungkinan penyebab kegagalan

sangat kecil sebaiknya dipilih bagian yang paling rata atau

halus. Jika okulasi dilaksanakan di pembibitan dan jarak antar

bibit cukup rapat, lebih tepat jika letak tempelan di sisi yang

sama untuk mempermudah pengamatan dan pemeliharaan.


Metode okulasi cukup beragam. Metode yang digunakan di

suatu tempat mungkin berbeda dengan tempat lain karena

disesuaikan dengan iklim, pengalaman dan keterampilan

pelaksana, serta hasil yang diperoleh. Beberapa metode okulasi

bisa diuraikan sebagai berikut:


a. Metode modifikasi forket
Metode ini banyak digunakan untuk okulasi kakao

karena telah terbukti memberi banyak keuntungan seperti

mudah, cepat dan hasilnya tinggi. Urutan metode ini sebagai

berikut:

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
9
1) Menyiapkan batang bawah Kulit kayu ditoreh dari atas,

lebar 1,5 cm panjang sekitar 5 cm. Kulit kayu ini disayat

dengan sudut 45. Caranya, kulit ditekan pada pisau

dengan jari telunjuk sambil ditarik ke atas sampai ujung

torehan.
2) Menyiapkan Mata Okulasi. Dibuat sayatan dari bawah ke

atas. Batas bawah sekitar 3 cm dari mata. Sayatan dibuat

dengan mengikutsertakan sebagian kayu, lebar 2 cm

batas atas sekitar 3 cm dari mata. Kayu diangkat dengan

hati-hati dari ujung ke pangkal. Selanjutnya dibuat

potongan mata okulasi dengan panjang sekitar 4 cm dan

lebar 1,5 cm.


3) Menempelkan Mata Okulasi. Lidah kulit batang bawah

diangkat, kemudian mata tunas disisipkan ke dalamnya.

Harus diusahakan tepi mata tunas bersinggungan dengan

tepi kulit batang bawah. Selanjutnya lidah kulit ditutupkan

ke mata-mata tunas dan diikat. Pengikatan dari bawah ke

atas membentuk susunan seperti genteng. Arah bukaan

kulit batang bawah bisa dari atas ke bawah, tetapi

risikonya jika pengikatan tidak rapat, mata tunas sering

busuk karena tergenang air hujan. Dua minggu kemudian

dilakukan pengamatan terhadap hasil okulasi dengan cara

membuka tali, mengangkat lidah kulit bawah tanah, dan

menusukkan pisau atau kuku ke kulit mata okulasi, jika

mata okulasi masih berwarna hijau berarti okulasi jadi,

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
10
tetapi jika berwarna cokelat berarti okulasi gagal. Segera

setelah pengamatan ini, dilakukan pengulangan terhadap

okulasi yang gagal, yakni di sisi lainnya.

Perlakuan selanjutnya untuk okulasi yang jadi adalah

memotong lidah kulit pada batas di atas mata dan menoreh

kulit batang di atas tempelan untuk memacu bertunasnya

mata okulasi. Dua minggu kemudian setelah mata okulasi

kelihatan membesar (metir), batang bawah dilengkungkan

dengan cara menyayat batangnya di atas tempelan. Bentuk

pemeliharaan yang diperlukan adalah membuang tunastunas

yang tumbuh selain tunas mata okulasi, melindungi tunas

baru dari hama dan penyakit, serta melakukan penyiraman

dan pemupukan. Pemotongan batang bawah yang

dilengkungkan ini dilakukan setelah tunas okulasi cukup kuat

dan memiliki paling sedikit delapan lembar daun yang telah

berkembang.

b. Metode T

Metode T ini digunakan secara luas dalam budidaya

tanaman buah-buahan. Persyaratan umum okulasi metode ini

adalah diameter batang sudah mencapai 6-25 mm dan

pertumbuhan batang bawah cukup aktif, sehingga kulit

batang mudah sekali dilepaskan dari bagian kayunya. Urutan

kerja metode ini sebagai berikut:

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
11
1) Menyiapkan Batang Bawah. Dibuat irisan vertikal dengan

panjang 2,5 cm. Selanjutnya dibuat irisan horisontal di

ujung atas irisan vertikal dengan lebar sekitar 1/3

lingkaran batang. Untuk membuka kulit, pisau agak

dicongkelkan.
2) Menyiapkan Mata Okulasi. Dibuat sayatan kulit bersama

sebagian kayu dari 3 cm di bawah mata sampai 3 cm di

atas mata. Dibuat potongan mendatar 2 cm di atas mata

hingga menembus kulit dan kayu untuk memudahkan

pengambilan mata. Kayu menempel pada mata dilepas

dari ujung ke pangkal.


3) Menyisipkan Mata. Potongan mata disisipkan di bawah

kulit batang bawah sampai batas atas dari mata dan

torehan batang bawah bertautan setelah itu diikat erat.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
12
2. Sambung Pucuk

Sambung pucuk (top grafting) adalah salah satu metode

dalam peremajaan tanaman secara vegetatif dengan menanam

klon yang unggul. Biasanya dilakukan pada bibit yang berumur

tiga bulan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan bibit baru

yang mempunyai keunggulan: produksi tinggi, tahan terhadap

hama dan penyakit serta mudah dalam perawatan.

Hal yang Harus Diperhatikan

a. Peralatan adalah seperti berikut: tali rapiah, plastik sungkup,

nesco film, gunting pangkas, gunting kain, pisau, entres


b. Dilakukan pada bibit yang telah berumur 3 bulan.
c. Bersihkan bagian pangkal sambungan pohon dari debu dan

tanah; pada potongan penyambungan, tinggalkan 3-4 pucuk

daun di bawah tempat sambungan pucuk.


d. Mata tunas dari dahan mata tunas klon terpilih diambil

dengan membuat potongan sepanjang 10 cm atau

mempunyai 2-3 mata tunas.


e. Setelah siap menyediakan mata tunas, belah dua pucuk yang

akan disambung dari atas ke bawah dengan jarak 4-5 cm

atau mengikut ukuran irisan sambungan mata tunas.


f. Masukkan entris mata tunas ke dalam belahan pucuk. Hindari

sentuhan kulit sebelah dalam mata tunas karena dapat

menyebabkan sambungan tidak berhasil. Sambungkan mata

tunas dengan segera untuk menghindari kambium mata

tunas kering.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
13
g. Mata tunas diikat kuat dengan menggunakan nesco film atau

tali rapiah berukuran kecil dengan ukuran 10 cm. Mulai dari

bawah ke atas di bagian tapak penyambungan atau belahan.

Tali rapiah boleh dibelah tiga.


h. Sungkup dengan plastik es dan ikat dibagian bawah.

Kegiatan Setelah Penyambungan

a. Penyiraman bibit kakao sehari sebelum menyambung

hendaklah dihentikan.
b. Bibit tidak boleh disiram dalam jangka waktu 2-3 hari.
c. Untuk penyiraman cuma diperlukan 0.5 liter air per hari.
d. Setelah 1015 hari tunas akan keluar.
e. Mata tunas yang masih hijau menandakan sambungan telah

berhasil, manakala tunas hitam menandakan sambungan

gagal. Buka plastik penutup.


f. Bibit tempelan boleh dipindahkan ke kebun setelah 46 bulan

untuk penanaman ulang, baru atau penyisipan.

Pengaturan Bentuk.

Pengaturan bentuk yang dimaksud disini adalah

pengaturan pertumbuhan cabang-cabang yang tumbuh pada

bibit ataupun tanaman kakao, sehingga memudahkan

pertumbuhan cabang produktif dan membantu dalam mengatur

intensitas cahaya matahari yang masuk. Pengaturan bentuk

dapat dilakukan pada bibit, juga pada tanaman. Beberapa cara

pengaturan bentuk di pembibitan. Ketika bibit berumur satu

bulan setelah sambungan, lakukan pengaturan bentuk dengan

cara mengikatnya dengan tali, memastikan supaya bibit dapat

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
14
tumbuh tegak. Tanaman berumur empat bulan, di mana

pertumbuhan cabangnya sudah baik.

Gambar 2. Pelaksanaan Praktek Sambung Pucuk

C. Rehabilitasi Kakao

Rehabilitasi tanaman kakao adalah perbaikan teknik

perbanyakan secara vegetatif yang bertujuan memperbaiki

kondisi tanaman kakao (pertumbuhan dan produktivitas) melalui

teknologi sambung samping dengan menggunakan bahan tanam

unggul. Bahan utama dalam kegiatan sambung samping adalah

batang utama (pokok) dan entres. Batang utama yang akan

diberi perlakuan sambung samping memiliki kriteria sebagai

berikut:
Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao
Kelompok II Tahun 2017
15
1. Jumlah tekagakn dan populasi tanaman masih berkisar 70%

s/d 90% dari jumlah standar per ha.

2. Jumlah pohon pelindung > 70% dari standar

3. Kondisi tanaman harus di pangkas terlebih dahulu dan diberi

pupuk agar siap untuk disambung.

Entres adalah bahan tanam yang digunakan untuk sambung

samping, berasal dari cabang plagiotrop.

1. Sumber entres harus jelas identitasnya dan bebas dari hama

dan penyakit (sehat);

2. Berasal dari kebun entres dan atau kebun produksi yang baik

dan tidak terserang hama dan penyakit;

3. Bahan entres merupakan cabang plagiotrop hijau kecoklatan

dengan diameter 0,75 1,0 cm

4. Waktu pengambilan sebaiknya dilakukan pada pagi hari,

5. Entres yang diambil sebaiknya harus sesegera mungkin

digunakan;

6. Apabila akan dikirim, perlu melakukan pengemasan khusus.

Untuk melakukan sambung samping, pada tanaman kakao

yang sehat dibuat tapak sambungan pada ketinggian 45-75 cm dari

pangkal batang. Pada tanaman kakao yang sakit, sambungan dapat

dibuat pada chupon dewasa atau melakukan sambung pucuk pada

chupon muda.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
16
Entres yang digunakan berwarna hijau kecoklatan dengan 3-

5 mata tunas. Bagian bawah entres dipotong miring 3-5 cm dan

pada bagian sebelahnya dipotong miring 2-3 cm. Entres lalu

dimasukkan dengan hati-hati ke dalam tapak sambungan dengan

membuka lidah torehan. Pastikan bagian torehan yang panjang

menghadap ke arah kayu dan torehan pendek mengarah ke kulit

pohon. Entres lalu ditutup dengan plastik sampai tertutup

seluruhnya, dan diikat dengan tali rafia agar air hujan tidak masuk

pada bidang sambungan.

Plastik dibuka pada umur 21 hari setelah penyambungan.

Ikatan tali bagian bawah dibiarkan agar sambungan dapat melekat

kuat. Sambungan disemprot dengan insektisida dan fungisida

dengan dosis 2 ml/liter air. Setelah sambungan berumur 3 bulan

atau panjang tunas mencapai 45 cm, pucuk sambungan dipotong

dengan meninggalkan 3-5 mata tunas untuk pembentukan dahan

utama. Pemupukan dilakukan setelah sambungan berumur 4-6

bulan, diikuti pemupukan lanjutan dua kali setahun pada awal dan

akhir musim hujan.

Pada saat sambungan berumur 9 bulan dipotong miring 45 o

dari pohon utama. Pemotongan dilakukan pada 45-60 cm di atas

tempat penyambungan. Bagian potongan diolesi dengan obat luka

yang mengandung TAR (shell tree wound dressing). Pemangkasan

pemeliharaan dilakukan setiap bulan atau disesuaikan dengan

kondisi pertunasan.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
17
Gambar 3. Pelaksanan Praktek Sambung Samping

D. Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman kakao bertujuan untuk:

1. Membentuk kerangka cabang seimbang dan kuat;

2. Menciptakan sebaran daun yang produktif;

3. Membuang bagian tanaman yang tidak produktif

4. Mengatur aerasi / sanitasi

5. Mengatur pertunasan, bunga dan buah

6. Mempermudah pemanenan buah dan pengendalian hama;

7. Tercapai produksi yang optimal.

Pemangkasan tanaman kakao paling tidak terbagi ke dalam tiga

jenis yaitu: pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan

dan pemangkasan produksi. Alat yang selayaknya digunakan

dalam kegiatan pemangkasan adalah gunting pangkas, gunting

galah dan gergaji sebagaimana terlihat pada Gambar berikut:

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
18
Gambar 4. Peralatan Pemangkasan Tanaman Kakao

1. Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan bentuk adalah pemangkasan pada

tanaman belum menghasilkan dengan tujuan membentuk

kerangka percabangan seimbang, kuat dan semua daun

produktif. Pada pemngkasan bentuk dilakukan pengaturan

cabang sekunder yang ada pada jorget disisakan 3 cabang

dengan pengaturan secara seimbang.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
19
Gambar 5. Bentuk Pemangkasan Bentuk

2. Pemangkasan Produksi
Pemangkasan produksi atau dikenal dengan

pemangkasan berat dilakukan setelah tanaman berproduksi

puncak. Pemangkasan ini dilakukan dengan intensitas sampai

dengan 30 50% dari tajuk tanaman.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
20
3. Pemangkasan Pemeliharaan

Pemangkasan pemeliharaan dilakukan pada setiap saat

ketika terdapat tunas-tunas atau tangkai-tangkai yang tidak

produktif pada tanaman kakao (tunas air, cabang balik,

cabang gantung, cabang cacing dan bagian tanaman yang

terserang hama maupun penyakit) sebagaimana terlihat pada

gambar berikut:

Gambar 6. Jenis Tunas dan Tangkai yang Dipangkas pada


Pemangkasan Pemeliharaan

Hasil Pelaksanaan Praktek Lapang dalam Kegiatan

Pemangkasan sebagaimana terlihat pada Gambar berikut:

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
21
Gambar 7. Pelaksanaan Praktek Lapang Pemangkasan

E. Pengendalian OPT

Organisme pengganggu tanaman terbagi ke dalam hama,

penyakit dan gulma. Gejala yang disebabkan oleh hama,

kebanyakan kerusakan pada jaringan tanaman nampak jelas

karena sesuai dengan tipe mulut hama baik golongan serangga

maupun golongan vetebrata, mempunyai tipe mulut menusuk,

mengisap dan tipe mulut menggigit, mengunyah, sehingga

gejala serangan yang diakibatkan pada tanaman atau bagian

tanaman akan terlihat lubang, bekas gerekan, daun gundul dan

lain sebagainya. Sedangkan gejala yang diakibatkan serangan

patogen (penyakit) ditandai dengan adanya perubahan warna,

busuk, tumbuh kerdil, mati dan sebagainya.

Hama penyebab kerusakan tanaman atau bagian tanaman

baik golongan serangga maupun golongan binatang vetebrata

dapat dilihat dengan mata kepala secara jelas, sedangkan

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
22
penyakit seperti jamur, virus dapat dilihat bila menggunakan alat

bantu (Mikroskop). Perkembangan hama kurang dipengaruhi

oleh lingkungan artinya selama masih ada makanan dan tidak

ada musuh alaminya, hama akan terus berkembang, sedangkan

penyakit sangat dipengaruhi oleh lingkungan karena walaupun

ada penyebab penyakit (patogen) dan ada tanaman, namun

kalau lingkungan tidak mendukung penyakit tersebut tidak

berkembang.

Dalam pelaksanaan praktek lapang dijelaskan tentang

hama dan penyakit sebagai berikut:

1. Penggerek Buah Kakao


Penggerek buah kakao merupakan hama pada tanaman

kakao yang dapat menghilangkan hasil produksi kakao

mencapai 80%. Siklus hidup hama ini kurang lebih 35 hari

dengan siklus hidup telur (antara 3 7 hari), larva (antara 14

18 hari), pupa antara 6 8 hari) dan imago (antara 7 8

hari).

Larva (14 18 Hari) Pupa (6-8 Hari)

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
23
Telur (3 7 hari) Imago (7 8 Hari)
Gambar 8. Siklus Hidup Hama Penggerek Buah Kakao

2. Penggerek Batang

Serangan hama ulat penggerek batang dapat diidentifikasi

melalui adanya liang gerekan pada batang disertai dengan

adanya kotoran berbentuk silindrik dan berwarna merah

kehitam-hitaman yang keluar dari liang gerekan.


Liang gerekan dibuat umumnya sedalam 40 sd 50 cm

dengan diameter liang sekitar 1 sd 1,2 cm. Tiap liang

gerekan umumnya ditinggali oleh satu ekor ulat saja.


Fase penyerangan terjadi saat serangga masih berada

dalam fase ulat.

Gambar 9. Gejala dan Serangan Hama Penggerek Batang

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
24
Dalam praktek lapang dibahas tentang pengendalian

penyakit tanaman kakao berupa penyakit busuk buah dan

Vascular Streak Diaback (VSD). Penyebab penyakit VSD adalah

jamur Oncobasidium theobromae dengan gejala daun

menguning dengan bercak daun hijau, tiga noktah coklat pada

bekas tangkai daun, garis coklat pada ranting/cabang, ranting

gundul. Penyebaran melalui angin, air dan binatang bahkan

manusia. Faktor yang paling mempengaruhi adalah kelembaban

kebun dan hujan.

Gambar 10. Gejala Penyakit VSD

Sedangkan penyebab penyakit dari busuk buah adalah

jamur Phytopthora palmivora dengan gejala penyakit buah

berbecak kehitaman, busuk basah, mulai dari ujung/pangkal atau

tengah. Penyebarannya melalui air, angin, binatang dan bahkan

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
25
manusia. Faktor yang paling berpengaruh adalah kelembaban

kebun dan karena hujan.

Gambar 11. Gejala Serangan Penyakit Busuk Buah

Gambar 12. Pelaksanaan Praktek Pengendalian Hama dan

Penyakit

Gambar 13. Pelaksanaan Seminar Hasil Praktek Lapang


Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao
Kelompok II Tahun 2017
26
Gambar 14. Pelaksanaan Kegiatan Penutupan Praktek Lapang

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
27
VI. TINDAK LANJUT

Tindaklanjut pelaksanaan kegiatan adalah diharapkan hasil


dari pelaksaan praktek lapang ini dapat diaplikasikan di wilayah
kerja masing-masing penyuluh yang turut serta dalam kegiatan
ini.

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
28
LAPORANPRAKTEKLAPANG
DIKLAT TEKNIS BUDIDAYA KAKAO

OLEH:
KELOMPOK II

KETUA : MUH. ARSYAD, SP.


ANGGOTA : 1. SIGIT NURCAHYONO, S.P.
2. ABDUL RAZAK PANCA
3. PAULUS RINDING, S.T.P.
4. MUSLAN, S.T.P.
5. ALWASIR TAMSIR
6. AKMAL TAHIR
7. FADLI S., S.P.
8. Hj. DARASIAH, S.P.,M.M.A.
9. JAMALUDDIN, S.P.

PEMBIMBING : Dra. MACCEIYYA, MM.


TOLA, S.S.T.
Ir. USMAN
ABDUL MUIS
NAZIRUDDIN

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN BATANGKALUKU


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
PERTANIAN

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
29
KEMENTERIAN PERTANIAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun haturkan ke hadirat Allah SWT


karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao
Aparatur dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan praktek
lapang ini dilaksanakan di Desa Mamminasae dan Desa Turucinae
Kecamatan Lamuru Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan
selama dua hari yaitu tanggal 20 s/d 21 Februari 2017. Dengan
tujuan untuk mengimplementasikan hasil pembelajaran di BBPP
Batangkaluku di lapangan.
Terimakasih kepada seluruh panitia Balai Besar Pelatihan
Pertanian Batangkaluku beserta seluruh tim pemandu dan tim
fasilitator yang telah memberikan materi/arahan tentang teknis
budidaya kakao yang sangat bermanfaat. Dalam penyusunan
laporan praktek lapang ini masih banyak kekurangan, olehnya kritik
dan sarana sangat penyusun harapkan demi perbaikan pelaksanaan
kegiatan dan laporan di masa yang akan datang. Semoga laporan
pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapang ini dan bermanfaat bagi
bagi kita semua, khususnya bagi tim penyusun.
Gowa, 22 Februari 2017

Tim Penyusu

Muh. ARSYAD, SP.


Ketua

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
30
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................ i

KATA PENGANTAR...................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
II. TUJUAN............................................................................................................. 2
III.MANFAAT.......................................................................................................... 2
IV.PROSES PRAKTEK LAPANGAN ................................................................... 3
V. HASIL OBSERVASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN .................................. 4
VI.TINDAK LANJUT............................................................................................. 24

LAMPIRAN ....................................................................................................... 25

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
31
[email protected]

TN0258871

Laporan Praktek Kerja Lapang Diklat Teknis Budidaya Kakao


Kelompok II Tahun 2017
32

Anda mungkin juga menyukai