Perhitungan Sel Darah Merah Dan Sel Darah Putih (Ikan Lele)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

PERHITUNGAN SEL DARAH MERAH DAN SEL DARAH PUTIH

PADA IKAN LELE (Clarias sp)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

Disusun oleh :
Kelompok 9 Perikanan A
Rina Lestari 230110150026
Eki Juliyanti Aswari 230110150027
Febrian Kris Avisca 230110150032
Nurul Luthfia 230110150059
Malik Maulana 230110150072

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JURUSAN PERIKANAN

2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat pada
waktunya. Laporan praktikum ini berjudul Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel
Darah Putih pada Ikan Lele (Clarias sp). Laporan praktikum ini diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah bekerja sama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk itu pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum maupun dalam
penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan terus berproses,
tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Demikian laporan
praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan yang diberikan oleh
asisten laboratorium.
Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya bagi
semua pihak.

Jatinangor, 30 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

Bab Halaman

DAFTAR TABEL........................................................................
DAFTAR GAMBAR...................................................................
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................
1.2 Tujuan....................................................................................
1.3 Manfaat..................................................................................

II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Lele...............................................................................
2.1.1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Lele...................................
2.1.2 Jenis jenis Ikan Lele.........................................................
2.2 Sistem Peredaran Darah Ikan.............................................
2.2.1 Jantung..................................................................................
2.2.2 Pembuluh darah...................................................................
2.2.3 Darah.....................................................................................
2.3 Perbedaan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih............
2.3.1 Perbedaan dalam struktur dan komposisi.........................
2.3.2 Perbedaan dalam Jenis .......................................................
2.3.3 Lokasi Produksi...................................................................
2.3.4 Rentang hidup Eritrosit dan Leukosit................................
2.3.5 Perbedaan dalam Fungsi.....................................................
2.3.6 Penyimpangan pada penghitungan Eritosit dan
Leukosit...............................................................................
2.3.7 Perbedaan dalam Fungsi.....................................................
2.4 Larutan Hayems..................................................................
2.5 Larutan Turk.........................................................................
2.5 Haemacytometer..................................................................

III METODOLOGI PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat Praktikum............................................
3.2 Alat dan Bahan.....................................................................
3.2.1 Alat Praktikum....................................................................
3.2.2 Bahan Praktikum................................................................
3.3 Prosedur...............................................................................

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Praktikum..................................................................
4.1.1 Hasil Kelompok..................................................................
4.1.2 Hasil Kelas..........................................................................
4.2 Pembahasan.........................................................................
4.2.1 Pembahasan Kelompok......................................................
4.2.2 Pembahasan Kelas..............................................................

V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan...............................................................................
5.2 Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................
LAMPIRAN...................................................................................

DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Alat yang digunakan.....
2. Bahan yang digunakan.....
3. Tabel Data Kelompok..
4. Tabel Data Kelas...

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


1. Ikan Lele (Clarias sp)...........
2. Ikan Lele Dumbo
3. Ikan Lele Lokal......................
4. Ikan Lele Sangkuriang...........
5. Ikan Lele Albino....................
6. Sistem Pederan Darah Ikan
7. Diagram Jantung Ikan............
8. Pembuluh Darah Ikan............
9. Komponen Penyusun Darah..
10. Perbedaan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih.
11. Larutan Hayems...................
12. Larutan Turk..........................
13. Haemacytometer....................

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Alat yang digunakan..... 12
2. Bahan yang digunakan..... 12
3. Kegiatan Praktikum.. 15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Darah merupakan medium dalam sistem sirkulasi, dimana fungsinya
mengedarkan nutrisi esensial ke seluruh tubuh dan membawa sisa-sisa hasil
metabolisme dan patogen sebelum mencapai konsentrasi yang berbahaya. Darah ikan
tersusun dari sel-sel darah yang tersuspensi di dalam plasma yang diedarkan ke
seluruh jaringan tubuh. Volume darah ikan teleostei, heleostei, dan chondrostei
sebanyak 3% dari bobot tubuh, sedangkan ikan chondrocthyes 6.6% dari
bobot tubuh. Darah terdiri dari cairan plasma dan sel-sel darah yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan keping darah (trombosit). Plasma darah
adalah suatu cairan jernih yang mengandung mineral-mineral terlarut, hasil absorbsi
dari pencernaan makanan, buangan hasil metabolisme oleh jaringan, enzim, antibodi
serta gaster larut. Di dalam plasma darah terkandung garam-garam anorganik
(natrium klorida, natrium bikarbonat dan natrium fosfat), protein (dalam bentuk
albumin, globulin dan fibrinogen), lemak (dalam bentuk lesitin dan kolesterol),
hormon, vitamin, enzim dan nutrient. Sel darah ikan diproduksi di dalam jaringan
hematopoietik yang terletak di ujung anterior ginjal dan limpa. Berbeda dengan
mamalia, pada ikan tidak ada sumsum tulang. Namun demikian, ikan memiliki
limfonodus. Pada ikan, darah dibentuk di dalam organ ginjal, limpa dan timus.
Munculnya penyakit pada ikan umumnya merupakan hasil interaksi kompleks
atau tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem perairan yaitu inang
(ikan) yang lemah, patogen yang ganas serta kulitas lingkungan yang memburuk
(Fransiska 2010). Hal tersebut dapat dicegah atau dikurangi agar tidak menyebar luas
salah satunya dengan mengenali parasit pada ikan. Identifikasi parasit pada ikan dapat
dilakukan secara konvensial dan molekuler. Pemeriksaan penyakit infeksius dapat
dilakukan secara molekuler yang didukung dengan pengetahuan tentang
histopatologis, hematologis (gambaran darah), dan immunologis (konsentrasi
antibodi/antigen). Oleh karena itu, praktikum gambaran darah ikan sangat penting
dilalukan untuk mengetahui kondisi status atau kesehatan ikan sehingga produktivitas
budi daya tetap stabil.
Wedemeyer et al. (1990) melaporkan bahwa pemeriksaan darah penting untuk
membantu peneguhan diagnosa suatu penyakit. Penyimpangan fisiologis ikan akan
menyebabkan terjadinya perubahan pada gambaran darah, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Darah akan mengalami perubahan yang serius khususnya apabila
terkena penyakit infeksi (Amlacher 1970). Parameter darah yang dapat
memperlihatkan adanya gangguan adalah nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin,
jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah putih) (Lagler et al.,
1977).
Eritrosit pada ikan merupakan jenis sel darah yang paling banyak jumlahnya.
Bentuk eritrosit pada semua jenis ikan hampir sama. Eritrosit pada ikan memiliki
inti, seperti pada bangsa burung dan reptil. Jumlah eritrosit pada ikan teleostei
berkisar antara (1,05 - 3,0) x 106 sel/mm3 (Irianto 2005). Eritrosit berwarna
kekuningan, berbentuk lonjong, kecil, dengan ukuran berkisar antara 7 - 36 m
(Lagler et al. 1977). Eritrosit yang sudah matang berbentuk oval sampai bundar, inti
berukuran kecil dengan sitoplasma besar. Ukuran eritrosit ikan lele (Clarias ssp)
berkisar antara (10 x 11 m) (12 x 13 m), dengan diameter inti berkisar antara 4
5 m. Jumlah eritrosit ikan lele (Clarias ssp) adalah 3,18 x 106 sel/ml (Angka et al.,
1985). Jika diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, inti sel akan berwarna ungu dan
dikelilingi oleh plasma berwarna biru muda (Chinabut et al. 1991). Rendahnya
eritrosit merupakan indikator terjadinya anemia, sedangkan tingginya jumlah eritrosit
menandakan ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan Yasutake 1977).
Leukosit merupakan jenis sel yang aktif di dalam sistem pertahanan
tubuh.Setelah dihasilkan di organ timus dan ginjal, leukosit kemudian diangkut dalam
darah menuju ke seluruh tubuh (Irianto 2005). Leukosit akan ditanspor secara khusus
ke daerah yang mengalami peradangan yang serius (Guyton 1997). Leukosit tidak
berwarna dan jumlah leukosit total ikan teleostei berkisar antara 20.000-150.000 butir
tiap mm3. Leukosit berbentuk lonjong sampai bulat (Moyle dan Chech 1988). Pada
ikan lele, mas, dan nila, leukosit jenis eosinofil dan basofil jarang ditemukan, kecuali
bila ada reaksi kekebalan dengan perantaraan sel (Nabib dan pasaribu 1989).
Limfosit mampu menerobos jaringan atau organ tubuh yang lunak untuk
pertahanan tubuh (Dellman dan Brown 1992). Ukuran rata rata limfosit berkisar
antara 4,5 - 12 m (Moyle dan Chech 1988). Persentase normal limfosit pada ikan
teleostei berkisar antara 71,12 82,88% (Affandi dan Tang 2002). Jumlah limfosit di
dalam darah ikan lebih banyak dibandingkan dengan limfosit pada mamalia.
Kepadatan limfosit pada ikan sebesar 48 x 103 sel/mm3, sedangkan pada mamalia
sekitar 2 x 103 sel/mm (Roberts 1978).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung jumlah sel darah merah dan sel
darah putih pada ikan lele (Clarias sp.).

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum yang kami lakukan adalah praktikan dapat
menghitung dan mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih pada ikan
lele (Clarias sp). Praktikan juga dapat mengetahui dan menyimpulkan kondisiikan
dari hasil perhitungan jumlah sel darah merah dan sel darah putih ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1 Ikan Lele
1 Deskripsi dan Klasifikasi Ikan Lele
Ikan Lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk ke dalam ordo
Siluriformes dan digolongkan ke dalam ikan bertulang sejati. Lele dicirikan dengan
tubuhnya yang licin dan pipih memanjang, serta adanya sungut yang menyembul dari
daerah sekitar mulutnya. Nama ilmiah Lele adalah Clarias sp. yang berasal dari
bahasa Yunani "chlaros", berarti "kuat dan lincah". Dalam bahasa Inggris lele disebut
dengan beberapa nama, seperti catfish, mudfish dan walking catfish, ikan lele seperti
terlihat pada gambar 1.

Gambar 1. Ikan Lele


(Sumber : bibitlelesangkuriang.com)

Klasifikasi ikan lele berdasarkan Saanin (1984) yaitu sebagai berikut :


Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostarophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp
Ikan lele merupakan hewan nokturnal dimana ikan ini aktif pada malam hari
dalam mencari mangsa. Ikan-ikan yang termasuk ke dalam genus lele dicirikan
dengan tubuhnya yang tidak memiliki sisik, berbentuk memanjang serta licin. Ikan
Lele mempunyai sirip punggung (dorsal fin) serta sirip anus (anal fin)s berukuran
panjang, yang hampir menyatu dengan ekor atau sirip ekor. Ikan lele memiliki kepala
dengan bagian seperti tulang mengeras di bagian atasnya. Mata ikan lele berukuran
kecil dengan mulut di ujung moncong berukuran cukup lebar. Dari daerah sekitar
mulut menyembul empat pasang barbel (sungut peraba) yang berfungsi sebagai
sensor untuk mengenali lingkungan dan mangsa. Lele memiliki alat pernapasan
tambahan yang dinamakan arborescent. Arborescent ini merupakan organ pernapasan
yang berasal dari busur insang yang telah termodifikasi. Pada kedua sirip dada lele
terdapat sepasang duri (patil), berupa tulang berbentuk duri yang tajam. Pada
beberapa spesies ikan lele, duri-duri patil ini mengandung racun ringan. Hampir
semua species lele hidup di perairan tawar.

2 Jenis-Jenis Ikan Lele


1 Ikan Lele Dumbo
Di Indonesia lele merupakan jenis ikan yang cukup populer. Lele yang berada
di Indonesia bermacam-macam jenisnya. Terutama jenis lele yang biasa dikonsumsi
seperti lele Afrika, Dumbo, dan Lokal. Lele Afrika (Clarias gariepinus) merupakan
jenis ikan lele yang berasal dari Afrika yang diimpor ke Indonesia untuk dikawin
silangkan dengan lele Lokal dan dinamakan lele Dumbo. Ikan lele Dumbo seperti
terlihat pada gambar 2.

Gambar 2. Ikan Lele Dumbo


(Sumber : bibitlelesangkuriang.com)

Ikan lele Dumbo memiliki tubuh yang lebih besar 6-8 kali panjang standar
dibandingkan lele Lokal dan memiliki gen pertumbuhan yang lebih cepat. Ukuran
kepala 3-3,5 kali lebih besar. Kepala agak persegi panjang dan lancip ke garis dorsal.
Moncongnya yang bulat melebar. Mata memiliki posisi supero-lateral dan relatif
kecil. Gigi pada premaxilla dan rahang bawah kecil, halus dan diatur dalam beberapa
baris. Barbels 1/5 sampai kali dari ukuran kepala dan sampai 4/5 kali dari ukuran
kepala ketika individu masih kecil. Sirip pektoral hanya bergerigi dibagian luar dan
tidak beracun. Jumlah gerigi semakin banyak seiring bertumbuhnya individu.
Berwarna abu ungu kemerahan dan bercorak marble. Warnanya akan semakin pucat
dan corak tampak lebih jelas apabila stress. Bagian perut, ventral dan sirip yang
berpasangan berwarna keputih-putihan. Selain itu juga lele Dumbo dapat
dibudidayakan dalam tingkat kepadatan yang tinggi, tingkat kematangan gonad yang
relatif lebih cepat dan dapat mengkonsumsi banyak jenis produk samping agrikultur
serta dapat mentolerir kualitas air yang buruk.
2 Ikan Lele Lokal
Lele Lokal (Clarias batrachus) atau yang sering disebut dengan walking
catfish ini merupakan lele habitat asli di Indonesia. Dinamakan walking catfish
karena kemampuanya untuk berjalan didaratan untuk mencari makanan atau
lingkungan yang cocok. Lele ini berjalan dengan menggunakan sirip pektoral untuk
mengangkat tubuhnya dan berjalan menyerupai ular.Ikan lele lokal seperti terlihat
pada gambar 3.

Gambar 3. Ikan Lele Lokal


(Sumber : matausaha.com)

Lele Lokal memiliki tubuh yang pipih dibagian posterior. Rahang atas yang
lebih menjorok. Ujung dari sirip pectoral mengeras menyerupai duri dan kasar
dibagian sisi luar serta bergerigi dibagian ujung dalam. Duri atau sirip pektoral
mengandung racun, dan memiliki panjang 2 kali dari lebar tubuh. Genital jantan
panjang dan meruncing, serta memiliki warna hitam ke abuan walaupun dalam
keadaan stress disertai bintik putih. Lele Lokal dapat bertahan hidup dengan
berpindah tempat selama tempat itu tetap menjaga lele dalam keadaan lembab dan
basah seperti berpindah dari kolam air stagnan, rawa, sungai, atau bahkan lahan padi
yang terkena banjir. Ikan lele Lokal mampu bertahan cukup lama di daratan karena
memiliki alat bantu pernafasan berupa arborescent. Lele Lokal memiliki tubuh paling
panjang rata-rata 30cm, lele Lokal dapat mengkonsumsi ikan kecil, moluska,
invertebrata lain, detritus, bahkan gulma air di habitat alaminya.
3 Ikan Lele Sangkuriang
Lele Dumbo yang ada di Indonesia mengalami penurunan kualitas diakibatkan
sering terjadinya perkawinan satu keturunan (inbreeding). Untuk itu Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) memutuskan untuk melakukan
pemurnian kembali. Betina keturunan kedua lele Dumbo asli dari Afrika Selatan (F2)
dikawinkan dengan pejantan keturunan keenam yang Lokal (F6). Dari proses
pemurnian Back cross ini anakan yang dihasilkan kemudian dinamakan Lele
Sangkuriang. Melihat hal diatas bahwa lele Sangkuriang adalah lele Dumbo hasil
pemuliaan atau peremajaan. Secara garis besar ikan lele Sangkuriang memiliki
tingkat pertumbuhan dan kualitas dan kuantitas fekunditas yang lebih baik dibanding
dengan lele Dumbo sebelumnya. Lele Sangkuriang memiliki fekunditas 33.33% lebih
tinggi dibandingkan lele Dumbo dan umur pertama matang gonad yang lebih tua.
Pada pemeliharaan umur 5-26 hari ikan ini menghasilkan laju pertumbuhan harian
43.57% lebih tinggi dibandingkan lele Dumbo sedangkan pada pemeliharaan umur
26-40 hari 14.61% lebih tinggi. Ikan lele sangkuriang seperti terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Ikan Lele Sangkuriang
(Sumber : sidule.com)

Pada pembesaran calon tetua tingkat pertama dan kedua, lele Sangkuriang
menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan lele Dumbo yaitu
11.36% dan 16.44%. sedangkan pada pembesaran kelas konsumsi, konversi pakan
pada lele Sangkuriang mencapai 0.8 dibandingkan lele Dumbo yang mencapai >1
(Sunarma, et al 2004).
4 Ikan Lele Albino
Lele Albino merupakan lele jenis apa saja yang memiliki gen resesif dari
parental, tercermin dari warnanya yang putih akibat gen yang tidak dapat membentuk
pigmen melanin. Ikan lele albino seperti terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Ikan Lele Albino


(Sumber : archive.kaskus.co.id)
Biasanya ikan lele Albino ini dipertahankan dan diperbanyak oleh beberapa
pembudidaya karena tergolong ikan lele hias serta memiliki nilai ekonomis yang
lebih tinggi dibandingkan ikan lele konsumsi pada umumnya. Kulitnya berwarna
merah keputihan dan ada bercak hitam. Memiliki sirip mengeras pektoral yang
tumpul dan tidak berbisa.

2 Sistem Peredaran Darah Ikan

Sistem peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal dan tertutup.
Disebut tunggal berarti bahwa darah mengalir dari jantung ke insang kemudian ke
seluruh tubuh dan akhirnya kembali ke jantung.Sedangkan disebut peredaran darah
tertutup karena darah tidak pernah keluar dari pembuluhnya, jadi tidak ada hubungan
langsung dengan sel tubuh sekitarnya. Darah yang kaya akan oksigen memasok
bagian kepala melalui arteri carotid, dan memasok bagian badan melalui percabangan
aorta dorsalis. Sistem Peredaran ikan terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Sistem Peredaran Darah Ikan


(Sumber : www.cpuik.com)

Secara umum sistem peredaran darah pada ikan mirip sistem hidraulis yang
terdiri atas sebuah pompa, pipa, katup, dan cairan. Meskipun jantung teleostei terdiri
atas empat bagian. Namun pada kenyataanya mirip dengan satu silinder atau pompa
piston tunggal. Untuk menjamin aliran darah terus berlangsung, maka daerah
dipompa dengan perbedaan tekanan. Tekanan jantung lebih besar dari tekanan arteri,
dan tekanan arteri lebih besar dari tekanan arterionale. Akibat adanya perbedaan
tekanan maka aliran darah dapat terjadi.

Ada tiga komponen utama dalam sistem peredaran darah yaitu jantung,
pembuluh darah, dan darah.

1 Jantung
Jantung terletak di bagian posterior lengkung insang. Umumnya terdapat di
belakang insang, di bagian depan rongga badan, dan di atas ithmus. Organ jantung
dilapisi oleh selaput tipis yang disebut perikardium. Kontrol terhadap
jantungdidasarkan pada dua mekanisme, yakni adrenergik dan cholinergik.
Adrenergik merangsang otot jantung berkontraksi sehingga jantung memompa darah
dengan menguncupkan jantung (pengosongan darah di jantung = sistole) sedangkan
cholinergik menyebabakan relaksasi yaitu pengenduran otot jantung (pengisian darah
ke jantung = diastole). Kedua proses yang saling bertentangan ini menyebabkan
jantung dapat memompa darah dan mengisinya kembali. Diagram Jantung ikan
terlihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram Jantung Ikan


(Sumber : perpustakaancyber.com)
Jantung pada ikan terdiri dari dua ruangan yang terletak di bagian posterior
lengkung insang, di bagian depan rongga badan dan di atas Ithmus. Kedua ruang
tersebut ialah atrium yang berdinding tipis dan ventricle yang berdinding tebal.
Ruangan ini berurutan dari belakang ke depan, yaitu :
1 Sinus venosus
Adalah ruang tambahan atau kantung yang berdinding tipis, hampir tidak
mengandung jaringan otot.Darah dari seluruh tubuh masuk di sinus venosus melalui
sepasang ductus Cuvieri yang masuk di bagian lateral, dan sepasang sinus hepaticus
yang masuk pada dinding posterior dari sinus venosus.Vena coronaria yang datang
dari dinding otot jantung, juga masuk dari sinus venosus.Dari sini darah melalui
lubang sinus atrial masuk ke dalam atrium. Atau dengan kata lain bahwa kantung
berdinding tipis ini berfungsi untuk menampung darah dari duktus cuvieri dan vena
hepatika, dan kemudian mengirimkan darah tersebut ke atrium.
2 Atrium
Antara sinus venosus dan atrium terdapat katup yang dinamakan katup
sinuatrial.Katup ini berfungsi untuk mengatur aliran darah dari sinus venosus ke
atrium dan mencegah aliran tersebut berbalik.Atrium adalah ruang tunggal yang
dindingnya relatif tipis, terletak di bagian anterior dari sinus venosus.Atrium relatif
lebih luas daripada sinus venosus.Dinding atrium juga sedikit lebih berotot
dibandingkan sinus venosus.Darah dari atrium melalui lubang atrioventrikular
diteruskan ke dalam rongga ventrikel.Lubang ini dijaga oleh klep atau katup
atrioventrikular, supaya aliran darah tidak kembali ke rongga atrium.
3 Ventrikel
Adalah ruang berdinding tebal, berotot, dan kuat.Dinding ini dibentuk oleh
dua lapisan otot yaitu lapisan otot luar yang disebut korteks dan lapisan otot dalam
yang dinamai miokardium spongi.Korteks adalah otot jantung yang relatif tebal dan
sangat berkembang pada spesies ikan yang aktif seperti tuna (Ethynnus
pelamis).Ventrikel menerima darah hanya dari atrium saja dan memompakan darah
melalui aorta ventral ke insang.Bagian ini menerima darah dari atrium melalui
atrioventricular.Ujung anterior dari ventrikel tumbuh memanjang dan berdinding
tebal, di dalamnya terdapat suatu seri klep semilunar.
4 Conus Arteriosus
Pada Elasmobranchii, conus arteriosus berkembang denga baik, tetapi tidak
mempunyai bulbus arteriosus. Pada sebagian ikan Teleostei conus arteriosus sudah
tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan bulbus arteriosus
(perluasan sebagian dari aorta ventralis) berkembang dengan baik.

2 Pembuluh Darah

Ada tiga bentuk pembuluh darah ikan yaitu arteri (pembuluh nadi), vena
(pembuluh balik), dan kapiler. Arteri adalah pembuluh yang dilalui oleh darah yang
berasal dari insang. Vena adalah pembuluh darah yang dilewati oleh darah yang
menuju jantung. Pembuluh Darah Ikan terlihat pada gambar 8.

Gambar 8. Pembuluh Darah Ikan


(Sumber : www.budisma.net)
Dua pembuluh ini mengalir di sepanjang tubuh ikan. Kapiler adalah bagian
dari percabangan pembuluh darah yang merupakan tempat terjadinya pertukaran zat
(gas dan nutrien) antara darah dengan jaringan atau sel.
1 Sistem Arteri
Pembuluh darah arteri merupakan pembuluh yang dilewati darah yang keluar
dari insang dan menuju ke bagian-bagian tubuh.Pembuluh ini terdiri dari tiga lapisan
yaitu bagian dalam (intima) yang memiliki lapisan endotelium dan sub-endotelium;
media yang mengandung sejumlah otot licin atau otot polos; dan adventris yang
merupakan bagian terluar. Arteri dikelompokkan berdasarkan posisinya pada tubuh,
yaitu arteri brankial, arteri sefalik, arteri pada bagian badan, dan arteri pada bagian
ekor.
a Arteri Brankial
Arteri brankial adalah arteri yang terletak di sekitar insang.
b Arteri Sefalik
Arteri sefalik adalah arteri yang terdapat di bagian kepala. Arteri ini meliputi
efferent hioidean, orbital, orbito nasal, pseudobrankial efferent, optalmik, optik,
serebral, mandibular, dan hipobrankial.
c Arteri pada Bagian Badan dan Ekor
Aorta dorsalis merupakan pembuluh darah utama mengalirkan darah
beroksigen tinggi ke badan dan ekor. Penjuluran ini mengarah ke bagian belakang
hingga ke bagian ekor melalui bagian bawah vertebra. Secara khusus aorta pada
bagian ekor disebut aorta kaudalis.Percabangan dari aorta dorsalis tersebut antara lain
meliputi arteri subklavian, coeliac, mesentarik, iliac, dan segmenter. Arteri coeliac
merupakan arteri yang berukuran besar dan pendek. Arteri ini paling sedikit terdiri
atas dua cabang utama yang menuju ke organ-organ dalam. Cabang pertama adalah
gastro-hepato splenik yang mengirimkan satu cabang ke hati dan kemudian
bercabang-cabang dalam limpa dan dinding lambung. Cabang kedua adalah arteri
intestinal anterior, yang cabang-cabangnya keluar secara mendatar ke dinding bawah
usus, lambung, dan limpa. Arteri mesenterik muncul di bagian belakang kepala dan
percabangannya menuju gonad dan sisi usus bagian atas. Arteri iliac menuju ke arah
belakang, mengaliri rektum dan kloaka. Arteri segmenter menempel pada aorta dorso-
kaudal dan menyebar ke dalam mioseptum untuk memasok otot bagian ekor.
Percabangannya masuk ke dalam ruas vertebra dan mengaliri duri tulang dan yang
lainnya menuju ke sirip tunggal.
2 Sistem Vena
Struktur vena sama halnya dengan arteri, namun mempunyai dinding yang
lebih tipis dan rongga yang lebih besar dibandingkan arteri pada ukuran diameter
yang sama. Bagian dalam vena yang mendapat tekanan hidrostatik tinggi umumnya
kaya akan jaringan elastis dan otot polos, serta memiliki klep-klep (lipatan
endotelium yang pada bagian tengahnya mengandung kolagen dan elastik).
Disamping itu dinding vena umumnya dapat berkontraksi secara aktif tidak hanya
untuk mempertahankan tekanan darah dalam sistem vena, tetapi juga menolong
memompakan darah dari dinding ke jantung.
Vena pada bagian kepala seperti vena fasial dan vena orbital, menyatu pada
duktus cuvieri dan dari sini melalui sinus venosus menuju ke jantung.Darah dari ekor
berkumpul pada vena kaudalis.Vena kaudal ini berhubungan dengan dua vena
kardinal posterior yang keluar dari sinus venosus.Pertemuan antara vena yang satu
dengan vena lainnya dapat terjadi secara langsung atau melalui perantara suatu
jaringan kapiler yang terletak dalam organ ginjal. Keadaan ini menghasilkan suatu
sistem porte renal. Pertemuan antara vena pada organ hati menghasilkan suatu sistem
porte hepatik. Kedua sistem ini (porte renal dan porte hepatik) menyaring darah
dalam vena sebelum kembali ke jantung. Vena kardinal posterior berhubungan
dengan vena kardinal anterior atau vena jugularis yang membentuk pengumpul pada
bagian badan dari vena sefalik.
3 Sistem Limfatik (Getah Bening)
Getah bening (lymph) dikumpulkan dari semua bagian tubuh oleh suatu sistem
ductus dan sinus berpasangan dan tidak berpasangan yang akhirnya kembali ke aliran
darah utama. Tidak seperti vertebrata yang lebih tinggi, ikan tidak mempunyai
tonjolan limfatik (lymph nodes). Ikan bertulang sejati memiliki pembuluh limfatik
subcutane, submuscular, dan viseral yang betul-betul berbeda dari sistem vena.

3 Darah
Darah merupakan suspensi berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh
darah.Warna merah ini dapat berubah-ubah, kadang-kadang berwarna merah tua dan
kadang-kadang berwarna merah muda. Hal ini tergantung pada kadar oksigen dan
karbon dioksida yang terkandung di dalamnya. Darah adalah salah satu komponen
sistem transport yang sangat vital keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh
antara lain sebagai pengangkut zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan
hasil metabolisme tubuh, dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu,
komponen darah seperti trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai
pertahanan pertama dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
Darah merupakan gabungan dari cairan, sel-sel, dan partikel yang menyerupai
selyang mengalir dalam arteri, vena, dankapiler, yang mengirimkan oksigen dan zat-
zat gizi ke jaringan dan membawa karbondioksida serta hasil limbah lainnya.Darah
mengangkut bermacam bahan, termasuk ion anorganik dan sejumlah senyawa organik
seperti hormon, vitamin, dan beberapa protein plasma yang mencapai 2 - 6 g per 100
ml (Bond, 1979). Komponen Penyusun Darah terlihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Komponen Penyusun Darah


(Sumber : nanggochain.com)

Darah tersusun atas plasma dan tersusun atas sel darah. Sel darah mencakup
eritrosit, leukosit, dan trombosit; sedangkan plasma darahmengandung sekitar 90%
air dan berbagai zat terlarut atau tersuspensi di dalamnya.
1 Plasma Darah
Plasma adalah cairan bening yang mengandung bagian dari sel-sel darah,
mineral terlarut, hasil serapan dari proses pencernaan, produk sisa jaringan, hasil
sekresi khusus, enzim, antibodi, dan gas-gas terlarut. Plasmadarahmengandung
sekitar 90% air dan berbagai zat terlarut atau tersuspensi di dalamnya.Ikan
mempunyai kadar protein plasma yang rendah dibandingkan dengan vertebrata lain
yang tingkatnya lebih tinggi. Protein plasma darah ikan adalah albumin (pengendali
tekanan osmotik), lipoprotein (pembawa lemak), globulin (pengikat heme),
ceruloplasmin (pengikat Cu), fibrinogen (bahan pembeku darah), dan ioduroforin
(hanya pada ikan, pengikat yodium anorganik).
2 Sel Darah
Sel darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
keping darah (trombosit).Sel darah merah pada ikan berbentuk lonjong dan berinti
dengan diameter 7 36 mikron (tergantung spesies ikannya). Sel darah merah
mengandung beberapa substansi yaitu glukosa, enzym katalase, enzym karbonik
anhydrase, dan garam organik serta anorganik.Sel darah merah pada ikan stadia
dewasa berbentuk oval dan tipis. Warna merah dari darah disebabkan oleh
hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit.Jumlah eritrosit tiap mm3 darah berkisar
antara 20.000 3.000.000.Pengangkutan oksigen dalam darah bergantung kepada
komponen Fe pada hemoglobin (pigmen pernapasan) yang terdapat di dalam eritrosit.
Selain mengandung sel darah merah, darah ikan juga mengandung beberapa
tipe sel darah yang tidak berwarna (sel darah putih atau leukosit). Seluruh tipe sel
darah ini berbentuk lonjong hingga membulat. Sel darah putih mencakup empat jenis
yakni granulosit, trombosit, limfosit, dan monosit. Berdasarkan reaksi pewarnaannya
granulosit terdiri atas neutrofil (paling umum), asidofil (eosinofil), dan basofil (jarang
ditemukan pada ikan, kecuali pada sedikit ikan laut). Granulosit bersifat fagosit,
terlibat dalam melawan penyakit, dan meningkat jumlahnya bila ikan terinfeksi oleh
bakteri.Limfosit berbentuk lonjong. Limfosit bervariasi ukurannya. Limfosit
membentuk dua kelompok; kelompok pertama berkaitan dengan pmbentukan
antibodi dan kelompok yang lain berkaitan dengan kekebalan sel. Monosit berbentuk
lonjong. Monosit berperan sebagai makrofagus terhadap partikel asing.
Trombosit berukuran kecil dan berjumlah kira-kira setengah dari seluruh
leukosit ikan dan berperan dalam proses pembekuan darah. Trombosit mengandung
suatu bahan kimiawi yang mendorong konversi protrombin menjadi trombin.
3 Perbedaan Sel Darah Merah (Eritrosit) dan Sel Darah Putih (Leukosit)
1 Perbedaan dalam struktur dan komposisi
Sel darah merah adalah sel yang memberi warna merah karakteristik untuk
darah kita, karena adanya protein yang mengandung besi yang disebut hemoglobin.
Protein ini tidak ditemukan dalam leukosit. Sel darah merah juga dikenal sebagai
eritrosit, dan mereka tampak seperti cakram cekung ganda datar. Bentuk cekung
ganda membantu meningkatkan luas permukaan sel-sel, sehingga oksigen dan karbon
dioksida dapat bergerak cepat melalui membran mereka. Di sisi lain, sel darah putih
atau leukosit dapat memiliki bentuk yang tidak beraturan. Titik lain perbedaan antara
sel darah merah dan leukosit adalah sel darah putih juga memiliki buffer mantel luar
putih, yang tidak ada dalam sel darah merah. Perbedaan Sel Darah Merah dan Sel
Darah Putih terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Perbedaan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih
(Sumber : http://www.sridianti.com)

2 Perbedaan dalam jenis


Eritrosit tidak memiliki jenis yang berbeda. Tidak seperti eritrosit, sel darah
putih dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis utama, granulosit dan agranulosit.
Granulosit memiliki butiran dalam sitoplasma mereka, sementara agranulosit tidak
mengandung butiran. Granulosit lebih lanjut diklasifikasikan menjadi tiga jenis,
neutrofil, basofil, dan eosinofil. Di sisi lain, limfosit, monosit, dan makrofag adalah
jenis utama agranulosit.
3 Lokasi Produksi
Eritrosit terutama diproduksi di sumsum tulang, dari sistem sel hematopoietik.
Produksi eritrosit diatur oleh hormon, yang dikenal sebagai erythropoietin, yang
disintesis oleh ginjal. Leukosit juga dihasilkan dari sel hematopoietic dalam sumsum
tulang, tetapi beberapa dari mereka matang pada kelenjar getah bening, kelenjar
timus, dan limpa.
4 Rentang hidup eritrosit dan leukosit
Suatu kehidupan eritrosit selama sekitar 120 hari, sementara sel darah putih
atau leukosit dapat hidup selama 3 sampai 4 hari pada rata-rata. Namun, masa hidup
leukosit bisa menurun untuk sebagian besar dalam kasus infeksi yang parah.
5 Perbedaan dalam fungsi
Eritrosit yang terutama berkaitan dengan transportasi oksigen dan nutrisi ke
sel-sel tubuh, dan pembuangan limbah. Hemoglobin dapat mengikat dengan oksigen
dan karbon dioksida. Di paru-paru, molekul oksigen melekat ke hemoglobin.
Hemoglobin kemudian membawa oksigen ke jaringan tubuh dan sel-sel melalui
pembuluh darah. Sedangkan, leukosit merupakan bagian integral dari sistem
kekebalan tubuh dan memainkan peran kunci dalam fungsi kekebalan tubuh. Mereka
pada dasarnya melindungi tubuh dari benda asing dan agen infeksi. Mereka
mempertahankan tubuh terhadap berbagai jenis infeksi dengan memproduksi
antibodi. Neutrofil biasanya melawan infeksi bakteri dan jamur, sedangkan eosinofil
sebagian besar bertanggung jawab untuk memerangi infeksi parasit. Eosinofil juga
terkait dengan respon alergi, bersama dengan basofil. Limfosit, di sisi lain,
menghasilkan antigen, mengkoordinasikan respon kekebalan tubuh, dan
menghancurkan sel yang terinfeksi virus. Mereka menghancurkan sel-sel tumor dan
kanker juga. Monosit bertanggung jawab untuk menghilangkan sel-sel mati dan
mikroorganisme dengan bantuan proses yang disebut fagositosis.
6 Penyimpangan pada penghitungan eritrosit dan leukosit
Jumlah eritrosit dan leukosit dalam darah dapat berfungsi sebagai indikator
penyakit tertentu. Misalnya, peningkatan jumlah leukosit, yang dikenal sebagai
leukositosis, sering dikaitkan dengan infeksi. Namun, tingkat tinggi secara konsisten
leukosit yang belum matang dan abnormal dapat menjadi indikator leukemia, sejenis
kanker. Sebuah hitungan sel darah putih rendah, atau leukopenia, dapat
membahayakan fungsi kekebalan tubuh. Leukopenia dapat disebabkan oleh kondisi
yang dapat mengganggu fungsi sumsum tulang, seperti infeksi virus, infeksi yang
parah, kanker, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Jumlah eritrosit yang rendah
biasanya dikenal sebagai anemia. Ada beberapa jenis anemia, dari mana anemia
defisiensi besi, dan anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12, yang
lebih umum. Anemia dapat merusak kapasitas oksigen pembawa darah, yang dapat
terwujud dalam peningkatan kelelahan, sesak napas, dan pucat.
4 Larutan Hayems
Larutan Hayems merupakan larutan yang digunakan untuk mencegah
penggumpalan darah saat akan dihitung jumlah eritrositnya. Selain itu, larutan
Hayems juga berfungsi sebagai pewarna agar eritrosit dapat terlihat jelas bentuknya.
Larutan Hayems terlihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Larutan Hayems


(Sumber : rafimedika.com)
Larutan Hayems ditemukan oleh Georges Hayem (25 November 1841-27
Agustus 1933). Beliau merupakan dokter sekaligus ahli hematologi (darah) asal Paris,
Prancis. Georges Hayem adalah seorang pelopor dalam bidang hematologi, dan
dikenang karena studinya tentang pembentukan leukosit dan eritrosit. Dia orang
pertama yang melakukan perhitungan yang akurat untuk trombosit darah dengan
menggunakan larutan Hayems. Larutan Hayems dibuat dari raksa klorida, Natrium
Klorida dan Natrium Sulfat yang digunakan untuk pengenceran darah sebelum
menghitung eritrosit dengan Hemositometer A (alat untuk mengukur jumlah
eritrosit/mL).

5 Larutan Turk
Larutan Turk adalah larutan yang berisi asam asetat 2% ditambah gentian
violet 1% sehingga warnanya ungu muda. Penambahan gentian violet bertujuan
memberi warna pada leukosit. Larutan ini bersifat memecah eritrosit dan trombosit
tapi tidak memecah leukosit. Larutan Turk terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Larutan Turk


(Sumber : rafimedika.com)

6 Haemacytometer
Haemacytometer adalah perangkat yang awalnya dirancang untuk
penghitungan sel darah, namun sekarang juga digunakan untuk menghitung jenis sel
serta partikel mikroskopis lainnya. Haemacytometer ini ditemukan oleh Louis-
Charles Malassez dan terdiri dari tebal kaca slide mikroskop dengan lekukan persegi
panjang yang menciptakan sebuah kamar. Ruang ini diukir dengan laser terukir grid
garis tegak lurus. Perangkat ini dibuat dengan hati-hati sehingga daerah yang dibatasi
oleh garis diketahui, dan kedalaman ruang ini juga diketahui. Oleh karena itu
mungkin untuk menghitung jumlah sel atau partikel dalam volume tertentu cairan,
dan dengan demikian menghitung konsentrasi sel dalam cairan secara keseluruhan
(Mikapin, 2012). Haemacytometer terlihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Haemacytometer
(Sumber : www.rofayuliaazhar.com)
Prinsip dari perhitungan Petroff-Hauser yaitu melakukan perhitungan dengan
pertolongan kotak-kotak skala, di mana dalam setiap ukuran skala seluas 1 mm2
terdapat 25 buah kotak besar dengan luas 0,04 mm2, dan setiap kotak besar terdiri dari
16 kotak kecil. Alat Haemacytometer digunakan di bawah mikroskop, sisinya
mempunyai ukuran 0,05 mm. Sedangkan satu kotak sedang berukuran nilai 0,2 mm.
Dan tebal nya adalah 0,1 mm.

7 Penghitungan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih


Penghitungan jumlah eritrosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang
berisi bulir pengaduk warna merah sampai skala 0,5, selanjutnya ditambah Larutan
Hayem; sampai skala 101. Darah dalam pipet diaduk dengan cara menggoyangkan
pipet membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata.
Dua tetes pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya larutan
darah tersebut diteteskan di atas Haemacytometer yang telah diletakkan gelas penutup
di atasnya. Jumlah sel darah merah dapat dihitung dengan bantuan mikroskop dengan
pembesaran 400x. Perhitungan dilakukan pada lima kotak besar Haemacytometer dan
jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989).

eritrosit = rataan sel terhitung x 1 x pengencer


(volume kotak besar)
Penghitungan jumlah leukosit yaitu darah sampel dihisap dengan pipet yang
berisi bulir pengaduk warna putih sampai skala 0,5 kemudian ditambahkan Larutan
Turk sampai skala 11. Darah dalam pipet diaduk dengan cara menggoyangkan pipet
membentuk angka delapan selama 3-5 menit sehingga darah tercampur rata. Dua tetes
pertama larutan darah dalam pipet tersebut dibuang, selanjutnya larutan darah
tersebut diteteskan di atas Haemacytometer yang telah diletakkan gelas penutup di
atasnya. Jumlah sel darah merah dapat dihitung dengan bantuan mikroskop dengan
pembesaran 400x. Perhitungan dilakukan pada empat kotak besar Haemacytometer
dan jumlahnya dihitung dengan rumus (Nabib dan Pasaribu, 1989).

leukosit = rataan sel terhitung x 1 x pengencer


(volume kotak besar)

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mengenai Nilai Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih
Pada Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp) ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 23
November 2016 pukul 12.30 WIB s/d selesai bertempat di Laboratorium Fisiologi
Hewan Air, Lantai 1 Gedung Dekanat Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran.

3.2. Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum mengenai Nilai Perhitungan Sel Darah
Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp,) berikut adalah
daftar Alat yang digunakan beserta fungsinya dalam Tabel 1.
Tabel 1. Alat yang digunakan beserta fungsi
No Alat Fungsi
1 Haemacytometer Untuk tempat menaruh sampel
2 Mikroskop Untuk alat bantu memperbesar sampel
3 Hand Counter Untuk alat bantu hitung
4 Pipet Thoma Untuk alat untuk menyedot darah

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum mengenai Nilai Perhitungan Sel
Darah Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp,) berikut
adalah daftar Bahan yang digunakan beserta fungsinya dalam Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan beserta fungsi


No Bahan Fungsi
1 Ikan Lele Sangkuriang Sebagai Hewan percobaan
2 Larutan hayems Larutan untuk perlakuan sel darah merah
3 Larutan Turk Larutan untuk perlakuan sel darah putih
4 Alkohol Larutan untuk mensterilkan peralatan

3.3 Prosedur
Praktikum ini terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan agar pada
pengataman yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada. Berikut adalah
prosedur praktikum :
1 Penghitungan Sel Darah Merah
a. Disiapkan mikroskop dengan perbesaran tertentu (40x) , lalu diletakkan
haemacytometer tipe Improved Neubauer di bawah mikroskop,amati sampai
terlihat kotak-kotak kecil baik untuk tempat pernghitungan SDM maupun SDP.
b. Ditempatkan ikan uji pada wadah lalu lukai bagian pangkal ekornya dengan
pisau bedah.
c. Darah yang keluar segera dihisap dengan pipet Thomma sebatas skala 0,5 dan
dihentikan penghisapan dengan menekan ujung lidah ke ujung karet penghisap,
kemudian ditambah larutan Hayems sampai skala 101.
d. Karet penghisap dilepaskan dari pipet dan kedua ujung pipet ditekan denga ibu
jari dan telunjuk agar cairan tidak keluar, selanjutnya digerakkan dengan arah
memutar selama 3 menit agar merata.
e. Ditetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit haemacytometer,
biarkan beberapa saat, kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan
hand counter.
f. Untuk sel darah merah dilakukan dengan menghitung ke lima kotak di bagian
sudut dan hitung persel kotak kemudian dijumlah dan dibagi lima untuk rata-
ratanya. Faktor pengali 200 x 10 x 25 = 50.000 yang harus dikalikan dengan
jumlah rata-rata sel darah merah tersebut yang merupakan jumlah SDM per ml
darah.
2 Penghitungan Sel Darah Putih
a. Disiapkan mikroskop dengan perbesaran tertentu (40x) , lalu letakkan
haemacytometer tipe improved Neubauer di bawah mikroskop,amati sampai
terlihat kotak-kotak kecil baik untuk tempat pernghitungan SDM maupun SDP
b. Ditempatkan ikan uji pada wadah lalu lukai bagian pangkal ekornya dengan
pisau bedah.
c. Darah yang keluar segera dihisap dengan pipet Thomma sebatas skala 0,5 dan
dihentikan penghisapan dengan menekan ujung lidah ke ujung karet penghisap,
kemudian ditambah larutan Turk sampai skala 11.
d. Karet penghisap dilepaskan dari pipet dan kedua ujung pipet ditekan denga ibu
jari agar cairan tidak keluar, selanjutnya digerakkan dengan arah memutar selama
3 menit agar merata.
e. Ditetesi kamar hitung dengan cairan darah tadi melalui parit haemacytometer,
biarkan beberapa saat, kemudian dilakukan penghitungan dengan menggunakan
hand counter.
f. Untuk sel darah putih dilakukan dengan menghitung ke empat kotak di bagian
sudut dan hitung persel kotak kemudian dijumlah dan dibagi empat untuk rata-
ratanya. Faktor pengali 20 x 16 x 10 = 3200 yang harus dikalikan dengan jumlah
rata-rata jumlah sel darah merah tersebut yang merupakan jumlah SDP per ml
darah.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Kelompok
Data Hasil Kelompok Perhitungan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih pada
Ikan Lele (Clarias sp) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitugan Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Kelompok
Jumlah SDM per ml darah Jumlah SDP per ml darah
Kelompok
(Sel/mm3) (Sel/mm3)
9 1.390.000 358.400

4.1.2 Hasil Kelas


Praktikum yang telah dilakukan oleh kelas Perikanan A 2015, mendapatkan
hasil yang berbeda-beda. Hasil pengamatan dan perhitungan sel darah merah pada
Ikan Lele (Clarias sp), dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Perhitugan Sel Darah Merah Kelas A
Rata- Jumlah SDM per ml
Kel Perhitungan Sel Darah Merah Rata darah (Sel/mm3)
SDM1 SDM2 SDM3 SDM4 SDM5
1 37 33 32 29 21 30,4 1.520.000
2 26 28 29 40 22 29 1.450.000
3 50 35 23 58 53 43,8 2.190.000
4 26 30 24 27 26 26,6 1.330.000
5 25 25 24 23 37 26,8 1.340.000
6 49 32 44 34 33 38,4 1.920.000
7 22 27 25 14 21 21,8 1.090.000
8 14 17 18 18 16 16,6 830.000
9 20 22 27 29 31 27,8 1.390.000
10 25 52 21 42 46 37,2 1.860.000
11 195 205 180 222 235 207,4 10.370.000
12 96 64 112 128 80 96 4.800.000
13 208 224 192 144 240 201,6 10.080.000
14 100 70 110 133 90 100,6 5.030.000
15 102 80 120 131 80 102,6 5.130.000

Hasil pengamatan dan perhitungan sel darah putih pada ikan lele, dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitugan Sel Darah Putih Kelas A
Rata- Jumlah SDP per ml darah
Kel Perhitungan Sel Darah Putih Rata (Sel/mm3)
SDP1 SDP2 SDP3 SDP4
1 62 111 80 101 88,5 283.200
2 411 331 257 343 341,6 1.093.120
3 271 215 230 290 251,5 804.800
4 220 177 233 147 194,25 621.600
5 95 42 65 63 66,25 212.000
6 126 145 126 186 145,7 466.400
7 161 146 90 209 151,5 484.800
8 152 148 151 156 151,75 485.600
9 83 130 103 132 112 358.400
10 145 123 70 141 119,75 383.200
11 270 320 315 340 249 796.800
12 285 336 320 352 324 1.036.800
13 169 190 200 150 177,25 567.200
14 280 320 328 342 317,5 1.016.000
15 245 300 338 331 303,5 971.200

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Kelompok
Kelompok 9 dilihat bahwa jumlah eritrosit dan leukosit pada ikan lele setelah
dilakukannya pengamatan dan perhitungan adalah normal. Hal ini karena ikan tidak
mengalami stress ataupun infeksi penyakit yang dapat membuat perubahan jumlah sel
darah yang signifikan. Adapun faktor lain yang membuat nilai sel darah kelompok
satu dengan yang lainnya berbeda adalah pengamatan yang tidak teliti sehingga data
yang didapatkan tidak sama. Selain itu ada pula karena alat yang digunakan kurang
baik kualitasnya. Namun lebih banyak dari kesalahan praktikan dalam proses
percobaan. Contoh saja darah menjadi beku karena telat diberi lautan Hayems
maupun Turk.
Karena jumlah sel darah pada ikan adalah normal maka dapat disimpulkan
bahwa ikan tersebut dalam kondisi yang sehat dan tidak dalam kondisi fisiologis yang
buruk. Mungkin juga karena ikan lele memiliki ketahanan tubuh yang sangat baik
terhadap lingkungan.
4.2.2 Pembahasan Kelas
Praktikum penghitungan sel darah merah dan darah putih pada ikan lele
diawali dengan menyiapkan seluruh alat dan bahan dan diletakkan didekat praktikan.
Peletakkan ini bertujuan agar tidak sulit menjangkau alat untuk langkah-langkah
percobaan pada praktikum tersebut. Selajutnya disayat pangkal ekor dari ikan uji dan
kemudian diambil darahnya dengan menggunakan pipet thoma. Ada dua jenis pipet
thoma dengan dua kegunaan berbeda yaitu pipet thoma merah untuk sel darah merah
dan pipet thoma putih untuk sel darah putih. Selain itu digunakkan juga dua larutan
pengenceran yaitu larutan Hayems dan Turk. Larutan Hayems berguna untuk
mengencerkan sel darah merah dan menghancurkan sel darah putih pada darah yang
kita ingin hitung sel darah merahnya begitupun sebaliknya pada larutan Turk.
Selanjutnya kedua sampel di teteskan sebanyak 1 ml pada Haemocytometer
dan kemudian diletakkan di mikroskop dengan perbesaran 10 kali. Kemudian diamati
masing-masing sel darah dan dihitung. Sel darah merah dihitung pada 5 kotak secara
acak dan kemudian dijumlah dan dirata-ratakan. Sel darah putih dihitung pada 4
kotak secara acak kemudian dijumlahkan dan dirata-ratakan juga. Setelah dirata-
ratakan maka kedua hasil dari sel darah merah dan sel darah putih tersebut dikalikan
dengan faktor pengalinya.
Jumlah leukosit pada ikan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
jumlah leuoksit pada ikan dipengaruhi oleh jenis atau spesies ikan, misalnya jumlah

leukosit ikan lele yang sehat adalah 20-150 x 103 . Selanjutnya dijelaskan juga

bahwa jumlah leukosit dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis yaitu umur, aktivitas
otot, aksitasi, dan masa estas. Jumlah eritrosit pada ikan lele normal adalah 300 x

104 3
sel/ mm ( Lagler et al. 1977 dalam saputra, 2011). Jain (1986)

menyebutkan bahwa secara umum nilai eritrosit pada ikan dipengaruhi leh jenis
kelamin ikan tersebut.
Perbedaan penghitungan sel darah merah dan darah putih dengan
penghitungan hematokrit adalah dari segi metode sel darah pada pengambilan dan
penghitungan nilai hematokrit adalah dengan cara dihomogenkan darah tersebut
dengan heparin dan kemudian disentrifugasi dengan tujuan memisahkan plasma darah
yaitu antara eritrosit dan leukosit dan setelahnya didapatkan persentase jumlah
hematokrit
Penghitungan sel darah merah dan darah putih kali ini darah dihisap
menggunakan pipet thoma yang kemudian darah diberikan larutan Hayems untuk sel
darah merah dan Turk untuk sel darah putih. Pada proses ini tidak terjadi pemisahan
plasma darah. Melainkan perusakkan salah satu sel darah. Contoh pada pengamatan
perrhitungan sel darah merah, larutan Hayems akan merusak sel darah putih
sehingga yang utuh dan akan terlihat dalam mikroskop adalah sel darah merahnya
saja. Selain dari metode perbedaan lainnya adalah dari segi jumlah sel darah yang
dihitung. Pada percobaan ini yang dihitung adalah berapa keping sel darah bukan
berapa persen sel darah.
Pada kelompok lain ada beberapa yang terlihat jumah sel darah putihnya
sangat tinggi, hal ini dapat disebabkan oleh sel darah putih yang memang sedang
berperang melawan infeksi penyakit yang dapat merugikan ikan. Sel darah putih
memperbanyak diri untuk melawan bibit penyakit tersebut. Ada pula kelompok yang
perhitungan sel darah merahnya sedikit sekali bahkan tidak mencapai 1.000.000.
Mungkin karena faktor ikan tersebut stres ataupun kurang nutrisi bagi sel darah
merah untuk terus berproduksi.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Jumlah leukosit pada ikan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Bastiawan
dkk (1995) mengemukakan bahwa jumlah leuoksit pada ikan dipengaruhi oleh jenis
atau spesies ikan
Selanjutnya dijelaskan juga bahwa jumlah leukosit dipengaruhi oleh faktor-faktor
fisiologis yaitu umur, aktivitas otot, aksitasi, dan masa estas.
104 3
Jumlah eritrosit pada ikan lele normal adalah 300 x sel/ mm

( Lagler et al. 1977 dalam saputra, 2011). Jain (1986) menyebutkan bahwa secara
umum nilai eritrosit pada ikan dipengaruhi oleh jenis kelamin ikan tersebut.
Perbedaan penghitungan sel darah merah dan darah putih dengan penghitungan
hematokrit adalah penghitungan nilai hematokrit adalah dengan memisahkan plasma
darah yaitu antara eritrosit dan leukosit dan setelahnya didapatkan persentase jumlah
hematokrit. Penghitungan sel darah merah dan darah putih kali ini darah dihisap
menggunakan pipet thoma yang kemudian darah diberikan larutan Hayems untuk sel
darah merah dan Turk untuk sel darah putih. Pada proses ini tidak terjadi pemisahan
plasma darah. Melainkan perusakkan salah satu sel darah. Contoh pada pengamatan
perrhitungan sel darah merah, Pada kelompok 9 dilihat bahwa jumlah eritrosit dan
leukosit pada ikan lele setelah dilakukannya pengamatan dan perhitungan adalah
normal. Hal ini karena ikan tidak mengalami stress ataupun infeksi penyakit yang
dapat membuat perubahan jumlah sel darah yang signifikan. Adapun faktor lain yang
membuat nilai sel darah kelompok satu dengan yang lainnya berbeda adalah
pengamatan yang tidak teliti sehingga data yang didapatkan tidak sama.

5.2 Saran
Praktikum ini memberi pelajaran bagi kita untuk bisa mengetahui kondisi ikan
dengan cara menghitung sel darah merah pada ikan. Praktikum ini terdapat kesulitan
dalam mengamati haemacytometer yaitu untuk menemukan kotak hitungnya. Hal ini
dikarenakan kondisi mikroskop yang kurang baik sehingga pengamatan membuang
waktu yang cukup lama. Sebaiknya mikroskop yang akan digunakan untuk praktikum
harus dalam kondisi baik. Ketepatan menyedot darah menggunakan pipet thoma
harusdiperhatikan karena jika tidak tepat pada skala yang diinginkan akan
memperlama pekerjaan. Pengenceran pun harus dilakukan sampai sampel darah
merah tercampur secara homogen dengan larutan Hayems dan sel darah putih dengan
larutan turks. Dan setelah digunakan peralatan praktikum di bersihkan kembali agar
peralatan tidak mudah rusak dan berkarat.
DAFTAR PUSTAKA

Alifuddin, M. 2000. Peran Immunostimulan (Lipoposakarida, Saccharomyces


cerevisiae dan Levamisole) Pada Gambaran Respon Imunitas Ikan Jambal
Siam (Pangasius hypophthalmus). Kertas karya. Program Pasca Sarjana IPB,
Bogor. 48 hal (tidak diterbitkan).
Dellman HD, Brown EM. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi 3. Hartono
(Penerjemah). UI Press, Jakarta.
Dallman, H. D dan E. M Brown. 1992. Buku Teks Histologi Veteriner I. Jakarta : UI
Press.
Darmadi. 2009. Menghitung Sel Darah Merah dan Sel Darah Putih Pada Ikan
Lele (Clarias gariepinus).Bandung:Marine Science Padjadjaran University
Frandson, R. D. 1986. Anatomy and physiology of Farm Animals. Philadelphia.:Lea
and Febiger.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta:UGM Press.
Guyton, A. C. 1976. Text Book of Medical Physiology. Toronto: W. B. Saunders
Company Philadelphia London.
Guyton dan Hall. (1997). Fisiologi Kedokteran. Jakarta :Penerbit EGC.
Kimball, J.W. 1988. Biologi. Jakarta.:Erlangga
Kimball, Jhon W. 1999.Biologi. Jakarta.:Erlangga
Kimball,W. John. 2002. Biology Jilid !dan 2. IPB. Erlangga: Bogor.
Lagler, K.F., J.E. Eardech, R.R. Miller, D.R. Passino. 1997. Ichthyology of Fishes.
John Wiley and Sons, Inc.
Lies, Irdawati. 2007. Eritrosit dan Leukosit Ikan Nila Merah (Oreochromis sp) yang
Dipelihara Pada pH Berbeda yang Mengandung Alumunium Potasium Sulfat.
Lehninger, A.L. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Schmidt, W. and Nelson, B. 1990. Animal Physiology. New York: Harper Collins
Publisher.
Suyanto S Rachmatun. 2007. Budidaya Ikan Lele. Penebar Swadaya : Jakarta.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Wedemeyer GA, Yasutke. 1977. Clinical Methods for The Assessment on The Effect
of Enviromental Stress on Fish Health. Technical Paper of The US
Departement of The Interior Fish ang the Wildlife Service, 89 : 1-17.
Windarti, T. Efrizal, Chaidir Pulungan, Deni Efizon, Yuliati. 2010. Buku Ajar
Fisiologi Hewan Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru. 68 halaman (tidak diterbitkan).
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat yang digunakan

Pisau dan Talenan Mikroskop Hand Counter


Petridisk Pipet Thoma Improved Neubauer

Lampiran 2. Bahan yang digunakan


Ikan Lele Larutan rurk
Lampiran 3. Kegiatan Praktikum

Pengambilan sampel Ikan Pemotongan Ikan Pengambilan darah merah

Pengambilan Darah Putih Penambahan Larutan Sel Darah Merah

Sel Darah Putih

Anda mungkin juga menyukai