Perawatan Ortodontik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

PERAWATAN ORTODONTIK

Menurut waktu dan tingkatan maloklusinya, perawatan ortodontik dibagi menjadi :

1. Ortodontik pencegahan (Preventive Orthodontics), yaitu segala tindakan yang menghindarkan segala
pengaruh yang dapat merubah jalannya perkembangan yang normal agar tidak terjadi malposisi gigi dan
hubungan rahang yang abnormal. Tindakan-tindakan yang diperlukan misalnya :
a. Pada waktu anak masih dalam kandungan, ibu harus mendapatkan makanan yang cukup nilai gizinya
untuk kepentingan pertumbuhan janin. Ibu harus cukup mendapat kalsium, fosfor, fluor dan
vitaminvitamin A, C dan D untuk mencukupi kebutuhan janin akan zat-zat tersebut.
b. Setelah bayi lahir, nutrisi anak juga harus dijaga agar pertumbuhan dan perkembangan badannya normal,
dan harus dijaga dari penyakitpenyakit yang dapat mengganggu jalannya pertumbuhan. Penyakit rhinitis,
rakhitis, sifilis, TBC tulang atau avitaminosis dapat menimbulkan deformasi tulang termasuk gigi-gigi
dan jaringan pendukungnya. Gangguan pada kelenjar endokrin misalnya glandula hipofise, glandula
tyroida, dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan mengakibatkan adanya anomali pada gigi-
giginya. Juga harus dijaga adanya luka pada saat kelahiran. Kerusakan yang terjadi pada rahang akibat
pemakaian tang-tang obstetri dapat mengakibatkan anomali yang berat pada gigi-gigi.
c. Setelah anak mempunyai gigi, maka harus dijaga agar gigi ini tetap sehat sampai pada saatnya akan
digantikan oleh gigi permanen. Kebersihan mulut harus dijaga, harus diajarkan cara-cara menggosok gigi
yang benar, tiga kali sehari setiap selesai makan dan menjelang tidur. Secara teratur si anak diperiksakan
ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk melihat keadaan gigi-giginya. Jika terdapat karies harus segera
ditambal. Dilakukan tindakan preventif agar gigi-giginya tidak mudah terserang karies, misalnya topikal
aplikasi NaF, mouth rinsing dan plak kontrol. Fungsi pengunyahan harus dijaga agar tetap baik. Pada
masa pergantian gigi harus dijaga agar gigi desidui tidak dicabut atau hilang terlalu awal (premature
axtraction atau premature loss), ataupun terlambat dicabut sehingga gigi permanen penggantinya telah
tumbuh (terjadi persistensi atau prolong retention gigi desidui). Jika gigi desidui harus dicabut jauh
sebelum waktu tanggalnya, harus dibuatkan space maintainer untuk menjaga agar ruangan bekas gigi
desidui tadi tidak menutup. Kebiasaan menghisap ibu jari (thumb sucking), menggigit bibir (lips biting),
meletakkan lidah diantara gigigiginya (tongue biting), mendorong lidah pada gigi-gigi depannya (tongue
thrusting), cara berbicara yang salah, cara penelanan yang salah, adalah merupakan kebiasaan jelek yang
apabila dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan dilakukan pada masa pertumbuhan aktif, akan
mengakibatkan timbulnya anomali pada gigi-giginya. Oleh karena itu tindakan menghilangkan kebiasaan
jelek sedini mungkin merupakan suatu tindakan preventif terhadap timbulnya anomali. Anak yang
mempunyai tonsil yang membesar akan mengalami gangguan dalam pernafasannya sehingga anak
tersebut akan bernafas melalui mulutnya. Kebiasaan ini juga akan menimbulkan kelainan pada lengkung
rahang dan giginya. Sikap tubuh yang salah, misalnya selalu membungkuk, miring kanan atau kiri, juga
merupakan kebiasaan jelek yang dapat menimbulkan kelainan. Seorang dokter gigi harus mengetahui
seawal mungkin adanya penyimpangan dan faktor predisposisi suatu kelainan. Kalau perlu dokter gigi
segera mengirimkan pasien ke ahli ortodonsi atau ahli lainnya untuk perawatan penyakit sistemik dengan
kelainan dentofasial atau adanya celah pada rahang atau bibirnya yang membutuhkan perawatan lebih
kompleks.

2. Ortodontik interseptif (Interceptive orthodontics). Ortodontik interseptif merupakan tindakan atau


perawatan ortodontik pada maloklusi yang mulai tampak dan sedang berkembang. Disini maloklusi
sudah terjadi sehingga perlu diambil tindakan perawatan guna mencegah maloklusi yang ada tidak
berkembang menjadi lebih parah. Tindakan yang termasuk disini antara lain dengan menghilangkan
penyebab maloklusi yang terjadi agar tidak berkembang dan dapat diarahkan agar menjadi normal.
Contoh yang paling baik dari ortodontik interseptif ini adalah program terencana dari pencabutan
beranting (serial extraction), yaitu pencabutan gigi kaninus desidui dan premolar yang dilakukan pada
keadaan dimana gigi depan permanen tampak sedikit berjejal, sehingga dengan pencabutan pada waktu
yang tepat dan terencana maka dapat memperbaiki gigi yang berjejal tadi. Tindakan interseptif lainnya
misalnya dengan memberikan space regainer untuk mendapatkan kembali ruang yang menyempit akibat
pencabutan atau hilangnya gigi desidui yang terlalu awal. Juga tindakan pelebaran rahang atas secara
cepat ( RME = Rapid Maxillary Expansion) pada rahang atas yang sangat sempit dimana sutura palatina
masih renggang (belum terjadi interdigitasi sutura). Perawatan pada otot (myotheraphy) misalnya pada
musculus orbicularis oris yang hipotonus juga termasuk tindakan interseptif. Demikian juga pergeseran
ke distal molar satu permanen baik atas maupun bawah untuk mengatasi panjang lengkung yang kurang.
Tindakan perawatan interseptif ini dilakukan pada periode gigi bercampur (mixed dentition).

3. Ortodontik korektif atau kuratif (Corrective atau curative orthodontics). Ortodontik korektif merupakan
tindakan perawatan pada maloklusi yang sudah nyata terjadi. Gigi-gigi yang malposisi digeser ke posisi
normal, dengan kekuatan mekanis yang dihasilkan oleh alat ortodontik. Gigi dapat bergeser karena sifat
adaptive response jaringan periodontal. Ortodontik kuratif atau korektif ini dilakukan pada periode gigi
permanen.

Menurut periode perawatan ortodontik dibagi dalam 2 periode :

1. Periode aktif, merupakan periode di mana dengan menggunakan tekanan mekanis suatu alat ortodontik
dilakukan pengaturan gigi-gigi yang malposisi, atau dengan memanfaatkan tekanan fungsional otot-otot
sekitar mulut dilakukan perawatan untuk mengoreksi hubungan rahang bawah terhadap rahang atas.
Contoh : Alat aktif : plat aktif, plat ekspansi Alat pasif : aktivator (suatu alat myofungsional).
2. Periode pasif, yaitu periode perawatan setelah periode aktif selesai, dengan tujuan untuk
mempertahankan kedudukan gigi-gigi yan telah dikoreksi agar tidak relaps (kembali seperti kedudukan
semula), dengan menggunakan Hawley retainer.

Menurut cara pemakaian alat, perawataan ortodontik dibagi menjadi :

1. Perawatan dengan alat lepasan (removable appliances), yaitu alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh
pasien sendiri, dengan maksud untuk mempermudah pembersihan alat. Alat ini mempunyai keterbatasan
kemampuan untuk perawatan, sehingga hanya dipakai untuk kasus sederhana yang hanya melibatkan
kelainan posisi giginya saja. Contoh : Plat aktif, plat ekspansi, aktivator, bite raiser dsb.
2. Perawatan dengan alat cekat (fixed appliances), yaitu alat yang hanya dapat dipasang dan dilepas oleh
dokter yang merawat saja. Alat cekat ini mempunyai kemampuan perawatan yang lebih kompleks.
Contoh : Teknik Begg, Edgewise, Twin Wire Arch, Straightwire dsb.

Diagnosa Perawatan Orthodontik


A. Kriteria Diagnostik Esensial (Essential Diagnostic Criteria)
a. Anamnesis dan Riwayat kasus (case history)
b. Pemeriksaan / Analisis klinis :
- Umum / general : Jasmani, Mental
- Khusus / lokal : Intra oral, Extra oral
c. Analisis model studi : Pemeriksaan dan pengukuran pada model studi:
- Lebar mesiodistal gigi-gigi
- Lebar lengkung gigi
- Panjang / Tinggi lengkung gigi
- Panjang perimeter lengkung gigi
d. Analisis Fotometri (Photometric Analysis): Pemeriksaan dan pengukuran pada foto profil dan foto fasial
pasien, meliputi :
- Tipe profil
- Bentuk muka
- Bentuk kepala
e. Analisis Foto Rontgen (Radiographic Analysis):
- Foto periapikal
- Panoramik
- Bite wing

B. Kriteria Diagnostik Tambahan (Supplement Diagnostic Criteria)


a. Analisis Sefalometrik (Cephalometric Analysis):
- Foto lateral (Lateral projection) untuk anlisis profil
- Foto frontal (Antero-posierior projection) untuk anlisis fasial
- Dll
b. Analisis Elektromyografi (EMG) : Untuk mengetahaui abnormalitas tonus dan aktivitas otot-otot muka dan
mastikasi.
c. Radiografi pergelangan tangan (Hand-wrist Radiografi): Untuk menetapkan indeks karpal yaitu untuk
menentukan umur penulangan.
d. Pemeriksaan Laboratorium: Untuk menetapkan basal metabolic rate (BMR), Tes indokrinologi, dll.
Rontgen Gigi
a. Intra Oral, Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan
filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien

b. Ekstra Oral, untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di
luar mulut.

Fungsi dari foto rongen adalah:


a. Untuk membantu, menegakkan suatu diagnose penyakit
b. Untuk melihat anggota bagian dalam
c. Untuk memperkirakan waktu erupsi gigi
d. Digunakan sebagai dokumentasi RM
e. Untuk membantu mengetahui lokasi terjadinya kerusakan jaringan.
2.4 Analisa umum
Pemeriksaan Subjektif

1. Keluhan utama pasien biasanya tentang keadaan susunan giginya, yangdirasakan kurang baik

dokter gigi mendengarkan apa yang menjadi keluhan seorang pasien dan tidak mengambil kesimpulan secara
sepihak tentang apa yang menjadikeluhan seorang pasien
Pada tahap ini tujuan pertanyaan adalah untuk mengetahui apa yang dipentingkan oleh pasien.

2. Riwayat kesehatan pasien dan keluarga

Maloklusi merupakan penyimpangan dari proses pertumbuhkembangan yang normal. Meskipun demikian
diperlukan pemeriksaan medis yang teliti untuk mengetahui status kesehatan pasien secara umum.

3. Berat Badan dan Tinggi Badan

Berat Badan dan Tinggi Badan ini diharapakan dapat diketahui apakah pertumbuhkembangan pasien
normal sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya. Data ini diperoleh dengan pengukuran sendiri atau
memintanya kepada dokter yang merawt anak tersebut.

4. Ras

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cirri ciri fisik pasien karena setiap ras mempunyai cirri
ciri fisik tertentu. Penetapan didasarkan pada anamnesis meliputi ras ayah ibu pasien.

5. Bentuk Skelet
a. Seseorang yang langsing dengan sedikit jaringan otot atau lemak digolongkan sebagai ektomorfik.
b. Pada individu ini yang dominan adalah kulit dan saraf yang berasal dari ektoderm. Seseorang yang berotot
digolongkan sebagai mesomorfik
c. orang yang pendek dengan otot yang kurang berkembang akan tetapi mempunyai lapisan lemak yang disebut
endomprfik.
d. Anak dengan bentuk skelet ektomorfik mencapai kematangan lebih lambat daripada anak dengan tipe skelet
endomorfik maupun mesomorfik.
6. Penyakit anak
-Penyakit sistemik lebih berpengaruh pada kualitas gigi daripada kuantitas pertumbuhkembangan gigi.
-Suatu maloklusi dapat merupakan akibat sekunder kelainan otot dan beberapa kelainan neuropati .
7. Alergi
Dari riwayat alergi yang didapat juga dapat diketahui bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi
yang akan mempengaruhi perwatan orthodontic yang akan dilakukan.
Alergi terhdap bahan
Peranti ortodontik mengandung bahan-bahan yang mungkin menyebabkan alergi.
8. Kelainan endokrin
Kelainan endokrin yang terjadi pralahir dapat mewujudkan pada hipoplasia gigi.
Kelainan endokrin pascalahir dapat menyebabkan percepatan atau hambatan pertumbuhan muka, memengaruhi
derajat pematangan tulang, penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung dan erupsi gigi permanen. Membran
periodontal dan gusi sangat sensitif terhadap beberapa disfungsi endokrin dan keadaan ini dapat berakibat
langsung pada gigi.
9. Tonsil
Tonsil yang besar apalagi dalam keadaan bengkak dapat dapat mempengaruhi posisi lidah. Kadang-kadang
lidah terletak ke anterior sehingga mengganggu fungsi menelan.
10. Kelaianan saluran nafas
Seseorang yang bernafas melalui mulut dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan kraniofasial dan letak
gigi. Pasien yang bernafas pada mulut akan mengalami kesukaran pada saat dilakukan pencetakan untuk
membuat model studi maupun model kerja. Selain itu pasien yang bernafas melalui mulut akan mempunyai
palatum yang dalam, maksila yang sempit sehingga kadang-kadang didapatkan gigitan silang posterior.
Cara pemeriksaannya berupa :
a. Perhatikan pasien bernafas pada saat pasien istirahat tanpa diketahui oleh pasien
b. Mintalah pasien untuk bernapas yang dalam
c. Tempatkan kaca mulut dibawah lubang hidung. Pada penapas mulut kaca tersebut btidak buram karena
tidak ada aliran udara dari lubang hidung.
Akibat kebiasaan bernafas dengan mulut:
a. Menyebabkan open bite anterior
b. Maloklusi klas II divisi 1
c. Tidak adanya Self cleansing terutama pada regio anterior rahang atas dan adanya gingivitis terutama
pada regio anterior.
Gambaran Wajah Pada penapas Mulut
a. Tinggi muka anterior besar,
b. Bibir tidak kompeten
c. Protrusi atas
d. Sudut mandibula yang curam/besar
e. Gigitan silang gigi posterior
2.5 Analisis Lokal
Analisis lokal terdiri atas analisis ekstraoral dan analisis intraoral, untuk mengetahui lebih terperinci keadaan
yang menunjang penentuan diagnosis.

A. Analisis ekstraoral
Analisis ekstraoral meliputi bentuk kepala, simetri wajah, tipe wajah, tipe profil, bibir, fungsi bicara,
kebiasaan jelek sedangkan analisis intraoral meliputi lidah, palatum, kebersihan mulut, karies dan gigi yang
ada.
a. Bentuk kepala
Bentuk kepala perlu dipelajari karena bentuk kepala ada hubungannya dengan bentuk muka, palatum
maupun bentuk lengkung gigi. Bentuk kepala ada 3 yaitu : dolisefalik (panjang dan sempit), mesosefalik
(bentuk rata-rata) dan brakisefalik (lebar dan pendek). Indeks untuk kepala yang dolisefalik adalah 0,75
sedangkan yang brakisefalik 0,80, mesosefalik merupakan tipe kepala dengan indeks sefalik antara 0,76-0,79.
Indeks kranial merupakan istilah untuk pengukuran indeks tengkorak kering sedangkan indeks sefalik
digunakan untuk pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup.
b. Simetri wajah
Wajah pasien dapat dilihat dari depan untuk memeriksa proporsi lebar mata, hidung dan mulut, juga untuk
melihat apakah wajah simetri atau simetri dan proporsi ukuran vertikal. Menurut Houston dkk., (1992) dengan
melihat muka pasien dari depan bila terdapat asimetri dengan mudah akan dapat dikenali adanya asimetri
rahang terhadap muka secara keseluruhan.
Pemeriksaan wajah dari arah depan :
1) Pasien dengan gigitan terbuka anterior disertai tinggi muka bagian bawah yang besar kadang-kadang
mempunyai muka bagian bawah yang panjang tetapi kadang-kadang juga tidak, tergantung pada lebar wajah.
2) Perlu juga memeriksa garis median wajah yang diproyeksikan pada model studi. Hal ini perlu untuk
menentukan pergeseran median lengkung geligi terhadap wajah.
. Tipe wajah
Kompleks muka berhubungan dengan basis kranium,
pertumbuhan basisi kranium pada tahap awal menentukan pola dimensi, sudut dan topografi muka. Kepala
yang dolikosefalik memebentuk muka yang sempit, panjang dan protusif yang disebut muka
sempit/leptoprosop.
Tipe Profil
Pemeriksaan profil dapat membedakan secara klinis pasien dengan keadaan yang parah dari mereka yang
mempunyai muka baik atau cukup baik. Kecembungan atau kecekungan muka menunjukkan disproporsi
rahang.

Tujuan pemeriksaan profil, yaitu :


a. Menentukan posisi rahang dalam jurusan sagital
b. Evaluasi bibir dan letak insisiv
c. Evaluasi proporsi wajah dalam arah vertikal dan sudut mandibula
e. Bibir
Bila bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa kontraksi otot pada saat
mandibula dalam keadaan istirahat disebut bibir yang kompeten. Bila diperlukan kontrkasi otot untuk mencapai
kontak bibir atas dan bawah pada saat mandibula dalam keadaan istirahat dinamakan bibir inkompeten.Pasien
dengan bibir yang potensial untuk dapat berkontak dengan mudah akan tetapi bibirnya membuka (tidak
berkontak) dinamakan biir yang potensial kompeten.
Gigi dapat menjadi protusif bila terdapat dua keadaan di bawah ini
a. Bibir yang ke anterior
b. Bibir tidak berkontak antara 3-4 mm pada saat istirahat yang biasa dinamai bibir tidak kompeten
f. Fungsi bicara
Awalnya suara yang dihasilkan adalah suara bilabial, misalnya p,b. Kemudian konsonan ujung lidah
seperti t,d menyusul suara sibilan (s,z) yang mengharuskan penempatan lidah dekat tetapi tidak menyentk
palatum dan yang terakhir adalah suara r yang membutuhkan penempatan bagian posterior lidah yang tepat
yang kadang-kadang tidak tercapai pada usia 4-5 tahun.
g. Kebiasaan buruk
Kebiasaan jelek perlu diperiksa karena kebiasaan jelek dapat dapat menjadi penyebab suatu maloklusi.
Tidak semua kebiasaan jelek dapat menyebabkan maloklusi. Ada tiga syarat yang harus ada pada suatu
kebiasaan berlangsung, frekuensi yang cukup serta intensitas melakukan kebiasaan tersebut.
Maloklusi yang terjadi tergantung pada kebiasaan jelek tersebut,
a. kebiasaan jelek menghisap ibu jari akan menghasilkan maloklusi yang berbeda dengan kebiasaan menghisap
bibir bwah. Beberapa macam kebiasaan jelek, misalnya : menghisap jari atau ibu jari, menghisap bibir atau
menggigit bibir, menggigit kuku.
B. Pemeriksaan Intraoral
Pemeriksaan Intraoral ini meliputi bebrapa bagian dari dalam rongga mulut yaitu adalah sebagai berikut :
a. Lidah
Pemeriksaan lidah meliputi ukuran, bentuk dan fungsi. Ukuran dan bentuk diperiksa secara subjektif.
Tanda klinis untuk lidah yang terlalu besar (makroglosi) terhadap lengkung geligi adalah adanya scalloping
(yang merupakan cetakan sisi lingual gigi pada lidah) pada tepi luar lidah.

b. Palatum
Palatum merupakan proyeksi konfigurasi fosa kranial anterior, sedangkan konfigurasi basis apikal gigi
rahang atas ditentukan oleh perimeter palatum. Bentuk palatum ini dapat mempengaruhi retensi peranti lepasan.
Pada palatum yang relatif tinggi akan memberikan retensi dan penjangkaran yang lebih baik. Perlu diperhatikan
kadang-kadang terdapat torus palatinus yang dapat mengurangi kenyamanan pasien bila pasien memakai
peranti lepasan.
c. Kebersihan mulut
Kebersihan mulut yang terjaga baik merupakan indikator perhatian pasien terhadap giginya serta dapat
diharapkan adanya kerja sama yang baik dengan pasien.
d. Karies
Pemeriksaan gigi dengan karies perlu dilakukan karena gigi yang karies merupakan penyebab utama
maloklusi lokal. Karies merupakan penyebab terjadinya tanggal prematur gigi sulung sehingga terjadi
pergeseran gigi permanen erupsi gigi permanen yang lambat.
e. Fase geligi
Pasien yang datang untuk perawatan orthodontik biasanya dalam fase geligi pergantian atau permanen dan
jarang pada fase geligi sulung. Fase geligi pergantian ditandai dengan adanya gigi sulung dan gigi permanen
dalam rongga mulut.
f. Gigi yang ada

2.6 Analisis Fungsional


A. Path of closure
Path of closure adalah arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke oklusi sentrik. Idealnya path of
closure dari posisi istirahat ke oklusi maksimum berupa gerakan engsel sederhana melewati freeway space yang
besarnya 2-3 mm, arahnya ke atas dan ke depan.
B. Deviasi Mandibula
Keadaan ini berhubungan dengan posisi kebiasan mandibular. Bila mandibular dalam posisi kebiasaan,
maka jarak antaroklusal akan bertambah sedangkan kondili letaknya lebih maju didalam fosa glenoidales. Arah
path of closure adalah keatas dan kebelakang akan tetapi bila gigi telah mencapai oklusi mandibular terletak
pada relasi sentrik (kondili dalam keadaan posisi normal fosa glenoidalis).
C. Sendi temporo mandibular
Sebagai panduan umum bila pergerakan mandibular normal berarti fungsinya tidak terganggu , sebaliknya
jika gerakan mandibular terbatas biasanya menunjukkan adanya masalah fungsi. Oleh karena itu satu indicator
penting tentang fungsi temporo mandibular joint adalah lebar pembukaan maksimalyang pada keadaan normal
berkisar 35-40mm, 7mm gerakan ke lateral dan 6 mm kedepan.
2.7 Analisa model
Model studi adalah rekam ortodontik yang paling sering digunakan untuk menganalisis suatu kasus dan
memberikan banyak informasi, pembuatannya relatif mudah dan murah.
Keadaan yang dapat dilihat pada model adalah bentuk lengkung geligi, diskrepansi pada model, analisa
ukuran gigi, kurva spee, Diastema, simetri gigi-gigi, gigi yang terletak salah, pergeseran garis median, relasi
gigi posterior, relasi gigi anterior
1. Bentuk lengkung geligi
Model dilihat dari oklusal kemudian diamati bentuk lengkung geligi. Bentuk lengkung geligi yang normal
adalah berbentuk parabola; ada beberapa bentuk lengkung geligi yang tidak normal misalnya lebar, menyempit
di daerah anterior dan lain-lain.
2. Diskrepansi pada model
Diskrepansi pada model adalah perbedaan antara tempat yang tersedia (available space) dengan tempat
yang dibutuhkan (required space).Fungsinya sendiri untuk menetukan macam perawatan pasien tersebut,
apakah termasuk perawatan pencabutan gigi permanen atau tanpa pencabutan gigi permanen.
Ada berbagai cara untuk mengukur tempat yang tersedia. Salah satu cara untuk mengukur tempat yang
tersedia di rahang atas adalah dengan cara membuat lekungan dari kawat tembaga (brass wire mulaidari mesial
molar pertama permanen kiri melewati fisura gigi-gigi di depannya terus melewati insisal insisivi yang letaknya
benar terus melewati fisura gigi-gigi posterior sampai mesial molar pertama permanen sisi kanan. Kawat ini
kemudian diluruskan dan diukur panjangnya. Panjang kawat ini merupakan tempat yang tersedia . untuk rahang
bawah lekung kawat tidak melewati fissure gigi posterior tetapi lewat tonjol bukal gigi posterior rahang bawah.
Cara lain untuk mengukur tempat yang tersedia adalah dengan membagi lengkung geligi dalam beberapa
segmen , biasanya mesial molar pertama permanen kiri sampai denga kaninus kiri, dari mesial kaninus kiri
sampai mesial insisivi sentralkiri, dari mesial insisivi sentral kanan sampai distal kaninus kanan, dari distal
kaninus kanan sampai mesial molar pertama permanen kanan, masing masing segmen diukur dengan kapiler
kemudian dijumlahkan

Pengukuran lebar mesiodital gigi juga dapat dipakai untuk penilaian apakah lebar gigi normal atau terdapat
mikrodontia atau makrodontia. Jumlah lebar keempat insisivi atas permanan antara 28 mm sampai 36 mm
dianggap normal.

3. Analisa ukuran gigi


Tooth size analysis atau lebih sering disebut analisis bolton dilakukan dengan mengukur lebar mesiodistal
setiap gigi permanen. Ukuran ini kemudian dibandingkan dengan tabel standart jumlah lebar gigi anterior atas
maupun bawah (dari kaninus ke kaninus) dan juga jumlah lebar mesiodistal semua gigi atas dan bawah (molar
pertama ke molar pertama) tidak termasuk moalr kedua dan ketiga.
Bila perbedaan ukuran gigi ini kurang dari 1,5mm jarang berpengaruh secara signifikan, tetapi kalau
melebihi 1,5 mm akan menimbulkan maslah dalam perawatan ortodonti dan sebaiknya hal ini dimasukkan
dalam pertimbangan perawatan ortodontik.
4. Kurva spee
Lengkung yang menghubungkan insisal insisiv dengan bidang oklusal molar terakhir pada rahang bawah.
Pada keadaan normal kedalamannya tidak melebihi 1,5 mm.
Kurva spee adalah kurva dengan pusat pada suatu titik di tulang lakrimal denga radius pada orang dewasa
65-70 mm. kurva ini berkontak di empat lokasi yaitu permukaan anterior kondili, daerah kontak distooklusi
molar ketiga , daerah kontak mesiooklusal molar pertama dan tepi insisal. Mungkin karena sample yang
disampaikan berbeda beberapa peneliti (Hitchock dale) mencoba mengukur sesuai dengan yang dilakukan oleh
spee tetapi tidak memperoleh hasil yang sama denga spee.
5. Diastema
Ruang antara dua gigi yang berdekatan, gingiva diantara gigi-gigi kelihatan. Adanya diastema pada fase
gigi geligi pergantian masih merupakan keadaan normal, tetapi adanya diastema pada fase geligi permanen
perlu diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui apakah keadaan tersebut suatu keadaan yang tidak normal.

6. Simetri gigi-gigi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui simetri gigi senama dalam jurusan sagital maupun transversal dengan
cara membandingkan letak gigi permanen senama kiri dan kanan.
7. Gigi yang terletak salah
Penyebutan letak gigi yang digunakan diantaranya sebagai berikut:
a. Versi: mahkota gigi miring kearah tertentu tetapi akar gigi tidak.
b. Infraoklusi : gigi yang tidak mencapai garis oklusi dibandingkan dengan gigi lain dalam lengkung
geligi.
c. Supraoklusi : gigi yang melebihi garis oklusal dibandingkan dengan gigi lain dalam lengkung geligi.
d. Rotasi: gigi berputar pada sumbu panjang gigi, bisa sentris atau eksentris.
e. Transposisi : dua gigi yang bertukar tempat
f. Ektostema : gigi yang terletak diluar lengkung geligi

8. Pergeseran garis median


Untuk menilai apakah ada pergeseran garis median lengkung geligi terhadap median muka dilihat letak
gigi insisiv sentral kiri dan kanan. Bila titik kontak insisiv sentral terletak disebelah kiri garis median muka
maka keadaan ini disebut terjadi pergeseran ke kiri, demikian pula sebaliknya. Penentuan garis median muka
sebaiknya dilakukan langsung pada pasien.
9. Relasi gigi posterior
Yang dimaksud dengan relasi gigi adalah hubungan gigi atas dan bawah dalam keadaan oklusi.
Relasi jurusan sagital
Kemungkinan relasi molar yang dapat terjadi adalah netroklusi, distoklusi, mesioklusi, gigitan tonjol dan tidak
ada relasi
a. Netroklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada lekukan bukal molar pertama
permanen bawah.
b. Distoklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang atas terletak di antara tonjol mesiobukal molar
pertama permanen bawah dan premolar kedua atau tonjol distobukal molar pertama permanen atas terletak pada
lekukan bukal molar pertama permanen bawah.
c. Mesioklusi: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas terletak pada tonjol distal molar pertama
permanen bawah.
d. Gigitan tonjol: tonjol mesiobukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan tonjol mesiobukal molar
pertama permanen bawah.
e. Tidak ada relasi: bila salah satu molar pertama tidak ada misalnya olh karena dicabut atau oleh karena kaninus
permanen belum erupsi.
10. Relasi gigi anterior
Relasi gigi anterior diperiksa dalam jurusan sagital dan vertikal. Relasi yang normal dalam jurusan sagital
adalah adanya jarak gigit/overjet. jarak gigit adalah horizontal overlap of the incisors 2-3 mm dianggap normal.
Jarak gigit pada gigitan silang anterior diberi tanda negatif, misalnya -3 mm. Pada relasi gigitan edge to edge
jarak gigitnya 0 mm.

Pada jurusan vertikal dikenal adanya tumpang gigit/overbite yang merupakan vertical overlap of the
incicors. yang normal 2 mm. Tumpang gigit yang dalam menunjukkan adanya gigitan dalam. Pada gigitan
terbuka tidak ada overlap dalam jurusan vertikal, tumpang gigit ditulis dengan tanda negatif, misal -5 mm. Pada
relasi edge to edge tumpang gigitnya 0 mm.
Pada kasus gigitan silang anterior perlu diperhatikan besarnya freeway space dan tumpang gigit. Bila
freeway space lebih kecil daripada tumpang gigit dan bila pasien dirawat dengan menggunakan piranti lepasan,
pada peranti ortodontik lepasan perlu ditambahn dengan peninggian gigit posterior untuk membebaskan gigi
anterior atas terhadap halangan gigi anterior bawah.
2.9 Analisis Sefalometri
Foto sefalometri (sefalogram) merupakan rekam ortodonti yang sangat berguna untuk menentukan
kelainan skeletal, letak gigi, profil dan lain-lain. Meskipun demikian penentuan diagnosis maloklusi tidak dapat
didasarkan hanya didasarkan pada analisis sefalometri saja. Kombinasi semua analisis akan memberikan
gambaraan menyeluruh tentang keadaan pasien.
Untuk mengidentifikasi titik-titik pada sefalogram sebaiknya dikenali lebih dahulu titik-titik pada
tengkorak kering. Hal ini sangat membantu mengidentifikasi titiktitik pada sefalogram dengan benar. Untuk
memudahkan penapakan hendaknya dilakukan pada ruangan dengan penerangan yang tidak terlalu terang ,
sefalogram diletakkan pada tracing box dengan iluminasi yang baik, kertas penapakan asetat yang bagus yang
terfiksasi dengan pita adesif transparent serta menggunakan pensil yang keras (H4 atau H6). Pertama kali perlu
diketahui terlebih dahulutitik titik yang penting , kemudian dua titik dihubungkan menjadi garis, dua garis yang
berpotongan menjadi sudut. Pembacaan biasanya pada besar sudut untuk menentukan apakah suatu struktur
anatomi normal atau menyimpang dari normal.
Titik-titik yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
a. S (Sella) : terletak ditengah sela tursika, ditentukan secara visual (diperkirakan).
b. N (Nasion) : Terletak pada perpotongan bidang sagittal dengan sutura frontonasalis.
c. SNA (Spina Natalis Anterior) : ujung spina nasalis anterior.
d. SNP (spina nasalis posterior) : ujung spina nasalis posterior.
e. A (subspinale) : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang atas, secara teoritis merupakan batas tulang
basal maksila dan tulang alveolaris.
f. B (Supramentale) : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang bawah , secara teori merupakan batas
tulang basal mandibular dan tulang alveolaris.
g. Go (Gonion) : titik tengah pada lekungan sudut mandibular diantara ramus dan korpus.
h. Me (menton) : titik terendah pada dagu.
Beberapa garis yang digunakan pada sefalometri yang menghubungkan dua titik tertentu : S-N, N-A, N-B,
SNA-SNP (Garis palatal, ada yang menyebut garis maksila), dan Me-garis singgung tepi bawah mandibular
(garis mandibular).

Anda mungkin juga menyukai