Makalah Aborsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILSAFAT IPA

ABORSI

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK V

1. HARDIANTI
2. ELFIRA
3. RAHMAWATI
4. IRFAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


2017
DAFTAR ISI

1
SAMPUL.. 1

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 2

KATA PENGANTAR.............................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A. Latar Belakang.................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 5
C. Tujuan................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 6
A. Pengertian Aborsi............................................................................................... 6
B. Prosedur pelaksanaan Aborsi................................................. 7
C. Pandangan hukum Indonesia tentang Aborsi.................................................... 8
D. Pandangan hukum Islam tentang Aborsi........................................................... 11
E. Kasus Aborsi...................................................................................................... 12
F. Etika dan moral Aborsi...................................................................................... 15

BAB III PENUTUP................................................................................................ 17


A. KESIMPULAN................................................................................................ 17
B. SARAN............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan rahmat,
hidayah dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah filsafat ipa dengan judul
Aborsi. Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah filsafat ipa.

Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami buat, terdapat
kekurangan atau jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar makalah yang kami buat dapat lebih baik ke depannya. Akhir
kata kami para tim penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
sebagai penulis dan semua para pembaca. Amin

Kota Bima, April 2017

Penyusun

KELOMPOK V

BAB I
PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Dunia tidak hanya telah diporak-porandakan oleh peperangan politis,
keberingasan kriminal ataupun ketergantungan akan obat bius, tetapi juga datang dari
jutaan ibu yang mengakhiri hidup janinnya. Aborsi telah menjadi penghancur kehidupan
umat manusia terbesar sepanjang sejarah dunia. Kasus aborsi sekarang ini bukan lagi hal
yang awam didengar, justru malah menjadi hal yang biasa didengar. Padahal tindakan ini
sangat tidak manusiawi dipandang dari segi moral, agama, dan budaya.
Kita tidak jarang lagi melihat tindak aborsi dilakukan. Sering kali kita melihat
berita-berita di televisi yang memberitakan tindak aborsi. Janin-janin yang umurnya baru
beberapa bulan, bahkan beberapa minggu ditemukan di tong sampah, di got, bahkan
didalam kantong plastik. Kemana hati nurani ibu dan ayah mereka? Dengan mudahnya
mereka membunuh anak-anak mereka sendiri, darah daging mereka sendiri, yang
seharusnya mereka jaga, mereka rawat dengan baik tatapi yang mereka lakukan adalah
memaksa melahirkan sebelum waktunya dan membuangnya.
Marak terjadi tindak aborsi bukan hanya pada orang-orang yang telah dewasa.
Tetapi justru mereka yang masih remaja juga melakukannya. Hal itu sangat
memprihatinkan. Apa itu karena kurangnya pengetahuan tentang Agama dan Moral?
Atau memang moral anak bengsa yang telah rusak? Ataukah keduanya, tetapi pada
dasarnya tindakan itu sangat bertentangan dengan moral, hukum dan agama. Dengan
demikian, dalam makalah ini akan membahas masalah yang terjadi pada aborsi baik yang
mencakup nilai-nilai religius, hukum, etika dan moral, ilmiah serta penjelasannya secara
spesifik sebagai masalah biologi.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari Aborsi?

2. Bagaimanakah prosedur pelaksanaan Aborsi?

4
3. Bagaimankah pandangan hukum Indonesia tentang Aborsi?

4. Bagaimankah pandangan hukum Islam tentang Aborsi?

5. Jelaskan kasus-kasus Aborsi yang terjadi di Indonesia?

6. Bagaimanakah etika dan moral Aborsi?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Aborsi.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan prosedur pelaksankan Aborsi.

3. Untuk mengetahui pandangan hukum Indonesia tentang Aborsi.

4. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam tentang Aborsi.

5. Untuk mengetahui dan menjelaskan kasus-kasus Aborsi yang terjadi di Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aborsi
Kata aborsi sendiri diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari
bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran. Namun, aborsi dalam
literatur fikih berasal dari bahasa Arab al-ijhahd, merupakan mashdar dari ajhadha atau
juga dalam istilah lain bisa disebut dengan isqath al-haml, keduanya mempunyai arti
perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaanya.
Sementara dalam kamus besar Bahasa Indonesia sendiri aborsi adalah
terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat dari
kehamilan atau aborsi bisa didenfinisikan pengguran janin atau embrio setelah melebihi
masa dua bulan kehamilan. Sedangkan definisi aborsi menurut kedokteran sebagaimana
dikatakan Dr. Gulardi: Aborsi ialah berhentinya (mati) dan dikeluarkannya kehamilan
sebelum 20 minggu (dihitung dari haid terakhir) atau berat janin kurang dari 500 gram
atau panjang janin kurang dari 25 cm. Pada umumnya abortus terjadi sebelum kehamilan
ketiga.
Pengertian aborsi menurut kedokteran tersebut berbeda dengan ahli fikih, karena
tidak menetapkan usia maksimal, baik pengguran kandungan dilakukan dalam usia
kehamilan nol minggui, 20 minggu maupun lebih dari itu dianggap sama sebagai aborsi.
Pengertian aborsi menurut para ahli fikih seperti yang dijelaskan oleh al-Ghazali, aborsi
adalah pelenyapan nyawa yang ada di dalam janin, atau merusak sesuatu yang sudah
terkonsepsi, jika tes urine ternyata hasilnya positif, itulah awal dari suatu kehidupan. Dan
jika dirusak, maka hal itu merupakan pelanggaran pidana (jinayah), sebagaimana beliau
mengatakan: Pengguguran setelah terjadi pembuahan adalah merupakan perbuatan
jinayah.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan atau
pengguguran kandungan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan ( sebelum usia 20

6
minggu kehamilan ) bukan semata untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil dalam
keadaan darurat tetapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilanya.

B. Prosedur Pelaksanaan Aborsi


Untuk melakukan aborsi banyak cara yang ditempuh, diantaranya dengan
menggunakan jasa ahli medis di rumah sakit. Cara seperti ini pada umumnya dilakukan
oleh para dokter yang hidup dinegara yang mengijinkan pengguguran. Pengguguran yang
dilakukan secara medis dirumah sakit, biasanya menggunakan metode sebagai berikut:
1. Kuret dengan cara penyedotan ( sunction )
Metode ini dilakukan pada janin berusia 1-3 bulan. Teknik ini dilakukan
dengan memasukkan sebuah tabung ke dalam Rahim dan menyedot janin keluar
(terlepas dari dinding Rahim). Janin akan hancur dan tercabik-cabik menjadi
potongan kecil-kecil yang dimasukkan kedalam sebuah botol. Ketelitian dalam
melaksanakan metode ini sangat perlu dijaga guna menghindari robeknya Rahim
akibat salah sedot yang mengakibatkan pendarahan hebat dan terkadang dilakukannya
pengangkatan Rahim.
2. Teknik historotomi
Metode ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 6 bulan. Cara ini
menggunakan sebuah alat bedah yang dimasukkan melalui dinding perut dan rahim.
Bayi beserta ari-ari serta cairan ketuban dikeluarkan dalam keadaan hidup atau sudah
meninggal. Jika janin masih hidup, janin biasa dibunuh dengan menggunakan pil
bunuh. Metode ini memiliki resiko tertinggi untuk kesehatan wanita, karena ada
kemungkina terjadi perobekan Rahim.
3. Peracunan dengan garam ( salt poisoned )
Metode ini dilakukan pada janin berusia lebih dari 16 minggu (4 bulan).
Ketika sudah banyak cairan yang terkumpul disekitar bayi dalam kantung bayi,
sebatang jarum yang panjang dimasukkan melalui perut ibu ke dalam kantung bayi,
lalu sejumlah larutan disedot keluar dan larutan garam yang pekat disuntikkan
kedalamnya. Bayi yang malang ini akan menelan garam beracun itu dan ia amat
menderita. Ia meronta-ronta dan menendang-nendang seolah-olah dia dibakar hidup-

7
hidup oleh racun itu. Dengan cara ini, sang bayi akan mati dalam waktu kira-kira 1
jam, kulitnya benar-benar hangus. Dalam waktu 24 jam kemudian, sang ibu akan
mengalami sakit beranak dan melahirkan seorang bayi yang sudah mati ( sering juga
bayi ini lahir dalam keadaan masih hidup, biasanya mereka dibiarkan saja agar mati).
4. Teknik Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh
dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air
ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan rahim ibu mengerut
dan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup
sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan
ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak
jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam
keadaan hidup.
Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari
yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma Rahim karena dipaksa
melahirkan, infeksi pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung dan perobekan
rahim.
Ada juga yang menggunakan jasa dukun bayi, terutama didaerah pedesaan
dan menggunakan obat-obatan tradisional seperti jamu. Pemanfaatan obat-obatan itu
ada kalanya dengan ditelan melalui mulut, atau diletakkan ke dalam vagina (alat
kelamin perempuan). Adapun cara yang ditempuh oleh para dukun-dukun, tidak
memperhitungkan keselamatan si perempuan itu, seperti memijat perut atau pinggul
dengan cara paksa untuk mengeluarkan janin, sehingga terjadilah pendarahan yang
bisa berakibat kepada kematian. (Hasan, 1998: 46).
Apabila seorang perempuan telah bertekad memutuskan untuk melakukan
aborsi, maka faktor usia kandungan adalah amat menentukan. Pengguguran
kandungan memang bisa saja dikerjakan sebelum mencapai usia 28 minggu. Namun
seringkali pengguguran itu harus dijalankan tidak melebihi dari minggu ke-12 dari
usia janin itu, sedangkan setelah usia minggu yang ke-20 sanganlah jarang.

8
C. Pandangan Hukum Indonesia Tentang Aborsi

Mengenai Hukum Aborsi di Indonesia, terdapat beberapa Undang- Undang yang


berkaitan dengan masalah aborsi yang masih berlaku hingga saat ini, diantara Undang-
Undang tersebut yang paling berkaitan adalah:

Undang-Undang nomor 1 tahun 1946 tentang Kitab Undang- undang Hukum Pidana
Pada Pasal 346-349 KUHP tersebut mengkategorikan aborsi sebagai tindak pidana,
sebagaimana bunyi lengkap pasal-pasal tersebut di bawah ini :

a. Pasal 346: Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana paling lama empat tahun
b. Pasal 347: 1) Barangsiapa dengan sengaja mengggugurkan kandungan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan penjara
pidana paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
wanita tersebut, diancam dengan pidana paling lama lima belas tahun.
c. Pasal 348: 1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
d. Pasal 349: Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan ia dapat dipecat dari
jabatan yang digunakan untuk melakukan kejahatan

Di dalam KUHP sendiri, istilah aborsi lebih dikenal dengan sebutan pengguguran
dan pembunuhan kandungan yang merupakan perbuatan aborsi yang bersifat kriminal
(abortus provokatus criminalis). Istilah kandungan dalam konteks tindak pidana ini
menunjuk pada pengertian kandungan yang sudah berbentuk manusia maupun kandungan
yang belum berbentuk manusia. Karena adanya dua kemungkinan bentuk kandungan
tersebut maka tindak pidana yang terjadi dapat berupa:

1. Pengguguran yang berarti digugurkannya atau dibatalkannya kandungan yang


belum berbentuk manusia; atau

9
2. Pembunuhan yang berarti dibunuhnya atau dimatikannya kandungan yang
sudah berbentuk manusia

Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan sebagaimana yang


diatur dalam KUHP terdiri dari 4 (empat) macam tindak pidana, yaitu:

1. Tindak pidana pengguguran atau pembunuhan kandungan yang dilakukan


sendiri, yang diatur dalam Pasal 346 KUHP.
2. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh
orang lain tanpa persetujuan dari wanita itu sendiri, yang diatur dalam Pasal
347 KUHP.
3. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh
orang lain dengan persetujuan wanita yang mengandung, yang diatur dalam
Pasal 348 KUHP.
4. Tindak pidana pengguguran dan pembunuhan kandungan yang dilakukan oleh
orang lain yang mempunyai kualitas tertentu, yaitu dokter, bidan, atau juru
obat baik yang dilakukan atas persetujuan dari wanita itu atau tidak atas
persetujuan dari wanita tersebut, yang diatur dalam Pasal 349 KUHP.

Namun, terdapat pengecualian dalam Pasal 75 Ayat (2) UU Kesehatan yaitu


aborsi dilegalkan bagi korban pemerkosaan dan bagi kehamilan yang tidak bisa
dilanjutkan karena alasan kondisi darurat medis.

Untuk melakukan sebuah aborsi, terdapat syarat yang harus dipenuhi oleh sang
ibu. Bagi indikasi kedaruratan medis, aborsi dilaksanakan sesuai dengan standar,
yakni dilakukan oleh tim kelayakan aborsi yang terdiri atas sedikitnya 2 orang tenaga
kesehatan dan diketuai oleh seorang dokter yang memiliki kompetensi dan
kewenangan dalam menentukan hasil pemeriksaan yang bertahap tentang kedaruratan
medis si ibu. Indikasi darurat medis yang dimaksud adalah kehamilan yang
mengancam nyawa dan kesehatan si ibu; dan/atau kesehatan janin, termasuk yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut untuk hidup di luar kandungan.

Bagi korban perkosaan, harus dibuktikan terlebih dahulu berdasarkan laporan atau
pengaduan korban perkosaan kepada pihak yang berwajib, dimana usia kehamilan

10
sesuai dengan kejadian perkosaan yang dinyatakan melalui surat keterangan dokter
ahli forensik dengan melakukan visum et repertum, yang menjadi alat bukti dalam
penyidikan tindak pidana korban perkosaan. Dalam Pasal 32 PP Kesehatan
Reproduksi, Pemerintah mensyaratkan untuk melakukan aborsi pada korban
pemerkosaan hanya dapat dilakukan pada kehamilan dibawah usia 40 hari yang
dihitung sejak hari pertama haid terakhir sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 31
Ayat (2) PP Kesehatan Reproduksi.

D. Pandangan Hukum islam Tentang aborsi


Aborsi yang merupakan suatu pembunuhan terhadap hak hidup seorang manusia,
jelas merupakan suatu dosa besar. Merujuk pada ayat 32 surat al-maidah, yang artinya:
Oleh Karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan Karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
Karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan dia Telah membunuh
manusia seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
Maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya dan Sesungguhnya
Telah datang kepada mereka rasul-rasul kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi
Dalam studi hukum Islam, terdapat perbedaan pendapat tentang aborsi di dalam
empat mazhab besar Islam, yaitu:
1. Mazhab Hanafi, mazhab ini merupakan paham yang paling fleksibel. Sebelum
masa empat bulan kehamilan, aborsi bisa dilakukan apabila mengancam kehidupan
si perempuan (orang yang mengandung).
2. Mazhab Maliki melarang aborsi setelah terjadinya pembuahan.
3. Menurut mazhab Syafii, apabila setelah terjadi fertilisasi zygote tidak boleh
diganggu, dan intervensi terhadapnya adalah sebagai kejahatan.
4. Mazhab Hambali menetapkan bahwa aborsi adalah suatu dosa, dengan adanya
pendarahan yang menyebabkan miskram sebagai petunjuk bahwa aborsi itu haram.

Dengan melihat perbandingan mazhab diatas, secara garis besar bahwa perbuatan
aborsi tanpa alasan yang jelas, dalam pandangan hukum Islam tidak diperbolehkan dan

11
merupakan suatu dosa besar karena dianggap telah membunuh nyawa manusia yang tidak
bersalah dan terhadap pelakunya dapat diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya
tersebut. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, ketentuannya lebih fleksibel yang mana
aborsi hanya dapat dilakukan apabila kehamilan tersebut benar-benar mengancam atau
membahayakan nyawa si wanita hamil dan hal ini hanya dibenarkan untuk dilakukan
terhadap kehamilan yang belum berumur empat bulan.

E. Kasus Aborsi
1. Mahasiswi Aborsi Pakai Pil Sakit Kepala

TERNATE, KOMPAS.com Warga Kota Ternate Utara, Kamis (3/5/2012),


dibuat heboh dengan kasus aborsi yang dilakukan seorang mahasiswi di salah satu
universitas ternama di Ternate berinisial IK. IK diketahui merupakan anak seorang
pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Pulau Morotai.

IK diketahui hamil bersama kekasihnya J yang juga sebagai salah satu


mahasiswa di universitas berbeda di Ternate. Keduanya langsung dibekuk polisi ke
Mapolres Ternate, Kamis. Di hadapan penyidik, J mengisahkan, awalnya dia
mengajak IK untuk menikah lantaran mengetahui kekasihnya hamil dua bulan.

Namun, IK yang mengaku takut kepada keluarganya memilih menggugurkan


kandungan dengan meminum pil sakit kepala yang dicampur dengan minuman
bersoda. Namun, diduga IK tidak hanya mengaborsi sendiri dengan cara meminum
obat sakit kepala dicampur minuman bersoda. Waktu saya datang ke rumahnya,
semua sudah bersih (sudah diaborsi), ungkap J.

Karena takut, J lantas menguburkan ari-ari janinnya di belakang rumah IK di


Akehuda, Ternate Utara. Sepulang dari kampus, J lantas mengambil janin yang masih
di rumah IK, lalu dibawa ke Bula, Ternate Utara, untuk dibuang ke pantai. Warga
sekitar baru mengetahuinya pada Selasa (1/5/2012), meski hanya segelintir orang.

Warga makin heboh saat aroma tindakan tak terpuji itu mulai terungkap. J dan
IK bahkan sempat menjadi amukan beberapa anggota keluarganya. Petugas polisi
baru mengetahuinya pada Kamis ini, dan langsung membekuk keduanya ke Mapolres
Ternate.

12
Kita belum bisa berikan keterangan karena masih dalam penyelidikan, ucap
seorang penyidik. Untuk kepentingan penyelidikan, sang mahasiswi ini dibawa ke
rumah sakit guna menjalani visum. Agar bisa dipastikan apakah yang digugurkan itu
janin atau ari-ari, tambah petugas penyidik tersebut.

2. Pembahasan Dari Kasus Diatas

Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan atas
dasar malu atau takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran dokter karena janin
memiliki kelainan atau membahayakan kesehatan si ibu. Selain itu, proses aborsi
yang dilakukan pun tidak sesuai bidang kedokteran dengan meminum pil sakit kepala
bercampur minuman bersoda.

Berdasarkan asas etik keperawatan, kasus aborsi yang telah disebutkan di atas
diperbolehkan sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi) yang dimiliki pelaku
aborsi. Pelaku aborsi boleh memilih dan memutuskan untuk melakukan aborsi tanpa
paksaan sebab keputusan itu adalah hak dia. Tetapi, melanggar asas beneficience
(berbuat baik / manfaat). Karena kasus di atas bukanlah merupakan tindakan yang
baik dan tidak memberikan manfaat apa pun, sekalipun alasannya karena takut atau
malu atas janin yang dikandungnya pada keluarga dan orang lain.

Ketika seorang wanita memilih aborsi sebagai jalan untuk mengatasi


kehamilan yang tidak diinginkan, maka wanita tersebut dan pasangannya akan
mengalami perasaan kehilangan, kesedihan yang mendalam, dan/atau rasa bersalah
(Perry&Potter, 2010).

3. Terkait Kasus Aborsi di Sentosa Lama, Dokter dan Bidan Ditahan Poltabes Medan

Kasus ini terjadi di Medan. Terkait kasus dugaan melakukan aborsi di salah
satu rumah yang diduga dijadikan sebagai tempat praktek aborsi di Jalan Lubuk Kuda
Gang Marco Sentosa Lama yang digerebek anggota Reskrim Poltabes Medan, Sabtu

13
(12/12) lalu, dua orang telah dijadikan tersangka dan masih ditahan di Mapoltabes
Medan. Kedua tersangka yakni Dr J dan Bidan M.

Kasat Reskrim Kompol Gidion Arif Setyawan SIK dan Kanit VC Poltabes
Medan AKP Ronny Nicolas Sidabutar SIK saat dikonfirmasi SIB, Senin (14/12)
membenarkan bahwa pihaknya telah menetapkan Dr J dan Bidan M sebagai tersangka
dan masih ditahan di Mapoltabes Medan guna pengusutan lebih lanjut.

Untuk biaya aborsi, R dikenakan biaya Rp 2 juta oleh tersangka. Diduga, R


melakukan aborsi atas kemauan dirinya sendiri. Sebagaimana diberitakan
sebelumnya, penggerebekan itu berawal dari adanya laporan masyarakat yang
menyebutkan bahwa satu rumah di Jalan Lubuk Kuda Gang Marco Sentosa Lama
kerap kali dijadikan tempat praktek aborsi.

Kemudian anggota Unit VC Reskrim Poltabes Medan melakukan


penyelidikan di lapangan sekaligus menggerebek rumah tersebut. Dr J dan Bidan M
yang diduga sebagai pelaku aborsi tersebut selanjutnya diboyong ke Mapoltabes
Medan untuk diperiksa. (M16/y).

4. Pembahasan Dari Kasus Diatas:

Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992, dijelaskan bahwa


tindakan medis dalam bentuk apapun dan atau pengguguran kandungan dengan alasan
apapun dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma
kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya
menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan
medis tertentu. Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu itu, ibu hamil
dan atau janinnya terancam bahaya maut.

Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah


tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya yaitu
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan. Sebelum melakukan tindakan
medis tertentu tenaga kesehatan harus terlebih dahulu meminta pertimbangan tim ahli
yang dapat terdiri dari berbagai bidang seperti medis, agama, hukum, dan psikologi.

14
Jadi, pada kasus aborsi di atas, pelaku (bidan) ditindak oleh kepolisian dan
dijerat KUHP Bab XIX Pasal 299, 348 dan 349 serta UU Kesehatan No.23 tahun
1992 Pasal 80 ayat 1. Dan bidan tersebut dicabut ijin praktiknya. Sedangkan korban
dijerat KUHP pasal 346.

F. Etika dan Moral Aborsi

Dokter yang melakukan aborsi tanpa indikasi medis tidak dapat dibenarkan dari
segi hukum maupun etika. Walaupun bukti-bukti yang dapat dipercaya tidak tersedia,
para peneliti memperkirakan bahwa setiap tahunnya sekitar dua juta aborsi yang
diinduksi terjadi di Indonesia dan di Asia Tenggara. Kurang lebih 40% dari semua
kasus abortus adalah Abortus Provokatus Criminalis. Hal ini merupakan dilema bagi
dokter dan profesi kedokteran.

Dokter sebagai pelaku tindakan medis selayaknya mampu mengambil


keputusan secara bijak dan penuh pertimbangan. Pertimbangan yang dapat diambil
ialah tinjauan sumpah dokter dan KODEKI terhadap abortus. Berikut ini adalah
tinjauan sumpah dokter dan KODEKI terhadap abortus.

Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan merahasiakan segalasesuatu yang saya
ketahui dari pasien bahkan hingga pasien meninggal
Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan menghormati setiap hidupinsani mulai dari
pembuahan
Penjelasan pasal 7c KODEKI : Abortus provokatus dapat dibenarkan dalam
tindakan pengobatan/media
Pasal 10 KODEKI : Dokter wajib mengingat akan kewajibannya melindungi hidup
tiap insani

Dalam Deklarasi Oslo 1970 tentang abortus atas indikasi medis, disebutkan
bahwa dasar moral yang dijiwai oleh seorang dokter adalah lafal sumpah dokter yang
berbunyi saya akan menghormati hidup insane sejak saat pembuahan.

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Karena dengan memiliki kode etik sesuai dengan profesi

15
yang kita geluti maka kenyamananpunakan tercipta. jika dikaitkan dengan kode etik
kedokteran maka akan terciptanya keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan
kesehatan. Dan dipastikan tidak adanya pelanggaran-pelanggaran kode etik kedokteran
yang akan merugikan orang sekitar dan diri dokter itu sendiri

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan atau pengguguran kandungan


sebelum janin dapat hidup diluar kandungan (sebelum usia 20 minggu kehamilan)

16
bukan semata untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil dalam keadaan darurat tetapi juga
bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilanya. Aborsi sendiri dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain adalah dengan meminum ramuan atau jamu yang
dapat menggugurkan janin, dengan melakukan pemijatan kandungan, ataupun dengan
cara kuret yang biasa dilakukan oleh tenaga medis.

Kasus aborsi tentunya memunculkan berbagai pendapat dari berbagai sudut


pandang. Dari sudut pandang hukum sudah ditetapkan berdasarkan UU kesehatan RI
No.36 Thn 2009 bahwa setiap orang dilarang melakukan aborsi, tetapi dapat
dikecualikan pada kegawat daruratan medis. Sedangkan dalam agama juga jelas
mengharamkan aborsi karena berdasarkan surat Al-isra ayat 33 yang berarti Dan
janganlah kamu membunuh nyawa seseorang yang dilarang allah, kecuali dengan alas
an yang benar. Hal ini menunjukkan bahwa seorang anak yang dikandung oleh ibu
merupakan anugerah dan harus dijaga.

B. Saran

Untuk mencegah maraknya tejadi suatu tidak pidana kasus aborsi dimasyarakat
dikalangan remaja, sebaiknya dilakukan dari lingkungan keluarga dahulu, sehingga
sang anak mendapatkan pengawasan, agar tidak melakukan suatu penyimpangan dalam
pergaulan nantinya baik di lingkungan sekolahataupun di masyarakat. Berusahalah agar
diri anda tidak sampai melalukan aborsi karena sama saja anda membunuh nyawa
seseorang (bayi) dan termasuk melanggar etika yang hukumannya sangat berat baik
didunia maupun di akirat nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Maria Ulfah Anshor, 2006. Fikih aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan).

17
Jakarta: Kompas.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia), 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama.

Maria Ulfah Ansor, Wan Nedra, dan Sururin (editor), 2002. Aborsi Dalam Perspektif Fiqh
Kontemporer. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Joko Setiawan, 2011. Tindakan Aborsi. Diakses dari: http://www.aborsi.org/tindakan.htm
Pada tanggal 27 maret 2017.

Hamzah, Andi. 1986. KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang Telah Disesuaikan
dengan Undang-undang Baru. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Lysa Angrayni. Juli 2007. Aborsi Dalam Pandangan Islam dan Hukum Positif di Indonesia.
Hukum Islam. Vol. VII No. 5.

Maruf Farid, 2007. Aborsi dalam Pandangan Hukum Islam. Penerbit: Raja Grafindo Persada.

Anton Abdul Karim, 2012. Kasus mahasiwa aborsi. Penerbit: kompas. Dapat diakses dari:
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/03/15561555/Mahasiswi.Aborsi.Pakai.Pil.S
akit.Kepala pada tanggal 27 maret 2017.

Sitti Sarti, 2015. Kasus-kasus aborsi di Indonesia. Diakses dari:


https://khanzima.wordpress.com/tag/contoh-kasus/ pada tanggal 27 maret 2016.

Handiwijono dan Harun, 1980. Seri Sejarah Filsafat Barat (buku I). Penerbit: Kanisius,
Yogyakarta, 1980.

18

Anda mungkin juga menyukai