Makalah Aborsi
Makalah Aborsi
Makalah Aborsi
FILSAFAT IPA
ABORSI
1. HARDIANTI
2. ELFIRA
3. RAHMAWATI
4. IRFAN
1
SAMPUL.. 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
A. Latar Belakang.................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 5
C. Tujuan................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 6
A. Pengertian Aborsi............................................................................................... 6
B. Prosedur pelaksanaan Aborsi................................................. 7
C. Pandangan hukum Indonesia tentang Aborsi.................................................... 8
D. Pandangan hukum Islam tentang Aborsi........................................................... 11
E. Kasus Aborsi...................................................................................................... 12
F. Etika dan moral Aborsi...................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 18
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas limpahan rahmat,
hidayah dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah filsafat ipa dengan judul
Aborsi. Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah filsafat ipa.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami buat, terdapat
kekurangan atau jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar makalah yang kami buat dapat lebih baik ke depannya. Akhir
kata kami para tim penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
sebagai penulis dan semua para pembaca. Amin
Penyusun
KELOMPOK V
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Dunia tidak hanya telah diporak-porandakan oleh peperangan politis,
keberingasan kriminal ataupun ketergantungan akan obat bius, tetapi juga datang dari
jutaan ibu yang mengakhiri hidup janinnya. Aborsi telah menjadi penghancur kehidupan
umat manusia terbesar sepanjang sejarah dunia. Kasus aborsi sekarang ini bukan lagi hal
yang awam didengar, justru malah menjadi hal yang biasa didengar. Padahal tindakan ini
sangat tidak manusiawi dipandang dari segi moral, agama, dan budaya.
Kita tidak jarang lagi melihat tindak aborsi dilakukan. Sering kali kita melihat
berita-berita di televisi yang memberitakan tindak aborsi. Janin-janin yang umurnya baru
beberapa bulan, bahkan beberapa minggu ditemukan di tong sampah, di got, bahkan
didalam kantong plastik. Kemana hati nurani ibu dan ayah mereka? Dengan mudahnya
mereka membunuh anak-anak mereka sendiri, darah daging mereka sendiri, yang
seharusnya mereka jaga, mereka rawat dengan baik tatapi yang mereka lakukan adalah
memaksa melahirkan sebelum waktunya dan membuangnya.
Marak terjadi tindak aborsi bukan hanya pada orang-orang yang telah dewasa.
Tetapi justru mereka yang masih remaja juga melakukannya. Hal itu sangat
memprihatinkan. Apa itu karena kurangnya pengetahuan tentang Agama dan Moral?
Atau memang moral anak bengsa yang telah rusak? Ataukah keduanya, tetapi pada
dasarnya tindakan itu sangat bertentangan dengan moral, hukum dan agama. Dengan
demikian, dalam makalah ini akan membahas masalah yang terjadi pada aborsi baik yang
mencakup nilai-nilai religius, hukum, etika dan moral, ilmiah serta penjelasannya secara
spesifik sebagai masalah biologi.
B. Rumusan masalah
4
3. Bagaimankah pandangan hukum Indonesia tentang Aborsi?
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aborsi
Kata aborsi sendiri diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari
bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran. Namun, aborsi dalam
literatur fikih berasal dari bahasa Arab al-ijhahd, merupakan mashdar dari ajhadha atau
juga dalam istilah lain bisa disebut dengan isqath al-haml, keduanya mempunyai arti
perempuan yang melahirkan secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaanya.
Sementara dalam kamus besar Bahasa Indonesia sendiri aborsi adalah
terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup sebelum habis bulan keempat dari
kehamilan atau aborsi bisa didenfinisikan pengguran janin atau embrio setelah melebihi
masa dua bulan kehamilan. Sedangkan definisi aborsi menurut kedokteran sebagaimana
dikatakan Dr. Gulardi: Aborsi ialah berhentinya (mati) dan dikeluarkannya kehamilan
sebelum 20 minggu (dihitung dari haid terakhir) atau berat janin kurang dari 500 gram
atau panjang janin kurang dari 25 cm. Pada umumnya abortus terjadi sebelum kehamilan
ketiga.
Pengertian aborsi menurut kedokteran tersebut berbeda dengan ahli fikih, karena
tidak menetapkan usia maksimal, baik pengguran kandungan dilakukan dalam usia
kehamilan nol minggui, 20 minggu maupun lebih dari itu dianggap sama sebagai aborsi.
Pengertian aborsi menurut para ahli fikih seperti yang dijelaskan oleh al-Ghazali, aborsi
adalah pelenyapan nyawa yang ada di dalam janin, atau merusak sesuatu yang sudah
terkonsepsi, jika tes urine ternyata hasilnya positif, itulah awal dari suatu kehidupan. Dan
jika dirusak, maka hal itu merupakan pelanggaran pidana (jinayah), sebagaimana beliau
mengatakan: Pengguguran setelah terjadi pembuahan adalah merupakan perbuatan
jinayah.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan atau
pengguguran kandungan sebelum janin dapat hidup diluar kandungan ( sebelum usia 20
6
minggu kehamilan ) bukan semata untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil dalam
keadaan darurat tetapi juga bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilanya.
7
hidup oleh racun itu. Dengan cara ini, sang bayi akan mati dalam waktu kira-kira 1
jam, kulitnya benar-benar hangus. Dalam waktu 24 jam kemudian, sang ibu akan
mengalami sakit beranak dan melahirkan seorang bayi yang sudah mati ( sering juga
bayi ini lahir dalam keadaan masih hidup, biasanya mereka dibiarkan saja agar mati).
4. Teknik Prostaglandin
Prostaglandin merupakan hormon yang diproduksi secara alami oleh tubuh
dalam proses melahirkan. Injeksi dari konsentrasi buatan hormon ini ke dalam air
ketuban memaksa proses kelahiran berlangsung, mengakibatkan rahim ibu mengerut
dan janin keluar sebelum waktunya dan tidak mempunyai kemungkinan untuk hidup
sama sekali. Sering juga garam atau racun lainnya diinjeksi terlebih dahulu ke cairan
ketuban untuk memastikan bahwa janin akan lahir dalam keadaan mati, karena tak
jarang terjadi janin lolos dari trauma melahirkan secara paksa ini dan keluar dalam
keadaan hidup.
Efek samping penggunaan prostaglandin tiruan ini adalah bagian dari ari-ari
yang tertinggal karena tidak luruh dengan sempurna, trauma Rahim karena dipaksa
melahirkan, infeksi pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung dan perobekan
rahim.
Ada juga yang menggunakan jasa dukun bayi, terutama didaerah pedesaan
dan menggunakan obat-obatan tradisional seperti jamu. Pemanfaatan obat-obatan itu
ada kalanya dengan ditelan melalui mulut, atau diletakkan ke dalam vagina (alat
kelamin perempuan). Adapun cara yang ditempuh oleh para dukun-dukun, tidak
memperhitungkan keselamatan si perempuan itu, seperti memijat perut atau pinggul
dengan cara paksa untuk mengeluarkan janin, sehingga terjadilah pendarahan yang
bisa berakibat kepada kematian. (Hasan, 1998: 46).
Apabila seorang perempuan telah bertekad memutuskan untuk melakukan
aborsi, maka faktor usia kandungan adalah amat menentukan. Pengguguran
kandungan memang bisa saja dikerjakan sebelum mencapai usia 28 minggu. Namun
seringkali pengguguran itu harus dijalankan tidak melebihi dari minggu ke-12 dari
usia janin itu, sedangkan setelah usia minggu yang ke-20 sanganlah jarang.
8
C. Pandangan Hukum Indonesia Tentang Aborsi
Undang-Undang nomor 1 tahun 1946 tentang Kitab Undang- undang Hukum Pidana
Pada Pasal 346-349 KUHP tersebut mengkategorikan aborsi sebagai tindak pidana,
sebagaimana bunyi lengkap pasal-pasal tersebut di bawah ini :
a. Pasal 346: Seorang wanita yang dengan sengaja menggugurkan kandungan atau
mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan
pidana paling lama empat tahun
b. Pasal 347: 1) Barangsiapa dengan sengaja mengggugurkan kandungan atau
mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan penjara
pidana paling lama dua belas tahun. 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya
wanita tersebut, diancam dengan pidana paling lama lima belas tahun.
c. Pasal 348: 1) Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan. 2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut,
diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
d. Pasal 349: Jika seorang tabib, dukun beranak atau tukang obat membantu melakukan
salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang
ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan ia dapat dipecat dari
jabatan yang digunakan untuk melakukan kejahatan
Di dalam KUHP sendiri, istilah aborsi lebih dikenal dengan sebutan pengguguran
dan pembunuhan kandungan yang merupakan perbuatan aborsi yang bersifat kriminal
(abortus provokatus criminalis). Istilah kandungan dalam konteks tindak pidana ini
menunjuk pada pengertian kandungan yang sudah berbentuk manusia maupun kandungan
yang belum berbentuk manusia. Karena adanya dua kemungkinan bentuk kandungan
tersebut maka tindak pidana yang terjadi dapat berupa:
9
2. Pembunuhan yang berarti dibunuhnya atau dimatikannya kandungan yang
sudah berbentuk manusia
Untuk melakukan sebuah aborsi, terdapat syarat yang harus dipenuhi oleh sang
ibu. Bagi indikasi kedaruratan medis, aborsi dilaksanakan sesuai dengan standar,
yakni dilakukan oleh tim kelayakan aborsi yang terdiri atas sedikitnya 2 orang tenaga
kesehatan dan diketuai oleh seorang dokter yang memiliki kompetensi dan
kewenangan dalam menentukan hasil pemeriksaan yang bertahap tentang kedaruratan
medis si ibu. Indikasi darurat medis yang dimaksud adalah kehamilan yang
mengancam nyawa dan kesehatan si ibu; dan/atau kesehatan janin, termasuk yang
menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat
diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut untuk hidup di luar kandungan.
Bagi korban perkosaan, harus dibuktikan terlebih dahulu berdasarkan laporan atau
pengaduan korban perkosaan kepada pihak yang berwajib, dimana usia kehamilan
10
sesuai dengan kejadian perkosaan yang dinyatakan melalui surat keterangan dokter
ahli forensik dengan melakukan visum et repertum, yang menjadi alat bukti dalam
penyidikan tindak pidana korban perkosaan. Dalam Pasal 32 PP Kesehatan
Reproduksi, Pemerintah mensyaratkan untuk melakukan aborsi pada korban
pemerkosaan hanya dapat dilakukan pada kehamilan dibawah usia 40 hari yang
dihitung sejak hari pertama haid terakhir sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 31
Ayat (2) PP Kesehatan Reproduksi.
Dengan melihat perbandingan mazhab diatas, secara garis besar bahwa perbuatan
aborsi tanpa alasan yang jelas, dalam pandangan hukum Islam tidak diperbolehkan dan
11
merupakan suatu dosa besar karena dianggap telah membunuh nyawa manusia yang tidak
bersalah dan terhadap pelakunya dapat diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya
tersebut. Sedangkan menurut mazhab Hanafi, ketentuannya lebih fleksibel yang mana
aborsi hanya dapat dilakukan apabila kehamilan tersebut benar-benar mengancam atau
membahayakan nyawa si wanita hamil dan hal ini hanya dibenarkan untuk dilakukan
terhadap kehamilan yang belum berumur empat bulan.
E. Kasus Aborsi
1. Mahasiswi Aborsi Pakai Pil Sakit Kepala
Warga makin heboh saat aroma tindakan tak terpuji itu mulai terungkap. J dan
IK bahkan sempat menjadi amukan beberapa anggota keluarganya. Petugas polisi
baru mengetahuinya pada Kamis ini, dan langsung membekuk keduanya ke Mapolres
Ternate.
12
Kita belum bisa berikan keterangan karena masih dalam penyelidikan, ucap
seorang penyidik. Untuk kepentingan penyelidikan, sang mahasiswi ini dibawa ke
rumah sakit guna menjalani visum. Agar bisa dipastikan apakah yang digugurkan itu
janin atau ari-ari, tambah petugas penyidik tersebut.
Kasus aborsi di atas merupakan kasus aborsi illegal. Karena dilakukan atas
dasar malu atau takut terhadap keluarga pelaku, bukan dari saran dokter karena janin
memiliki kelainan atau membahayakan kesehatan si ibu. Selain itu, proses aborsi
yang dilakukan pun tidak sesuai bidang kedokteran dengan meminum pil sakit kepala
bercampur minuman bersoda.
Berdasarkan asas etik keperawatan, kasus aborsi yang telah disebutkan di atas
diperbolehkan sesuai dengan asas etik autonomy (otonomi) yang dimiliki pelaku
aborsi. Pelaku aborsi boleh memilih dan memutuskan untuk melakukan aborsi tanpa
paksaan sebab keputusan itu adalah hak dia. Tetapi, melanggar asas beneficience
(berbuat baik / manfaat). Karena kasus di atas bukanlah merupakan tindakan yang
baik dan tidak memberikan manfaat apa pun, sekalipun alasannya karena takut atau
malu atas janin yang dikandungnya pada keluarga dan orang lain.
3. Terkait Kasus Aborsi di Sentosa Lama, Dokter dan Bidan Ditahan Poltabes Medan
Kasus ini terjadi di Medan. Terkait kasus dugaan melakukan aborsi di salah
satu rumah yang diduga dijadikan sebagai tempat praktek aborsi di Jalan Lubuk Kuda
Gang Marco Sentosa Lama yang digerebek anggota Reskrim Poltabes Medan, Sabtu
13
(12/12) lalu, dua orang telah dijadikan tersangka dan masih ditahan di Mapoltabes
Medan. Kedua tersangka yakni Dr J dan Bidan M.
Kasat Reskrim Kompol Gidion Arif Setyawan SIK dan Kanit VC Poltabes
Medan AKP Ronny Nicolas Sidabutar SIK saat dikonfirmasi SIB, Senin (14/12)
membenarkan bahwa pihaknya telah menetapkan Dr J dan Bidan M sebagai tersangka
dan masih ditahan di Mapoltabes Medan guna pengusutan lebih lanjut.
14
Jadi, pada kasus aborsi di atas, pelaku (bidan) ditindak oleh kepolisian dan
dijerat KUHP Bab XIX Pasal 299, 348 dan 349 serta UU Kesehatan No.23 tahun
1992 Pasal 80 ayat 1. Dan bidan tersebut dicabut ijin praktiknya. Sedangkan korban
dijerat KUHP pasal 346.
Dokter yang melakukan aborsi tanpa indikasi medis tidak dapat dibenarkan dari
segi hukum maupun etika. Walaupun bukti-bukti yang dapat dipercaya tidak tersedia,
para peneliti memperkirakan bahwa setiap tahunnya sekitar dua juta aborsi yang
diinduksi terjadi di Indonesia dan di Asia Tenggara. Kurang lebih 40% dari semua
kasus abortus adalah Abortus Provokatus Criminalis. Hal ini merupakan dilema bagi
dokter dan profesi kedokteran.
Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan merahasiakan segalasesuatu yang saya
ketahui dari pasien bahkan hingga pasien meninggal
Bunyi lafal sumpah dokter : Saya akan menghormati setiap hidupinsani mulai dari
pembuahan
Penjelasan pasal 7c KODEKI : Abortus provokatus dapat dibenarkan dalam
tindakan pengobatan/media
Pasal 10 KODEKI : Dokter wajib mengingat akan kewajibannya melindungi hidup
tiap insani
Dalam Deklarasi Oslo 1970 tentang abortus atas indikasi medis, disebutkan
bahwa dasar moral yang dijiwai oleh seorang dokter adalah lafal sumpah dokter yang
berbunyi saya akan menghormati hidup insane sejak saat pembuahan.
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Karena dengan memiliki kode etik sesuai dengan profesi
15
yang kita geluti maka kenyamananpunakan tercipta. jika dikaitkan dengan kode etik
kedokteran maka akan terciptanya keamanan dan kenyamanan dalam pelayanan
kesehatan. Dan dipastikan tidak adanya pelanggaran-pelanggaran kode etik kedokteran
yang akan merugikan orang sekitar dan diri dokter itu sendiri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
16
bukan semata untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil dalam keadaan darurat tetapi juga
bisa karena sang ibu tidak menghendaki kehamilanya. Aborsi sendiri dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain adalah dengan meminum ramuan atau jamu yang
dapat menggugurkan janin, dengan melakukan pemijatan kandungan, ataupun dengan
cara kuret yang biasa dilakukan oleh tenaga medis.
B. Saran
Untuk mencegah maraknya tejadi suatu tidak pidana kasus aborsi dimasyarakat
dikalangan remaja, sebaiknya dilakukan dari lingkungan keluarga dahulu, sehingga
sang anak mendapatkan pengawasan, agar tidak melakukan suatu penyimpangan dalam
pergaulan nantinya baik di lingkungan sekolahataupun di masyarakat. Berusahalah agar
diri anda tidak sampai melalukan aborsi karena sama saja anda membunuh nyawa
seseorang (bayi) dan termasuk melanggar etika yang hukumannya sangat berat baik
didunia maupun di akirat nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Maria Ulfah Anshor, 2006. Fikih aborsi (Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan).
17
Jakarta: Kompas.
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa (Indonesia), 2008. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama.
Maria Ulfah Ansor, Wan Nedra, dan Sururin (editor), 2002. Aborsi Dalam Perspektif Fiqh
Kontemporer. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Joko Setiawan, 2011. Tindakan Aborsi. Diakses dari: http://www.aborsi.org/tindakan.htm
Pada tanggal 27 maret 2017.
Hamzah, Andi. 1986. KUHP Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang Telah Disesuaikan
dengan Undang-undang Baru. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Lysa Angrayni. Juli 2007. Aborsi Dalam Pandangan Islam dan Hukum Positif di Indonesia.
Hukum Islam. Vol. VII No. 5.
Maruf Farid, 2007. Aborsi dalam Pandangan Hukum Islam. Penerbit: Raja Grafindo Persada.
Anton Abdul Karim, 2012. Kasus mahasiwa aborsi. Penerbit: kompas. Dapat diakses dari:
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/05/03/15561555/Mahasiswi.Aborsi.Pakai.Pil.S
akit.Kepala pada tanggal 27 maret 2017.
Handiwijono dan Harun, 1980. Seri Sejarah Filsafat Barat (buku I). Penerbit: Kanisius,
Yogyakarta, 1980.
18