Referat Labirinitis
Referat Labirinitis
Referat Labirinitis
PENDAHULUAN
Labirinitis adalah sebuah inflamasi pada labirin yang terletak pada telinga
sebelah dalam. Salah satu fungsi dari telinga dalam adalah untuk mengatur
keseimbangan. Bila fungsi ini terganggu secara klinis, akan terjadi gangguan
keseimbangan dan pendengaran yang menghilang secara tiba - tiba dan dapat
mengenai satu telinga atau keduanya. Etiologi labirinitis kebanyakan disebabkan oleh
bakteri atau virus. Labirinitis yang disebabkan oleh proses autoimmune menyebabkan
proses iskemia pada pembuluh darah yang bisa mengakibatkan disfungsi yang
menyerupai labirinitis akut 11.
Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intratemporal dari
radang telinga tengah. Penderita Otitis Media Kronik yang kemudian tiba- tiba
mendapat serangan vertigo, muntah dan kehilangan pendengaran harus waspada
terhadap timbulnya labirinitis supuratif. Bakteri masuk kedalam labirin melalui
kanalikuli di dalam tulang, hematogen atau limfogen. Paling sering melalui destruksi
tulang oleh kolesteatom dan merusak labirin vestibuler. Bila mengenai seluruh labirin
disebut labirinitis umum dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat. Jika
infeksinya terbatas akan menimbulkan labirinitis lokal dengan gejala vertigo yang
ringan.Kalsifikasi labirinitis terdiri dari labirinitis sirkumkripta, labirinitis difusa yang
terdiri dari serosa dan purulen dan labirinitis laten 2.
Labirinitis virus biasanya mengenai usia 30-60 tahun dan ini jarang diamati
pada anak-anak. Meningogenic suppurative labirinitis biasanya mengenai anak-anak
yang berusia lebih dari 2 tahun. Otogenic suppurative labirinitis dapat diamati pada
orang-orang dari segala usia. Serouse labirinitis lebih umum dalam anak kelompok
usia, di mana sebagian besar kedua kasus akut dan kronis otitis media diamati 11.
Data epidemiologi labirinitis masih kurang, namun dari beberapa referensi
didapatkan penyebab terbanyak adalah virus. Prevalensi orang dengan pendengaran
yang hilang secara tiba-tiba diperkirakan 1 kasus di 10.000 orang. Satu studi yang
1
melaporkan bahwa 37 pasien 240 menyajikan dengan vertigo posisional disebabkan
oleh labirinitis virus 11.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 2.2 Anatomi Telinga Dalam (Dhingra PL., 2007)
4
Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior
dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Bentuknya seperti dua
pertiga lingkaran dengan panjang yang tidak sama tetapi dengan diameter yang
hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah satu ujungnya masing-masing kanalis ini
melebar disebut ampulla yang berisi epitel sensoris vestibular dan terbuka ke
vestibulum (Wright A., 1997)
Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan pada masing-
masing ujung anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis posterior terletak dibawah
dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior dan inferior yang tidak mempunyai
ampulla bertemu dan bersatu membentuk crus communis yang masuk vestibulum
pada dinding posterior bagian tengah. Ujung kanalis lateralis yang tidak memiliki
ampulla masuk vestibulum sedikit dibawah cruss communis
Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang hampir sama yaitu
bidang miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat terhadap bidang
horizontal bila orang berdiri. Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal ini
sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya hampir sejajar dengan posterior
telinga kanan demikian pula dengan kanalis posterior telinga kiri sejajar dengan
kanalis superior teling kanan
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang
sekitar 35 mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala
timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfa dengan konsentrasi K + 4 mEq/l
dan Na+ 139 mEq/l. Skala media berada dibagian tengah, dibatasi oleh membran
reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan dinding lateral, berisi cairan
endolimfa dengan konsentrasi K+ 144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l. Skala media
mempunyai potensial positif (+ 80 mv) pada saat istirahat dan berkurang secara
perlahan dari basal ke apeks. 13,14.
5
Gambar 2.4 Kokhlea membranosa (duktus kokhlearis atau skala media)
6
Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di bagian
basal dan melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral. Beberapa
komponen penting pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut luar, sel
penunjang Deiters, Hensens, Claudius, membran tektoria dan lamina retikularis.
Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel rambut luar
yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh pilar-pilar Corti, dan
sebaris sel rambut dalam yang terletak di medial terhadap terowongan. Sel rambut
dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan sel rambut luar dengan jumlah 12000
berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam bentuk energi mekanik menjadi
energi listrik14.
7
meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A.
Kohlearis communis yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A.
Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus
dan sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah
putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang
kohlear. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis
semisirkularis dan ujung basal kohlea. Cabang kohlear memperdarahi ganglion
spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen spiralis. A. Kohlearis berjalan
mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan didalam kohlea mengitari
modiolus 14.
Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau
sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke
sinus petrosus superior dan inferior 14.
2. Persarafan telinga dalam
N.Vestibulokohlearis (N.akustikus) yang dibentuk oleh bagian kohlear dan
vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis
dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis
dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan ganglion vestibularis (scarpa) terletak didasar
dari meatus akustikus internus.
Sel-sel sensoris pendengaran dipersarafi N.Kohlearis dengan ganglion spiralis corti
terletak di modiolus 14.
8
visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu .
Labirin terdiri dari labirin stasis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
pelebarannya terdapat macula utrikulus yang didalamnya terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetic terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di
dalamnya terdapat kista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan
seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.
Gerakan dan perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan
silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan
masuk kedalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan
merangsang penglepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan
meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak.
Sewaktu berkas silia terdorong kearah yang berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi makanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energy biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan
posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat
memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang
timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi
atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin 3.
C. LABIRINITIS
1. Definisi
9
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat
ditemukan sebagai bagian dari suatu proses tunggal pada labirin. Labirinitis dapat
disebabkan oleh bakteri atau virus 1,2,4,11.
Labirinitis bakteri (supuratif) mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari
rongga telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh kolesteatom atau melalui
foromen rotundum dan foramen ovale tetapi dapat juga timbul sebagai perluasan
infeksi dari meningitis bakteri melalui cairasn yang menghubungkan ruangan
subaraknoid dengan ruang perilimfe di koklea, melalui daerah kribosa pada dasar
modiolus koklea 11.
Labirinitis Viral adalah infeksi labirin yang disebabkan oleh berbagai macam
virus, penyakit ini dikarakteristikan dengan adanya berbagai penyakit yang
disebabkan virus dengan gejala klinik yang berbeda seperti infeksi mumps, virus
influenza 11.
2. Klasifikasi
Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe, yaitu :
1. Labirinitis Lokalisata ( labirinitis sirkumkripta, labirinitis serosa) merupakan
komplikasi otitis media dan muncul ketika mediator toksik dari otitis media
mencapai labirin bagian membran tanpa adanya bakteri pada telinga dalam11.
Gejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakan hasil dari ganguan
fungsi vestibular dan ganguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang
pendengaran derajat ringan hingga menengah secara tiba- tiba, sebagian besar kasus
membaik sejalan dengan waktu, kerusakan terjadi bersifat reversible 11,2.
2. Labirinitis Difusa ( labirinitis purulenta, labirinitis supuratif) merupakan suatu
keadaan infeksi pada labirin yang lebih berat dan melibatkan akses langsung
mikroorganisme ke labirin tulang dan membran11.
Pada labirinitis difusa ( supuratif) gejala mirip dengan labirinitis lokalisata
namun perjalanan penyakit labirinitis difusa lebih cepat dan berlangsung hebat,
10
ganguan vestibular, vertigo yang hebat, mual, muntah dengan disertai nistagmus,
gangguan pendengaran menetap tipe sensorineural, tidak ada demam dan sakit pada
telinga 11,2 .
11
Bagan 1.1 Patofisiologi labirinitis
12
4. Manifestasi Klinis
Vertigo ( perubahan posisi )
Penurunan fungsi pendengaran secara tiba- tiba tipe koklear ( unilateral atau
bilateral, ringan sampai berat, reversible )
Gangguan Keseimbangan
Nistagmus spontan
Tinitus
Otorrhea
Mual, Muntah
Demam
Flu like sindrome 11
Gejala klinis mula-mula hanya terdapat gangguan keseimbangan dan tuli saraf
ringan. Pada keadaan yang lebih lanjut terdapat vertigo yang berat yang disertai
nausea, dan muntah, dan terdapat nistagmus horizontal 19.
Posture and balance control negative Posture and balance control positive
13
Cardiology Psychiatry Vestibular Brainstem
neuronitis, Menire infarct
disease
Otology Neurology
14
o Streptococcus species
o Staphylococcus species
o Proteus species
o Bacteroides species
o Escherichia coli
o Mycobacterium tuberculosis11
Faktor predisposisi
- Usia 40- 50 tahun
- Infeksi Saluran Pernafasan Atas mendahului onset gejala cochleovestibular di
hingga 50% dari kasus
- Allergies (allergic rhinitis)
- Komplikasi Temporal dan Infeksi Telinga Tengah ( OMA dan OMSK )
- Benign positional vertigo
- Obat-obatan tertentu
sejumlah obat-obatan yang diketahui menyebabkan peradangan apabila
digunakan dalam jangka panjang atau penggunaan yang berlebihan dapat
mengakibatkan labirintritis (atau orang-orang yang sensitif, mudah alergi ), obat-
obatan seperti: Aspirin, (loop diuretic) Lasix, Phenytoin (anti-epileptic) serta
beberapa inhibitor ACE dan beta blockers (digunakan untuk mengelola penyakit
jantung)
- Gaya hidup (Asupan alkohol berlebihan) - alkoholik adalah faktor risiko untuk
mengembangkan labirintritis, sehingga disarankan untuk membatasi asupan
alkohol untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit ini4,11,15
6. Prosedur Diagnostik
Gambaran Klinis
15
1. Anamnesis
Perjelas apa yang pasien maksud dengan vertigo, apakah berpengaruh
terhadap perubahan posisi secara cepat, onset, apakah sering timbul,
berapa lama apabila keluhan vertigo muncul (durasi), aktivitas atau
saat tertentu yang membuat keluhan muncul, tingkat keparahan
sehingga kegiatan sehari- hari terganggu.
Terkait dengan gejala diatas ( tinnitus , gangguan pendengaran tiba-
tiba ( tuli sensori neural), sakit kepala , penglihatan ganda , mati rasa ,
kesulitan menelan )
Gejala penyerta : mual, muntah, demam nyeri pada telinga
Kebiasaan pribadi yang rutin dilakukan yang kira- kira terkait dengan
keluhan penyakit ( minum obatan- obatan yang bersifat ototoksik
dalam jangka waktu lama dan berlebihan, peminum alkohol.
Apabila sifat episodik : Perjelas urutan dari peristiwa , kegiatan awal yang
memicu timbul gejala, tingkat keparahan ,
amnesia dan sebagainya
16
Pasien yang datang dengan kesulitan berjalan ( keseimbngan) biasanya
setelah mendapatkan serangan akut, dengan didapatkan Nistagmus ( gerakan
bolak balik bola mata yang involunter) (+).
Lakukan tes Romberg dan tes keseimbangan lainnya (disdiadokinesis, tes
jalan ditempat, Tes Nylan Barani), biasanya pasien tidak dapat berjalan lurus
atau tidak mampu mempertahankan posisi seimbang dalam jangka waktu
yang ditentukan.
Pada Tes fistula dengan menekan tragus atau memompa balon Siegel maka
penderita akan merasa pusing atau rasa berputar, kadang- kadang dengan
pemberian obat tetes telinga akan menimbulkan keluhan vertigo.
Tes menggunakan garpu tala untuk mengetahui kualitas pendengaran ( Tes
Rinne, Tes Weber, Tes Schwabach) untuk membedakan tuli konduktif, tuli
sensorineural dan Tes berbisik untuk mengetahui kuantitas pendengaran.
Pada tes garpu tala maka akan di dapatkan Tuli saraf.
Harus tidak ada bukti defisit neurologis lain seperti kelemahan ekstremitas
atas atau ekstremitas bawah, kelemahan pada wajah.
Fungsi cerebellar harus diperiksa oleh meminta pasien untuk melakukan
tunjuk jari untuk hidung, tumit - tumit, dan gerakan cepat bolak-balik.
17
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pada radiologik selain tanda- tanda mastoiditis juga tampak fistel labirin pada
kanalis semisirkularis horizontal 1.
2. CT- Scan
Pertimbangan dilakukannya CT-Scan pada kasus labirinitis, sebaikanya
dilakukan sebelum dilakukan pengambilan sampel LCS pada yang dicurigai
meningitis akibat infeksi labirinitis yang berkelanjutan atau infeksi intrakranial yang
meluas ke telinga dalam. CT- Scan juga berguna untuk membantu mengesampingkan
mastoiditis sebagai sebuah penyebab yang potensial . CT-Scan tulang temporal akan
membantu dalam pengelolaan pasien dengan cholesteatoma dan labirintritis. CT-Scan
noncontrast adalah yang terbaik untuk menggambarkan fibrosis dan kalsifikasi dari
18
labirin membranous pada orang dengan labirintritis kronis atau labirintritis ossificans
11
.
Labyrinthitis ossificans in a 10-year-old girl (Hb SS) with SNHL in the right ear. (a)
Axial high-resolution temporal bone CT image shows partial obliteration of the right
lateral semicircular canal (arrow). (b) Axial high-resolution T2-weighted DRIVE MR
image shows the right lateral semicircular canal (arrow). The areas of high signal
intensity normally seen in the canal are absent
3. MRI
MRI dapat digunakan untuk membantu mencegah neuroma akustik, stroke,
abses otak atau hematoma epidural sebagai potensi penyebab vertigo dan kehilangan
pendengaran. Koklea, depan dan kanal-kanal semicircular meningkatkan pada t1
weighted postcontrast gambar pada orang dengan akut dan subacute labirintritis.
Temuan ini sangat spesifik dan berkorelasi dengan subjektif penilaian objektif dan
beberapa pasien mengalami perbaikan dalam teknik MRI ini dan dapat dijadikan
studi pilihan untuk dicurigai labirintritis 11 .
TES LAIN
1. Audiometry
19
Pemeriksaan audiometric berguna untuk memeriksa jenis dan
tingkat keparahan pendengaran dan juga menentukan kira- kira
organ yang berpengaruh terhadap gangguan. Kehilangan
Pendengaran dalam kasus ini adalah jenis sensorineural. Namun,
pasien dengan kelaianan malformasi telinga dalam (yaitu,
perbesaran vestibular aqueduct) mungkin akan mempunyai gejala
klinis yang sama.
2. Pengujian Vestibular
Tes kalori dan electronystagmogram dapat membantu dalam mendiagnosa
kasus-kasus sulit dan mendirikan prognosis untuk pemulihan.
Orang dengan labirintritis virus memiliki nistagmus dengan respon kalori
vestibular hipofungsi.
Orang dengan suppurative labirintritis (bakteri) memiliki nistagmus dan
respons kalori absen di sisi yang terpengaruh.
Orang dengan serous labirintritis (bakteri) biasanya memiliki hasil
electronystagmogram yang normal, tetapi mereka mungkin memiliki
penurunan respons kalori di telinga. Namun, kehadiran efusi telinga tengah
dapat meredam respon kalori dan menyebabkan menemukan positif palsu11.
8. Diagnosis Banding
Benign paroxysmal positional vertigo
20
Vestibular neuritis
Menire disease
Perilymph fistula
9. Komplikasi
10. Penatalaksanaan
21
berlangsung. Antihistamin dapat diberikan jika kondisi berhubungan
dengan alergi. Obat yang menghambat aksi sistem saraf simpatik
(anticholinergics) juga dapat diberikan. Individu mungkin perlu
istirahat di tempat tidur selama beberapa hari, Cukup minum dan
membatasi sedikit aktivitas fisik yang berat untuk mempertahankan
hidrasi dan mencegah timbulnya keluhan vertigo.
11. Pencegahan
22
Mengindari taruma kepala atau telinga yang menyebabkan kerusakan pada
telinga dalam
Hindari dan lebih berhati - hati infeksi saluran nafas atas dan sinusitis yang
berulang- ulang
12. Prognosis
Pemulihan spontan umumnya terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu. Fungsi labirin dapat kembali normal tergantung pada kecepatan dan
keefektifan dari pengobatan yang didapat. Gejala vertigo yang berat biasanya akan
hilang dalam beberapa hari sampai 3 minggu, tetapi gangguan keseimbangan
mungkin bertahan selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan, terutama
bila melakukan gerakan-gerakan cepat. Setelah gejala labyrinthitis telah diselesaikan,
maka resiko terjadinya kekambuhan labirinitis akan sama dengan individu yang
belum pernah menderita labirinitis. Kekambuhan yang terjadi biasanya lebih ringan.
Pada umumnya, prognosis jangka panjang untuk pasien labyrinthitis baik dan
sebagian besar pasien sembuh sempurna.
23
penyembuhan lengkap terjadi, jika perdengaran sudah kembali normal dalam waktu
satu bulan. Komplikasi dari operasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, infeksi
dan hilangnya pendengaran 17,18.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam ( labirin ) yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal yang paling sering
dari radang telinga tengah. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut
labirinitis umum (general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan
labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo
saja atau tuli saraf saja. Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang
perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis
supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis
serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif
akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus. Gejala klinis yaitu ganguan
vestibular, vertigo, nistagmus, mual, muntah serta ganguan fungsi pendengaran
sensorineural. Terapi lokal harus ditujukan keseiap infeksi yang mungkin ada.
Drainase bedah atau eksenterasi labirin tidak di indikasikan, kecuali suatu fokus di
labirin atau daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigsi menyebar ke struktur
24
intrakaranial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika. Bila ada indikasi
dapat dilakukan mastoidektomi. Terapi dilakukan secara pengawasan yang ketat dan
terus menerus untuk mencegah terjadinya progresifitas penyakit dan kerusakan
vestibulokoklea yang permanen 1,4
DAFTAR PUSTAKA
1. Aboet A, Labirinitis. Majalah Kedokteran Nusantara. Departemen Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara: Medan: September 2006; Vol.39(3). Hlm.294-5. Diakses
pada 19 September 2016. Dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20692/1/mkn-sep2006-
%20sup%20(18).pdf.
2. Vestibular Disorders Association. Labyrinthitis and vestibular neuritis.
Diakses pada 19 September 2016. Dari: http://vestibular.org/labyrinthitis-and-
vestibular-neuritis.
3. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis: Agust 2015; p.1-3. Diakses pada 19 September 2016. Dari:
http://emedicine.medscape.com/article/856215-overview#showall.
4. Snell RS. Telinga dalam atau labyrinthus. Dalam: Anatomi Klinik. Edisi
Keenam. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2006. Hlm.790-1.
5. Rahman S, Hanifatryevi. Asfiksia perinatal sebagai faktor resiko gangguan
pendengaran pada anak. Majalah Kedokteran Andalas. Bagian Ilmu Kesehatan
Telinga dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas; 2012; Vol.36(1). Hlm. 2-4. Diakses pada 19 September
2016. Dari: http://repository.unand.ac.id/18125/1/Asfiksia%20Perinatal
%20Sebagai%20Faktor%20Resiko%20Gangguan%20Pendengaran%20Pada
%20Anak.pdf
25
6. Soetirto I, Hendarmin H, Bashirudin J. Gangguan pendengaran dan kelainan
telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Edisi Keenam. Buku Penerbit FKUI: Jakarta. 2007. Hlm.13.
7. The Choclea. Diakses pada tanggal 19 September 2016. Dari:
https://ccrma.stanford.edu/~jos/psychoacoustics/Cochlea.html
8. Irawati L. Fisika medik proses pendengaran. Majalah Kedokteran Andalas;
2012; Vol.36(2). Hlm. 159-61. Diakses pada 19 September 2016. Dari:
http://mka.fk.unand.ac.id/images/articles/No_2_2012/hal_157-162-isi.pdf
9. Salmon MC. Otogelin: A glycoprotein specific to the acellular membranes of
the inner ear; Vol.94(26). Diakses pada 19 September 2016. Dari:
http://www.pnas.org/content/94/26/14450/F1.expansion.html
10. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Clinical Presentation: Agust 2015; p.1-2. Diakses pada
September 2016. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-clinical
11. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Workup: Agust 2015; p.1. Diakses pada 19 September 2016.
Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-workup
12. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Differential Diagnoses: Agust 2015; p.1. Diakses pada 19
September 2016. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-
differential
13. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Treatment and Management: Agust 2015; p.1. Diakses pada
19 September 2016. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-
treatment
14. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Medication: Agust 2015; p.1-2. Diakses pada 19 September
2016. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-medication.
26
27