Referat Labirinitis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Labirinitis adalah sebuah inflamasi pada labirin yang terletak pada telinga
sebelah dalam. Salah satu fungsi dari telinga dalam adalah untuk mengatur
keseimbangan. Bila fungsi ini terganggu secara klinis, akan terjadi gangguan
keseimbangan dan pendengaran yang menghilang secara tiba - tiba dan dapat
mengenai satu telinga atau keduanya. Etiologi labirinitis kebanyakan disebabkan oleh
bakteri atau virus. Labirinitis yang disebabkan oleh proses autoimmune menyebabkan
proses iskemia pada pembuluh darah yang bisa mengakibatkan disfungsi yang
menyerupai labirinitis akut 11.
Labirinitis bakteri sering disebabkan oleh komplikasi intratemporal dari
radang telinga tengah. Penderita Otitis Media Kronik yang kemudian tiba- tiba
mendapat serangan vertigo, muntah dan kehilangan pendengaran harus waspada
terhadap timbulnya labirinitis supuratif. Bakteri masuk kedalam labirin melalui
kanalikuli di dalam tulang, hematogen atau limfogen. Paling sering melalui destruksi
tulang oleh kolesteatom dan merusak labirin vestibuler. Bila mengenai seluruh labirin
disebut labirinitis umum dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat. Jika
infeksinya terbatas akan menimbulkan labirinitis lokal dengan gejala vertigo yang
ringan.Kalsifikasi labirinitis terdiri dari labirinitis sirkumkripta, labirinitis difusa yang
terdiri dari serosa dan purulen dan labirinitis laten 2.
Labirinitis virus biasanya mengenai usia 30-60 tahun dan ini jarang diamati
pada anak-anak. Meningogenic suppurative labirinitis biasanya mengenai anak-anak
yang berusia lebih dari 2 tahun. Otogenic suppurative labirinitis dapat diamati pada
orang-orang dari segala usia. Serouse labirinitis lebih umum dalam anak kelompok
usia, di mana sebagian besar kedua kasus akut dan kronis otitis media diamati 11.
Data epidemiologi labirinitis masih kurang, namun dari beberapa referensi
didapatkan penyebab terbanyak adalah virus. Prevalensi orang dengan pendengaran
yang hilang secara tiba-tiba diperkirakan 1 kasus di 10.000 orang. Satu studi yang

1
melaporkan bahwa 37 pasien 240 menyajikan dengan vertigo posisional disebabkan
oleh labirinitis virus 11.

BAB II

2
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI TELINGA DALAM


Telinga dalam terdiri dari organ kesimbangan dan organ pendengaran. Telinga
dalam terletak di pars petrosus os temporalis dan disebut labirin karena bentuknya
yang kompleks. Telinga dalam pada waktu lahir bentuknya sudah sempurna dan
hanya mengalami pembesaran seiring dengan pertumbuhan tulang temporal. Telinga
dalam terdiri dari dua bagian yaitu labirin tulang dan labirin membranosa. Labirin
tulang merupakan susunan ruangan yang terdapat dalam pars petrosa os temporalis
( ruang perilimfatik) dan merupakan salah satu tulang terkeras. Labirin tulang terdiri
dari vestibulum, kanalis semisirkularis dan kohlea
Vestibulum merupakan bagian yang membesar dari labirin tulang dengan
ukuran panjang 5 mm, tinggi 5 mm dan dalam 3 mm. Dinding medial menghadap ke
meatus akustikus internus dan ditembus oleh saraf. Pada dinding medial terdapat dua
cekungan yaitu spherical recess untuk sakulus dan eliptical recess untuk utrikulus. Di
bawah eliptical recess terdapat lubang kecil akuaduktus vestibularis yang
menyalurkan duktus endolimfatikus ke fossa kranii posterior diluar duramater
Di belakang spherical recess terdapat alur yang disebut vestibular crest. Pada
ujung bawah alur ini terpisah untuk mencakup recessus kohlearis yang membawa
serabut saraf kohlea kebasis kohlea. Serabut saraf untuk utrikulus, kanalis
semisirkularis superior dan lateral menembus dinding tulang pada daerah yang
berhubungan dengan N. Vestibularis pada fundus meatus akustikus internus. Di
dinding posterior vestibulum mengandung 5 lubang ke kanalis semisirkularis dan
dinding anterior ada lubang berbentuk elips ke skala vestibuli kohlea 13,14.

3
Gambar 2.2 Anatomi Telinga Dalam (Dhingra PL., 2007)

Gambar 2.3 Labirin Membranosa

4
Ada tiga buah semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis superior, posterior
dan lateral yang terletak di atas dan di belakang vestibulum. Bentuknya seperti dua
pertiga lingkaran dengan panjang yang tidak sama tetapi dengan diameter yang
hampir sama sekitar 0,8 mm. Pada salah satu ujungnya masing-masing kanalis ini
melebar disebut ampulla yang berisi epitel sensoris vestibular dan terbuka ke
vestibulum (Wright A., 1997)
Ampulla kanalis superior dan lateral letaknya bersebelahan pada masing-
masing ujung anterolateralnya, sedangkan ampulla kanalis posterior terletak dibawah
dekat lantai vestibulum. Ujung kanalis superior dan inferior yang tidak mempunyai
ampulla bertemu dan bersatu membentuk crus communis yang masuk vestibulum
pada dinding posterior bagian tengah. Ujung kanalis lateralis yang tidak memiliki
ampulla masuk vestibulum sedikit dibawah cruss communis
Kanalis lateralis kedua telinga terletak pada bidang yang hampir sama yaitu
bidang miring ke bawah dan belakang dengan sudut 30 derajat terhadap bidang
horizontal bila orang berdiri. Kanalis lainnya letaknya tegak lurus terhadap kanal ini
sehingga kanalis superior sisi telinga kiri letaknya hampir sejajar dengan posterior
telinga kanan demikian pula dengan kanalis posterior telinga kiri sejajar dengan
kanalis superior teling kanan
Koklea membentuk tabung ulir yang dilindungi oleh tulang dengan panjang
sekitar 35 mm dan terbagi atas skala vestibuli, skala media dan skala timpani. Skala

timpani dan skala vestibuli berisi cairan perilimfa dengan konsentrasi K + 4 mEq/l

dan Na+ 139 mEq/l. Skala media berada dibagian tengah, dibatasi oleh membran
reissner, membran basilaris, lamina spiralis dan dinding lateral, berisi cairan

endolimfa dengan konsentrasi K+ 144 mEq/l dan Na+ 13 mEq/l. Skala media
mempunyai potensial positif (+ 80 mv) pada saat istirahat dan berkurang secara
perlahan dari basal ke apeks. 13,14.

5
Gambar 2.4 Kokhlea membranosa (duktus kokhlearis atau skala media)

Gambar 2.5 Kohklea (Dhingra PL., 2007)

6
Organ corti terletak di membran basilaris yang lebarnya 0.12 mm di bagian
basal dan melebar sampai 0.5 mm di bagian apeks, berbentuk seperti spiral. Beberapa
komponen penting pada organ corti adalah sel rambut dalam, sel rambut luar, sel
penunjang Deiters, Hensens, Claudius, membran tektoria dan lamina retikularis.
Sel-sel rambut tersusun dalam 4 baris, yang terdiri dari 3 baris sel rambut luar
yang terletak lateral terhadap terowongan yang terbentuk oleh pilar-pilar Corti, dan
sebaris sel rambut dalam yang terletak di medial terhadap terowongan. Sel rambut
dalam yang berjumlah sekitar 3500 dan sel rambut luar dengan jumlah 12000
berperan dalam merubah hantaran bunyi dalam bentuk energi mekanik menjadi
energi listrik14.

Gambar 2.6 Organ Corti (Dhingra PL., 2007)

1. Vaskularisasi telinga dalam


Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A. Cerebelaris
anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk ke

7
meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A.
Kohlearis communis yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A.
Vestibulokohlearis. A. Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus
dan sebagian duktus semisirkularis. A.Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah
putaran basal kohlea terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang
kohlear. Cabang vestibular memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis
semisirkularis dan ujung basal kohlea. Cabang kohlear memperdarahi ganglion
spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan ligamen spiralis. A. Kohlearis berjalan
mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus internus dan didalam kohlea mengitari
modiolus 14.
Vena dialirkan ke V.Labirintin yang diteruskan ke sinus petrosus inferior atau
sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke
sinus petrosus superior dan inferior 14.
2. Persarafan telinga dalam
N.Vestibulokohlearis (N.akustikus) yang dibentuk oleh bagian kohlear dan
vestibular, didalam meatus akustikus internus bersatu pada sisi lateral akar N.Fasialis
dan masuk batang otak antara pons dan medula. Sel-sel sensoris vestibularis
dipersarafi oleh N.Kohlearis dengan ganglion vestibularis (scarpa) terletak didasar
dari meatus akustikus internus.
Sel-sel sensoris pendengaran dipersarafi N.Kohlearis dengan ganglion spiralis corti
terletak di modiolus 14.

B. FISIOLOGI ALAT KESEIMBANGAN


Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di
sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ

8
visual dan proprioseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu .
Labirin terdiri dari labirin stasis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membran yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
pelebarannya terdapat macula utrikulus yang didalamnya terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetic terdiri dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di
dalamnya terdapat kista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan dan
seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.
Gerakan dan perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan
silia menyebabkan permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan
masuk kedalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan
merangsang penglepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan
meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak.
Sewaktu berkas silia terdorong kearah yang berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi makanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energy biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan
posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat
memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala yang
timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi
atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin 3.
C. LABIRINITIS
1. Definisi

9
Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam (labirin). Keadaan ini dapat
ditemukan sebagai bagian dari suatu proses tunggal pada labirin. Labirinitis dapat
disebabkan oleh bakteri atau virus 1,2,4,11.
Labirinitis bakteri (supuratif) mungkin terjadi sebagai perluasan infeksi dari
rongga telinga tengah melalui fistula tulang labirin oleh kolesteatom atau melalui
foromen rotundum dan foramen ovale tetapi dapat juga timbul sebagai perluasan
infeksi dari meningitis bakteri melalui cairasn yang menghubungkan ruangan
subaraknoid dengan ruang perilimfe di koklea, melalui daerah kribosa pada dasar
modiolus koklea 11.
Labirinitis Viral adalah infeksi labirin yang disebabkan oleh berbagai macam
virus, penyakit ini dikarakteristikan dengan adanya berbagai penyakit yang
disebabkan virus dengan gejala klinik yang berbeda seperti infeksi mumps, virus
influenza 11.

2. Klasifikasi
Labirinitis secara klinis terdiri dari 2 subtipe, yaitu :
1. Labirinitis Lokalisata ( labirinitis sirkumkripta, labirinitis serosa) merupakan
komplikasi otitis media dan muncul ketika mediator toksik dari otitis media
mencapai labirin bagian membran tanpa adanya bakteri pada telinga dalam11.
Gejala yang timbul pada labirinitis lokalisata merupakan hasil dari ganguan
fungsi vestibular dan ganguan koklea yaitu terjadinya vertigo dan kurang
pendengaran derajat ringan hingga menengah secara tiba- tiba, sebagian besar kasus
membaik sejalan dengan waktu, kerusakan terjadi bersifat reversible 11,2.
2. Labirinitis Difusa ( labirinitis purulenta, labirinitis supuratif) merupakan suatu
keadaan infeksi pada labirin yang lebih berat dan melibatkan akses langsung
mikroorganisme ke labirin tulang dan membran11.
Pada labirinitis difusa ( supuratif) gejala mirip dengan labirinitis lokalisata
namun perjalanan penyakit labirinitis difusa lebih cepat dan berlangsung hebat,

10
ganguan vestibular, vertigo yang hebat, mual, muntah dengan disertai nistagmus,
gangguan pendengaran menetap tipe sensorineural, tidak ada demam dan sakit pada
telinga 11,2 .

3. Patofisiologi Alat Vestibuler


Rangsangan normal akan selalu menimbulkan gangguan vertigo, misalnya
pada tes kalori. Rangsangan abnormal dapat pula menimbulkan gangguan vertigo bila
terjadi kerusakan pada sistem vestibulernya, misalnya orang dengan paresis kanal
akan merasa terganggu bila naik perahu. Rangsanga normal dapat pula menimbulkan
vertigo pada orang normal, bila situasinya berubah, misalnya dalam ruang tanpa
bobot.
Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap perubahan konsentrasi O 2 dalam
darah, oleh karena itu perubahan aliran darah yang mendadak dapat menimbulkan
vertigo. Vertigo tidak akan timbul bila hanya pada perubahan konsentrasi O2 saja,
tetapi harus ada faktor lain yang menyertainya, misalnya sklerosis pada salah satu
dari arteri auditiva interna, atau salah satu arteri tersebut terjepit. Dengan demikian
bila ada perubahan konsentrasi O2, hanya satu sisi saja yang mengadakan
penyesuaian, akibatnya terdapat perbedaan elektro potensial antara vestibuler kanan
dan kiri. Akibatnya akan terjadi serangan vertigo.
Perubahan konsentrasi O2 dapat terjadi, misalnya pada hipertensi,
spondiloartrosis servikal. Pada kelaianan vasomotor, mekanisme terjadinya vertigo
disebabkan oleh karena terjadi perbedaan perilaku antara arteri auditiva interna kanan
dan kiri, sehingga menimbulkan perbedaan potensial antara vestibuler kanan dan kiri
3
.

11
Bagan 1.1 Patofisiologi labirinitis

12
4. Manifestasi Klinis
Vertigo ( perubahan posisi )
Penurunan fungsi pendengaran secara tiba- tiba tipe koklear ( unilateral atau
bilateral, ringan sampai berat, reversible )
Gangguan Keseimbangan
Nistagmus spontan
Tinitus
Otorrhea
Mual, Muntah
Demam
Flu like sindrome 11
Gejala klinis mula-mula hanya terdapat gangguan keseimbangan dan tuli saraf
ringan. Pada keadaan yang lebih lanjut terdapat vertigo yang berat yang disertai
nausea, dan muntah, dan terdapat nistagmus horizontal 19.

No sponteous nystagmus Sponteous nystagmus

Posture and balance control negative Posture and balance control positive

Nausea, vomiting, sweating,


Nausea Sweating, tachycardia
anxiety
vomiting

GI disorder Chest pain Anxiety Harmonic Dysharmonic


vestibular sy vestibular sy

Internal Angina, MI Loss of hearing, Numbness,


medicine tinnitus
double vision,
dysarthria

13
Cardiology Psychiatry Vestibular Brainstem
neuronitis, Menire infarct
disease

Otology Neurology

Tabel 1.1 Pembagian vertigo (http://aurelthedoctor.blogspot.com/)

5. Etiologi Dan Faktor Predisposisi

Disebabkan oleh Virus


o Cytomegalovirus
o Mumps virus
o Varicella-zoster virus
o Rubeola virus
o Influenza virus
o Parainfluenza virus
o Rubella virus
o Haemophilus influenzae
o Herpes simplex virus 1 ( HSV 1)
o Adenovirus
o Coxsackievirus
o Respiratory syncytial virus

Disebabkan oleh bakteri


o S pneumoniae
o Moraxella catarrhalis
o N meningitidis

14
o Streptococcus species
o Staphylococcus species
o Proteus species
o Bacteroides species
o Escherichia coli
o Mycobacterium tuberculosis11

Faktor predisposisi
- Usia 40- 50 tahun
- Infeksi Saluran Pernafasan Atas mendahului onset gejala cochleovestibular di
hingga 50% dari kasus
- Allergies (allergic rhinitis)
- Komplikasi Temporal dan Infeksi Telinga Tengah ( OMA dan OMSK )
- Benign positional vertigo
- Obat-obatan tertentu
sejumlah obat-obatan yang diketahui menyebabkan peradangan apabila
digunakan dalam jangka panjang atau penggunaan yang berlebihan dapat
mengakibatkan labirintritis (atau orang-orang yang sensitif, mudah alergi ), obat-
obatan seperti: Aspirin, (loop diuretic) Lasix, Phenytoin (anti-epileptic) serta
beberapa inhibitor ACE dan beta blockers (digunakan untuk mengelola penyakit
jantung)
- Gaya hidup (Asupan alkohol berlebihan) - alkoholik adalah faktor risiko untuk
mengembangkan labirintritis, sehingga disarankan untuk membatasi asupan
alkohol untuk mengurangi risiko berkembangnya penyakit ini4,11,15

6. Prosedur Diagnostik
Gambaran Klinis

15
1. Anamnesis
Perjelas apa yang pasien maksud dengan vertigo, apakah berpengaruh
terhadap perubahan posisi secara cepat, onset, apakah sering timbul,
berapa lama apabila keluhan vertigo muncul (durasi), aktivitas atau
saat tertentu yang membuat keluhan muncul, tingkat keparahan
sehingga kegiatan sehari- hari terganggu.
Terkait dengan gejala diatas ( tinnitus , gangguan pendengaran tiba-
tiba ( tuli sensori neural), sakit kepala , penglihatan ganda , mati rasa ,
kesulitan menelan )
Gejala penyerta : mual, muntah, demam nyeri pada telinga
Kebiasaan pribadi yang rutin dilakukan yang kira- kira terkait dengan
keluhan penyakit ( minum obatan- obatan yang bersifat ototoksik
dalam jangka waktu lama dan berlebihan, peminum alkohol.
Apabila sifat episodik : Perjelas urutan dari peristiwa , kegiatan awal yang
memicu timbul gejala, tingkat keparahan ,
amnesia dan sebagainya

2. Pemeriksaan Fisik THT


Pemeriksaan Otologik
Melakukan pemeriksaan eksternal untuk tanda-tanda mastoiditis, selulitis.
Memeriksa telinga kanal otitis externa, otorrhea, atau vesikel.
Pemeriksaan telinga menyeluruh dengan otoscope atau mikroskop
memungkinkan diagnosis otitis media dan cholesteatoma. Apabila
ditemukan otorrhoea (telinga discharge) harus menentukan akut atau kronis
otitis media dengan mukus membran.

16
Pasien yang datang dengan kesulitan berjalan ( keseimbngan) biasanya
setelah mendapatkan serangan akut, dengan didapatkan Nistagmus ( gerakan
bolak balik bola mata yang involunter) (+).
Lakukan tes Romberg dan tes keseimbangan lainnya (disdiadokinesis, tes
jalan ditempat, Tes Nylan Barani), biasanya pasien tidak dapat berjalan lurus
atau tidak mampu mempertahankan posisi seimbang dalam jangka waktu
yang ditentukan.
Pada Tes fistula dengan menekan tragus atau memompa balon Siegel maka
penderita akan merasa pusing atau rasa berputar, kadang- kadang dengan
pemberian obat tetes telinga akan menimbulkan keluhan vertigo.
Tes menggunakan garpu tala untuk mengetahui kualitas pendengaran ( Tes
Rinne, Tes Weber, Tes Schwabach) untuk membedakan tuli konduktif, tuli
sensorineural dan Tes berbisik untuk mengetahui kuantitas pendengaran.
Pada tes garpu tala maka akan di dapatkan Tuli saraf.
Harus tidak ada bukti defisit neurologis lain seperti kelemahan ekstremitas
atas atau ekstremitas bawah, kelemahan pada wajah.
Fungsi cerebellar harus diperiksa oleh meminta pasien untuk melakukan
tunjuk jari untuk hidung, tumit - tumit, dan gerakan cepat bolak-balik.

17
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Pada radiologik selain tanda- tanda mastoiditis juga tampak fistel labirin pada
kanalis semisirkularis horizontal 1.
2. CT- Scan
Pertimbangan dilakukannya CT-Scan pada kasus labirinitis, sebaikanya
dilakukan sebelum dilakukan pengambilan sampel LCS pada yang dicurigai
meningitis akibat infeksi labirinitis yang berkelanjutan atau infeksi intrakranial yang
meluas ke telinga dalam. CT- Scan juga berguna untuk membantu mengesampingkan
mastoiditis sebagai sebuah penyebab yang potensial . CT-Scan tulang temporal akan
membantu dalam pengelolaan pasien dengan cholesteatoma dan labirintritis. CT-Scan
noncontrast adalah yang terbaik untuk menggambarkan fibrosis dan kalsifikasi dari

18
labirin membranous pada orang dengan labirintritis kronis atau labirintritis ossificans
11
.

Labyrinthitis ossificans in a 10-year-old girl (Hb SS) with SNHL in the right ear. (a)
Axial high-resolution temporal bone CT image shows partial obliteration of the right
lateral semicircular canal (arrow). (b) Axial high-resolution T2-weighted DRIVE MR
image shows the right lateral semicircular canal (arrow). The areas of high signal
intensity normally seen in the canal are absent

3. MRI
MRI dapat digunakan untuk membantu mencegah neuroma akustik, stroke,
abses otak atau hematoma epidural sebagai potensi penyebab vertigo dan kehilangan
pendengaran. Koklea, depan dan kanal-kanal semicircular meningkatkan pada t1
weighted postcontrast gambar pada orang dengan akut dan subacute labirintritis.
Temuan ini sangat spesifik dan berkorelasi dengan subjektif penilaian objektif dan
beberapa pasien mengalami perbaikan dalam teknik MRI ini dan dapat dijadikan
studi pilihan untuk dicurigai labirintritis 11 .

TES LAIN
1. Audiometry

19
Pemeriksaan audiometric berguna untuk memeriksa jenis dan
tingkat keparahan pendengaran dan juga menentukan kira- kira
organ yang berpengaruh terhadap gangguan. Kehilangan
Pendengaran dalam kasus ini adalah jenis sensorineural. Namun,
pasien dengan kelaianan malformasi telinga dalam (yaitu,
perbesaran vestibular aqueduct) mungkin akan mempunyai gejala
klinis yang sama.

Pengujian vestibular dengan electronystagmography, test


rotary kursi, dan membangkitkan vestibular potensi myogenic tidak
ditunjukkan dalam pengaturan akut. Namun, tes ini dapat
memberikan informasi tambahan pada kompensasi vestibular dan
lesi, pengujian setelah pasien telah pulih dari tahap akut labirintritis
11
.

2. Pengujian Vestibular
Tes kalori dan electronystagmogram dapat membantu dalam mendiagnosa
kasus-kasus sulit dan mendirikan prognosis untuk pemulihan.
Orang dengan labirintritis virus memiliki nistagmus dengan respon kalori
vestibular hipofungsi.
Orang dengan suppurative labirintritis (bakteri) memiliki nistagmus dan
respons kalori absen di sisi yang terpengaruh.
Orang dengan serous labirintritis (bakteri) biasanya memiliki hasil
electronystagmogram yang normal, tetapi mereka mungkin memiliki
penurunan respons kalori di telinga. Namun, kehadiran efusi telinga tengah
dapat meredam respon kalori dan menyebabkan menemukan positif palsu11.

8. Diagnosis Banding
Benign paroxysmal positional vertigo

20
Vestibular neuritis
Menire disease
Perilymph fistula

9. Komplikasi

Kehilangan pendengaran secara permanen, labirinitis yang tidak


mendapatkan pengobatan akan menjadi bertambah buruk dan gejala-
gejalanya menjadi menetap akibat kerusakan permanen pada organ telinga
dalam (mengalami pembengkakan, pembentukan jaringan ikat sehingga akan
mengganggu proses pendengaran secara keseluruhan telinga, kehilangan
pendengaran permanen.

Gangguan Keseimbangan, Akibat tidak diobati secara tepat dan tuntas,


komplikasinya dapat juga mempengaruhi pusat keseimbangan secara
permanen, seperti dijelaskan sebelumnya organ vestibuler mengalami
peradangan hebat dan terus- menerus sehingga akan terbentuk jaringan
granulasi sehingga menghambat kemampuan koklea dalam mempertahan
tubuh agar dapat tetap seimbang 7,8,9.

10. Penatalaksanaan

Terapi lokal harus ditujukan ke setiap infeksi yang mungkin


ada. Pemberian antibiotik jika labyrinthitis disebabkan oleh infeksi
bakteri. Beberapa obat antivirus mungkin berguna jika kondisi ini
disebabkan oleh infeksi virus. obat-obatan antiemetik dan obat
penenang atau hypnotics membantu mengontrol gejala dan
membantu agar pasien tetap tenang selama serangan Vertigo

21
berlangsung. Antihistamin dapat diberikan jika kondisi berhubungan
dengan alergi. Obat yang menghambat aksi sistem saraf simpatik
(anticholinergics) juga dapat diberikan. Individu mungkin perlu
istirahat di tempat tidur selama beberapa hari, Cukup minum dan
membatasi sedikit aktivitas fisik yang berat untuk mempertahankan
hidrasi dan mencegah timbulnya keluhan vertigo.

Drainase bedah atau eksenterasi labirin tidak di indikasikan,


kecuali suatu fokus di labirin atau daerah perilabirin telah menjalar
atau dicurigsi menyebar ke struktur intrakaranial dan tidak
memberi respons terhadap terapi antibiotika. Bila ada indikasi
dapat dilakukan mastoidektomi. Bila dicurigai ada fokus infeksi
dilabirin atau di os petrosus, dapat dilakukan drainase labirin
dengan salah satu operasi labirin. Setiap sekuestrum yang lepas
harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma N VII. Bila saraf
fasial lumpuh, maka harus dilakukan dengan kompresi saraf
tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal, maka harus
diberikan antibiotika sebelum dan sesudah operasi. Jika kehilangan
pendengaran secara permanen maka alat bantu dengar akan
17
bermanfaat .

11. Pencegahan

Menghindari paparan alergen

Menghindari paparan asap rokok (tidak merokok)

Menghindari konsumsi alkohol secara berlebihan

22
Mengindari taruma kepala atau telinga yang menyebabkan kerusakan pada
telinga dalam

Hindari makanan yang diproses setengah matang

Hindari dan lebih berhati - hati infeksi saluran nafas atas dan sinusitis yang
berulang- ulang

12. Prognosis
Pemulihan spontan umumnya terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa
minggu. Fungsi labirin dapat kembali normal tergantung pada kecepatan dan
keefektifan dari pengobatan yang didapat. Gejala vertigo yang berat biasanya akan
hilang dalam beberapa hari sampai 3 minggu, tetapi gangguan keseimbangan
mungkin bertahan selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan, terutama
bila melakukan gerakan-gerakan cepat. Setelah gejala labyrinthitis telah diselesaikan,
maka resiko terjadinya kekambuhan labirinitis akan sama dengan individu yang
belum pernah menderita labirinitis. Kekambuhan yang terjadi biasanya lebih ringan.
Pada umumnya, prognosis jangka panjang untuk pasien labyrinthitis baik dan
sebagian besar pasien sembuh sempurna.

Dalam beberapa kasus, peradangan dapat menyebabkan kerusakan yang parah


pada labirin, yang mengakibatkan hilangnya pendengaran secara permanen. Bahkan
ketika terjadi kerusakan permanen, otak masih dapat beradaptasi cukup baik untuk
mengatasi gejala dalam periode hari atau bulan.

Prevalensi terjadinya tuli sensorineural yang terjadi tiba-tiba pada labyrinthitis


adalah 10 dari 100.000 individu (Strasnick). Pada pembedahan (myringotomy), hanya
dibutuhkan sayatan kecil di gendang telinga untuk menghindari penumpukan tekanan
cairan di telinga, atau jika penyisipan grommet di gendang telinga (myringotomy
tabung) diperlukan untuk memperbaiki kondisi, hasilnya biasanya sangat baik, dan

23
penyembuhan lengkap terjadi, jika perdengaran sudah kembali normal dalam waktu
satu bulan. Komplikasi dari operasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan, infeksi
dan hilangnya pendengaran 17,18.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Labirinitis adalah infeksi pada telinga dalam ( labirin ) yang disebabkan oleh
bakteri atau virus. Labirinitis merupakan komplikasi intratemporal yang paling sering
dari radang telinga tengah. Labirinitis yang mengenai seluruh bagian labirin, disebut
labirinitis umum (general), dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat, sedangkan
labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo
saja atau tuli saraf saja. Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang
perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis
supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis
serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam bentuk labirinitis supuratif
akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus. Gejala klinis yaitu ganguan
vestibular, vertigo, nistagmus, mual, muntah serta ganguan fungsi pendengaran
sensorineural. Terapi lokal harus ditujukan keseiap infeksi yang mungkin ada.
Drainase bedah atau eksenterasi labirin tidak di indikasikan, kecuali suatu fokus di
labirin atau daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigsi menyebar ke struktur

24
intrakaranial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika. Bila ada indikasi
dapat dilakukan mastoidektomi. Terapi dilakukan secara pengawasan yang ketat dan
terus menerus untuk mencegah terjadinya progresifitas penyakit dan kerusakan
vestibulokoklea yang permanen 1,4

DAFTAR PUSTAKA
1. Aboet A, Labirinitis. Majalah Kedokteran Nusantara. Departemen Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara: Medan: September 2006; Vol.39(3). Hlm.294-5. Diakses
pada 19 September 2016. Dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20692/1/mkn-sep2006-
%20sup%20(18).pdf.
2. Vestibular Disorders Association. Labyrinthitis and vestibular neuritis.
Diakses pada 19 September 2016. Dari: http://vestibular.org/labyrinthitis-and-
vestibular-neuritis.
3. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis: Agust 2015; p.1-3. Diakses pada 19 September 2016. Dari:
http://emedicine.medscape.com/article/856215-overview#showall.
4. Snell RS. Telinga dalam atau labyrinthus. Dalam: Anatomi Klinik. Edisi
Keenam. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta. 2006. Hlm.790-1.
5. Rahman S, Hanifatryevi. Asfiksia perinatal sebagai faktor resiko gangguan
pendengaran pada anak. Majalah Kedokteran Andalas. Bagian Ilmu Kesehatan
Telinga dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas; 2012; Vol.36(1). Hlm. 2-4. Diakses pada 19 September
2016. Dari: http://repository.unand.ac.id/18125/1/Asfiksia%20Perinatal
%20Sebagai%20Faktor%20Resiko%20Gangguan%20Pendengaran%20Pada
%20Anak.pdf

25
6. Soetirto I, Hendarmin H, Bashirudin J. Gangguan pendengaran dan kelainan
telinga. Dalam: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
dan Leher. Edisi Keenam. Buku Penerbit FKUI: Jakarta. 2007. Hlm.13.
7. The Choclea. Diakses pada tanggal 19 September 2016. Dari:
https://ccrma.stanford.edu/~jos/psychoacoustics/Cochlea.html
8. Irawati L. Fisika medik proses pendengaran. Majalah Kedokteran Andalas;
2012; Vol.36(2). Hlm. 159-61. Diakses pada 19 September 2016. Dari:
http://mka.fk.unand.ac.id/images/articles/No_2_2012/hal_157-162-isi.pdf
9. Salmon MC. Otogelin: A glycoprotein specific to the acellular membranes of
the inner ear; Vol.94(26). Diakses pada 19 September 2016. Dari:
http://www.pnas.org/content/94/26/14450/F1.expansion.html
10. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Clinical Presentation: Agust 2015; p.1-2. Diakses pada
September 2016. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-clinical
11. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Workup: Agust 2015; p.1. Diakses pada 19 September 2016.
Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-workup
12. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Differential Diagnoses: Agust 2015; p.1. Diakses pada 19
September 2016. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-
differential
13. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Treatment and Management: Agust 2015; p.1. Diakses pada
19 September 2016. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-
treatment
14. Boston ME, Strasnick B, Egan RA, Gionali GJ, Hoffer ME, Steinberg AR et
al. Labyrinthitis Medication: Agust 2015; p.1-2. Diakses pada 19 September
2016. Dari: http://emedicine.medscape.com/article/856215-medication.

26
27

Anda mungkin juga menyukai