Makalah Materi 6 (Titrasi Pengendapan)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KIMIA ANALISIS FARMASI


( TITRASI PENGENDAPAN )

OLEH :

NUR AINAN ALFI

A.NUR AFNI ANGGARA

RUSLAN HI AZIS

NUR IZMI

STIKes MEGA REZKY

MAKASSAR

2015
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi,struktur dan sifat kimia
atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia atau suatu materi
yang di ciptakan atau memusnahkan serta dapat dijelaskan proses atau reaksi yang
ditimbulkan dari kejadian tersebut misalnya terjadi perubahan materi dan energy.
Kita hidup dalam era polimer Bahan bahan polimer alam yang sejak dahulu telah
dikenal dan dimanfaatkan, seperti kapas, wool, dan damar Polimer sintesis. Setelah semua ion
klorida mengendap maka kelebihan ion Ag pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaks
idengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan. Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan reaksi terhadap kerusakan
lingkungan akibat aktivitasmia yang semakin meningkatkan
Kadar halogen dalam air dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
suatu metode analisis titrimetri titrasi.
Dalam percobaan dalam laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering
dipertemukan dengan yang disebutdengan titrasi.
titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Argentometri?
2. Apa yang dimaksud dengan Merkurimetri?
3. Jelaskan indikator titrasi pengendapan!
4. Gambarkan kurva titrasi pengendapan!
5. Pemahaman metode Mohr, Fajans, Volkhard, Leibing, Deniges, Koltohff
BAB II
PEMBAHASAN
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk megukur jumlah yang
pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui. Analisis semacam ini menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut
analisis volumemetri. Pada titrasi salah satu larutan dimasukkan kedalam buret atau disebut
dengan titran, sedangkan larutan lainnya dimasukkan dalam labu Erlenmeyer yang disebut
dengan titrat. Larutan titran dicampurkan dengan titrat sampai seluruh reaksi selesai yang
dinyatakan dengan perubahan warna indikator pH, yang merupakan suatu zat yang pada
umumnya ditambahkan kedalam larutan titrat dan mengalami semacam perubahan warna.
Perubahan warna menandakan bahwa reaksi telah selesai dan merupakan titik akhir titrasi.

Suatu titrasi yang menghasilkan endapan dan terjadi pembentukan ion kompleks
adalah proses argentometri. Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang
berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion
Ag+.Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya
digunakan untuk menentukan garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis
garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+

1. Argentometri

Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan
dapat ditentukan. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion
halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam
lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl
dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang
tidak mudah larut AgCl.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan
indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik
akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain
menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri
untuk menentukan titik ekuivalen.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari
reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan
kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen
mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva
titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva
titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang
digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain:
1) Metode Mohr; metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan
larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan
perak klorida dan setelah titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan
bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna
merah.
2) Metode Volhard; Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
larutan baku kalium atau amonium tiosianat, kelebihan tiosianat dapat ditetapkan
secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai
indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat dalam
lingkungan asam nitrat 0,5 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam,
sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga
titik akhir tidak dapat ditunjukkan.
3) Metode K.Fajans; Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, sebagai kenyataan
bahwa pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.
Endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid.
4) Metode Liebig; Pada metode ini tiitk akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak
nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika
reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan
menghasilkan endapan perak sianida. Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya
kekeruhan yang tetap. Kesukaran dalam memperoleh titik akhir yang jelas disebabkan
karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati ititk akhir.

2. Merkurimetri

Merkurimetri artinya reaksi titrasi menggunakan garam merkuri (Hg2+) sebagai


titrannya sementara titrannya biasanya menggunakan garam-garam halogen, ion CN-, dan
ion CNS- yang mana dalam hal ini juga biasanya yang termasuk ke dalam titrat adalah
yang biasanya senyawa yang akan ditetapkan kadarnya. Dalam hal ini juga, indikator yang
biasa digunakan antara lain Na nitroprussid, difenil carbazon, dan difenil carbazid yang
mana ketiga indikator tersebut memiliki pH antara 1,5 sampai 2.
Pada metode merkurimetri ini, bisa dilakukan dengan cara langsung maupun
dengan cara tidak langsung, sebenarnya tergantung dari titrat dan senyawa kompleks yang
akan terbentuk, baru bisa memilih menggunakan dengan cara langsung atau tidak
langsung. Cara tidak langsung digunakan apabila dengan cara langsung senyawa
kompleks yang terbentuk sulit diamati TAnya, sehingga dengan menggunakan cara tidak
langsung diharapkan pembentukan senyawa kompleks dengan titran yang lain dapat
dengan mudah diamati TAnya, sebagaimana kita tahu bahwa pada titrasi tidak langsung
ini digunakan 2 titran yang berbeda.
Pada merkurimetri ini, apabila titratnya adalah garam halogen, maka dapat
dilakukan dengan cara langsung, yang mana reaksi yang akan terjadi adalah sebagai
berikut:
Apabila titrat yang digunakan adalah larutan garam CN-, maka yang akan terbentuk adalah
senyawa kompleks AgCN2 yang sulit dilihat TAnya sehingga perlu dilakukan dengan cara
tidak langsung. Dalam hal ini menggunakan titran 1-nya garam Hg2+ dan titran 2-nya berupa
senyawa CNS-. Reaksi yang terjadi adalah seperti pada gambar di bawah ini.
Sekiranya masih banyak yang tidak mengetahui bagaimana mekanisme yang terjadi
saat titrasi tidak langsung ini. Mungkin bisa saya jelaskan dengan memberi contoh begini,
Misalnya senyawa yang akan diketahui kadarnya adalah senyawa yang mengandung ion
CN-, dengan argentometri secara langsung tidak dapat diamati dengan baik TAnya sehingga
diputuskan untuk menggunakan cara tidak langsung. Sebenarnya dengan cara langsung telah
ditetapkan volume dari CN-nya adalah sebesar 5 ml, dan ketika dititrasi dengan larutan Ag,
meskipun tidak terlalu tampak TAnya diperkirakan jumlah volume larutan garam Ag yang
dibutuhkan adalah sekitar 10 ml. Dengan cara tidak langsung, posisinya dibalik, yang berada
di erlenmeyer saat ini adalah larutan Ag dengan volume yang dilebihkan dari 10 ml, misalnya
dalam contoh ini dilebihkan menjadi 15 ml. Sementara yang ada di buret adalah larutan
senyawa CN- yang volumenya sesuai dengan ketetapan awal yaitu 5 ml. Reaksi dibiarkan
berlangsung sampai seluruh 5 ml larutan CN- dalam buret bereaksi seluruhnya dengan larutan
garam Ag. Pada reaksi pada umumnya seharusnya apabila ada indikator yang sesuai, ketika
sudah bereaksi seluruhnya atau ketika jumlah Ag dan CN telah sama tampak adanya
perubahan warna, karena memang sulit dilihat TAnya maka seumpamanya sejumlah Ag telah
bereaksi dengan seluruh CN- dalam 5 ml tersebut. Dalam hal ini tentunya masih ada sisa Ag
yang belum bereaksi bukan? Oleh karena itu menggunakan titran kedua yaitu dengan larutan
yang mengandung senyawa CNS- diharapkan dapat dilihat TAnya, karena memang terdapat
indikator yang sesuai untuk hasil reaksi yang ini. Ketika tampak TA artinya seluruh Ag dalam
erlenmeyer telah bereaksi seluruhnya dengan larutan titran yang pada saat itu misalnya
diketahui volume yang dibutuhkan untuk larutan titran 2 untuk bereaksi sempurna adalah 8
ml, maka dengan persamaan M1.V1 = M2.V2 yang mana telah diketahui molaritas dari
larutan titran 2 dan molaritan dari larutan Ag dan telah diketahui volume larutan titran 2 yang
dibutuhkan, maka diketahui pula volume larutan Ag yang telah bereaksi dengannya yang
dalam hal ini misalnya setelah dihitung ternyata 5 ml sehingga dalam hal ini bisa kita ketahui
bahwa volume yang dibutuhkan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan CN- adalah
hasil pengurangan volume larutan Ag seluruhnya dalam erlenmeyer dengan hasil perhitungan
volume larutan Ag yang dibutuhkan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan titran 2
yaitu 20 ml 5 ml = 15 ml. Dengan diketahuinya volume Ag yang dibutuhkan untuk bereaksi
secara sempurna dengan larutan CN- tersebut tentunya dapat diketahui molaritas dari CN-
sehingga dapat pula pada akhirnya diketahui kadarnya. Mudah-mudahan dengan diberikan
contoh yang demikian sudah dapat dipahami bagaimana mekanisme cara kerja dari titrasi
tidak langsung tersebut.

3. Indikator titrasi pengendapan

Indikator adalah senyawa organik (umumnya) atau anorganik yang digunakan dalam
titrasi untuk menentukan dan menunjukkan titik akhir suatu titrasi. Dalam pemakaiannya,
indikator ada memberikan warna pada larutan misalnya pada Kompleksometri atau juga
berupa suatu endapan ini pada titrasi Argentometri.

1) Indikator kalium kromat K2CrO4


Titrasi argentometri dengan menggunakan indicator ini biasa disebut sebagai
argentoetri dengan metode Mohr. Ini merupakan titrasi langsung titrant dengan
menggunakan larutan standar AgNO3. Titik akhir titrasi diamati dengan terbentuknya
endapan Ag2CrO4 yang brwarna kecoklatan.
2) Indikator Fe3+
Titrasi argentometri dengan indicator ini disebut sebagai titrasi argentometri
dengan metode volhard. Titrasi ini merupakan titrasi tidak langsung dimana larutan
standar AgNO3 ditambahkan secara berlebih dan kelebihan ini dititrasi dengan larutan
standart SCN-.
3) Indikator adsorbsi
Titrasi argentometri dengan indicator adsorbsi disebut sebagai titrasi
argentometri dengan menggunakan metode Fajans. Indikator yang dipakai
adalah indicator adsorbsi Dimana indicator ini akan berubah warnanya jika
teradsorbsi pada permukaan endapan.

Selain menggunakan teknik diatas maka titrasi argentometri juga dapat dilakukan
dengan menggunakan indicator yang berupa indicator electrode. Plot antara Esel dengan
jumlah titran akan dapat diperoleh kurva titrasi dengan grafik ini maka kita nantinya dapat
menentukan titik akhir titrasi.
4). Indikator Adsorbsi Pada Titrasi Argentometri
Pada titrasi argentometri dengan metode Fajans, Jika AgNO3 ditambahkan
pada larutan NaCl yang mengandung flourescein maka titik akhir titrasi akan diamati
dengan perubahan warna dari kuning cerah ke merah muda. Warna endapan yang
terlihat akan tampak berwarna sedangkan larutannya tampak tidak berwarna hal ini
disebabkan adanya indikator adsorbsi yang teradsorb pada permukaan endapan AgCl.
Warna dari endapan akan termodifikasi saat indikator teradsorbsi pada permukaan
endapan. Reaksi adsorbsi ini dapat dilihat dengan contoh indikator yang bermuatan
negatif seperti flouroscein.
Misalnya flouroscein dilambangkan sebagai Fl-. Pada saat larutan berada pada
kelebihan ion Cl- yaitu saat titrasi belum mencapai titik ekuivalen maka indikator FL-
tidak teradsorbsi pada permukaan endapan, hal ini disebabkan permukaan endapan
masih dikelilingi oleh ion Cl- sehingga antara endapan dan FL- saling tolak-menolak
(AgCl)Cl- + FL- -> tidak ada adsorbsi
akan tetapi begitu terjadi titik ekuivalen maka dengan penambahan sejumlah kecil ion
Ag+ untuk mendapatkan titik akhir titrasi maka sekarang dalam larutan terdapat
kelebihan jumlah ion Ag+ sehingga pada permukaan endapan sekarang terdapat ion
Ag+ dengan demikian FL- akan teradsorbsi melalui gaya elektrostatis pada
permukaan endapan sehingga terjadilah perubahan warna indikator.
(AgCl)Ag+ + FL- -> (AgCl)(AgFL) ada reaksi dan indikator teradsorbsi
Semua indikator adsorbsi bersifat ionik sehingga dapat teradsorbsi pada
permukaan endapan. Indikator adsorbsi yang dipakai untuk titrasi sulfat dengan ion
barium dalam pelarut aseton biasa dipergunakan thorin atau alizarin.
Indikator adsorbsi memiliki keunggulan memiliki eror dalam penentuan titik
akhir titrasi yang kecil, dan perubahan warna pada saat teradsorbsi umumnya dapat
terlihat dengan jelas. Indikator adsorbsi baik dipergunakan untuk titrasi penendapan
dimana endapan yang dihasilkan memiliki luas permukaan yang besar dengan
demikian indikator dapat teradsorbsi dengan baik.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan indikator:
1) Ikatan antara indikator dengan ion logam haruslah lebih lemah dari ikatan antara ion
logam dengan EDTA misalnya (antara ion dalam larutan titran dan ion dalam larutan
titrat).
2) Indikator harus sensitif, misalnya dengan adanya kelebihan sedikit dari ion larutan
titran maka dapat segera bereaksi.
3) Indikator harus memberikan warna spesifik yang perubahan warna nantinya juga
harus tampak tajam dan jelas, sehingga TA dapat diamati dengan baik.
4) Reaksi substitusi juga harus berjalan dengan cepat agar TA dapat mendekati nilai TE.

4. Kurva titrasi

Kurva titrasi argentometri dibuat dengan mengeplotkan antara perubahan


konsentrasi analit pada sumbu ordinat dan volume titran pada sumbu aksis. Pada
umumnya konsentrasi analit dinyatakan dalam fungsi (p) yaitu pX = -log[X] sedangkan
volume titran dalam satuan milliliter.
Kurva titrasi dapat dibagi menjadi 3 bagian wilayah yaitu sebelum titik ekuivalen,
pada saat titik ekuivalen dan setelah titik ekuivalen 50 ml larutan NaCl 0,10 M dititrasi
dengan larutan AgNO3 0,10 M. Hitung konsentrasi ion klorida selama titrasi dan buat
kurva pCl vs ml AgNO3. Ksp AgCl = 1 x 10-10.
Awal sebelum titrasi : [Cl] = 0,10 M, maka pCl = 1,00
Setelah penambahan 10 ml AgNO3 :
Ag+ + Cl AgCl (p)
awal 1,00 mmol 5,00 mmol
perubahan -1,0 mmol -1,0 mmol
kesetimbangan 4,0 mmol
[Cl-] = 4,00 mmol / 60,0 ml = 0,067 M
pCl = 1,17
Setelah penambahan 49,9 ml AgNO3 :
Ag+ + Cl AgCl (p)
awal 4,99 mmol 5,00 mmol
perubahan -4,99 mmol -4,99 mmol
kesetimbangan 0,01 mmol
[Cl-] = 0,01 mmol / 99,9 ml = 1,0 x 10-4 M
pCl = 4,00
Pada titik ekivalen (TE) :
Ag+ + Cl AgCl (p)
awal 5,00 mmol 5,00 mmol
perubahan -5,00 mmol -5,00 mmol
kesetimbangan
[Ag+] = [Cl-] [Ag+][Cl-] = Ksp = 1,0 x 10-10
[Cl-] = 1,0 x 10-5 maka pCl = 5,00
Setelah penambahan 60,0 ml AgNO3 :
Ag+ + Cl AgCl (p)
awal 6,00 mmol 5,00 mmol
perubahan -5,00 mmol -5,00 mmol
kesetimbangan 1,00 mmol
[Ag+] = 1,00 mmol / 110 ml = 9,1 x 10-3 M
pAg = 2,04 maka pCl = 10,00 2,04 = 7,96

Secara umum untuk halida :


Ag+ + X AgX (p)
Tetapan kesetimbangan : K = 1 / [Ag+][X] = 1 / Ksp
Makin kecil Ksp makin besar K suatu titrasi.

5. Pemahaman metode Mohr, Fajans, Volkhard, Leibing, Deniges, Koltohff


1) Metode Mohr
Metode ini di pakai terutama dalam penentuan klorida
dan bromida.Suatularutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3,maka akan terjadi :
Ag+ + Cl- AgCl
Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K2CrO4 dengan
ion Ag+ berlebih menghasilkan endapan merah dari AgCrO4. Kelebihan dari AgCl
yang berwarna putih mulai berubah warna menjadi kemerah-merahan. Titrasi ini
harus dilakukan dalam suasana netral agar dapat diperoleh dalam keadaan murni.
Sebagai larutan baku primer mempunyai bobot equivalen yang tinggi.
2) Metode Volhard
Titrasi ini dilakukan secara tak langsung di mana ion halogen di endapkan
oleh ion Ag+ berlebih-lebihan. Kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan KCNS
atau NH2CNS. Titk akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator ion FE+++ yang
dengan ion CNS berlebihan menghasilkan larutan berwarna merah. Titrasi dilakukan
dalam suasana asam yang berlebihan.
3) Metode Vajans
Metode ini adalah suatu halogen dengan AgNO3 membentuk endapan perak
halogenida yang pada titik equivalen dapat mengabsorpsi berbagai zat warna,dengan
demikian terjadi perubahan warna. Klorida dapat dititrasi dengan indicator flouresen
bromida,iodide dan thiosianat dapat dititrasi dalam suasana asam lemah
4) Metode Liebieg
Titrasi ini khusus digunakan dengan CN. Prinsip reaksinya adalah
pembentukan kompleks Ag argentocyanida yang tidak larut. Jika Ag + berlebih
direaksikan dengan CN, maka endapan AgCN yang telah terbentuk akan larut akan
larut kembali karena terbentuknya kompleks Ag(CN)2+. Jika reaksi pembentukan
kompleks tersebut sudah sempurna, maka kelebihan Ag + akan menimbulkan komples
AgArgentosianidayang tidak larut.
Titik akhir tercapai apabila terbentuk endapan yang tidak larut atau bila terjadi
kekeruhan.
Penjelasan lain tentang metode leibieg yaitu, pada metode ini titik akhir titrsi
tidak ditentukan dengan indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya
kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan
terbentuk endapan putih, tetapi pada pengocokan akan larut kembali karena terbentuk
kompleks sianida yang stabil dan larut.
Cara Liebieg hanya menghasilkan titik akhir yang memuaskan apabila
pemberian ereaksi pada saat mendekati titik akhir dilakukan perlahan lahan. Cara
Liebieg ini tidak dapat dilakukan pada keadaan larutanb amoni-alkalis karena ion
perak akan membentuk kompleks Ag(NH3)2 yang larut. Hal ini dapat diatasi dengan
menambahkan sedikit larutan kalium iodide.
Dalam Farmakope Indonesia, titrasi argentometri digunakan untuk penentuan
kadar ammonium klorida, fenoterol hidrobromida, kalium klorida, klorbutnol,
melfalan, metenamin mandelat, dan sediaan tabletnya, natrium klorida, natrium
nitroprusida, sistein hidroklorida, dan tiamfenikol.
5) Metode Deniges
Metode ini merupakan modifikasi dari metode Liebieg, yaitu dengan
menambahkan KI sebagai indikator dan larutan ammonia encer untuk melarutkan
endapan Ag-cyanida. Kelebihan ion Ag+ setelah bereaksi dengan ion CN akan
bereaksi dengan I membentuk endapan AgI yang menunjukkan titik akhir titrasi.
6) Metode kolthof
Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran) diendapkan dg larutan baku K-
Ferosianida 2 K4Fe(CN)6 + 3 Zn2+ K2Zn3[Fe(CN)6]2+ 6 K+( )2 3[ ( )6]kalium
besi(II) sianida kalium seng besi(II) sianida TAT dapat ditentukan dg indikator
eksternal seperti uranil nitrat, ammonium molibdat, FeCl3, dll, namun diperlukan
ketrampilan khusus; shg lebih baik gunakan indikator internal seperti difenilamin,
difenilbenzidin, difenilaminsulfonat, dll.
Reaksi redoks Fe2+ Fe3+mempunyai potensial reduksi (pada 30 oC) sbb :
E = Eo + 0,060 log [Fe(CN)6
3-] / [Fe(CN)64-]
Campuran fero-ferisianida dlm asam memiliki potensial reduksi jauh lebih kecil dp yg
diperlukan utk mengoksidasi indikator, hingga diperoleh bentuk teroksidasi berwarna
intensif. Jika ke dalam campuran tsb ditambahkan Zn2+ akan terjadi endapan Zn-
ferosianida, diikuti kenaikan potensial reduksi karena Fe(CN)64- hilang dari larutan.
Setelah Fe(CN)6 g ( )64- bereaksi sempurna akan terjadi kenaikan tajam potensial
reduksi dan muncul warna biru (bentuk indikator teroksidasi) akibat adanya
kelebihan Zn2+. Pada TAT akan muncul warna biru telor asin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam
suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion
Ag+.

2. Merkurimetri artinya reaksi titrasi menggunakan garam merkuri (Hg2+)


sebagai titrannya.

3. Indikator adalah senyawa organik (umumnya) atau anorganik yang digunakan


dalam titrasi untuk menentukan dan menunjukkan titik akhir suatu titrasi.

4. Kurva titrasi adalah grafik sebagai fungsi pH dengan jumlah titran


yang ditambahkan.

5. Pemahaman-pemahaman metode Mohr, Fajans, Volkhard, Leibing, Deniges,


Koltohff merupakan penjelasan untuk pentitrasian dengan menggunakan indikatornya
masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai