Makalah Materi 6 (Titrasi Pengendapan)
Makalah Materi 6 (Titrasi Pengendapan)
Makalah Materi 6 (Titrasi Pengendapan)
OLEH :
RUSLAN HI AZIS
NUR IZMI
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi,struktur dan sifat kimia
atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia atau suatu materi
yang di ciptakan atau memusnahkan serta dapat dijelaskan proses atau reaksi yang
ditimbulkan dari kejadian tersebut misalnya terjadi perubahan materi dan energy.
Kita hidup dalam era polimer Bahan bahan polimer alam yang sejak dahulu telah
dikenal dan dimanfaatkan, seperti kapas, wool, dan damar Polimer sintesis. Setelah semua ion
klorida mengendap maka kelebihan ion Ag pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaks
idengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan. Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan reaksi terhadap kerusakan
lingkungan akibat aktivitasmia yang semakin meningkatkan
Kadar halogen dalam air dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
suatu metode analisis titrimetri titrasi.
Dalam percobaan dalam laboratorium kita sebagai mahasiswa kimia sering
dipertemukan dengan yang disebutdengan titrasi.
titrasi sendiri merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan
reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan
pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Argentometri?
2. Apa yang dimaksud dengan Merkurimetri?
3. Jelaskan indikator titrasi pengendapan!
4. Gambarkan kurva titrasi pengendapan!
5. Pemahaman metode Mohr, Fajans, Volkhard, Leibing, Deniges, Koltohff
BAB II
PEMBAHASAN
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk megukur jumlah yang
pasti dari suatu larutan dengan mereaksikan dengan suatu larutan yang konsentrasinya
diketahui. Analisis semacam ini menggunakan pengukuran volume larutan pereaksi disebut
analisis volumemetri. Pada titrasi salah satu larutan dimasukkan kedalam buret atau disebut
dengan titran, sedangkan larutan lainnya dimasukkan dalam labu Erlenmeyer yang disebut
dengan titrat. Larutan titran dicampurkan dengan titrat sampai seluruh reaksi selesai yang
dinyatakan dengan perubahan warna indikator pH, yang merupakan suatu zat yang pada
umumnya ditambahkan kedalam larutan titrat dan mengalami semacam perubahan warna.
Perubahan warna menandakan bahwa reaksi telah selesai dan merupakan titik akhir titrasi.
Suatu titrasi yang menghasilkan endapan dan terjadi pembentukan ion kompleks
adalah proses argentometri. Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang
berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion
Ag+.Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya
digunakan untuk menentukan garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis
garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+
1. Argentometri
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan
yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar
garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan
dapat ditentukan. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion
halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam
lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara
titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl
dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang
tidak mudah larut AgCl.
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi
dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan
indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik
akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator
adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain
menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri
untuk menentukan titik ekuivalen.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari
reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan
kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen
mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva
titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva
titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan berdasarkan indikator yang
digunakan pada penentuan titik akhir titrasi, antara lain:
1) Metode Mohr; metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan
bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan
larutan kalium kromat sebagai indikator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan
perak klorida dan setelah titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan
bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna
merah.
2) Metode Volhard; Perak dapat ditetapkan secara teliti dalam suasana asam dengan
larutan baku kalium atau amonium tiosianat, kelebihan tiosianat dapat ditetapkan
secara jelas dengan garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat sebagai
indikator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat dalam
lingkungan asam nitrat 0,5 1,5 N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam,
sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasananya basa, sehingga
titik akhir tidak dapat ditunjukkan.
3) Metode K.Fajans; Pada metode ini digunakan indikator adsorbsi, sebagai kenyataan
bahwa pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan.
Endapan harus dijaga sedapat mungkin dalam bentuk koloid.
4) Metode Liebig; Pada metode ini tiitk akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indikator, akan tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan. Ketika larutan perak
nitrat ditambahkan kepada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi
pada penggojokan larut kembali karena terbentuk kompleks sianida yang stabil. Jika
reaksi telah sempurna, penambahan larutan perak nitrat lebih lanjut akan
menghasilkan endapan perak sianida. Titik akhir ditunjukkan oleh terjadinya
kekeruhan yang tetap. Kesukaran dalam memperoleh titik akhir yang jelas disebabkan
karena sangat lambatnya endapan melarut pada saat mendekati ititk akhir.
2. Merkurimetri
Indikator adalah senyawa organik (umumnya) atau anorganik yang digunakan dalam
titrasi untuk menentukan dan menunjukkan titik akhir suatu titrasi. Dalam pemakaiannya,
indikator ada memberikan warna pada larutan misalnya pada Kompleksometri atau juga
berupa suatu endapan ini pada titrasi Argentometri.
Selain menggunakan teknik diatas maka titrasi argentometri juga dapat dilakukan
dengan menggunakan indicator yang berupa indicator electrode. Plot antara Esel dengan
jumlah titran akan dapat diperoleh kurva titrasi dengan grafik ini maka kita nantinya dapat
menentukan titik akhir titrasi.
4). Indikator Adsorbsi Pada Titrasi Argentometri
Pada titrasi argentometri dengan metode Fajans, Jika AgNO3 ditambahkan
pada larutan NaCl yang mengandung flourescein maka titik akhir titrasi akan diamati
dengan perubahan warna dari kuning cerah ke merah muda. Warna endapan yang
terlihat akan tampak berwarna sedangkan larutannya tampak tidak berwarna hal ini
disebabkan adanya indikator adsorbsi yang teradsorb pada permukaan endapan AgCl.
Warna dari endapan akan termodifikasi saat indikator teradsorbsi pada permukaan
endapan. Reaksi adsorbsi ini dapat dilihat dengan contoh indikator yang bermuatan
negatif seperti flouroscein.
Misalnya flouroscein dilambangkan sebagai Fl-. Pada saat larutan berada pada
kelebihan ion Cl- yaitu saat titrasi belum mencapai titik ekuivalen maka indikator FL-
tidak teradsorbsi pada permukaan endapan, hal ini disebabkan permukaan endapan
masih dikelilingi oleh ion Cl- sehingga antara endapan dan FL- saling tolak-menolak
(AgCl)Cl- + FL- -> tidak ada adsorbsi
akan tetapi begitu terjadi titik ekuivalen maka dengan penambahan sejumlah kecil ion
Ag+ untuk mendapatkan titik akhir titrasi maka sekarang dalam larutan terdapat
kelebihan jumlah ion Ag+ sehingga pada permukaan endapan sekarang terdapat ion
Ag+ dengan demikian FL- akan teradsorbsi melalui gaya elektrostatis pada
permukaan endapan sehingga terjadilah perubahan warna indikator.
(AgCl)Ag+ + FL- -> (AgCl)(AgFL) ada reaksi dan indikator teradsorbsi
Semua indikator adsorbsi bersifat ionik sehingga dapat teradsorbsi pada
permukaan endapan. Indikator adsorbsi yang dipakai untuk titrasi sulfat dengan ion
barium dalam pelarut aseton biasa dipergunakan thorin atau alizarin.
Indikator adsorbsi memiliki keunggulan memiliki eror dalam penentuan titik
akhir titrasi yang kecil, dan perubahan warna pada saat teradsorbsi umumnya dapat
terlihat dengan jelas. Indikator adsorbsi baik dipergunakan untuk titrasi penendapan
dimana endapan yang dihasilkan memiliki luas permukaan yang besar dengan
demikian indikator dapat teradsorbsi dengan baik.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan indikator:
1) Ikatan antara indikator dengan ion logam haruslah lebih lemah dari ikatan antara ion
logam dengan EDTA misalnya (antara ion dalam larutan titran dan ion dalam larutan
titrat).
2) Indikator harus sensitif, misalnya dengan adanya kelebihan sedikit dari ion larutan
titran maka dapat segera bereaksi.
3) Indikator harus memberikan warna spesifik yang perubahan warna nantinya juga
harus tampak tajam dan jelas, sehingga TA dapat diamati dengan baik.
4) Reaksi substitusi juga harus berjalan dengan cepat agar TA dapat mendekati nilai TE.
4. Kurva titrasi
A. Kesimpulan
1. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam
suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion
Ag+.