LP Sindrom Geriatri - MIRA
LP Sindrom Geriatri - MIRA
LP Sindrom Geriatri - MIRA
GERIATRIC SYNDROME
Disusun Oleh:
MIRA WAHYU KUSUMAWATI
135070218113014
Kelas Kediri
1
1. Definisi Sindrom Geriatri
Sindrom geriatri adalah kumpulan gejala dan atau tanda klinis, dari
satu atau lebih penyakit, yang sering dijumpai pada pasien geriatric (Martini,
2010). Sindrom geriatri memiliki beberapa karakteristik, yaitu: usia >60
tahun, multipatologi, gejala klinis tidak khas, polifarmasi, fungsi organ
menurun, gangguan status fungsional, dan gangguan nutrisi (Kane, 2008).
Sedangkan menurut Panita, dkk (2011) sindrom geriatri meliputi gangguan
kognitif, depresi, inkontinensia, ketergantungan fungsional, dan jatuh.
Sindrom ini dapat menyebabkan angka morbiditas yang signifikan dan
keadaan yang buruk pada usia tua yang lemah. Sindrom ini biasanya
melibatkan beberapa sistem organ. Sindrom geriatrik mungkin memiliki
kesamaan patofisiologi meskipun presentasi yang berbeda,dan memerlukan
intervensi dan strategi yang fokus terhadap faktor penyebabnya.
2
a. Teori biologi
1. Teori genetik dan mutasi (somatic mutatie theory)
5. Teori stress
3
Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
melakukan regenerasi.
8. Teori program
4
loss), yaitu: kehilangan peran, hambatan kontak sosial, dan
berkurangnya kontak komitmen.
5
e. Karakteristik kelima merupakan karakteristik khusus pasien geriatri
yang sering dijumpai di Indonesia adalah malnutrisi.
a. Imobilisasi
Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring selama 3 hari atau
lebih, diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan
fungsi fisiologis. Imobilisasi menyebabkan komplikasi lain yang lebih
besar pada pasien usia lanjut bila tidak ditangani dengan baik (Setiati,
2013).
b. Instabilitas
c. Inkontinensia Urin
6
d. Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien
geriatri. Umumnya mereka mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan
dan sulit memertahankan kondisi tidur. Terjadi karena masalah-masalah
dalam hidup yang menyebabkan seorang lansia menjadi depresi atau
karena bebrapa penyakit yang dialami lansia (Setiati dkk, 2013).
f. Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada
usia lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih,
pneumonia, sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi,
multipatologi, dan faktor lingkungan memudahkan usia lanjut terkena
infeksi (Setiati dkk, 2013).
7
satu sindroma geriatrik yang sering dijumpai pada usia lanjut.
Diperkirakan satu dari tiga wanita dan 15-20% pria di atas 65 tahun
mengalami inkontinensia urin. Inkontinensia urin merupakan fenomena
yang tersembunyi, disebabkan oleh keengganan pasien
menyampaikannya kepada dokter dan di lain pihak dokter jarang
mendiskusikan hal ini kepada pasien (Kane dkk, 2008)
h. Kelemahan nutrisi berkaitan pada hendaya yang terjadi pada usia lanjut
karena kehilangan berat badan fisiologis dan patologis yang tidak
disengaja. Anoreksia pada usia lanjut merupakan penurunan fisiologis
nafsu makan dan asupan makan yang menyebabkan kehilangan berat
badan yang tidak diinginkan. Pada pasien, kekurangan nutrisi disebabkan
oleh keadaan pasien dengan gangguan menelan, sehingga menurunkan
nafsu makan pasien (Kane dkk, 2008).
8
Berdasarkan beberapa teori sindrom geriatric dapat disebabkan oleh
karena akumulasi radikal bebas yang merusak DNA, protein dan komponen
komponen dalam DNA. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan di sel,
jaringan dan kemudian organ yang berakibat pada perubahan fungsi organ
dalam tubuhnya (Miller, 2009). Teori lain menjelaskan bahwa komponen dari
DNA yang mencegah replikasi DNA yaitu telomere. Telomer akan memendek
ketika sel berhenti membelah dan menyebabkan replicative senescence. Hal
tersebut menyebabkan masalah penurunan fungsi kognitif yang bersifat
progresif dan kerentanan pada lansia yang mengarah pada kondisi sakit.
Setiap individu mrngalami proses yang berbeda beda sesuai dengan faktor
genetic dan lingkungan.
9
dapat mengakibatkan banyaknya sisa air kemih di kandung keih sebagai
akibat pengosongan yang tidak sempurna.
d. Infeksi pada usia lanjut disebabkan akibat beberapa hal antara lain:
adanya penyakit komorbid kronik yang cukup banyak, menurunnya daya
tahan atau imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasi
sehingga sulit atau jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi
secara dini.
b. Inkontinensia
1. Inkontinensia stress: keluarnya urin selama batuk, mengejan, dan
sebagainya.
2. Inkontinensia urgensi: ketidakmampuan menahan keluarnya urin
dengan gambaran seringnya terburu-buru untuk berkemih.
c. Demensia
1. Rusaknya seluruh jajaran fungsi kognitif
2. Awalnya gangguan daya ingat jangka pendek
3. Gangguan kpribadian dan perilaku (mood swings)
4. Defisit neurologi dan fokal
5. Mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi, dan kejang
6. Gangguan psikotik: halusinasi, ilusi, waha, dan paranoid
7. Keterbatasan dalam ADL
8. Kesulitan mengatur dalam penggunaan keuangan
9. Tidak bisa pulang ke rumah bila bepergian
10. Lupa meletakkan barang penting
11. Sulit mandi, makan, berpakaian, dan toileting
10
12. Mudah terjatuh dan keseimbangan buruk
13. Tidak dapat makan dan menelan
14. Inkontinensia urin
15. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi
16. Gangguan orientasi waktu dan tempat
17. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat
yang benar
18. Ekspresi yang berlebihan
19. Adanya perubahan perilaku, seperti acuh, menarik diri, dan gelisah
d. Konstipasi
1. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
2. Mengejan keras saat BAB
3. Massa feses yang keras dan sulit keluar
4. Perasaan tidak tuntas saat BAB
5. Sakit pada daerah rectum saat BAB
6. Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam
7. Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
e. Depresi
1. Gangguan tidur
2. Keluhan somatik berupa nyeri kepala, dizzi (puyeng), rasa nyeri,
pandangan kabur, gangguan saluran cerna,gangguan nafsu makan
(meningkat atau menurun), konstipasi, perubahan berat badan
(menurun atau bertambah).
3. Gangguan psikomotor berupa aktivitas tubuh meningkat (agitasi atau
hiperaktivitas) atau menurun, aktivitas mental meningkat atau
menurun, tidak mengacuhkan kejadian di sekitarnya, fungsi seksual
berubah (mencakup libido menurun), variasi diurnal dari suasana hati
dan gejala biasanya lebih buruk di pagi hari.
11
f. Malnutrisi
1. Kelelahan dan kekurangan energy
2. Pusing
3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh
kesulitan untuk melawan infeksi)
4. Kulit yang kering dan bersisik
5. Gusi bengkak dan berdarah
6. Gigi yang membusuk
7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
8. Berat badan kurang
9. Pertumbuhan yang lambat
g. Insomnia
1. Perasaan sulit tidur, bangun terlalu awal
2. Wajah kelihatan kusam
3. Mata merah, hingga timbul bayangan gelap di bawah mata
4. Lemas, mudah mengantuk
5. Resah dan mudah cemas
h. Immune Deficeincy
1. Sering terjadi infeksi virus atau jamur dibandingkan bakteri
2. Diare kronik umum terjadi (sering disebut gastroenteritis)
12
memiliki masalah kompleks; mencakup status fungsional dan kualitas hidup;
dan memerlukan tim yang bersifat interdisiplin. Berikut beberapa
penatalaksanaan secara umum sindrom geriatrik, diantaranya:
13
merupakan intervensi terbaik untuk memelihara kesehatan otot
orang usia lanjut.
14
8. Pencegahan Sindrom Geriatri
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi beberapa upaya
kesehatan yaitu: peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis
dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan dan pemulihan.
a. Promosi (Promotif)
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan
tidak langsung untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mencegah penyakit. Upaya promotif juga merupakan proses
advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga
provesional dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial. Upaya promotif di lakukan
untuk membantu organ-organ mengubah gaya hidup mereka dan
bergerak ke arah keadaan kesehatan yang optimal serta
mendukung pemberdayaan seseorang untuk membuat pilihan
yang sehat tentang perilaku hidup mereka.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia adalah sebagai
berikut:
1. Mengurangi cedera, di lakukan dengan tujuan mengurangi
kejadian jatuh, mengurangi bahaya kebakaran dalam
rumah, meningkatkan penggunaan alat pengaman dan
mengurangi kejadian keracunan makanan atau zat kimia.
2. Meningkatkan keamanan di tempat kerja yang bertujuan
untuk mengurangi terpapar dengan bahan-bahan kimia dan
meningkatkan pengunaan sistem keamanan kerja.
3. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk,
bertujuan untuk mengurangi pengunaan semprotan bahan-
bahan kimia, mengurangi radiasi di rumah, meningkatkan
pengolahan rumah tangga terhadap bahan berbahaya,
serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan.
b. Pencegahan (Preventif)
1. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada
lansia sehat, terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan
promosi kesehatan. Jenis pelayanan pencegahan primer
adalah: program imunisasi, konseling, berhenti merokok dan
15
minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, manajemen stres, dan penggunaan medikasi
yang tepat.
2. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan
terhadap penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga
terjadi gejala penyakit belum tampak secara klinis dan
mengindap faktor risiko. Jenis pelayan pencegahan sekunder
antara lain adalah sebagai berikut: kontrol hipertensi, deteksi
dan pengobatan kangker, screening: pemeriksaan rektal,
papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
16
Dini AA. 2013. Sindrom Geriatri (Imobilitas, Instabilitas, Gangguan Intelektual,
Inkontinensia, Infeksi, Malnutrisi, Gangguan Pendengaran). Lampung:
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Kartinah & Sudaryanto, A. (2008). Masalah Psikososial pada Lanjut Usia. Berita
Ilmu Keperawatan Vol. 1 No.1.
Kane RL, Ouslander JG, Abrass IB, Resnick B. 2008. Essentials of clinical
geriatris. 6th ed. New York, NY:McGraw-Hill.
Martini, W , Adiyanti, M.G. & Indati, A. (2010). Ciri Kepribadian Lanjut Usia. Jurnal
Psikologi Universitas Gajah Mada.
Santoso, Budi. 2009. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R, Sari W, Verdinawati T. 2013.
Prevalensi geriatric giant dan kualitas hidup pada pasien usia lanjut yang
dirawat di Indonesia: penelitian multisenter. In Rizka A (editor).
Comprehensive prevention & management for the elderly:
interprofessional geriatric care. Jakarta: Perhimpunan Gerontologi Medik
Indonesia:183.
Setiati S. 2013. Geriatric Medicine, Sarkopenia, Frailty dan Kualitas Hidup
Pasien Usia Lanjut: Tantangan Masa Depan Pendidikan, Penelitian dan
Pelayanan Kedokteran di Indonesia. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam.
Panita L , Kittisak S, Suvanee S, Wilawan H. 2011. Prevalence and recognition of
geriatri syndromes in an outpatient clinic at a tertiary care hospital of
Thailand. Medicine Department; Medicine Outpatient Department, Faculty
of Medicine, Srinagarind Hospital, Khon Kaen University, Khon Kaen
40002, Thailand. Asian Biomedicine.
Pranarka, Kris. 2011. Simposium geriatric syndromes:revisited. Semarang:Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
17