Case Kak Deswan Dan Indah
Case Kak Deswan Dan Indah
Case Kak Deswan Dan Indah
Disusun Oleh:
Pembimbing
drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul ENSEFALOPATI SEPSIS E.C. KARIES DI
SEMUA REGIO GIGI sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik di
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg. Billy Sujatmiko,
Sp.KG selaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian laporan kasus ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga bermanfaat, amin.
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
1.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama: Pasien dikonsulkan dari bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH
dengan rampan karies di semua regio gigi dan oral hygiene pasien.
b. Keluhan Tambahan: Kesulitan menyikat gigi anak karena timbul perdarahan dan
keadaan anak yang kejang terus menerus.
c. Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSMH dengan diagnosis ensefalopati sepsis + mikrosefali + tetraparase (perbaikan)
+ marasmus FV + FTT + GDD + Hipertensi stage I (terkontrol) + pneumonia
orthostatic + neurogenic bladder (perbaikan) + chronic lung disease + ISK +
ventrikulomegali + multipel nefrolithiasis kiri. Alloanamnesis yang didapatkan
berupa gusi pasien mudah berdarah terutama saat menyikat gigi sejak 1 bulan
yang lalu. Anak rewel ketika disikat giginya, lidah kering (+), mulut kering (+), dan
gusi bernanah (-). Pasien kontrol ke dokter gigi tiap 3 bulan selama 2 tahun yang
lalu.
f. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan sering minum susu namun tidak suka minum air
putih.
Pasien digosokkan giginya sebanyak dua kali sehari oleh ibu pasien atau
keluarga pasien dengan menggunakan Silicone finger Toothbrush dan pasta
gigi untuk anak-anak.
d. Odontogram
e. Status Lokalis
f. Temuan
a. Karies Dentin di semua regio
b. Plak dan Kalkulus di semua regio
c. Hiperplasia gingiva
d. Staining di semua regio
g. Perencanaan Terapi
a. Plak dan kalkulus gigi : edukasi menyikat gigi dengan baik dan benar
b. Karies rampan di semua gigi : pro konservasi dan pemberian ZnO untuk relief
of pain (bila memungkinkan dengan kondisi pasien).
c. Gingiva hyperplasia : edukasi menyikat gigi menggunakan Silicone finger
Toothbrush 2x sehari dengan pasta gigi low floride (sudah dilakukan).
h. Lampiran Pemeriksaan Laboratorium
Apabila asam yang masuk kebawah permukaan email sudah banyak, maka reaksi akan
terjadi berulang kali. Maka jumlah Ca yang lepas bertambah banyak dan lama kelamaan Ca
akan keluar dari email. Proses ini disebut dekalsifikasi, karena proses ini terjadi pada bagian
bawah email maka biasa disebut dekalsifikasi bagian bawah permukaan. Ringkasan
terjadinya karies gigi menurut Schatz (Chemiawan, 2004):
2.2.3 Perawatan
Ada beberapa langkah penting dalam memutuskan perawatan yang tepat untuk kasus
rampat karies sebagai berikut:
1) Relief of pain (menghilangkan rasa sakit).
Tindakan yang dapat dilakukan pada kunjungan pertama adalah menghilangkan
rasa sakit dan melenyapkan peradangan. Untuk menghilangkan rasa sakit pada
peradangan gigi yang masih vital (pulpitis) dapat dilakukan pemberian zinc oksid
eugenol (ZnO). Untuk gigi yang non vital (gangren pulpa) lakukan trepanasi
kemudian diberikan obat-obatan melalui oral (antibiotik, analgetik). Bila dijumpai
abses, berikan premedikasi terlebih dahulu, kemudian lakukan insisi.
2) Menghentikan proses karies.
Tiap kavitas meskipun kecil mempunyai jaringan nekrotik. Setelah rasa sakit
hilang kavitas dipreparasi untuk membuang semua jaringan yang nekrotik
sehingga proses karies terhenti. Pada beberapa kasus yang tidak dapat ditambal
langsung, lakukan tambalan sementara lebih dahulu, misal pada hiperemi pulpa,
berikan pulp capping (Ca hidroksid).
3) Diet.
Anjuran untuk melakukan diet kontrol dan jelaskan mengenai DHE dan oral
hygiene. Lakukan oral profilaksis pada gigi.
4) Perawatan dan restorasi.
Perawatan dan pembuatan restorasi tergantung pada diagnosa masing-masing gigi
misalnya pulpotomi, pulpektomi, pencabutan, pembuatan amalgam atau crown.
5) Topikal aplikasi .
Lakukan topikal aplikasi dengan larutan fluor pada gigi sebagai preventif. Pada
evaluasi bila tidak dijumpai karies baru, topikal aplikasi tidak dilakukan lagi,
cukup dengan pemakaian pasta gigi yang mengandung fluor.
6) Evaluasi
Evaluasi secara periodik setiap 3 bulan sampai diperoleh keadaan oral hygene
yang baik dan diet yang sesuai dengan anjuran. Koreksi faktor sistemik (bila ada),
saliva (terutama bila berhubungan dengan stres) bila perawatan yang telah
dilakukan tidak berhasil.
.
2.3 Ensefalopati
2.3.1 Definisi Ensefalopati
Ensefalopati adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan kelainan fungsi otak
menyeluruh yang dapat akut atau kronik, progresif atau statis. Ensefalopati adalah disfungsi
kortikal umum yang memiliki karakteristik perjalanan akut hingga sub akut (jam hingga
beberapa hari), secara nyata terdapat fluktuasi dari tingkat kesadaran, atensi minimal,
halusinasi dan delusi yang sering dan perubahan tingkat aktifitas psikomotor (secara umum
meingkat, akan tetapi dapat menurun). Penggunaan istilah ensefalopati menggambarkan
perubahan umum pada fungsi otak, yang bermanifestasi pada gangguan atensi baik berupa
agitasi hiperalert hingga koma. Istilah ensefalopati biasanya diikuti oleh kata lain yang
menunjukkan penyebab dari kelainan otak tersebut.Beberapa jenis ensefalopati berdasarkan
penyebabnya: a) Ensefalopati hepatik, yaitu ensefalopati akibat kelainan fungsi hati. b)
Ensefalopati uremik, yaitu ensefalopati akibat gangguan fungsi ginjal. c) Ensefalopati
hipoksia, yaitu ensefalopati akibat kekurangan oksigen pada otak. d) Ensefalopati wernicke,
yaitu ensefalopati akibat kekurangan zat tiamin (vitamin B1), biasanya pada orang yang
keracunan alcohol. e) Ensefalopati hipertensi, yaitu ensefalopati akibat penyakit tekanan
darah tinggi yang kronis. f) Ensefalopati salmonela, yaitu ensefalopati yang diakibatkan
bakteri Salmonella penyebab sakit tipus.
Ensefalopati yang disebabkan oleh infeksi sistemik adalah keadaan yang paling sulit
dibedakan dengan ensefalitis. Perbedaan yang dapat diidentifikasi antara ensefalopati dan
ensefalitis pada umumnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Manifestasi klinis
Temuan Laboratoris
Disfungsi serebral difuse ataupun multifokal yang diinduksi oleh respons sistemik
terhadap infeksi tanpa bukti klinis maupun laboratoris adanya infeksi otak secara langsung
disebut dengan ensefalopati sepsis.
b. Patogenesis.
Ensefalopati sepsis pada umumnya terjadi awal sepsis berat dan menyebabkan gagal
multiorgan. Keadaan klinis yang paling sering ditimbulkan adalah penurunan tingkat
kesadaran dari mulai penurunan kewaspadaan ringan hingga tak berespon dan koma. Status
konfusional fluktuatif, inatensi dan kebiasaan yang tidak sesuai juga terkadang timbul pada
pasien ensefalopati ringan. Pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan delirium, agitasi
dan deteriorasi kesadaran dan koma. Gejala motorik jarang terjadi pada ensefalopati sespsis,
dan banyak terjadi pada ensefalopati metabolik, misalnya asteriksis, mioklonus dan tremor.
Pada ensefalopati sepsis yang mungkin timbul adalah berupa rigiditas paratonik, merupakan
resistensi yang tergantung pada kecepatan menjadi gerakan pasif. Kejang juga dapat timbul
pada ensefalopati septik, tetapi tidak umum, disfungsi saraf kranial dan lateralisasi jarang
terjadi dan harus dapat menyingkirkan penyebab lain yang mungkin.
d. Diagnosis.
Dibutuhkan terapi suportif seperti menjaga suhu lingkungan yang hangat, memberi
pengobatan simptomatik seperti muntah, anemia dan demam. Kemudian dilakukan pemberian
antibiotik untuk penanganan definitif selama kurang lebih 14 hari.
Tn. KK, 5 tahun 10 bulan, laki-laki, dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang dengan diagnosis Ensefalopati Sepsis. Pasien
dikonsulkan dari bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH dengan rampan karies di semua regio
gigi dan oral hygiene pasien. Keluhan lain juga dirasakan kesulitan menyikat gigi karena
timbul perdarahan dan keadaan anak yang kejang terus menerus.
Pasien dirawat di bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH dengan diagnosis ensefalopati
sepsis + mikrosefali + tetraparase (perbaikan) + marasmus FV + FTT + GDD + Hipertensi
stage I (terkontrol) + pneumonia orthostatic + neurogenic bladder (perbaikan) + chronic lung
disease + ISK + ventrikulomegali + multipel nefrolithiasis kiri. Alloanamnesis yang
didapatkan berupa gusi pasien mudah berdarah terutama saat menyikat gigi sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien rewel ketika disikat giginya, lidah kering (+), mulut kering (+), dan gusi
bernanah (-). Pasien kontrol ke dokter gigi tiap 3 bulan selama 2 tahun yang lalu.
Riwayat tambal gigi, cabut gigi, membersihkan karang gigi (-) menandakan pasien
tidak pernah melakukan perawatan gigi. Dari riwayat kebiasaan, pasien memiliki kebiasaan
sering minum susu namun tidak suka minum air putih. Sehingga, menurut alloanamnesis
didapatkan bahwa akibat kebiasaan tersebut sehingga muncul karang-karang gigi (kalkulus) di
semua regio gigi pasien tersebut.
Saat dikonsulkan ke bagian Gigi dan Mulut, keadaan umum pasien tampak sakit berat
dan kesadaran pasien apatis, nadi 101 x/m, pernafasan 30 x/m, suhu 37.30 C dan tekanan darah
90/60 mmHg. Menurut index IMT berdasarkan WHO menyatakan bahwa pasien tersebut
underweight.
Pada pemeriksaan ekstra oral ditemukan kelainan berupa wajah asimetris (mikrosefali)
dan bibir kering. Pada pemeriksaan intra oral bagian mukosa bukal labial kering, namun
palatum dalam batas normal. Kemudian ditemukan debris, plak dan kalkulus di semua regio
gigi, terdapat hyperplasia gingival, dan hubungan antar rahang ortognati. Debris disebabkan
oleh sisa makanan atau minuman (susu) yang menempel dan indikasi kurangnya perlindungan
kesehatan gigi dan mulut (oral hygiene) pasien karena pasien tidak mau minum air putih
untuk membilas sisa-sisa susu yang melekat pada gigi. Hal ini menjadi faktor resiko
terbentuknya karies dan menjadi fokal infeksi yang dapat menyebar ke jaringan lain.
Pada status lokalis, ditemukan adanya karies dentin di semua regio gigi. Adanya
kavitas akibat terjadinya karies merupakan tempat tumbuh suburnya bakteri. Berbagai macam
bakteri akan berkumpul sehingga merupakan fokus infeksi untuk bagian tubuh lainnya. Fokus
infeksi ini dapat terjadi kapan saja, dimana saja serta bagian tubuh apa saja yang terkena
tergantung bakteri tersebut menginfeksinya. Adanya fokus infeksi ini tentu merupakan awal
akibat kemungkinan terjadinya kefatalan. Salah satu etiologi untuk ensefalopatinya sendiripun
ada yang dikarenakan bakteri, virus, parasit, dan prion. Namun, patogenesis ensefalopati
sepsis masih belum jelas. Beberapa kemungkinan diajukan sebagai penyebab adanya
kerusakan otak selama sepsis berat yaitu efek endotoksin dan mediator inflamasi, disfungsi
sawar darah otak dan kerusakan cairan serebro spinal, perubahan asam amino dan
neurotransmiter, apoptosis, stres oksidatif dan eksitotoksisitas, akan tetapi hipotesis yang
paling dipercaya adalah multifaktorial. Pada kasus ini kemungkinan disebabkan oleh fokal
infeksi yang terdapat pada gigi dan mulut yang masuk melalui karies gigi dan menyebar ke
jaringan lain melalui jalur hematogen (pembuluh darah) hingga ke kepala.
Rencana terapi yang diberikan pada pasien ini adalah mengurangi sumber infeksi
dengan cara edukasi pasien untuk menjaga oral hygine pasien dengan cara menyikat gigi
menggunakan Silicone finger Toothbrush sebanyak 2x sehari (sudah dilakukan pasien).
Edukasi juga dilakukan pada pasien dalam pemilihan makanan seperti menghindari makanan
yang keras, terlalu panas dan yang mengandung banyak gula seperti yang dikonsumsi dalam
intensitas sering dan jumlah yang banyak, serta edukasi agar minum air putih setelah minum
susu hal tersebut diharapkan dapat mengontol kebersihan oral hygiene pasien. Terapi seperti
scalling atau ekstraksi gigi belum dapat dilakukan karena melihat keadaan umum atau kondisi
pasien yang jelek.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson ilmu kesehatan anak.
Edisi ke-15. Jakarta: Penerbit EGC; 2000.h.2085-8.
2. Handel MV, Swaab H, De Vries LS, Jongmans MJ. Long term cognitive and
behavioral consequences of neonatal encephalopathy following perinatal asphyxia:
a review. European Journal Pediatric. 2007;166: 645-654.
3. Evans K, Rigby AS, Hamilton P, Titchner N, Hall DM. The relationship between
neonatal encephalopathy and cerebral palsy: a cohort study. J Obstet Gynaecol.
2001;21: 11420.
10. Sherwood, L. Sistem Saraf Pusat. Patofisologi tubuh manusia. Jakarta : EGC
12. Radifah S. Hubungan sikap dan pengetahuan masyarakat tentang pencabutan gigi
di kabupaten Bone [Skripsi]. Makassar: FKG Unhas, 2004
13. Chu S. Riview early childhood caries :risk and prevention in underserved
population. March 2008 ; 18(1). Available from: http://www..jyi.org/research/
re.php?id=717. Accessed : April 06,2017.
14. Heriandi S. Penanggulangan Karies Rampan serta Keluhannya pada anak. FKG
UI.Jakarta:2002
17. Promoting awarenness, preventing pain: facts on early childhood caries (ECC)
[online] 2004 [cited 2017 Apr 06]. Available from URL: http://www.
mchoralhealth.org.