Laporan Pendahuluan Efusi Pleura
Laporan Pendahuluan Efusi Pleura
Laporan Pendahuluan Efusi Pleura
PENDAHULUAN
1
pleura suatu kesatuan penyakit (disease entity) dan merupakan suatu gejala
penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan
pada efusi fleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan
dan tingkat penekanan paru (Yoghie pratama, tgl 25 Juni 2012).
Dalam hal ini peran perawat sangat penting, dimana perawat merupakan
tim kesehatan yang banyak kontak langsung dengan klien. Dengan banyaknya
keterlibatan tersebut perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara
maksimal baik secara mandiri maupun kolaborasi.
2
1.3 TUJUAN
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
3
1.4 MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Instansi
Bagi institusi ini akan menjadi sumber masukan dan informasi dari program
kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya demam tifoid.
3. Bagi Institusi
Bagi institusi merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan dan
diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
keperawatan. Laporan ini juga diharapkan sebagai dasar, sumber dan bahan
pemikiran untuk perkembangan penulisan laporan selanjutnya.
BAB II
4
PEMBAHASAN
2.1.1 DEFINISI
5
Menurut Sherwood, (2011, hlm : 497) dalam fisiologi respirasi memiliki arti yang
lebih luas. Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan :
respirasi internal dan respirasi eksternal.
1. Respirasi Internal
Istilah Respirasi internal atau repirasi sel merujuk kepada proses proses
metabolik intrasel yang dilakukan dalam mitokondria, yang menggunaka O2 dan
menghasilkan CO2 selagi mengambil energi dari molekul nutrien.
2. Respirasi Eksternal
b. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah dalam
kapiler paru melalui proses difusi.
d. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses
difusi menembus kapiler sistemik (jaringan).
2.1.3 ETIOLOGI
6
Menurut Alsagaff (2002, hlm : 146) Berdasarkan jenis cairan yang
terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transuda, eksudat dan hemoragis.
2) Sindrome Nefrotik
5) Tumor
6) Sindrom Meig
2) Tumor
3) Infark paru
4) Radiasi
5) Penyakit kolagen
1) Tumor
2) Trauma
3) Infark paru
4) Tuberkulosa
7
spesifik dengan penykit penyebabnya akan tetapi efusi yang bilateral seringkali
ditemukan pada penyakit penyakit di bawah ini :
b. Asites
c. Infark paru
e. Tumor
f. Tuberkulosis
2.1.4 PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis
dan pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 20
cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang
sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura
parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura
viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian
kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar
sel sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya
keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya
tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm
H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.
8
Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan
mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat
yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura,
iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500 2000. Mula mula yang dominan adalah sel sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya
bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi
pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung,
fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal hal diatas ada perubahan lain
yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru
yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.
2.1.5 PATHWAY
9
Pleura meningkat intravascular
EFUSI PLEURA
Rongga pleura
Frekuensi nafas berubah Sesak nafas ,dada terasa nyeri ketidakmampuan bernafas
10
minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak daat diperkusi.
Egofani akan terdengar diatas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tampat yang
sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleura yang signifikan. Bila
terdapat efusi pleura kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak terjadi.
3. Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48
72 4. jam setelah injeksi.
5. Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru,
deposit kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang
menghilang, serta gambaran batas cairan yang melengkung.
11
10. Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan
rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis
kronik tahap lanjut.
Menurut Alsagaff, Hood, dll, (2002, hlm : 151), ada beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada pemeriksaan Efui Pleura, sebagai berikut:
1) Klinis
Cairan yang kurang dari 300 cc tidak member tanda tanda fisik yang nyata. Bila
lebih dari 500 cc akan memberikan kelainan pada pemeriksaan fisik seperti
penumpukan pergerakan hemithoraks yang sakit, fremitus suara dan suara nafas
melemah. Cairan pleura yang lebih dari 1000 cc dapat menyebabkan dada
cembung dan egofoni (dengan syarat cairan tidak memenuhi saluran rongga
pleura). Cairan yang lebih dari 2000 cc suara nafas melemah dan menurun,
mungkin menghilang sama sekali dan mediastinum terdorong arah paru yang
sehat.
2) Radiologi
Cairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoroskopi meupun foto thorax PA tidak
tampak. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan sinus
kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari
300 cc, sinus kostrofrenikus tidak tampak tumpul tetapi difragma kelihatan
meninggi untuk memastikan dapat dilakukan dengan membuat foto dada lateral
dari sisi yang sakit.
Foto thoraks PA dan posisi lateral dekubitus pada sisi yang sakit sering kali
member hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit, atau cairan subpulmonal
12
yaitu tampak garis batas cairan yang sejajar dengan kolumna vertebra atau berupa
garis horizontal.
3) Laboratorium
4) Patologi Anatomi
a. Trauma
b. Mediastinal Displacement
13
singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada struktur semula atau
struktur yang retroflux dapat menimbulkan perburukan keadaan terutama
disebabkan terjadinya gangguan pada hemodinamik.
Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan tiga pengaruh pokok :
Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini
dihentikan maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.
3. Penggunaan Obat-obatan
14
Pada prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula
menimbulkan gangguan fungsi vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang
berulang kali, dikenal ula berbagai cara lainnya yaitu :
4. Thoracosintesis
b. Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena pengambilan
cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat
menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak. Kerugian :
5. Radiasi
15
memberikan asuhan keperawatan yaitu: pengkajian, diagnose, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang meliputi Anamnesis, pengkajian
psikososia, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis.
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.
b. Keluhan Utama
c. RiwayatPenyakitSekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya.
d. Riwayat PenyakitDahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru,
16
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
e. Riwayat PenyakitKeluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya
f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.
2. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari
sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
i. Pola eliminasi
17
1. Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS.
2. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed
rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
1. Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat
l. Pemeriksaan Fisik
2) Sistem Respirasi
18
1. Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan
menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang
diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan
pasien biasanya dyspneu.
2. Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya
> 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada
yang tertinggal pada dada yang sakit.
3) Sistem Cardiovasculer
1. Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS
5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.
19
3. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau
ventrikel kiri.
4. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan
adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.
4) Sistem Pencernaan
3. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien,
apakah hepar teraba.
4. Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).
5) Sistem Neurologis
20
6) Sistem Muskuloskeletal
7) Sistem Integumen
1. Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi
pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2.
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan effusi
pleura antara lain :
21
4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap
dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan .
1. Diagnosa Keperawatan I
Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal,
pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi
nafas terdengar jelas.
Rencana tindakan :
22
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita
dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan
kepala tempat tidur ditinggikan 60 90 derajat.
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-
paru.
f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.
Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan
otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.
2. Diagnosa Keperawatan II
23
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan
hasil laboratorium dalam batas normal.
Rencana tindakan :
Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan
memudahkan reflek.
24
(zevity, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 % dari
kebutuhan.
Rencana tindakan :
Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak
kerjasama dalam perawatan.
25
c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Rasional :
Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik
4. Diagnosa Keperawatan IV
Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan
nyeri pleuritik.
Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa
mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40
menit dan pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.
Rencana tindakan :
Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan memperlancar
peredaran O2 dan CO2.
Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan
mengganggu proses tidur.
26
c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.
5. Diagnosa Keperawatan V
Rencana tindakan :
a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas
serta adanya perubahan tanda-tanda vital.
27
c. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.
6. Diagnosa Keperawatan VI
Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
28
b. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang.
Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi dan
keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.
c. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat
(contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).
d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat,
latihan).
29
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang .
BAB III
KASUS
30
Hari/Tanggal : Kamis, 20 Oktober 2016
Ruang : Flanboyan
IDENTITAS
PASIEN
Umur : 60 Tahun
Pekerjaan : Petani
PENANGGUNG JAWAB
Umur : 30 Tahun
31
Pekerjaan : Guru SMP
RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan Utama
1.Keluhan/Gejala apa yang menyebabkan pasien berobat atau keluhan saat awal
dilakukan pegkajian pertama kali ?
Sesak nafas, Batuk (+), lemas, penurunan berat badan tidak jelas, nyeri dada
sebelah kiri (+) terutama saat menarik nafas dan mengangkat tangan, demam (+),
Keringat malam, dan riwayat obat.
2.Karakteristiknya ?
3.Waktunya ?
Kurang lebih 1 bulan ini batuk berdahak, Sesak nafas di alami klien kurang labih
1 minggu ini
kurang lebih 2 minggu yang lalu klien mengalami batuk, klien berobat ke bidan
desa. setelah itu, bidan memberikan obat kepada klein. Klien meminum obat dan
klien merasakan sesak.
32
2.Pengaruh penyakit terhadap pasien ?
Mendadak
Berobat ke dokter
Pasien mengatakan pengobatan yang pernah ia lakukan selama sakit yaitu di bidan
desa dan meminum cefodrosil, parasetamol, rovital, incijin, dan broxol
33
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ket :
=S Sudah Meninggal
= Perempuan
= Laki-Laki
= Serumah
= Klien
2. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun
34
4. bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota keluarga
sakit ?
1.Merokok? Alkohol?
Pasien mengatakan bahwa ia merokok dan minum alcohol lebih kurang 2 bulan
yang lalu
Klien biasanya mandi 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari menggunakan sabun
batang dan terkadang tidak memakai sabun.
35
Klien selama di rawat di rumah sakit mandi setiap sore hari , dibantu keluarga
ataupun perawat ,di tempat tidur , sabun yang digunakan sabun mandi cair .
Klien mengatakan aktifitas sehari harinya sebagai petani dan sudah lama . tetapi
di rumah sakit tidak bias beraktifitas dengan baik .
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/Berdandan
Mobilisasi di tempat
Tidur
Pindah
Ambulasi
Makan/Minum
Keterangan :
Skore 0 : Mandiri
36
Pasien mengatakan bahwa pola istirahat dan tidurnya terganggu .
3. Imsomnia, Sinambulism ?
Ada imsomnia
Setiap kali makan klien menghabiskan hamper 1 piring dan minumnya 1 liter 1
perhari.
7.Diet khusus atau makanan pantangan, nafsu makan, mual muntah, kesulitan
makanan ?
37
Tidak ada diet khusus atau makanan pantangan ,nafsu makan baik , tidak ada mual
muntah dan tidak ada kesulitan menelan .
Pola Eliminasi
Selama dirawat klien BAB 1 kali sehari, Kesulitan tidak ada, penggunaan obat
pencahar tidak ada
Nyeri dada sebelah kiri (+) terutama saat menarik nafas dan mengangkat tangan
4.Kemampuan membaca ?
38
1.Bagaimana klien memandang dirinya ?
3.Apakah klien dapat mengidentifikasi kekuatan antara kelemahan yang ada pada
dirinya ?
Pola Koping
Tidak ada
Kehilangan pekerjaan
39
1.Masalah mensturasi ? Tidak di kaji
Klien tidak takut, klien sering datang ke acara yang ada di masyarakat dan ikut
dalam adat setempat.
40
Klien terhambat dalam beribadah
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
3.Tanda-Tanda Vital :
TD : 140/80 mmHg
RR : 32 x/i
HR : 84 x/i
Temp : 36,00 C
4.Pertumbuhan fisik :
TB : 160 cm
BB : 43 Kg
5.Keadaan kulit :
tekstur : Kasar
Kepala
41
Keadaan Kulit : Keriput
Penglihatan : Kabur
Pupil : Isokor
Sklera : Iktherik
Konjungtiva : Pucat
Kebersihan : Bersih
Sekret : Jernih
Mulut
42
Leher
Dada
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Abdomen
Bentuk : Simetris
43
Klien mengatakan tidak ada kelainan pada daerah genitalia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
44
Menyetujui
( ) ( )
45
No Hari/Tanggal Nama Obat Dosis Cara Manfaat
Pemberian
1 Rabu, 19 IVFD 20 gtt/x Melalui Mengganti
Oktober 2016 vena cairan tubuh
O2 24L Melalui Memenuhi
Nasal kebutukan
Oksigen
Inj 400 Melalui Anti Biotik
Ceproflaxacim mg/24 Threeway Untuk sesak
jam napas
50 Melalui Anti nyeri
Inj. Ranitidin mg/12 Threeway pada
Jam Melalui lambung
Parasetamol Tab. 3 x 500 Peroral Menurunkan
mg Deman
Melalui Mengurangi
Ambrosol 3 x 30 Peroral batuk
mg
2 Kamis, 20 IVFD 16 gtt/x Melalui Mengganti
Oktober 2016 vena cairan tubuh
O2 24L Melalui Memenuhi
Nasal kebutukan
Oksigen
Inj. Cefotaxone 1 gr/12 Melalui Mencegah
Jam Threeway Infeksi yang
disebabkan
oleh bakteri
Inj. Methiy 500/12 Melalui
Prednisolone jam Threeway
Ranitidin Tab 2 kali Melalui
Menetralkan
sehari Peroral asam
lambung
46
Parasetamol Tab. 3 x 500 Melalui Menurunkan
mg Peroral Deman
Mengurangi
Ambrosol 3 x 30 Melalui batuk
mg Peroral
ANALISA DATA
No Kelompok Data Etiologi Masalah
47
1. DS Ekspansi paru menurun Ketidake
klien mengatakan sesak napas. fektifan
DO : Frekuensi nafas berubah pola
Dispnea, pernapas
perubahan frekuensi napas Pernafasan sukar an
Pernapasan sukar,
Ortopnea, Pernafasan distrikmik
Takipna, hiperpnea,
pernafasan disritmik
Nadi: 112x/mnt, RR: 28x/mnt Pla nafas tidak efektif
Dada simetris,cembung pada sisi
kiri pergerakan dada menurun pada
sisi kiri
Diafragma kiri sulit dinilai
2. DS : Gangguan frekuensi jalan Nyeri
Klien mengatakan sesak dan dada nafas akut
terasa nyeri pada bagian kiri (skala
nyeri 5 )
DO : Sesak nafas , dada terasa
gangguan kosentrasi, nyeri
Sesak nafas
Batuk produktif
Secret Batuk produktif, imobilitas
Agitasi
menggosokbagian yang nyeri
Imobilitas Nyeri tekan pada dada
Gangguan kosentrasi
Mengatupkan Nyeri akut
rahang/mengepalkan tangan.
Terdapat nyeri tekan pada dada kiri
3.. DS : Ancaman kematian Cemas
Klien mengatakan merasa cemas
tentang penyakit yang di deritanya
DO: Susah bernafas
Pasien selalu menanyakan
keadaannya
Pasien trlihat cemas
Kontak mata yang buruk Cemas
Gugup
Melihat sepintas
Tampak waspada
48
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura ditandai
dengan DS klien mengatakan sesak napas.DO : Dispnea, perubahan frekuensi
napas, Pernapasan sukar, Ortopnea, Takipna, hiperpnea, pernafasan disritmik
Nadi: 112x/mnt, RR: 28x/mnt
2. Nyeri akut b/d gangguan frekuensi jalan nafas ditandai dengan sesak dan nyeri
pada dada bagian kiri
EVALUASI KEPERAWATAN
49
Tgl/Jm No Diagnosa Evaluasi P
ar
af
Rabu ,19 Ketidakefektifan pola S : Pasien sudah bisa
oktober mempertahankan fingsi
pernafasan berhubungan
2016 paru secara normal
dengan menurunnya ekspansi O:
T:120/mmHg, nadi:
paru sekunder terhadap
89x/mnt, S:36,6 RR:
penumpukan cairan dalam 14x/mnt
Terpasang nasal klaune
rongga pleura ditandai
Jumat, 21 Melakukan observasi RR
oktober dengan DS klien mengatakan 2x 24 jam
2016 Memberikan oksigenasi 2
sesak napas.DO : Dispnea,
liter/menit padapasien
perubahan frekuensi napas, Menetapkan pasien dalam
posisi semi folaer.
Pernapasan sukar, Ortopnea,
A : Masalah Teratasi
Takipna, hiperpnea, sebagian
P : Intervensi dihentikan
pernafasan disritmik Nadi:
112x/mnt, RR: 28x/mnt
BAB V
50
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan gangguan sistem
Pernafasan : Efusi Pleura di Ruang flamboyan RSUD Pandan , penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
4. Pada klien dengan Efusi Plura, tidak semua tanda dan gejala dapat muncul
sesuai dengan teori. Gejala yang jelas terlihat adalah nyeri, sesak napas (dispnea),
dan anoreksia/ malaise, dan ada beberapa gejala yang dirasakan pasien sesuai
dengan teori diantaranya nyeri, sesak napas (dispnea), kehilangan nafsu makan.
51
5. Keberhasilan tidaknya proses keperawatan itu salah satunya disebabkan
karena adanya kerjasama, baik itu di antara tim kesehatan dalam hal pelayanan
kesehatan maupun kerjasama antara perawat atau petugas kesehatan lain dengan
pasien itu sendiri.
4.2 SARAN
1. Rumah Sakit
Sebagai salah satu wadah yang strategis untuk membantu program pemerintah
dalam pemberantasan penyakit infeksi khususnya Efusi Pelura, diharapkan pihak
rumah sakit membuat manajemen penatalaksanaan yang terarah dan terstruktur
dalam menangani masalah penyakit infeksi, hal ini dimaksudkan agar dari
penatalaksanaan yang telah dibuat itu mampu memberikan hasil yang maksimal
dalam rangka upaya penyembuhan penyakit seperti Efusi pleura ini.
2. Perawat
52
dalam memecahkan masalah pasien khususnya pada penderita Efusi Pleura sesuai
dengan kemampuannya dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien pada
saat melakukan asuhan keperawatan.
Keberhasilan asuhan keperawatan juga tidak lepas dari dukungan dan kerjasama
yang solid antara profesi kesehatan yang turut terlibat dalam menangani masalah
penderita Efusi Pleura. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang perawat
profesional menjadikan faktor-faktor penghambat yang ia temui di lapangan
sebagai pelajaran yang diharapkan nantinya mampu memberikan kebaikan dan
menjadikan perawat tersebut lebih siap apabila dihadapkan dengan kasus yang
serupa.
3. Pendidikan Keperawatan
4. Bagi Mahasiswa
53
Demi terwujudnya Indonesia sehat tidak lepas dari dukungan dan peran serta
masyarakat, hendaknya pasien dan masyarakat dapat memanfaatkan perannya
dengan sebaik-baiknya dalam membantu membrantas penyakit Efiusi Pleur ini.
Wujud kepedulian masyarakat ini dapat berupa usaha-usaha yang diharapkan pula
masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai solusi dalam
pemeliharaan kesehatannya.
54