Laporan Pendahuluan Efusi Pleura

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Efusi pleura seiring terjadi di negaranegara yang sedang berkembang,


salah satu di Indonesia. Negara negara Barat, efusi pleura disebabkan oleh gagal
jantung kongestif, keganasan, dan pneumonia bakteri. Di Amerika efusi pleura
menyerang 1,3 juta orang / tahun. (Yoghie pratama, 19 Juni 2012)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) 2011 memperkirakan jumlah kasus efusi


pluera di seluruh dunia cukup tinggi menduduki urutan ke tiga setelah Ca paru
sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunnya. Efusi pleura suatu
disease entity dan merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat
mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan pada efusi fleura ditentukan oleh
jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru (Yoghie
pratama, 19 Juni 2012)

Di Negara-negara barat, efusi pleura terutama disebabkan oleh gagal


jantung kongestif, sirosis hati, keganasan, dan pneumonia bakteri, sementara di
negaranegara y a n g s e d a n g b e r k e m b a n g , s e p e r t i I n d o n e s i a , l a z i m
d i a k i b a t k a n o l e h i n f e k s i tuberkulosis. Efusi pleura keganasan
merupakan salah satu komplikasi yang biasa ditemukan pada penderita
keganasan dan terutama disebabkan oleh kanker paru dan kanker payudara.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
sekitar 50-60% penderita keganasan pleura primer atau metastatik.
Sementara 5% kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat
disertai efusi pleura dan sekitar 50% penderita kanker payudara akhirnya akan
mengalami efusi pleura. (Yoghie pratama, 19 Juni 2012)

Di indonesia trauma dada juga bisa menjadi penyebab efusi pleura.


Mortalitas dan morbiditas efusi pleura ditentukan berdasarkan penyebab, tingkat
keparahan dan jenis biochemical dalam cairan pleura (Yoghie pratama, 19 Juni
2012). Hal ini akan sejalan bila masyarakat Indonesia terbebas dari masalah
kesehatan dengan gangguan system pernafasan yang salah satunya adalah efusi
pleura. sekitar 10-15 juta dengan 100-250 ribu kematian tiap tahunnya. Efusi

1
pleura suatu kesatuan penyakit (disease entity) dan merupakan suatu gejala
penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. Tingkat kegawatan
pada efusi fleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan
dan tingkat penekanan paru (Yoghie pratama, tgl 25 Juni 2012).

Tingginya kasus efusi pleura disebabkan keterlambatan penderita untuk


memeriksakan kesehatan sejak dini sehingga menghambat aktifitas sehari-hari dan
kematian akibat efusi pleura masih sering ditemukan. Tingkat kegawatan pada
efusi pleura ditentukan oleh jumlah cairan, kecepatan pembentukan cairan dan
tingkat penekanan pada paru. Jika efusi luas, expansi paru akan terganggu dan
pasien akan mengalami sesak, nyeri dada, batuk non produktif bahkan akan terjadi
kolaps paru dan akibatnya akan terjadilah gagal nafas.

Dalam hal ini peran perawat sangat penting, dimana perawat merupakan
tim kesehatan yang banyak kontak langsung dengan klien. Dengan banyaknya
keterlibatan tersebut perawat dapat memberikan asuhan keperawatan secara
maksimal baik secara mandiri maupun kolaborasi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.Apa yang disebut dengan efusi pleura ?

2.Apa penyebab terjadinya efusi pleura ?

3. Apa tanda dan gejala efusi pleura ?

4. Menjelaskan patofisiologi efusi plura ?

5. Menjelaskan patway efusi pleura ?

6. Menjelaskan manifestasi klinis efusi pleura ?

7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang efusi pleura ?

8. Menjelaskan penatalaksanaan efusi pleura ?

9. Menjelaskan pemeriksaan diagnostic efusi pleura ?

10 .Menjelaskan asuhan keperawatan efusi pleura ?

2
1.3 TUJUAN

Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura

Tujuan Khusus

1.Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan efusi pleura ?

2.Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya efusi pleura ?

3. Mengetahui tanda dan gejala efusi pleura ?

4. Mengetahui patofisiologi efusi plura ?

5. Mengetahui patway efusi pleura ?

6. Mengetahui manifestasi klinis efusi pleura ?

7. Mengetahui pemeriksaan penunjang efusi pleura ?

8. Mengetahui penatalaksanaan efusi pleura ?

9. Mengetahui pemeriksaan diagnostic efusi pleura ?

10 . Mengetahui asuhan keperawatan efusi pleura ?

3
1.4 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Instansi
Bagi institusi ini akan menjadi sumber masukan dan informasi dari program
kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya demam tifoid.

2. Bagi Masyarakat (klien)


Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat, khususnya bagi para ibu dan
remaja, agar dapat mengetahui faktor-faktor risiko apa saja yang mempengaruhi
kejadian demam tifoid, sehingga demam tifoid pun dapat dicegah sejak dini.

3. Bagi Institusi
Bagi institusi merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan dan
diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
keperawatan. Laporan ini juga diharapkan sebagai dasar, sumber dan bahan
pemikiran untuk perkembangan penulisan laporan selanjutnya.

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP MEDIS

2.1.1 DEFINISI

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana penumpukan cairan dalam


pleura berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.
Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan
gejala atau komplikasi dari suatu penyakit (Muttaqin, 2008).

Efusi pleura merupakan keadaan terdapat cairan dalam jumlah berlebihan


didalam rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga ini hanya berisi sedikit cairan
(5 sampai 15 ml) ekstrasel yang melumasi permukaan pleura. Peningkatan
produksi atau penurunan pengeluaran cairan akan mengakibatkan efusi pleura
(Kowalk, 2011).

Tingkat kegawatan pada efusi fleura ditentukan oleh jumlah cairan,


kecepatan pembentukan cairan dan tingkat penekanan paru (Yoghie pratama, 19
Juni 2012)

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan


dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis.
(Muttaqin, 2008, hlm : 126)

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan untuk penumbunan cairan


dalam rongga pleura (Price, 2006, hlm. 799).

2.1.2 Mekanisme Pernapasan

5
Menurut Sherwood, (2011, hlm : 497) dalam fisiologi respirasi memiliki arti yang
lebih luas. Respirasi mencakup dua proses yang terpisah tetapi berkaitan :
respirasi internal dan respirasi eksternal.

1. Respirasi Internal

Istilah Respirasi internal atau repirasi sel merujuk kepada proses proses
metabolik intrasel yang dilakukan dalam mitokondria, yang menggunaka O2 dan
menghasilkan CO2 selagi mengambil energi dari molekul nutrien.

2. Respirasi Eksternal

Istilah repirasi eksternal merujuk kepada seluruh rangkaian kejadian dalam


pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Respirasi
eksternal mencakup 4 langkah diantaranya :

a. Udara secara bergantian dimasukkan ke dan dikeluarkan dari paru


sehingga udara dapat dipertukarkan antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan
kantong udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh tindakan mekanis
bernafas, atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur untuk menyesuaikan aliran
udara antara atmosfir dan alveolus sesuai kebutuhan metabolik tubuh akan akan
penyerapan O2 dan pengeluaran CO2.

b. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah dalam
kapiler paru melalui proses difusi.

c. Darah mengangkut O2 dan CO2 antara paru dan jaringan.

d. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara jaringan dan darah melalui proses
difusi menembus kapiler sistemik (jaringan).

2.1.3 ETIOLOGI

6
Menurut Alsagaff (2002, hlm : 146) Berdasarkan jenis cairan yang
terbentuk, cairan pleura dibagi menjadi transuda, eksudat dan hemoragis.

a. Transudat dapat disebabkan oleh :

1) Kegagalan jantung kongestig (gagal jantung kiri)

2) Sindrome Nefrotik

3) Asites (oleh karena serosis hepatis)

4) Sindrom Vena Cava Superior

5) Tumor

6) Sindrom Meig

b. Eksudat dapat disebabkan oleh :

1) Infeksi : tuborkulosis, pneomonia, dan sebagainya

2) Tumor

3) Infark paru

4) Radiasi

5) Penyakit kolagen

c. Efusi Hemoragis dapat disebabkan oleh :

1) Tumor

2) Trauma

3) Infark paru

4) Tuberkulosa

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi pleura dibagi menjadi


unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang

7
spesifik dengan penykit penyebabnya akan tetapi efusi yang bilateral seringkali
ditemukan pada penyakit penyakit di bawah ini :

a. Kegagalan jantung kongestif, sindrom nefrotik.

b. Asites

c. Infark paru

d. Lupus eriematosus sistemik

e. Tumor

f. Tuberkulosis

2.1.4 PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal tidak ada rongga kosong antara pleura parietalis
dan pleura vicelaris, karena di antara pleura tersebut terdapat cairan antara 1 20
cc yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak teratur.Cairan yang
sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga pleura tersebut
mudah bergeser satu sama lain. Di ketahui bahwa cairan di produksi oleh pleura
parietalis dan selanjutnya di absorbsi tersebut dapat terjadi karena adanya tekanan
hidrostatik pada pleura parietalis dan tekanan osmotic koloid pada pleura
viceralis. Cairan kebanyakan diabsorbsi oleh system limfatik dan hanya sebagian
kecil diabsorbsi oleh system kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan
cairan yang pada pleura viscelaris adalah terdapatnya banyak mikrovili disekitar
sel sel mesofelial. Jumlah cairan dalam rongga pleura tetap. Karena adanya
keseimbangan antara produksi dan absorbsi. Keadan ini bisa terjadi karena adanya
tekanan hidrostatik sebesar 9 cm H2o dan tekanan osmotic koloid sebesar 10 cm
H2o. Keseimbangan tersebut dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya
adalah infeksi tuberkulosa paru.
Terjadi infeksi tuberkulosa paru, yang pertama basil Mikobakterium
tuberkulosa masuk melalui saluran nafas menuju alveoli,terjadilah infeksi primer.

8
Dari infeksi primer ini akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus
(Limfangitis local) dan juga diikuti dengan pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limphadinitis regional). Peradangan pada saluran getah bening akan
mempengaruhi permebilitas membran. Permebilitas membran akan meningkat
yang akhirnya dapat menimbulkan akumulasi cairan dalam rongga pleura.
Kebanyakan terjadinya effusi pleura akibat dari tuberkulosa paru melalui focus
subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari
robeknya pengkejuan kearah saluran getah bening yang menuju rongga pleura,
iga atau columna vetebralis.
Adapun bentuk cairan effusi akibat tuberkolusa paru adalah merupakan
eksudat, yaitu berisi protein yang terdapat pada cairan pleura tersebut karena
kegagalan aliran protein getah bening. Cairan ini biasanya serous, kadang
kadang bisa juga hemarogik. Dalam setiap ml cairan pleura bias mengandung
leukosit antara 500 2000. Mula mula yang dominan adalah sel sel
polimorfonuklear, tapi kemudian sel limfosit, Cairan effusi sangat sedikit
mengandung kuman tubukolusa. Timbulnya cairan effusi bukanlah karena adanya
bakteri tubukolosis, tapi karena akibat adanya effusi pleura dapat menimbulkan
beberapa perubahan fisik antara lain : Irama pernapasan tidak teratur, frekwensi
pernapasan meningkat , pergerakan dada asimetris, dada yanbg lebih cembung,
fremitus raba melemah, perkusi redup. Selain hal hal diatas ada perubahan lain
yang ditimbulkan oleh effusi pleura yang diakibatkan infeksi tuberkolosa paru
yaitu peningkatan suhu, batuk dan berat badan menurun.

2.1.5 PATHWAY

Infeksi Penghambatan drainase Trauma osmotic koloid


limfatik plasma

Peradangan permukaan Tekanan kapiler paru Transudasi cairan

9
Pleura meningkat intravascular

Permiabilitas vascular Tekanan hidrostatik Edema

Transudasi Cavum pleura

EFUSI PLEURA

Penumpukan cairan dalam

Rongga pleura

Ekspansi paru menurun Gangguan frekuensi jalan nafas Ancaman kematian

Frekuensi nafas berubah Sesak nafas ,dada terasa nyeri ketidakmampuan bernafas

Pernapasan sukar Batuk produktif , imobilitas

Pernafasan distrikmik Nyeri tekan pada dada Ansietas

Pola nafas tidak efektif Nyeri akut

2.1.6 MANIFESTASI KLINIS

Biasanya manifestasi klinisnya adalah yang disebabkan oleh penyakit


dasar. Pneumonia akan menyebabkan demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis,
sementara efusi malignan dapat mengakibatkan dispnea dan batuk. Ukuran efusi
akan menentukan keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan
sesak nafas. Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi nafas

10
minimal atau tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak daat diperkusi.
Egofani akan terdengar diatas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tampat yang
sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleura yang signifikan. Bila
terdapat efusi pleura kecil sampai sedang, dispnea mungkin saja tidak terjadi.

Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada, ultrasound, pemeriksaan fisik,


dan torokosentesis. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan
gram, basil tahan asam (untuk tuberkolosis), hitung sel darah merah dan putih,
pemeriksaan kimiawi (glukosa, amilase, laktat dehidrogenase (LDH), protein),
analisi sitologi untuk sel sel maligna, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga
dilakukan. (Smeltzer, 2002, hlm : 593)

2.1.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis

2. Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam

3. Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48
72 4. jam setelah injeksi.

5. Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru,
deposit kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang
menghilang, serta gambaran batas cairan yang melengkung.

6. Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis

7. Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)

8. Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan


oleh retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis

9. ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru

11
10. Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan
rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis
kronik tahap lanjut.

2.1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Alsagaff, Hood, dll, (2002, hlm : 151), ada beberapa pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan pada pemeriksaan Efui Pleura, sebagai berikut:

1) Klinis

Cairan yang kurang dari 300 cc tidak member tanda tanda fisik yang nyata. Bila
lebih dari 500 cc akan memberikan kelainan pada pemeriksaan fisik seperti
penumpukan pergerakan hemithoraks yang sakit, fremitus suara dan suara nafas
melemah. Cairan pleura yang lebih dari 1000 cc dapat menyebabkan dada
cembung dan egofoni (dengan syarat cairan tidak memenuhi saluran rongga
pleura). Cairan yang lebih dari 2000 cc suara nafas melemah dan menurun,
mungkin menghilang sama sekali dan mediastinum terdorong arah paru yang
sehat.

2) Radiologi

Cairan yang kurang dari 300 cc, pada fluoroskopi meupun foto thorax PA tidak
tampak. Mungkin kelainan yang tampak hanya berupa penumpukan sinus
kostofrenikus. Pada efusi pleura subpulmonal, meskipun cairan pleura lebih dari
300 cc, sinus kostrofrenikus tidak tampak tumpul tetapi difragma kelihatan
meninggi untuk memastikan dapat dilakukan dengan membuat foto dada lateral
dari sisi yang sakit.

Foto thoraks PA dan posisi lateral dekubitus pada sisi yang sakit sering kali
member hasil yang memuaskan bila cairan pleura sedikit, atau cairan subpulmonal

12
yaitu tampak garis batas cairan yang sejajar dengan kolumna vertebra atau berupa
garis horizontal.

3) Laboratorium

Analisa cairan pleura dengan cara uji kimia klinik.

4) Patologi Anatomi

Didapatkan dari hasil biopsy pleura maupun cairan pleura.

2.1.9 PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Aspirasi cairan pleura

Punksi pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa efusi plura yang


dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopis cairan. Disamping itu punksi
ditujukan pula untuk melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif paru
atau terjadinya desakan pada alat-alat mediastinal. Jumlah cairan yang boleh
diaspirasi ditentukan atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi dan nadi.
Makin lemah keadaan umum penderita makin sedikit jumlah cairan pleura yang
bisa diaspirasi untuk membantu pernafasan penderita. Komplikasi yang dapat
timbul dengan tindakan aspirasi :

a. Trauma

Karena aspirasi dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai


pembuluh darah, saraf atau alat-alat lain disamping merobek pleura parietalis yang
dapat menyebabkan pneumothorak.

b. Mediastinal Displacement

Pindahnya struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan


pleura tersebut. Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan
bergesernya kembali struktur mediastinal. Tekanan negatif yang berlangsung

13
singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada struktur semula atau
struktur yang retroflux dapat menimbulkan perburukan keadaan terutama
disebabkan terjadinya gangguan pada hemodinamik.

c. Gangguan keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan


hipoproteinemia.

Pada aspirasi pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan tiga pengaruh pokok :

1) Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra vasculer yang dapat


menyebabkan anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan elektrolit dalam
tubuh

2) Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan cavum pleura yang negatif


sebagai faktor yang menimbulkan pembentukan cairan pleura yang lebih banyak

3) Aspirasi pleura dapat menimbulkan sekunder aspirasi.

2. Water Seal Drainage

Telah dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini
dihentikan maka akan terjadi kembali pembentukan cairan.

3. Penggunaan Obat-obatan

Penggunaan berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang


kontraversi juga mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan pembentukan
cairan karena malignancy adalah karena erosi pembuluh darah. Oleh karena itu
penggunaan citostatic misalnya tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan
penggunaan zat-zat lainnya seperi atabrine atau penggunaan talc poudrage tidak
memberikan hasil yang banyak oleh karena tidak menyentuh pada faktor
patofisiolgi dari terjadinya cairan pleura.

14
Pada prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula
menimbulkan gangguan fungsi vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang
berulang kali, dikenal ula berbagai cara lainnya yaitu :

4. Thoracosintesis

Dapat dengan melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula


dengan WSD atau dengan suction dengan tekanan 40 mmHg. Indikasi untuk
melakukan torasentesis adalah :

a. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam


rongga plera.

b. Bila therapi spesifik pada penyakit prmer tidak efektif atau gagal.

c. Bila terjadi reakumulasi cairan.

Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena pengambilan
cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat
menimbulkan oedema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak. Kerugian :

a. Tindakan thoraksentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada


dalam cairan pleura.

b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura.

c. Dapat terjadi pneumothoraks.

5. Radiasi

2.2 KONSEP KEPERAWATAN

Dalam memberikan asuhan keperawatan harus digunakan pendekatan yang


sistematis yaitu pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan digunakan
perawat dalam mengatasi masalah yang ada. Tahapan yang digunakan dalam

15
memberikan asuhan keperawatan yaitu: pengkajian, diagnose, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.

2.2.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Menurut (Muttaqin, 2008, hlm. 128), pengkajian keperawatan pada pasien


dengan Efusi Pleura adalah :

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang meliputi Anamnesis, pengkajian
psikososia, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan medis.

a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status
pendidikan dan pekerjaan pasien.

b. Keluhan Utama

1) Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari


pertolongan atau berobat ke rumah sakit.

2) Biasanya pada pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa :


sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.

c. RiwayatPenyakitSekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya tandatanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada, berat badan
menurun dan sebagainya.

d. Riwayat PenyakitDahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti TBC paru,

16
pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.

e. Riwayat PenyakitKeluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakitpenyakit
yang disinyalir sebagai penyebab effusi pleura seperti Ca paru, asma, TB paru dan
lain sebagainya

f. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya
serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya.

g. Pengkajian Pola Fungsi

1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat


Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan
persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan.

2. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan


penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya penyakit.

h. Pola nutrisi dan metabolisme

1. Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan


pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien,

2. Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS
pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu makan akibat dari
sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.

3. Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien


dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.

i. Pola eliminasi

17
1. Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS.

2. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed
rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada
struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

j. Pola aktivitas dan latihan

1. Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi

2. Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

3. Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat adanya


nyeri dada.

4. Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien dibantu


oleh perawat dan keluarganya.

k. Pola tidur dan istirahat

1. Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat

2. Selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan rumah


yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang yang mondar-
mandir, berisik dan lain sebagainya.

l. Pemeriksaan Fisik

1) Status Kesehatan Umum

Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien secara


umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap dan perilaku
pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat
kecemasan dan ketegangan pasien.

2) Sistem Respirasi

18
1. Inspeksi Pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan pernafasan
menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax kontra lateral yang
diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR cenderung meningkat dan
pasien biasanya dyspneu.

2. Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah cairannya
> 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada
yang tertinggal pada dada yang sakit.

3. Suara perkusi redup sampai pekak tegantung jumlah cairannya. Bila


cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas
cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical penderita dalam
posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini paling jelas di
bagian depan dada, kurang jelas di punggung.

4. Auskultasi Suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk


cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari
parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tanda tanda auskultasi dari
atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.

3) Sistem Cardiovasculer

1. Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada ICS
5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran jantung.

2. Palpasi untuk menghitung frekuensi jantung (health rate) dan harus


diperhatikan kedalaman dan teratur tidaknya denyut jantung, perlu juga
memeriksa adanya thrill yaitu getaran ictuscordis.

19
3. Perkusi untuk menentukan batas jantung dimana daerah jantung terdengar
pekak. Hal ini bertujuan untuk menentukan adakah pembesaran jantung atau
ventrikel kiri.

4. Auskultasi untuk menentukan suara jantung I dan II tunggal atau gallop dan
adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan adanya peningkatan arus turbulensi darah.

4) Sistem Pencernaan

1. Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau datar,


tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu juga perlu
di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau massa.

2. Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai


normalnya 5-35kali per menit.

3. Pada palpasi perlu juga diperhatikan, adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien,
apakah hepar teraba.

4. Perkusi abdomen normal tympani, adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesikaurinarta, tumor).

5) Sistem Neurologis

1. Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga diperlukan


pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen atau comma

2. Pemeriksaan refleks patologis dan refleks fisiologisnya.

3. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti pendengaran,


penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.

20
6) Sistem Muskuloskeletal

1. Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial

2. Palpasi pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer


serta dengan pemerikasaan capillary refiltime.

3. Dengan inspeksi dan palpasi dilakukan pemeriksaan kekuatan otot


kemudian dibandingkan antara kiri dan kanan.

7) Sistem Integumen

1. Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi
pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis akibat adanya
kegagalan sistem transport O2.

2. Pada palpasi perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat,


demam). Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk
mengetahui derajat hidrasi seseorang,

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan effusi
pleura antara lain :

1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya


ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga pleura.

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


Sehubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh, pencernaan nafsu makan
akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen

3. Cemas sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan


(ketidakmampuan untuk bernafas).

21
4. Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap
dan sesak nafas serta perubahan suasana lingkungan .

5. Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan


keletihan (keadaan fisik yang lemah)

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan


dengan kurang terpajang informasi

2.2.3 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, dibuat rencana tindakan untuk


mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien.

1. Diagnosa Keperawatan I

Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru


sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.

Tujuan : Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal

Kriteria hasil : Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas normal,
pada pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, bunyi
nafas terdengar jelas.

Rencana tindakan :

a. Identifikasi faktor penyebab.

Rasional : Dengan mengidentifikasikan penyebab, kita dapat menentukan jenis


effusi pleura sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat.

b. Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan setiap


perubahan yang terjadi.

22
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, kita
dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.

c. Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi duduk, dengan
kepala tempat tidur ditinggikan 60 90 derajat.

Rasional : Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga ekspansi paru


bisa maksimal.

d. Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan respon


pasien).

Rasional : Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya penurunan


fungsi paru.

e. Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam.

Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian paru-
paru.

f. Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang efektif.

Rasional : Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas dalam. Penekanan
otot-otot dada serta abdomen membuat batuk lebih efektif.

g. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan obat-obatan


serta foto thorax.

Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan mencegah


terjadinya sianosis akibat hiponia. Dengan foto thorax dapat dimonitor kemajuan
dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya kembang paru.

2. Diagnosa Keperawatan II

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan


dengan peningkatan metabolisme tubuh, penurunan nafsu makan akibat sesak
nafas.

23
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil : Konsumsi lebih 40 % jumlah makanan, berat badan normal dan
hasil laboratorium dalam batas normal.

Rencana tindakan :

a. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.

Rasional : Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya,


kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang pentingnya nutrisi
bagi tubuh.

b. Auskultasi suara bising usus.

Rasional : Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya


gangguan pada fungsi pencernaan.

c. Lakukan oral hygiene setiap hari.

Rasional : Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.

d. Sajikan makanan semenarik mungkin.

Rasional : Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu makan.

e. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

Rasional : Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak selingan
memudahkan reflek.

f. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit TKTP

Rasional : Diit TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan


pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan semua asam
amino esensial.

g. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan pemeriksaan


laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan suplemen nutrisi lainnya

24
(zevity, ensure, socal, putmocare) jika intake diet terus menurun lebih 30 % dari
kebutuhan.

Rasional : Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah


asam lemak dalam tubuh.

3. Diagnosa Keperawatan III

Cemas atau ketakutan sehubungan dengan adanya ancaman kematian yang


dibayangkan (ketidakmampuan untuk bernafas).

Tujuan : Pasien mampu memahami dan menerima keadaannya sehingga


tidak terjadi kecemasan.

Kriteria hasil : Pasien mampu bernafas secara normal, pasien mampu


beradaptasi dengan keadaannya. Respon non verbal klien tampak lebih rileks dan
santai, nafas teratur dengan frekuensi 16-24 kali permenit, nadi 80-90 kali
permenit.

Rencana tindakan :

a. Berikan posisi yang menyenangkan bagi pasien. Biasanya dengan semi


fowler.

Jelaskan mengenai penyakit dan diagnosanya.

Rasional : pasien mampu menerima keadaan dan mengerti sehingga dapat diajak
kerjasama dalam perawatan.

a. Ajarkan teknik relaksasi

Rasional : Mengurangi ketegangan otot dan kecemasan

b. Bantu dalam menggala sumber koping yang ada.

Rasional : Pemanfaatan sumber koping yang ada secara konstruktif sangat


bermanfaat dalam mengatasi stress.

25
c. Pertahankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Rasional :
Hubungan saling percaya membantu proses terapeutik

d. Kaji faktor yang menyebabkan timbulnya rasa cemas.

Rasional : Tindakan yang tepat diperlukan dalam mengatasi masalah yang


dihadapi klien dan membangun kepercayaan dalam mengurangi kecemasan.

e. Bantu pasien mengenali dan mengakui rasa cemasnya.

Rasional : Rasa cemas merupakan efek emosi sehingga apabila sudah


teridentifikasi dengan baik, perasaan yang mengganggu dapat diketahui.

4. Diagnosa Keperawatan IV

Gangguan pola tidur dan istirahat sehubungan dengan batuk yang menetap dan
nyeri pleuritik.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat


terpenuhi.

Kriteria hasil : Pasien tidak sesak nafas, pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa
mengalami gangguan, pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40
menit dan pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.

Rencana tindakan :

a. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.

Rasonal : Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan memperlancar
peredaran O2 dan CO2.

b. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan kebiasaan


pasien sebelum dirawat.

Rasional : Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan
mengganggu proses tidur.

26
c. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.

Rasional : Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

d. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.

Rasional : Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap kondisi


pasien.

5. Diagnosa Keperawatan V

Ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari sehubungan dengan


keletihan (keadaan fisik yang lemah).

Tujuan : Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin.

Kriteria hasil : Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan


segar dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.

Rencana tindakan :

a. Evaluasi respon pasien saat beraktivitas, catat keluhan dan tingkat aktivitas
serta adanya perubahan tanda-tanda vital.

Raasional : Mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam melakukan


aktivitas.

a. Bantu Px memenuhi kebutuhannya.

Rasional : Memacu pasien untuk berlatih secara aktif dan mandiri.

b. Awasi Px saat melakukan aktivitas.

Rasional : Memberi pendidikan pada Px dan keluarga dalam perawatan


selanjutnya.

27
c. Libatkan keluarga dalam perawatan pasien.

Rasional : Kelemahan suatu tanda Px belum mampu beraktivitas secara penuh.

d. Jelaskan pada pasien tentang perlunya keseimbangan antara aktivitas dan


istirahat.

Rasional : Istirahat perlu untuk menurunkan kebutuhan metabolisme.

e. Motivasi dan awasi pasien untuk melakukan aktivitas secara bertahap.

Rasional : Aktivitas yang teratur dan bertahap akan membantu mengembalikan


pasien pada kondisi normal.

6. Diagnosa Keperawatan VI

Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan sehubungan dengan


kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien dan keluarga tahu mengenai kondisi dan aturan pengobatan.

Kriteria hasil :

a. Px dan keluarga menyatakan pemahaman penyebab masalah.

b. PX dan keluarga mampu mengidentifikasi tanda dan gejala yang


memerlukan evaluasi medik.

c. Px dan keluarga mengikuti program pengobatan dan menunjukkan


perubahan pola hidup yang perlu untuk mencegah terulangnya masalah.

Rencana tindakan :

a. Kaji patologi masalah individu.

Rasional : Informasi menurunkan takut karena ketidaktahuan. Memberikan


pengetahuan dasar untuk pemahaman kondisi dinamik dan pentingnya intervensi
terapeutik.

28
b. Identifikasi kemungkinan kambuh atau komplikasi jangka panjang.

Rasional : Penyakit paru yang ada seperti PPOM berat, penyakit paru infeksi dan
keganasan dapat meningkatkan insiden kambuh.

c. Kaji ulang tanda atau gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat
(contoh, nyeri dada tiba-tiba, dispena, distress pernafasan).

Rasional : Berulangnya effusi pleura memerlukan intervensi medik untuk


mencegah, menurunkan potensial komplikasi.

d. Kaji ulang praktik kesehatan yang baik (contoh, nutrisi baik, istirahat,
latihan).

Rasional : Mempertahankan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan


dapat mencegah kekambuhan.

2.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat


terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
rencana keperawatan diantaranya :

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;


ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan
efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.

Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari


rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien (Budianna Keliat, 1994,4).

2.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN

29
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang .

Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien :

a. Mampu mempertahankan fungsi paru secara normal.

b. Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

c. Tidak terjadi gangguan pola tidur dan kebutuhan istirahat terpenuhi.

d. Dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri sehari-hari untuk


mengembalikan aktivitas seperti biasanya.

e. Menunjukkan pengetahuan dan gejala-gejala gangguan pernafasan seperti


sesak nafas, nyeri dada sehingga dapat melaporkan segera ke dokter atau perawat
yang merawatnya.

f. Mampu menerima keadaan sehingga tidak terjadi kecemasan.

g. Menunjukkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan yang


berhubungan dengan penatalaksanaan kesehatan, meliputi kebiasaan yang tidak
menguntungkan bagi kesehatan seperti merokok, minum minuman beralkohol dan
pasien juga menunjukkan pengetahuan tentang kondisi penyakitnya.

BAB III

KASUS

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN

30
Hari/Tanggal : Kamis, 20 Oktober 2016

Jam : 15.00 WIB

Ruang : Flanboyan

Perawat : Fitri Anna Simanjuntak

IDENTITAS

PASIEN

Nama : Tn. H Tarihoran

Jenis Kelamin : Laki Laki

Umur : 60 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Petani

Pendidikan terakhir : Tidak tamat SD

Alamat : Sipea Pea, Sorkam

Diagnostik Medis : Efusi Pleura

PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. S Tarihoran

Umur : 30 Tahun

Pendidikan : Sarjana (S1)

31
Pekerjaan : Guru SMP

Alamat : Poriaha, Tapian Nauli

RIWAYAT KEPERAWATAN

RIWAYAT KESEHATAN PASIEN

Keluhan Utama

1.Keluhan/Gejala apa yang menyebabkan pasien berobat atau keluhan saat awal
dilakukan pegkajian pertama kali ?

Sesak nafas, Batuk (+), lemas, penurunan berat badan tidak jelas, nyeri dada
sebelah kiri (+) terutama saat menarik nafas dan mengangkat tangan, demam (+),
Keringat malam, dan riwayat obat.

2.Karakteristiknya ?

Dahak warna kuning

3.Waktunya ?

Kurang lebih 1 bulan ini batuk berdahak, Sesak nafas di alami klien kurang labih
1 minggu ini

Riwayat Penyakit Sekarang

1.Kronologi penyakit saat ini ?

kurang lebih 2 minggu yang lalu klien mengalami batuk, klien berobat ke bidan
desa. setelah itu, bidan memberikan obat kepada klein. Klien meminum obat dan
klien merasakan sesak.

32
2.Pengaruh penyakit terhadap pasien ?

Klien tidak mampu beraktivitas seperti biasanya

Bagaimana sifat gejala :

Mendadak

Lokalisasi gejala dimana dan sifatnya bagaimana : Thoraks dan menjalar

3.Bagaimana berat ringannya keluhan ?

Pasien mengatakan keluhannya berat dan sesak sekali

4.Lamanya keluhan berlangsung ?

kurang lebih 15 menit

5.Upaya apa saja yang sudah dilakukan?

Berobat ke dokter

6.Apa yang di harapkan pasien dari pelayanan kesehatan?

klien berharap cepat sembuh dari penyakit yang dialami

Riwayat Penyakit Masa Lalu

1.Penyakit masa anak-anak? tidak ada

2.Alergi? tidak ada

3.Pengalaman sakit / dirawat sebelum? tidak ada

4.Pengobatan terakhir? ada,

Pasien mengatakan pengobatan yang pernah ia lakukan selama sakit yaitu di bidan
desa dan meminum cefodrosil, parasetamol, rovital, incijin, dan broxol

33
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Genogram ( Minimal 3 Generasi )

Ket :

=S Sudah Meninggal

= Perempuan

= Laki-Laki

= Serumah

= Klien

1.Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa ?

Pasien mengatakan tidan ada keluarga yang menderita penyakit serupa.

2. Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit menular atau menurun

Pasien mengatakan tidak ada

34
4. bagaimana efek yang terjadi pada keluarga bila salah satu anggota keluarga
sakit ?

Pasien mengatakan efeknya yaitu keluarga cemas , khawatir , dan terganggu


aktivitasnya.

PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan

1.Merokok? Alkohol?

Pasien mengatakan bahwa ia merokok dan minum alcohol lebih kurang 2 bulan
yang lalu

2.Pemeriksaan kesehatan rutin?

Pasien mengatakan tidak ada melakukan pemeriksaan kesehatan rutin tetapi


setelah di rumah sakit baru dilakukan pemeriksaan kesehatan rutin.

3.Pendapat pasien tentang kesehatan saat ini? sedih

4.Persepsi pasien tentang berat ringannya?

5.Persepsi tentang tingkat kesembuhannya? klien ingin cepat pulih dari


penyakitnya

Pola Aktivitas dan latihan

1.Rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang digunakan) ?

Klien biasanya mandi 2 kali sehari, pada pagi dan sore hari menggunakan sabun
batang dan terkadang tidak memakai sabun.

35
Klien selama di rawat di rumah sakit mandi setiap sore hari , dibantu keluarga
ataupun perawat ,di tempat tidur , sabun yang digunakan sabun mandi cair .

2.Kebersihan sehari-hari (pakaian, dll) ?

Klien terlihat bersih ,pakaian bersih.

3.Aktivitas sehari-hari (jenis, pekerjaan, lamanya, dll) ?

Klien mengatakan aktifitas sehari harinya sebagai petani dan sudah lama . tetapi
di rumah sakit tidak bias beraktifitas dengan baik .

4. Kemampuan perawatan diri ?

Klien memperhatikan kesehatannya.

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/Berdandan
Mobilisasi di tempat
Tidur
Pindah
Ambulasi
Makan/Minum
Keterangan :

Skore 0 : Mandiri

Skore 1 : Dibantu Sebagian

Skore 2 : Perlu di bantu orang lain

Skore 3 : Perlu di bantu orang lain dan alat

Skore 4 : Tergantung atau tidak mampu

Pola Istirahat dan Tidur

1.Pola istirahat dan tidur ?

36
Pasien mengatakan bahwa pola istirahat dan tidurnya terganggu .

2.Waktu tidur, lamanya, kwalitas (sering terbangun) ?

Klien mengatakan waktu tidurnya jam 12 malam - 04 pagi ,kwalitasnya kurang


baik , ada terbangun bangun karena batuk dan sesak .

3. Imsomnia, Sinambulism ?

Ada imsomnia

Pola nutrisi metabolik

1.Apa yang biasa di makan klien tiap hari ?

Klien Memakan nasi, sayur, dan ikan,buah.

2.Bagaimana pola pemenuhan nutrisi klien? Berapa kali perhari ?

Pasien mendapat diet sebanyak 3x1 hari.

3.Adakah suplemen yang dikonsumsi ?

Pasien mengatakan tidak ada mengomsumsi suplemen.

4.Jumlah makan minum yang masuk ?

Setiap kali makan klien menghabiskan hamper 1 piring dan minumnya 1 liter 1
perhari.

5.Adakah nyeri telan ?

Klien mengatakan tidak ada nyeri saat menelan.

6.Frekuensi BB 6 Bulan terakhir naik/turun ?

Klien mengatakan berat badannya turun dari 45 kg menjadi 43 kg.

7.Diet khusus atau makanan pantangan, nafsu makan, mual muntah, kesulitan
makanan ?

37
Tidak ada diet khusus atau makanan pantangan ,nafsu makan baik , tidak ada mual
muntah dan tidak ada kesulitan menelan .

Pola Eliminasi

1.Kebiasaan BAB (frekuensi, kesulitan, ada/tidak darah, penggunaan obat


pencahar) ?

Selama dirawat klien BAB 1 kali sehari, Kesulitan tidak ada, penggunaan obat
pencahar tidak ada

2.Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK : disuria, nokturia,


inkontinesia) ?

Selama klien dirawat,baknya lancer , frekuensi normal , baunya normal , warna


urine kuning jernih , tidak ada kesulitan saat berkemih , klien berkemih 5 7 kali
sehari

Pola kognitif dan perceptual

1.Nyeri (kualitas, intensitas, durasi, skala nyeri cara mengurangi nyeri) ?

Nyeri dada sebelah kiri (+) terutama saat menarik nafas dan mengangkat tangan

2.Panca indera (penglihatan, pendengaran, pengecapan, penghidup, perasa),


menggunakan alat bantu ?

Penglihatan tidak bagus lagi , pendengaran masih bagus , pengecapan masih


normal , penghidu masih normal , perasa masih normal Ttidak ada menggunakan
alat bantu.

3.Kemampuan bicara ? Tidak ada masalah

4.Kemampuan membaca ?

Pasien tidak mampu lagi membaca

Kemampuan Konsep Diri

38
1.Bagaimana klien memandang dirinya ?

Klien cemas memikirkan penyakitnya

2.Hal apa yang di sukai klien mengenai dirinya ?

Klien semangat demi kesembuhannya.

3.Apakah klien dapat mengidentifikasi kekuatan antara kelemahan yang ada pada
dirinya ?

Iya, klien dapat.

4.Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien secara baik ?

Klien dapat beristirahat secara mandiri.

Pola Koping

1.Masalah utama saat masuk RS (Keuangan dll) ?

Tidak ada

2.Kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya ?

Kehilangan pekerjaan

3.Takut terhadap kekerasan ?

Klien tidak takut kekerasan

4.Pandangan terhadap masa depan ?

Klien tidak ingin ada penyakit yang mengganggu dirinya.

Koping mekanisme yang digunakan saat terjadi masalah ?

Pola Seksual Reproduksi

39
1.Masalah mensturasi ? Tidak di kaji

2.Papsmear terakhir ? Tidak di kaji

3.Perawatan payudara setiap bulan ? Tidak di kaji

4.Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual ? Tidan di kaji

5.Apakah penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual ? Tidan di kaji

Pola Peran Berhubungan

1.Peran pasien dalam keluarga dan masyarakat ?

Keluarga : Mencari nafka dan kepala keluarga

Masyarakat : Klien mampu bergabung dan menjalin hubungan dengan masyarakat


dan aktif dalam bermasyarakat.

2.Apakah klien punya teman dekat ? ada,istrinya

3.Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan ?

Anak dan istri klien

4.Apakah klien takut dalam kegiatan masyarakat ? Bagaimana keterlibatan klien ?

Klien tidak takut, klien sering datang ke acara yang ada di masyarakat dan ikut
dalam adat setempat.

Pola Nilai dan Kepercayaan

Apakah klien penganut suatu agama ?

Klien beragama Kristen Prostestan

Menurut agama klien bagaimana hubungan manusia dengan pencipta-Nya ?

Percaya kepada Tuhan.

Dalam keadaan sakit apakah klien mengalami hambatan dalam ibadah ?

40
Klien terhambat dalam beribadah

PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM

1.Kesadaraan : Compos Mentis

2.Kondisi klien secara umum : Sadar Penuh

3.Tanda-Tanda Vital :

TD : 140/80 mmHg

RR : 32 x/i

HR : 84 x/i

Temp : 36,00 C

4.Pertumbuhan fisik :

TB : 160 cm

BB : 43 Kg

5.Keadaan kulit :

Warna : Coklat ( defisit melanin)

tekstur : Kasar

Kelainan kulit : Tahi lalat

PEMERIKSAAN CEPALO KAUDAL

Kepala

Bentuk : Bulat (brakhiochephalus)

41
Keadaan Kulit : Keriput

Pertumbuhan Rambut : Alopesia (penurunan jumlah dan pertumbuhan rambut)

Penglihatan : Kabur

Kebersihan Mata : Bersih

Pupil : Isokor

Refleks : Tidak di kaji

Sklera : Iktherik

Konjungtiva : Pucat

Bentuk Telinga : Simetris

Kebersihan : Bersih

Nyeri Telinga :Tidak ada nyeri pada bagian telinga

Fungsi Hidung : berfungsi secara normal

Polip : Tidak terdapat

Sekret : Jernih

Nyeri : Tidak ada nyeri

Mulut

Kemampuan bicara : Normal

Keadaan bibir : Kotor, Bau

Selaput mukosa : Lembab

Warna lidah : Merah muda

Gigi : Tidak ada gigi

42
Leher

Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak Ada

Pembesaran vena jugularis : Tidak Ada

Denyut nadi karotis : Teraba

Dada

Inspeksi

Bentuk Dada : Normal

Retraksi Dada : Ada

Pergerakan selama bernafas : Tidak teratur

Jenis pernapasan : Dispnea ( sesak napas)

Auskultasi

Suara pernapasan : Bronchial (suara tinggi keras dan bersih)

Bunyi jantung : Tidak di kaji

Suara Abnormal : Ronchi Basah

Perkusi

Batas jantung dan paru : Dullness

Abdomen

Bentuk : Simetris

Peristaltik Usus : (+) Normal(5 35 kali per menit)

Genitalia, Anus, Rektum

43
Klien mengatakan tidak ada kelainan pada daerah genitalia

Tidak ada penumpukan urine

Ekstremitas Atas/Bawah : Tidak ada Kelainan

PEMERIKSAAN PENUNJANG

44
Menyetujui

Pembimbing Akademi Mahasiswa

( ) ( )

Terapi Yang Diberikan

45
No Hari/Tanggal Nama Obat Dosis Cara Manfaat
Pemberian
1 Rabu, 19 IVFD 20 gtt/x Melalui Mengganti
Oktober 2016 vena cairan tubuh
O2 24L Melalui Memenuhi
Nasal kebutukan
Oksigen
Inj 400 Melalui Anti Biotik
Ceproflaxacim mg/24 Threeway Untuk sesak
jam napas
50 Melalui Anti nyeri
Inj. Ranitidin mg/12 Threeway pada
Jam Melalui lambung
Parasetamol Tab. 3 x 500 Peroral Menurunkan
mg Deman
Melalui Mengurangi
Ambrosol 3 x 30 Peroral batuk
mg
2 Kamis, 20 IVFD 16 gtt/x Melalui Mengganti
Oktober 2016 vena cairan tubuh
O2 24L Melalui Memenuhi
Nasal kebutukan
Oksigen
Inj. Cefotaxone 1 gr/12 Melalui Mencegah
Jam Threeway Infeksi yang
disebabkan
oleh bakteri
Inj. Methiy 500/12 Melalui
Prednisolone jam Threeway
Ranitidin Tab 2 kali Melalui
Menetralkan
sehari Peroral asam
lambung

46
Parasetamol Tab. 3 x 500 Melalui Menurunkan
mg Peroral Deman
Mengurangi
Ambrosol 3 x 30 Melalui batuk
mg Peroral

3 Jumat , 21 IVFD 16 gtt/x Melalui Mengganti


Oktober 2016 vena cairan tubuh
O2 24L Melalui Memenuhi
Nasal kebutukan
Oksigen
Inj. 5 mg/ 24 Melalui Menetralkan
Metoclpramide jam Threeway asam
lambung

Ranitidin Tab. 2 kali Melalui


Mengurangi
sehari Peroral
batuk
Ambrosol 3 x 30 Melalui
mg Peroral

ANALISA DATA
No Kelompok Data Etiologi Masalah

47
1. DS Ekspansi paru menurun Ketidake
klien mengatakan sesak napas. fektifan
DO : Frekuensi nafas berubah pola
Dispnea, pernapas
perubahan frekuensi napas Pernafasan sukar an
Pernapasan sukar,
Ortopnea, Pernafasan distrikmik
Takipna, hiperpnea,
pernafasan disritmik
Nadi: 112x/mnt, RR: 28x/mnt Pla nafas tidak efektif
Dada simetris,cembung pada sisi
kiri pergerakan dada menurun pada
sisi kiri
Diafragma kiri sulit dinilai
2. DS : Gangguan frekuensi jalan Nyeri
Klien mengatakan sesak dan dada nafas akut
terasa nyeri pada bagian kiri (skala
nyeri 5 )
DO : Sesak nafas , dada terasa
gangguan kosentrasi, nyeri
Sesak nafas
Batuk produktif
Secret Batuk produktif, imobilitas
Agitasi
menggosokbagian yang nyeri
Imobilitas Nyeri tekan pada dada
Gangguan kosentrasi
Mengatupkan Nyeri akut
rahang/mengepalkan tangan.
Terdapat nyeri tekan pada dada kiri
3.. DS : Ancaman kematian Cemas
Klien mengatakan merasa cemas
tentang penyakit yang di deritanya
DO: Susah bernafas
Pasien selalu menanyakan
keadaannya
Pasien trlihat cemas
Kontak mata yang buruk Cemas
Gugup
Melihat sepintas
Tampak waspada

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

48
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura ditandai
dengan DS klien mengatakan sesak napas.DO : Dispnea, perubahan frekuensi
napas, Pernapasan sukar, Ortopnea, Takipna, hiperpnea, pernafasan disritmik
Nadi: 112x/mnt, RR: 28x/mnt

2. Nyeri akut b/d gangguan frekuensi jalan nafas ditandai dengan sesak dan nyeri
pada dada bagian kiri

3. Cemas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang ditandai dengan


susah bernafas , kontak mata yang buruk.

EVALUASI KEPERAWATAN

49
Tgl/Jm No Diagnosa Evaluasi P
ar
af
Rabu ,19 Ketidakefektifan pola S : Pasien sudah bisa
oktober mempertahankan fingsi
pernafasan berhubungan
2016 paru secara normal
dengan menurunnya ekspansi O:
T:120/mmHg, nadi:
paru sekunder terhadap
89x/mnt, S:36,6 RR:
penumpukan cairan dalam 14x/mnt
Terpasang nasal klaune
rongga pleura ditandai
Jumat, 21 Melakukan observasi RR
oktober dengan DS klien mengatakan 2x 24 jam
2016 Memberikan oksigenasi 2
sesak napas.DO : Dispnea,
liter/menit padapasien
perubahan frekuensi napas, Menetapkan pasien dalam
posisi semi folaer.
Pernapasan sukar, Ortopnea,
A : Masalah Teratasi
Takipna, hiperpnea, sebagian
P : Intervensi dihentikan
pernafasan disritmik Nadi:
112x/mnt, RR: 28x/mnt

Rabu ,19 Nyeri akut b/d gangguan S : Klien mengatakan sesak


oktober reda dan dada terasa ringan
frekuensi jalan nafas ditandai
2016 pada bagian kiri
dengan sesak dan nyeri pada O:
Kosentrasi seimbang
dada bagian kiri
Pola tidur kembali normal
Dada simetris.
A : Masalh teratasi
P : Intervensi dihentikan
Kamis ,20 Cemas berhubungan dengan S : Kondisi pasien sedikit
oktober tenang dan tidak lagi cemas
adanya ancaman kematian
2016 O:
yang ditandai dengan susah Wajah berseri
Pasien mengerti akan
bernafas , kontak mata yang
penyakitnya
buruk. A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

BAB V

50
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan gangguan sistem
Pernafasan : Efusi Pleura di Ruang flamboyan RSUD Pandan , penulis dapat
menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Efusi Pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura. Penyebab


peradangan ini melalui 2 macam, melalui cairan transudat dan eksudat. Trauma
dada merupakan salah satu jenis infeksi yang menyebabkan timbulnya penyakit
Evusi Pleura.

2. Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Plura lebih


difokuskan pada upaya meringankan kerja paru selama proses pemulihan
kesehatan fisik, mencegah komplikasi, dan meningkatkan pengetahuan pasien
terhadap penyakit Efusi Pleura dalam rangka upaya untuk mengoptimalkan
pencapaian tujuan asuhan keperawatan seiiring dengan meningkatnya
pengetahuan pasien tersebut.

3. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. R dengan penyakit Efusi


Plura, diagnosa yang mucul pada dasarnya sudah hampir sesuai dengan diagnosa
yang ada dalam asuhan keperawatan teoritis, namun ada beberapa diagnosa yang
harus muncul di luar dari asuhan keperawatan teoritis yang telah dibuat karena
data yang diperoleh penulis dilapangan yang mengharuskan diagnosa tersebut
untuk muncul.

4. Pada klien dengan Efusi Plura, tidak semua tanda dan gejala dapat muncul
sesuai dengan teori. Gejala yang jelas terlihat adalah nyeri, sesak napas (dispnea),
dan anoreksia/ malaise, dan ada beberapa gejala yang dirasakan pasien sesuai
dengan teori diantaranya nyeri, sesak napas (dispnea), kehilangan nafsu makan.

51
5. Keberhasilan tidaknya proses keperawatan itu salah satunya disebabkan
karena adanya kerjasama, baik itu di antara tim kesehatan dalam hal pelayanan
kesehatan maupun kerjasama antara perawat atau petugas kesehatan lain dengan
pasien itu sendiri.

4.2 SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran


sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
khususnya pada klien dengan gangguan sistem pernafasan : Efusi Pleura, adapun
saran-sarannya adalah sebagai berikut :

1. Rumah Sakit

Sebagai salah satu wadah yang strategis untuk membantu program pemerintah
dalam pemberantasan penyakit infeksi khususnya Efusi Pelura, diharapkan pihak
rumah sakit membuat manajemen penatalaksanaan yang terarah dan terstruktur
dalam menangani masalah penyakit infeksi, hal ini dimaksudkan agar dari
penatalaksanaan yang telah dibuat itu mampu memberikan hasil yang maksimal
dalam rangka upaya penyembuhan penyakit seperti Efusi pleura ini.

2. Perawat

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan khususnya pada pasien Efusi Pleura


hendaknya seorang perawat selalu berlandaskan pada konsep teoritis yang sesuai
dengan masalah yang dihadapi tanpa mengabaikan kondisi klien itu sendiri dan
hendaknya seorang perawat selalu menjadikan hal-hal baru yang terkait dengan
penyakit Efusi Pleura yang didapatnya sebagai pelajaran. Jika masalah yang
timbul pada penderita tidak seperti apa yang ada di asuhan keperawatan secara
teoritis, hendaknya perawat harus mampu untuk lebih mandiri dan tepat guna

52
dalam memecahkan masalah pasien khususnya pada penderita Efusi Pleura sesuai
dengan kemampuannya dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pasien pada
saat melakukan asuhan keperawatan.

Keberhasilan asuhan keperawatan juga tidak lepas dari dukungan dan kerjasama
yang solid antara profesi kesehatan yang turut terlibat dalam menangani masalah
penderita Efusi Pleura. Oleh karena itu sudah seharusnya seorang perawat
profesional menjadikan faktor-faktor penghambat yang ia temui di lapangan
sebagai pelajaran yang diharapkan nantinya mampu memberikan kebaikan dan
menjadikan perawat tersebut lebih siap apabila dihadapkan dengan kasus yang
serupa.

3. Pendidikan Keperawatan

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi khususnya dibidang kesehatan,


hendaknya setiap institusi dapat memaksimalkan perannya sebagai pencetak
tenaga profesional dengan memperhatikan perkembangan dari kondisi medan
yang nantinya akan mereka lalui, ini dimaksudkan agar institusi itu dapat
menjadikan pengalaman sebagai landasan untuk dapat lebih membekali
mahasiswanya dengan ilmu - ilmu baru sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan yang terkait dengan masalah kesehatan.

4. Bagi Mahasiswa

Sebagai calon tenaga perawat profesional, hendaknya mahasiswa keperawatan


dapat mempergunakan wadah tempat mereka menimba ilmu dengan semaksimal
mungkin, ini bertujuan agar nantinya mahasiswa itu menjadi lebih siap dan
mampu mengaplikasikan ilmu keperawatan dengan sebaik-baiknya apabila
mereka telah terjun ke lahan praktek.

5. Pasien dan Masyarakat

53
Demi terwujudnya Indonesia sehat tidak lepas dari dukungan dan peran serta
masyarakat, hendaknya pasien dan masyarakat dapat memanfaatkan perannya
dengan sebaik-baiknya dalam membantu membrantas penyakit Efiusi Pleur ini.
Wujud kepedulian masyarakat ini dapat berupa usaha-usaha yang diharapkan pula
masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sebagai solusi dalam
pemeliharaan kesehatannya.

54

Anda mungkin juga menyukai