Makalah Manajemen Air
Makalah Manajemen Air
Makalah Manajemen Air
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena berkat
rahmat dan karunia serta izin-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Manajemen Air. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada baginda
Rasullullah SAW, keluarganya, serta pengikutnya sampai akhir masa.
Maksud dari pambuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas mata
kuliah Manajemen Air. Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik dukungan moril maupun
bantuan dalam mendapatkan data, bimbingan dan sistematika
penyusunan maupun dalam penulisan. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah terlibat dalam penyelesaian pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna,hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, wawasan
dan pengalaman yang dimiliki kami. Oleh karena itu demi kesempurnaan
makalah ini kami sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat
membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berbicara mengenai status air, Jika memandang air bersih sebagai kebutuhan
mendasar setiap manusia di muka bumi ini, maka air dapat dipandang sebagai hak
asasi. Yaitu hak yang mutlak dimiliki oleh setiap manusia tanpa terkecuali. Dan hal
ini telah dideklarasikan oleh PBB dalam sidang umum yang dilaksanakan pada akhir
bulan Juli 2010 yang menghasilkan keputusan 122 negara menyatakan mendukung
pernyataan air sebagai hak asasi manusia dan 41 negara menyatakan abstain.
Indonesia pun menjadi salah satu negara yang mendukung pernyataan deklarasi ini.
Jika memang air bersih dipandang sebagai hak asasi, konsekuensinya adalah air
tidak boleh diperjualbelikan. Pemerintah dalam hal ini berkewajiban menyediakan
dan mendistribusikan air bersih secara gratis. Adapun biaya distribusi dan
pemrosesan air dapat diambil dari pajak masyarakat. Dan itupun dengan catatan,
pemerintah tidak mengambil keuntungan dari pajak masyarakat dalam hal
pendistribusian dan pemrosesan air bersih. Tetapi pada kenyataannya di Indonesia,
air dialirkan pemerintah melalui perusahaan air minum (PAM/PDAM) ke rumah kita
dengan cara langganan dan membayar. Kita diharuskan membayar sesuai jumlah
air yang kita pergunakan. Dan ini bertentangan dengan pandangan air bersih
sebagai hak asasi. Lain halnya jika kita memandang air bersih sebagai hak guna,
maka air di sini adalah barang ekonomi. Air bersih di sini dapat diperjualbelikan, dan
hanya orang-orang kayalah yang dapat memiliki air bersih. Orang-orang miskin
yang tidak memiliki uang tidak dapat memilikinya.
Air menjadi barang yang langka bagi orang miskin. Apakah hal ini adil bagi mereka
yang tidak memiliki uang? Di Indonesia praktek seperti ini banyak dilakukan.
Padahal jika mengacu pada UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang berbunyi: Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat,dalam pasal tersebut
disebutkan bahwa air di sini bukanlah milik perorangan, tetapi milik negara yang
dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Perlakuan air bersih
sebagai hak guna jelas-jelas melanggar hal ketentuan ini.
Dari sini, kita perlu memikirkan bagaimana seharusnya air bersih itu dipandang
sebagai kebutuhan dasar setiap manusia. Perlu adanya kajian lebih lanjut untuk
menentukan status air bersih itu dan bagaimana manajemen air seharusnya
dilakukan agar keseimbangan dan keadilan air bagi masyarakat dapat terpenuhi.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagi
berikut :
4. Menambah pengetahuan tentang konservasi sumber daya air itu seperti apa.
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen air adalah usaha-usaha menjaga dan mengatur air yang ada di muka
bumi ini agar dapat terjaga keberadaannya dan dapat bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Beberapa tahun terakhir, manajemen air menjadi satu isu yang banyak
dibahas di berbagai belahan dunia termasuk di negara Indonesia sendiri.
Secara umum, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara yang memiliki
sumberdaya air berlimpah. Berbagai laporan mengenai kondisi neraca air Indonesia
menunjukkan bahwaIndonesia masih mengalami surplus air. Meskipun demikian,
terdapat beberapa pulau diIndonesia yang telah mengalami defisit air. Untuk
memenuhi kebutuhan air tawar bersih, secara konvensional masyarakat
mendapatkan air dari air sungai, air danau atau mata air. Akan tetapi, jumlah air
tawar bersih yang tersedia dari sumber-sumber ini semakin lama semakin
berkurang akibat adanya deforestasi, pencemaran air, dan meningkatnya populasi
manusia.
Bentuk manajemen air yang dapat diterapkan di Indonesia antara lain adalah
menetapkan regulasi terhadap penggunaan air. Dalam hal ini, pemerintah telah
mengeluarkan Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Selain
itu, bentuk lain dari manajemen air adalah menerapkan diversifikasi sumber air
tawar bersih.
Salah satu bentuk diversifikasi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
air tawar yang bersih adalah dengan melakukan rain harvesting atau penadahan air
hujan. Dengan menadahkan air hujan dan menyimpannya di suatu kolam
penyimpanan, daerah yang mengalami defisit neraca air maupun daerah-daerah
yang kesulitan air tawar bersih dapat memenuhi kebutuhannya terhadap air tawar
bersih.
Di kota Bandung, manajemen air kurang mendapat perhatian dari pemerintah pada
khususnya dan masyarakat kota Bandung pada umumnya. Pemerintah dan
masyarakat cenderung tak acuh dengan manajemen air di kota Bandung. Hal ini
tercermin salah satunya dari perilaku masyarakat yang membuang sampah ke
aliran sungai. Bahkan beberapa industri liar membuang limbah produksinya ke
dalam sungai. Hal ini bukan saja mengotori dan mencemari air sungai, tetapi juga
membuat jumlah air tawar bersih yang dapat diperoleh dari sungai semakin
berkurang. Selain itu, cerminan akan kurangnya kesadaran masyarakat dan
pemerintah kota Bandung adalah dari menjamurnya sumur-sumur bor di kota
Bandung. Menjamurnya sumur bor ini sampai sekarang belumlah ditindak tegas
pemerintah. Entah ada unsur politik atau murni karena kurangnya kesadaran
pemerintah. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan terjadi ketidakseimbangan
antara airtanah yang masuk ke dalam tanah dari daerah resapan dengan air tanah
yang dikuras di daerah limpasan yang ada di perkotaan.
Jika saja menjamurnya sumur bor diiringi dengan perluasan dan pelestarian daerah
resapan di daerah Bandung bagian utara, mungkin jumlah air di dalam tanah dapat
diseimbangkan antara air yang masuk dan air yang keluar. Tetapi, yang terjadi saat
ini adalah daerah resapan kota Bandung semakin sempit dengan dibangunnya
gedung-gedung, perumahan, dan pembukaan sawah/perkebunan. Hal ini justru
memperparah airtanah yang ada di kota Bandung. Semakin lama semakin sedikit
jumlahnya.
Secara umum masalah pengelolaan sumberdaya air dapat dilihat dari kelemahan
mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumberdaya air dalam
hal pengendalian banjir dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik,
municipal, dan industri.
Masalah pengendalian banjir sebagai bagian dari upaya pengelolaan pengelolaan
sumberdaya air, sering mendapatkan hambatan karena adanya pemukiman padat
di sepanjang sungai yang cenderung mengakibatkan terhambatnya aliran sungai
karena banyaknya sampah domestik yang dibuang ke badan sungai sehingga
mengakibatkan berkurangnya daya tampung sungai untuk mengalirkan air yang
datang akibat curah hujan yang tinggi di daerah hulu.
Pada sisi lain penyediaan air baku yang dibutuhkan bagi kegiatan rumah tangga,
perkotaan dan industri sering mendapatkan gangguan secara kuantitas dalam arti
terjadinya penurunan debit air baku akibat terjadinya pembukaan lahan-lahan baru
bagi pemukiman baru di daerah hulu yang berakibat pada pengurangan
luas catchment areasebagai sumber penyedia air baku. Disamping itu, secara
kualitas penyediaan air baku sering tidak memenuhi standar karena adanya
pencemaran air sungai oleh limbah rumah tangga, perkotaan, dan industri.
Perubahan peran Pemerintah dari institusi penyedia jasa (service provider) menjadi
institusi pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha (enabler) agar memiliki
kemampuan dalam menyediakan kebutuhan air dan menunjang kegiatan usahanya
secara mandiri dan berkelanjutan, sehingga perlu adanya upaya-upaya
pemberdayaan masyarakat pengguna air untuk mengelola dan melestarikan
potensi-potensi sumber daya air.
Belum atau tidak berfungsinya jaringan irigasi disebabkan antara lain oleh belum
lengkapnya sistem jaringan, ketidaktersediaan air, belum siapnya lahan sawah,
ketidaksiapan petani penggarap atau terjadinya mutasi lahan. Selain itu, pada
jaringan irigasi yang berfungsi juga mengalami kerusakan terutama disebabkan
oleh rendahnya kualitas operasi dan pemeliharaan.
Pengelolaan sumberdaya air belum di dukung oleh basis data dan sistem informasi
yang memadai. Kualitas datadan informasi yang dimiliki belum memenuhi standar
yang ditetapkan dan tersedia pada saat diperlukan.
Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis dan berada di pertemuan beberapa
lempeng daratan dunia mempunyai kerentanan terhadap banjir. Banjir, gempa,
tsunami, tanah longsor dan bencana lainnya hampir setiap tahun selalu terjadi.
Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-buang sumber daya air. Pada
awalnya konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya
untuk keperluan yang produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi
suplai. Perkembangan selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada pengurangan
dan pengefisienan penggunaan air dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.
Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut, yaitu
menyimpan air dikala berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk
keprluan tertentu yang produktif. Sehingga konservasi air domestik berarti
menggunakan air sesedikit mungkin untuk mandi, mencuci, menggelontor toilet,
dan penggunaan-penggunaan rumah tangga lainnya. Konservasi air industri berarti
pemakaian air sesedikit mungkin untuk menghasilkan suatu produk. Konservasi air
pertanian pada dasarnya berarti penggunaan air sesdikit mungkin untuk
menghasilkan hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum masalah pengelolaan sumberdaya air dapat dilihat dari kelemahan
mempertahankan sasaran manfaat pengelolaan sumberdaya air dalam
hal pengendalian banjir dan penyediaan air baku bagi kegiatan domestik,
municipal, dan industri.
Konsep dasar konservasi air adalah jangan membang-buang sumberdaya air. Pada
awalnya konservasi air diartikan sebagai menyimpan air dan menggunakannya
untuk keperluan yang produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi
suplai. Perkembangan selanjutnya konservasi lebih mengarah kepada pengurangan
dan pengefisienan penggunaan air dan dikenal sebagai konservasi sisi kebutuhan.