2.2 AnReal Bartle Terjemah
2.2 AnReal Bartle Terjemah
2.2 AnReal Bartle Terjemah
ANALISIS REAL
Rangkuman Chapter 2 Section 2.2
Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Dena Izzawati (A2C016005)
2. Ikronudi (A2C016009)
3. Tanti Novita (A2C016017)
2.2.1 Sifat Urutan dari R. Terdapat sub himpunan tak kosong P dari R, yang disebut
himpunan bilangan real positif, yang memenuhi sifat-sifat berikut :
(i). Bila a,b di P, maka a + b di P
(ii). Bila a,b di P, maka a.b di P
(iii). Bila a di R, maka tepat satu dari yang berikut dipenuhi
a P, a = 0, -a P
Dua sifat yang pertama kesesuaian urutan dengan operasi penjumlahan dan
perkalian. Kondisi (iii) biasa disebut Sifat Trikotomi, karena hal ini membagi R
menjadi tiga daripada unsur yang berbeda. Hal ini menyatakan bahwa himpunan {-a
a P} bilangan real negatif tidak mempunyai unsur sekutu di P, dan lebih dari itu, R
gabungan tiga himpunan yang saling lepas.
2.2.2 Definisi. Bila a P, kita katakan a bilangan real positif (atau positif kuat) dan kita
tulis a > 0. Bila a P{0} kita katakan a bilangan real tak negatif dan ditulis a 0.
Bila -aP, kita katakan a bilangan real negatif (atau negatif kuat) dan kita
tulis a < 0. Bila -aP{0} kita katakan a bilangan real tak positif dan ditulis a 0.
Sekarang kita perkenalkan gagasan tentang ketaksamaan antara unsur-unsur R
dalam himpunan bilangan positif P.
a<b<c
Sifat Urutan
Sekarang akan kita perkenalkan beberapa sifat dasar relasi urutan pada R. Ini
merupakan aturan ketaksamaan yang biasa kita kenal dan akan sering kita gunakan
pada pembahasan selanjutnya.
sebarang bilangan asli adalah bilangan positif. Akibatnya bilangan rasional dengan
m 1
bentuk =m , untuk m dan n bilangan asli, adalah positif.
n n
1
2.2.7 Teorema. Bila a dan b unsur di R dan bila a < b, maka a < 2
(a + b) < b.
Bukti :
Karena a < b, mengikuti 2.2.6(a) diperoleh bahwa 2a = a + a < a + b dan juga a + b <
b + b = 2b. Karena itu kita mempunyai
2a < a + b < 2b
1
Menurut 2.2.5(c) kita mempunyai 2 > 0, karenanya menurut 2.2.6(d) kita peroleh 2 >
0. Dengan menggunakan 2.2.6(c) kita dapatkan
1 1 1
a= 2 (2a) < 2 (a + b ) < 2 (2b) = b
1
2 b < b.
Dari sifat urutan yang telah dibahas sejauh ini, kita tidak mendapatkan
bilangan real positif terkecil. Hal ini akan ditunjukkan sebagai berikut :
Bukti :
Ambil a = 0 dalam 2.2.7.
Dua hasil yang berikut akan digunakan sebagai metode pembuktian
selanjutnya. Sebagai contoh, untuk membuktikan bahwa a 0 benar-benar sama
dengan 0, kita lihat pada hasil berikut bahwa hal ini cukup dengan menunjukkan
bahwa a kurang dari sebarang bilangan positif manapun.
Ketaksamaan
Sekarang kita tunjukkan bagaimana sifat urutan yang telah kita bahas dapat
digunakan untuk menyelesaikan ketaksamaan. Pembaca diminta memeriksa dengan
hati-hati setiap langkahnya.
2.2.13 Contoh-contoh.
(a). Tentukan himpunan A dari semua bilangan real x yang memenuhi 2x = 3 6.
Kita catat bahwa x A 2x + 3 6 2x 3 x 3/2.
Karenanya, A = {x R x 3/2}.
2
(b). Tentukan himpunan B = {x R x + x > 2}
Kita ingat kembali bahwa teorema 2.2.11 dapat digunakan. Tuliskan bahwa x
2
B x + x - 2 > 0 (x - 1) (x + 2) > 0. Karenanya, kita mempunyai (i). x - 1 >
0 dan x + 2 > 0, atau (ii). x - 1 < 0 dan x + 2 < 0. Dalam kasus (i). kita mempunyai
x > 1 dan x > -2, yang dipenuhi jika dan hanya jika x > 1. Dalam kasus (ii) kita
mempunyai x < 1 dan x < -2, yang dipenuhi jika dan hanya jika x < -2.
Jadi B = {x R x > 1}{x R x < -2}.
(c). Tentukan himpunan C = {x R (2x + 1)/(x + 2) < 1}. Kita catat bahwa x C
(2x + 1)/(x + 2) - 1 < 0 (x - 1)/(x + 2) < 0. Karenanya, kita mempunyai (i).x - 1
< 0 dan x + 2 > 0, atau (ii). x - 1 > 0 dan x + 2 < 0 (Mengapa?). Dalam kasus (i)
kita harus mempunyai x < 1 dan x > -2, yang dipenuhi, jika dan hanya jika -2 < x
< 1, sedangkan dalam kasus (ii), kita harus mempunyai x > 1 dan x < -2, yang
tidak akan pernah dipenuhi.
Jadi kesimpulannya adalah C = {x R -2 < x < 1}.
Contoh berikut mengilustrasikan penggunaan sifat urutan R dalam
pertaksamaan. Pembaca seharusnya membuktikan setiap langkah dengan
mengidentifikasi sifat-sifat yang digunakan. Hal ini akan membiasakan untuk yakin
dengan setiap lang-kah dalam pekerjaan selanjutnya. Perlu dicatat juga bahwa
eksistensi akar kuadrat dari bilangan positif kuat belum diperkenalkan secara formal,
tetapi eksistensinya kita ter-ima dalam membicarakan contoh-contoh berikut.
(Eksistensi akar kuadrat akan dibahas dalam 2.5).
2 2
2.2.14. Contoh-contoh. (a). Misalkan a 0 dan b 0. Maka (i). a < b a < b
a< b
Kita pandang kasus a > 0 dan b > 0, dan kita tinggalkan kasus a = 0 kepada
2 2
pembaca. Dari 2.2.1(i) diperoleh bahwa a + b > 0. Karena b - a = (b - a) (b + a),
dari 2.2.6(c) diperoleh bahwa b - a > 0 mengakibatkan bahwa b - a > 0.
2
Bila a > 0 dan b > 0, maka a > 0 dan b > 0 , karena a = ( a ) dan b =
2
( b ) , maka bila a dan b berturut-turut diganti dengan a dan b , dan kita guna-
kan bukti di atas diperoleh a < b a < b
Kita juga tinggalkan kepada pembaca untuk menunjukkan bahwa bila a 0
dan b 0, maka
2 2
aba b a b
1
(b). Bila a dan b bilangan bulat positif, maka rata-rata aritmatisnya adalah 2
(a + b)
ab 12 (a + b) (2)
a - 2 ab + b > 0,
yang diikuti oleh
1
ab < 2 (a + b).
Karenanya (2) dipenuhi (untuk ketaksamaan kuat) bila a b. Lebih dari itu, bila a = b
(> 0), maka kedua ruas dari (2) sama dengan a, jadi (2) menjadi kesamaan. Hal ini
membuktikan bahwa (2) dipenuhi untuk a > 0, b > 0.
Dilain pihak, misalkan a > 0, b > 0 dan ab < 21 (a + b). Maka dengan
mengkuadratkan kedua ruas kemudian mengalikannya dengan 4, kita peroleh
2 2 2
4ab = (a + b) = a + 2ab + b ,
yang diikuti oleh
2 2 2
0 = a - 2ab + b = (a - b) .
Tetapi kesamaan ini mengakibatkan a = b (Mengapa?). Jadi kesamaan untuk (2)
mengakibatkan a = b.
Catatan : Ketaksamaan rata-rata aritmetis-geometris yang umum untuk bilangan positif a1, a2,...,an
adalah
a1 a2 ...an
(a1 a2 ... an)1/n (3)
n
dengan kesamaan terjadi jika dan hanya jika a1 = a2 = ... = an.
2 2
sR dan semua j = 1, ..., n, mengakibatkan kedua ruas dari (5) sama dengan s (b1 +
2 2
... +bn ) . Di lain pihak bila kesamaan untuk (5) dipenuhi, maka haruslah = 0,
sehingga terdapat akar tunggal s dari persamaan kuadrat F(t) = 0. Tetapi hal ini
mengakibatkan (mengapa?) bahwa
a1 - sb1 = 0, ..., an - sbn = 0
yang diikuti oleh aj = sbj untuk semua j = 1, ..., n.
(e). Ketaksamaan Segitiga. Bila n N dan a1, ..., an dan b1, ..., bn bilangan real
maka [(a1 + b1)2 + ... + (an + bn)2]1/2 [a12 + ... + an2]1/2 + [b12 + ... + bn2]1/2
(6)
lebih dari itu bila tidak semua bj = 0, kesamaan untuk (6) dipenuhi jika dan hanya jika
terdapat bilangan real s, sehingga a1 = sb1, ..., an = sbn.
2 2 2
Karena (aj + bj) = aj + 2ajbj + bj untuk j = 1, ..., n,dengan menggunakan
ketaksamaan Cauchy (5) [A,B,C seperti pada (d)], kita mempunyai
2 2
(a1 + b1) + ... + (an + bn) = A + 2B + C
A + 2 AC + C = ( A + C )2
Dengan mengunakan bagian (a) kita mempunyai (mengapa?)
2 2 1/2
[(a1 + b1) + ... + (an + bn) ] A + C ,