Laporan Rumah Sakit CD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Profesi Apoteker


Pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Jenderal Achmad Yani

RIMA THAHARAH, S.Farm


3351151408

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2017
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER
DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

Februari, 2017

RIMA THAHARAH, S.Farm

3351151408

Disetujui Oleh

Linda P Suherman, S.Farm., M.Si., Apt Juwita Ramadhani, S.Farm., Apt


Pembimbing PKPA Pembimbing PKPA
Program Studi Profesi Apoteker UNJANI RS Muhammadiyah Bandung

Mengetahui:

Dekan Fakultas Farmasi Ketua Program Studi Profesi Apoteker

Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, M.S., Apt. Drs. H. Made Pasek Narendra, M.M., Apt.
NID: 4121 629 4 NID: 4121 684 52
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker.................................. 2
1.3 Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker.......................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT.................. 3
2.1 Rumah Sakit............................................................................ 3
2.2 Instalasi Farmasi dan Rumah Sakit......................................... 4
2.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP.... 7
2.5 Pelayanan Farmasi Klinik....................................................... 9
BAB III TINJAUAN KHUSUS RUMAH SAKIT
MUHAMMADIYAH BANDUNG............................................................ 12
3.1 Rumah Sakit............................................................................ 12
3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit................................................ 13
3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP..... 15
3.4 Pelayanan Farmasi Klinik........................................................ 18
3.1 Tim Farmasi dan Terapi........................................................... 19
BAB IV TUGAS KHUSUS RHEUMATOID ARTHRITIS...................
21
4.1 Definisi Penyakit..................................................................... 21
4.2 Patofisiologi............................................................................ 21
4.3 Gejala...................................................................................... 22
4.4 Faktor Resiko.......................................................................... 22
4.5 Penatalaksanaan...................................................................... 22
4.6 Algoritma Terapi..................................................................... 23
BAB V PEMBAHASAN........................................................................... 24
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 31
LAMPIRAN............................................................................................... 33
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Struktur Organisasi
33
RSMB...........................................

2 Struktur Organisasi IFRS-MB...................................... 34

3 Perencanaan & Pengadaan Perbekalan Farmasi........... 35

4 Surat Pemesanan Narkotika & 36


Psikotropika ...............

5 Penerimaan Perbekalan Farmasi.................................. 37


6 Kartu Stock 38
Obat..........................................................

7 Sistem Distribusi
38
Unit...................................................

8 Sistem Distribusi Obat Persediaan di


39
Ruangan............

9 Pelayanan Resep Rawat Jalan...................................... 40

10 Pelayanan Rawat Inap................................................... 41

11 Struktur Panitia dan Terapi 42


RSMB...............................
DAFTAR GAMBAR

Lampiran Halaman

III. 1 Struktur Organisasi


33
RSMB...........................................

III. 2 Struktur Organisasi IFRS-MB...................................... 34

III. 3 Perencanaan & Pengadaan Perbekalan Farmasi........... 35

III. 4 Surat Pemesanan Narkotika & 36


Psikotropika ...............
III. 5 Penerimaan Perbekalan Farmasi.................................. 37

III. 6 Kartu Stock 38


Obat..........................................................

III. 7 Sistem Distribusi


38
Unit...................................................

III. 8 Sistem Distribusi Obat Persediaan di


39
Ruangan............

III. 9 Pelayanan Resep Rawat Jalan...................................... 40

III. 10 Pelayanan Rawat Inap................................................... 41

III. 11 Struktur Panitia dan Terapi 42


RSMB...............................

IV. 1 Algoritma Terapi Rheumatoid


23
Arthritis.......................
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung pada periode 01 November30
November 2016, sesuai dengan waktu yang diharapkan. Laporan ini disusun sebagai
persyaratan untuk mengikuti ujian profesi apoteker pada Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Profesi Apoteker
pada Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad
Yani.

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit merupakan rangkaian dari kegiatan
pendidikan profesi apoteker yang bertujuan untuk memantapkan pemahaman
mahasiswa profesi apoteker secara komprehensif berkaitan dengan pelayanan
kefarmasian di rumah sakit. Agar tujuan tersebut terlaksana, tentunya selama proses
pembuatan tidak lepas dari bantuan, bimbingan, serta kerjasama berbagai pihak
terkait.

Dalam penyusunan laporan ini, diperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo, MS., Apt, Dekan Fakultas Farmasi dan
Pembimbing, Universitas Jenderal Achmad Yani.
2. Bapak Drs. H. Made Pasek Narendra, M.M., Apt, Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
3. Ibu Linda P Suherman, S.Farm., M.Si., Apt, selaku Pembimbing Internal
Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
4. Ibu Dra. Hj. Ida Lisni, MSi.,Apt, Kepala Instalasi Farmasi dan pembimbing
PKPA di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung.
5. Ibu Juwita Ramadhani, S.Farm.,Apt, pembimbing PKPA di Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung.
6. Kedua orang tua dan adek yang telah memberikan doa, kasih sayang,
dukungan motivasi dan dukungan baik secara moril maupun materil dalam
penyusunan laporan ini.
7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani.
8. Seluruh karyawan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, yang telah berbagi
ilmu pengalaman dan bantuan selama pelaksanaan PKPA.
9. Seluruh staf pengajar, staf laboratorium, dan karyawan Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani.
10. Rekan-rekan seperjuangan Profesi Apoteker Angkatan XXI terutama kelas C,
serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan Praktek
Kerja Profesi Apoteker.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua dan
semoga kerjasama yang telah terjalin antara Program Studi Profesi Apoteker UNJANI
dengan Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dapat terus terjalin dengan baik.

Cimahi, Februari 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan yang dimaksud dengan
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Manusia akan berusaha meningkatkan dan mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal melalui berbagai upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan
dan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan atau masyarakat(1).

Rumah sakit yaitu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat(2). Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit
pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian
di Rumah sakit(3).

Pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi,


mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan masyarakat
akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya perluasan dari
paradigma lama yang berorientasi kepada produk (drug oriented) menjadi paradigma
baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi pelayanan
kefarmasian (pharmaceutical care) (3)

Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan
paradigma pelayanan kefarmasian dari drug oriented menjadi patient oriented. Untuk itu
kompetensi apoteker perlu ditingkatkan secara terus menerus agar perubahan paradigma
tersebut dapat diimplementasikan dan harus dapat memenuhi hak pasien agar terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan(3).

Untuk mempersiapkan sumber daya manusia, khususnya menciptakan apoteker yang


handal dan mampu menghadapi tantangan dalam mengikuti perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan di Bidang farmasi, serta dalam bekerja sama dengan profesi
kesehatan lainnya, maka Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas
Jenderal Achmad Yani bekerja sama dengan Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker bagi para calon
apoteker.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan PKPA di Rumah sakit:
1. Membekali calon apoteker dengan wawasan dan keterampilan dalam memahami
dan menguasai kompetensi apoteker di Rumah sakit.
2. Mahasiswa profesi apoteker diharapkan mampu melaksanakan fungsi apoteker di
Rumah sakit dalam mengelola sediaan farmasi, alat kesehatan (alkes) dan bahan
medis habis pakai (BMHP) di Rumah sakit.
3. Mahasiswa profesi apoteker diharapkan mampu pula melaksanakan pelayanan
farmasi klinik serta mampu berpartisipasi serta berkontribusi dalam penelitian
medis di Rumah sakit.

1.3 Penatalaksanaan
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
(RSMB) dilaksanakan mulai tanggal 1 November 2016 sampai dengan 30 November
2016 yang bertempat di KH. Ahmad Dahlan No. 53, Bandung.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) Nomor
58 tahun 2014 berikut perubahannya pada Permenkes RI Nomor 34 tahun 2016
tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah sakit menyebutkan bahwa rumah
sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat(3).

2.1.1 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit(4)


Berdasarkan Permenkes RI Nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan
rumah sakit, klasifikasi rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan dikategorikan:
1. Rumah sakit umum, yang terdiri dari:
a) Rumah sakit umum kelas A
b) Rumah sakit umum kelas B
c) Rumah sakit umum kelas C

d) Rumah sakit umum kelas D, yang terdiri dari Rumah sakit umum kelas D dan
Rumah sakit umum kelas D pratama.
Penetapan klasifikasi rumah sakit sebagaimana dimaksud didasarkan pada pelayanan;
sumber daya manusia; peralatan; dan bangunan dan prasarana.
2. Rumah sakit khusus, yang terdiri dari:
a) Rumah sakit khusus kelas A
b) Rumah sakit khusus kelas B

c) Rumah sakit khusus kelas C


Rumah sakit khusus harus mempunyai fasilitas dan kemampuan terdiri dari:
a) Pelayanan gawat darurat, tersedia 24 jam sehari terus menerus
b) Pelayanan medik umum
c) Pelayanan medik spesialis dasar sesuai dengan kekhususan
d) Pelayanan medik spesialis dan/atau subspesialis sesuai kekhususan

e) Pelayanan medik spesialis penunjang


Pelayanan medik spesialis penunjang yang terdiri dari pelayanan kefarmasian,
pelayanan keperawatan, pelayanan penunjang klinik, serta pelayanan
penunjang nonklinik
2.1.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit(2)
Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel.
Organisasi rumah sakit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur
pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite media, satuan
pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan

2.1.3 Akreditasi Rumah Sakit(5)


Berdasarkan Permenkes RI Nomor 12 tahun 2012 tentang akreditasi rumah sakit,
instrumen akreditasi adalah alat ukur yang dipakai oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi untuk menilai rumah sakit dalam memenuhi standar
pelayanan rumah sakit.

2.1.4 Tim Farmasi dan Terapi (TFT)(3)


Tim Farmasi dan Terapi (TFT) merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi
kepada pimpinan rumah sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit
yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di
rumah sakit, apoteker instalasi farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila
diperlukan.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit(3)


Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah sakit.

2.2.1 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit


Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi(3):
1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi
2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien

3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
keamanan serta meminimalkan risiko
4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien

5. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi

6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan


Kefarmasian

7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium


Rumah Sakit.
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi :
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai :

2. Pelayanan farmasi klinik

2.1.2 Sumber Daya Manusia(3)


IFRS harus memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan
beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan IFRS. Uraian
tugas tertulis dari masing-masing staf IFRS harus ada dan sebaiknya dilakukan
peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai kebijakan dan prosedur di
IFRS.
i. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)(3)
Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) terdiri dari pekerjaan kefarmasian meliputi
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian serta pekerjaan penunjang meliputi operator
komputer/teknisi yang memahami kefarmasian, tenaga administrasi dan
pekarya/pembantu pelaksana.
ii. Persyaratan Sumber Daya Manusia(3)
IFRS harus dikepalai oleh seorang Apoteker yang merupakan apoteker penanggung
jawab seluruh pelayanan kefarmasian di Rumah sakit. Kepala IFRS diutamakan telah
memiliki pengalaman bekerja di IFRS minimal 3 (tiga) tahun.
iii. Beban Kerja dan Kebutuhan(3)
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh
pada kegiatan yang dilakukan yaitu, Kapasitas tempat tidur dan Bad Occupancy Rate
(BOR), Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik dan
produksi), Jumlah resep atau formulir permintaan obat (floor stock) perhari dan
Volume sediaan farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Perhitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada pelayanan kefarmasian
di Rawat inap idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan rasio 1 apoteker untuk 30
pasien. Perhitungan kebutuhan apoteker berdasarkan beban kerja pada pelayanan
kefarmasian di Rawat jalan idealnya dibutuhkan tenaga apoteker dengan rasio 1
apoteker untuk 50 pasien. Kebutuhan tenaga apoteker juga diperlukan untuk
pelayanan farmasi yang lain seperti di Unit logistik medik/distribusi, Unit produksi
steril/aseptic dispensing, Unit pelayanan informasi obat dan lain-lain tergantung pada
jenis aktifitas dan tingkat cakupan pelayanan yang dilakukan oleh IFRS.

2.1.3 Sarana dan Peralatan(3)


1. Sarana
a. Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:
Ruang Kantor/Administrasi, Ruang penyimpanan Sediaan armasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, Ruang distribusi Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari distribusi Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai rawat jalan (apotek
rawat jalan) dan rawat inap (satelit farmasi), Ruang konsultasi/konseling Obat,
Ruang Pelayanan Informasi Obat, Ruang produksi, Ruang Aseptic Dispensing
dan Laboratorium Farmasi.
b. Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di Instalasi Farmasi, terdiri dari:
Ruang tunggu pasien, Ruang penyimpanan dokumen/arsip Resep dan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang rusak, Tempat
penyimpanan Obat di ruang perawatan, Fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf.
2. Peralatan
Peralatan yang paling sedikit harus tersedia meliputi peralatan untuk penyimpanan,
peracikan dan pembuatan obat baik steril dan nonsteril maupun aseptik/steril;
Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip; Kepustakaan yang memadai untuk
melaksanakan Pelayanan Informasi Obat; Lemari penyimpanan khusus untuk
narkotika; Lemari pendingin dan pendingin ruangan untuk obat yang termolabil;
penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik; alarm.
2.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai(3)
2.3.1 Pemilihan(3)
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan: Formularium dan
standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi, Standar Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan BMHP yang telah ditetapkan, Pola penyakit, Efektifitas dan
keamanan, Pengobatan berbasis bukti, Mutu, Harga, dan Ketersediaan di pasaran.

2.3.2 Perencanaan kebutuhan(3)


Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis,
tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari
kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi,
epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: Anggaran
yang tersedia, Penetapan prioritas, Sisa persediaan, Data pemakaian periode yang lalu,
Waktu tunggu pemesanan, dan Rencana pengembangan.

2.3.3 Pengadaan(3)
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan.
Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan dapat dilakukan
melalui pembelian, produksi sediaan farmasi, dan sumbangan/drooping/hibah.

2.3.4 Penerimaan(3)
Merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan
kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
tersimpan dengan baik.

2.3.5 Penyimpanan(3)
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai(3). Metode penyimpanan dapat dilakukan
berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip
First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi
manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike)
tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengambilan obat.

2.3.6 Pendistribusian(3)
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah sakit harus
menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan
pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di unit
pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara; sistem
persediaan lengkap di ruangan (floor stock), sistem resep perorangan, sistem unit
dosis, sistem kombinasi.

2.3.7 Pemusnahan dan penarikan(3)


Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai bila; Produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, tidak
memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan
ilmu pengetahuan, dicabut izin edarnya.

2.3.8 Pengendalian(3)
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Pengendalian
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat
dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
di Rumah Sakit.

2.3.9 Administrasi(3)
Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan
penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.

2.4 Pelayanan Farmasi Klinik(3)


2.4.1 Pengkajian dan Pelayanan Resep
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus
melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.

2.4.2 Penelusuran riwayat penggunaan obat(3)


Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk mendapatkan
informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang
digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam
medik/pencatatan penggunaan obat pasien.

2.4.3 Rekonsiliasi obat(3)


Merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat
pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication
error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.

2.4.4 Pelayanan Informasi Obat (PIO) (3)


Merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang
independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di
luar Rumah sakit.

2.4.5 Konseling obat(3)


Konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari
apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya untuk mengoptimalkan hasil
terapi, meminimalkan reaksi obat yang tidak dikehendaki dan meningkatkan
keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety).

2.4.6 Visite (3)


Visite Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker
secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis
pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan
reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan
menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.

2.4.7 Pemantauan Terapi Obat (PTO)(3)


Merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang
aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas
terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).

2.4.8 Monitoring Efek Samping Obat (MESO) (3)


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki,
yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis,
diagnosa dan terapi.

2.4.9 Evaluasi Penggunaan Obat(3)


Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan obat yang
terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

2.4.10 Dispensing Sediaan Steril(3)


Dispensing sediaan steril harus dilakukan di IFRS dengan teknik aseptik untuk menjamin
sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta
menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.

2.4.11 Pemantauan Kadar Obat dalam Darah(3)


Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil pemeriksaan
kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang
sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.

BAB III
TINJAUAN KHUSUS
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

3.1 Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung


3.1.1 Status Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Nama : RS. Muhammadiyah Bandung
Kelas Rumah Sakit : Kelas C
Tanggal dan Tahun Berdirinya : 18 November 1968
Status Kepemilikan : Amal Usaha PW Muhammadiyah Jabar
Status Rumah Sakit : Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut
Jumlah Tempat Tidur : 189 TT
Alamat : KH. Ahmad Dahlan No. 53 Bandung
Telp. : (022) 7301062

3.1.2 Klasifikasi Rumah Sakit[8]


Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung sesuai dengan fasilitas yang dimilikinya termasuk
dalam kategori rumah sakit swasta setara kelas C yang memiliki visi misi meningkatkan
kualitas pelayanan, profesionalisme SDI (Sumber Daya Insani) yang islami, kualitas sarana
prasarana, kerjasama dan kemitraan dengan pemangku kepetingan dan pelayanan berbasis IT
serta meningkatkan Syiar Dakwah Islam Amar Maruf Nahi Munkar.

3.1.3 Struktur Organisasi Rumah Sakit


Struktur organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung dipimpin oleh direktur yang
membawahi wakil direktur yanmed dan keperawatan dan wakil direktur umum, keuangan, dan
SDI. Direktur secara tidak langsung mengawasi komite-komite. Selain itu direktur
membawahi bidang syiar islam dan pengembangan dawah serta Satuan Pengawas Intern
(SPI). Struktur Organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung di lampiran 1, Gambar III.1

3.1.4 Pelayanan Medis dan Pelayanan Penunjang


Jenis pelayanan yang terdapat di Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung, yaitu:
a. Pelayanan Rawat Jalan, meliputi; Pelayanan Poli Umum, Pelayanan Unit Gawat
Darurat, Pelayanan Hemodialisis, Pelayanan USG, EKG, dan lain-lain, Pelayanan
Rawat Intensif, Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Operasi, Pelayanan
Rohani, Pelayanan ODS, Pelayanan Medical Check-Up, Pelayanan Keluarga
Berencana di Rumah sakit, Penyuluhan Kesehatan di Rumah Sakit.
b. Pelayanan Rawat Inap, meliputi; Pelayanan di ruang perawatan Multazam,
Pelayanan di ruang perawatan Dewi Sartika, Pelayanan di ruang perawatan
Umum, Pelayanan di ruang perawatan Perinatologi, Pelayanan di ruang perawatan
Kebidanan, Pelayanan di ruang perawatan ICU (Intensive Care Unit), Pelayanan
di ruang perawatan Raudhah, Pelayanan di ruang perawatan Hemodialisa.
c. Pelayanan Spesialistik yang meliputi; Spesialis Bedah, Spesialis Obgin, Spesialis
Kesehatan Anak dan Spesialis Penyakit Dalam.

3.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)


3.2.1 Pendahuluan
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung merupakan sarana penunjang unit
pelaksanaan fungsional yang secara struktural berada dibawah direktorat pelayanan medik dan
keperawatan. Instalasi farmasi rumah sakit adalah suatu bagian yang tak terpisahkan dari
rumah sakit yang menunjang pelayanan medis dalam bidang perbekalan farmasi.

3.2.2 Tugas dan Fungsi IFRS


Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah adalah :
1. Tempat pengabdian seorang profesi apoteker dan asisten apoteker.
2. Tempat melakukan penarikan, pengelolaan obat, pengemasan, dan penyerahan obat
atau alat kesehatan.
3. Sarana menyalurkan perbekalan farmasi kepada masyarakat.
4. Sarana penunjang rumah sakit dalam bidang obat-obatan dan perbekalan farmasi.

3.2.3 Struktur Organisasi IFRS


Stuktur organisasi instalasi farmasi rumah sakit muhammadiyah Bandung dipimpin
oleh seorang Direktur Rumah Sakit yang membawahi Wakil Direktur Pelayanan
Medik dan keperawatan, dan membawahi manajer penunjang medik dan diketuai oleh
kepala unit farmasi yang membawahi koordinator pengelolaan perbekalan farmasi,
koordinator distribusi, dan koordinator farmasi klinik dan peningkatan mutu
pelayanan. Secara tidak langsung ketua unit farmasi mengawasi koordinator
administrasi.

3.2.4 Sumber Daya Manusia IFRS


Adapun sumber daya manusia yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung terdiri dari:

1. Apoteker : 4 orang
2. Analis (D3 Farmasi) : 5 orang
3. SMA : 3 orang
4. SMF : 16 orang

3.2.5 Sarana dan Peralatan IFRS


Sarana dan ruang atau tempat yang tersedia di IFRS Muhammadiyah Bandung adalah
sebagai berikut :

1. Ruang penyimpanan dan peracikan obat


2. Ruang penerimaan resep/ruang penyerahan obat.
3. Ruang administrasi
4. Ruang konseling
5. Ruang informasi obat untuk pelayanan informasi obat
6. Gudang penyimpanan perbekalan farmasi
7. Ruang distribusi serta penyerahan perbekalan farmasi
8. Ruang penyimpanan resep.
Selain itu tersedia peralatan penunjang kegiatan farmasi yang terdiri dari :
1. Peralatan peracikan dan pengemasan kembali
2. Lemari pendingin
3. Lemari dan rak penyimpanan perbekalan farmasi
4. Peralatan administrasi
5. Komputer
6. Alat komunikasi

3.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan BMHP


3.3.1 Pemilihan
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit berdasarkan Formularium Rumah Sakit
yang disusun oleh Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) RSMB berdasarkan pola
penyakit, efektifitas dan keamanan, mutu, harga dan ketersediaan di pasaran.
3.3.2 Perencanaan Perbekalan Farmasi
Perencanaan perbekalan farmasi dilaksanakan oleh instalasi farmasi (satu pintu).
Perencanaan pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dilakukan di Rumah
Sakit Muhammadiyah Bandung berdasarkan buku defekta, barang fast moving/slow
moving dan pola penyakit yang mengacu ke Formularium Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung. Jumlah yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan
kebutuhan sebelumnya.
Alur perencanaan dan pengadaan perbekalan kesehatan dapat dilihat pada Lampiran 3,
Gambar III.3. Surat pesanan narkotika dan psikotropika dapat dilihat pada lampiran 4,
Gambar III.4.

3.3.3 Pengadaan
Pengadaan di Rumah Sakit Muhammadiyah terdiri dari pengadaan medis habis pakai dan
penunjang. Pemesanan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan untuk menghindari
penumpukan barang, kekosongan barang dan meminimalisir barang yang exp date. Alur
perencanaan dan pengadaan perbekalan kesehatan terlampir pada lampiran 4. Pemesanan obat
golongan narkotika ditujukan kepada PT. Kimia Farma sebagai satu-satunya distributor resmi
obat golongan narkotika yang ditunjuk oleh pemerintah. Pemesanan dilakukan dengan
menggunakan surat pesanan narkotika yang terdiri dari 4 rangkap yang ditandatangani oleh
Apoteker Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Setiap surat pesanan narkotik berlaku untuk
satu jenis obat. Surat pesanan narkotika terlampir pada lampiran 5. Pemesanan untuk
psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pesanan psikotropik yang terdiri dari 2
rangkap. Satu surat pemesanan dapat digunakan untuk pemesanan beberapa jenis obat
psikotropika yang berasal dari pabrik yang sama. Surat pesanan ditandatangani oleh Apoteker
Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit . Surat pesanan psikotropika pada lampiran 5.

3.3.4 Penerimaan
Penerimaan perbekalan farmasi dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan suatu kegiatan
yang dipesankan oleh petugas pengadaan ke PBF berdasarkan perencanaan pesanan obat yang
telah disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi.
Alur penerimaan perbekalan farmasi dapat dilihat pada Lampiran 5, Gambar III.5. Kartu stock
obat dapat dilihat pada Lampiran 6, Gambar III.6

3.3.5 Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Penyimpanan perbekalan farmasi menggunakan prinsip (FIFO) First In First Outdan
(FEFO) First Expired First out kemudian didistribusikan ke unit distribusi.
Penyimpanan narkotika dan psikotropika, kebijakannya adalah penyimpanan narkotika
di lemari khusus yang memiliki pintu ganda yang terkunci.

3.3.6 Pendistribusian

Gudang instalasi hanya menerima permintaan perbekalan farmasi dari unit distribusi
instalasi farmasi rumah sakit. Sistem distribusi obat unit dosis dapat dilihat pada
Lampiran 7, Gambar III.7. Sistem distribusi obat persediaan lengkap diruangan dapat
dilihat pada Lampiran 8, Gambar III.8.

3.3.7 Pengendalian perbekalan farmasi yang rusak/kadaluarsa


Perbekalan farmasi yang mendekati kadaluarsa diinformasikan kepada staf medik
melalui TFT atau ditukarkan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor.
Perbekalan farmasi yang sudah memasuki waktu kadaluarsa/rusak diusulkan untuk
dimusnahkan.

3.3.8 Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan terhadap nilai dari seluruh perbekalan farmasi yang
disalurkan melalui unit distribusi baik yang dibayar tunai, kredit maupun untuk
keperluan ruang perawatan, unit penunjang diagnostik dan lain-lain. Seluruh penjualan
atau penggunaan perbekalan farmasi harus dilakukan pencatatan dan pelaporan.

3.3.9 Pemusnahan dan penarikan


Dilakukan pengecekkan rutin terhadap barang atau obat berdasarkan expire date pada
kemasan obat. Perbekalan farmasi yang mendekati kadaluarsa diinformasikan kepada
Pedagang Besar Farmasi (PBF) atau distributor untuk dilakukan retur barang.
Perbekalan farmasi yang mendakati tanggal kadaluarsa sudah memasuki waktu
kadaluarsa/rusak diusulkan untuk dimusnahkan dengan menggunakan form yang
berisikan nama barang, jenis barang, no batch dan tanggal kadaluarsa di berikan
kebagian pemusnahan. Dan dibuat berita acara pemusnahan perbekalan farmasi yang
rusak/kadaluarsa.

3.3.10 Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
perbekalan farmasi. Pengendalian terhadap penggunaan obat sesuai diagnosis dan
terapi, oleh apoteker dilakukan validasi atau mengkaji resep setap hari untuk resep 1
hari sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mengendalikan atau meminimalisir
kemungkinan kesalahan pemberian terapi.

3.3.11 Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan terhadap nilai dari seluruh perbekalan farmasi yang
disalurkan melalui unit distribusi baik yang dibayar tunai, kredit maupun untuk
keperluan ruang perawatan, unit penunjang diagnostik dan lain-lain. Seluruh penjualan
atau penggunaan perbekalan farmasi harus dilakukan pencatatan dan pelaporan.

3.4 Pelayanan Farmasi Klinik

3.4.1 Pelayanan resep (Dispensing)


Kegiatan dalam proses dispensing yang dilakukan di IFRS Muhammadiyah Bandung
mencakup menerima dan memvalidasi resep dokter, mengerti dan menginterpretasikan
maksud dokter dalam resep atau order obat, membuat solusi dengan dokter penulis
resep jika terdapat masalah dalam resep, menyediakan atau meracik dengan teliti,
memberi wadah dan etiket dengan benar, dan menyerahkan obat beserta pemberian
informasi obat. Pelayanan Resep Rawat Jalan dapat dilihat pada Lampiran 9, Gambar
III.9. Pelayanan Resep Rawat Inap dapat dilihat pada Lampiran 10, Gambar III.10

3.4.2 Rekonsiliasi obat


Hal ini dilakukan untuk untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error)
seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
Rekonsiliasi obat dilakukan di IGD (Instalasi Gawat Darurat) pada pasien baru
mendapatkan pengobatan. Asisten atau Tenaga Teknis Kefarmasian menuliskan daftar
penggunaan obat di form dan disatukan kedalam rekam medis pasien dan apoteker
akan memvalidasi daftar penggunaan obat tersebut. Hal ini dilakukan setiap hari di
Unit Farmasi RSMB.

3.4.3 Pelayanan informasi obat (PIO)


Pelayanan informasi, komunikasi dan edukasi kepada pasien masih terbatas pada cara
pemakaian dan khasiat pada saat penyerahan obat.

3.4.4 Konseling
Konseling dilakukan oleh apoteker dengan cara memperkenalkan diri dan menjelaskan
maksud dan tujuan konseling kemudian meminta pasien untuk menjelaskan informasi
yang telah dikatakan oleh dokter tentang penyakit serta obat yang diberikan. Apoteker
menyampaikan aspek yang berkaitan dengan obat yang diterima pasien diantaranya
nama obat, indikasi, rute pemberian, bentuk obat, efek yang diharapkan dari obat
tersebut. Untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien, apoteker meminta pasien
untuk menjelaskannya kembali. Konseling di Rumah Sakit Muhammadiyah
diutamakan kepada pasien penderita antikoagulan dan kepada pasien polifarmasi
dengan penggunaan lebih dari 6 obat.

3.4.5 Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Upaya Unit Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah dalam pencegahan kesalahan obat
terus ditingkatkan dan dikembangkan sejalan dengan berkembangnya kasus-kasus
yang terjadi pada pasien dalam hal penggunaan obat.

3.4.6 Monitoring efek samping obat (MESO)


Monitoring efek samping obat di Rumah Sakit Muhammadiyah dilakukan jika
ditemukan masalah terhadap pasien yang mengeluhkan efek samping obat tertentu.

3.5 Tim Farmasi dan Terapi (TFT)


Tim farmasi dan terapi RSMB adalah suatu kelompok penasihat bagi staf medik yang
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dan secara organisasi bertindak sebagai garis
komunikasi atau penghubung antara staf medik dan instalasi farmasi yang
beranggotakan Dokter dan Apoteker.
Sementara itu, yang menjadi wewenang dari Tim farmasi dan terapi di Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung adalah :
1. Mengadakan formularium obat yang diterima untuk digunakan di RSMB
2. Merevisi dan mengubah formularium
3. Mengadakan kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan obat di RSMB
4. Tanggung jawab Tim Farmasi dan Terapi di RSMB adalah terhadap keamanan
dan kemanfaatan semua obat-obatan yang digunakan di RSMB, serta
pendidikan bagi staf profesional kesehatan yang berkaitan dengan obat dan
penggunaan formularium.

BAB IV
TUGAS KHUSUS
RHEMATOID ARTHITRIS
4.1 Definisi Penyakit(13)
Rheumatoid arthritis (RA) juga didefinisikan sebagai inflamasi kronis yang umum
disebabkan oleh kelainan autoimun dengan etiologi yang belum diketahui. Inflamasi
pada RA akan mengakibatkan penghancuran pada kartilago dan tulang persendian.
Kejadian inflamasi ini melibatkan bagian-bagian sendi terutama membran sinovial
(membran yang membungkus sendi berisi cairan sinovial). Kesehatan penderita RA
akan menurun dikarenakan rasa nyeri, kelelahan, ketidakmampuan fungsional tubuh.

4.2 Patofisiologi(17)
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi. Reaksi autoimun
terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai terjadi dari proliferasi
makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskular dan
terjadi proliferasi jaringan (bentuk pannus). Pannus menyerang kartilago dan
permukaan tulang, menghasilkan erosi tulang dan menyebabkan destruksi sendi.

Immunoglobulin dapat mengaktivasi sistem komplemen yang melipat gandakan


respon imun dengan meningkatkan kemotaksis, fagositosis dan pelepasan limfokin
oleh sel mononuklear yang berakibat pada aktivasi sel T dan sel B. Sel T yang
teraktivasi menghasilkan sitotoksin yang secara langsung toksik terhadap jaringan, dan
sitokin yang menstimulasi aktivasi lebih lanjut proses inflamasi dan menarik sel-sel ke
daerah inflamasi. Makrofag terstimulasi untuk melepaskan prostaglandin histamin dan
kinin pada daerah inflamasi yang akan meningkatkan aliran darah dan permeabilitas
pembuluh darah. Hal ini menyebabkan udem, rasa hangat, eritema, rasa sakit dan
membuat granulosit lebih mudah untuk keluar dari pembuluh darah menuju daerah
inflamasi. Sel B yang teraktivasi menghasilkan sel plasma yang akan membentuk
antibodi.

4.3 Gejala(17)
Pergerakan sendi cenderung menjadi simetrik dan mempengaruhi sendi-sendi kecil pada
tangan, pergelangan tangan, dan kaki, siku, bahu, pinggul, lutut dan pergelangan kaki.
Kekakuan persendian umumnya memburuk pada pagi hari, biasanya melebih 30 menit dan
dapat berlangsung sepanjang hari. Pada pemeriksaan, pembengkakan sendi dapat terlihat
hanya dengan perabaan. Jaringan terasa lembut dan berpori dan rasa hangat, terutama pada
awal-awal penyakit.

4.4 Faktor Resiko(17)


Faktor resiko dalam peningkatan terjadinya RA antara lain, jenis kelamin perempuan, ada
riwayat keluarga yang menderita RA, umur lebih tua, merokok dan obesitas.

4.5 Penatalaksanaan
1. Non farmakologi(17)
Terapi non farmakologi RA, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Istirahat yang cukup, mengurangi berat badan jika obesitas, terapi fisik,
penggunaan alat bantu untuk meringankan gejala dan membantu menjaga fungsi
sendi.
b. Pasien dengan penyakit yang parah dapat menjalani dari prosedur operasi seperti
perbaikan tendon, dan penggantian sendi
c. Pendidikan pasien tentang penyakit

2. Farmakologi(17)
Terapi farmakologi RA menggunakan obat-obatan sebagai berikut :
a. NSAID
NSAID memberikan efek analgetik, antiinflamasi, antipiretik. Efek samping rasa tidak
nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan kadang pendarahan pada tukak.

b. Kortikosteroid(10)
Kortikosteroid memiliki aktivitas glukortikoid dan mineralkortikoid sehingga
memperlihatkan efek yang sangat beragam meliputi efek terhadap karbohidrat, protein
dan lipid. Efek terhadap kesetimbangan air dan elektrolit dan efek terhadap fungsi
berbagai sistem dalam tubuh. Glukokortikoid dapat diberikan pada awal inflamasi
arthritis, steroid dapat diberikan sebagai dosis tunggal, baik secara intramuskuler atau
intra arterikuler untuk menginduksi berkurangnya inflamasi. Prednison pada dosis
rendah dapat digunakan untuk meredakan gejala jangka pendek dan tanda-tanda
penyakit dari RA.
c. Disease-modifying anti-rheumatic drugs (DMARDs)(16)
DMARDs menjadi first-line terapi untuk RA. Untuk terapi dengan DMARD harus
dimulai pada 3 bulan pertama setelah simptomnya muncul. Pengobatan dini dengan
menggunakan DMARD dapat mengurangi resiko kematian.
1) Methotrexate(18)
Methotrexate menghambat asam dihidrofolat reduktase yang selanjutnya akan
menghambat dengan sintesis, perbaikan dan replikasi DNA dan memberikan efek
antiinflamasi. Obat ini memiliki onset yang cepat, hasilnya dapat dilihat 2- 3 minggu
setelah terapi. Pemberian Methotrexate dapat dilakukan dengan cara oral,
intramuskular (i.m), atau secara subkutan.
2) Leflunomide(17)
Leflunomide dapat menyebabkan toksisitas dan memiliki kontraindikasi dengan
pasien yang memiliki riwayat penyakit hati.
3) Sulfasalazine (17)
Efek antirematik dapat terlihat dalam waktu 1 sampai 2 bulan. Efek sampingnya ialah
muntah, diare, dan ruam.

d. Terapi agen biologi (18)


1) Etanercept(17)
Obat ini terikat dan mengaktivasi TNF, mencegahnya berinteraksi dengan permukaan
sel reseptor TNF dan dengan demikian mengaktivasi sel. Percobaan klinik lebih
banyak menggunakan etanercept pada pasien yang gagal dengan pengobatan DMARD
dan respon terlihat pada 60% dan 75% pasien.

2) Infliximab(17)
Obat ini terikat pada TNF dan mencegahnya berinteraksi dengan reseptor TNF pada
sel yang terkena inflamasi. Untuk mencegah perubahan bentuk antibodi terhadap
protein asing ini, metrotreksat harus diberikan secara oral pada dosis penggunaan
untuk mengobati RA selama pasien meneruskan dengan infliximab. Kombinasi
metrotreksat dengan infliximab dapat menghentikan perkembangan kerusakan sendi.
3) Adalimumab(17)
Adalimumab merupakan antibodi IgG1 manusia terhadap TNF yang kurang antigenik
dibandingkan infliximab. Kecepatan responnya sama dengan inhibitor TNF yang lain.

e. Golongan emas(17)
1) Aurotioglukosa dan emas tiomalat natrium
Merupakan sediaan intramuskular dengan onset lama yaitu 3 sampai 6 bulan. Obat ini
memerlukan penginjeksian perminggu selama 22 minggu sebelum dimulai regimen
pemeliharaan dengan frekuensi yang dikurangi.
2) Auranofin
Merupakan sediaan emas oral yang lebih tepat tetapi kurang efektif dibandingkan
intramuskular emas.

4.6 Algoritma Terapi Rheumatoid Arthritis(18)

Gambar IV. 1 Algoritma Terapi Rheumatoid Arthritis

BAB V
PEMBAHASAN
Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung bertugas melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan
dan pemulihan yang dilaksanakan secara seksama dan terpadu dengan upaya
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat, didasarkan atas tanggung jawab untuk memenuhi pelayanan medis, serta
sebagai media dakwah islamiyah. Berdasarkan klasifikasinya, Rumah Sakit
Muhammadiyah Bandung merupakan Rumah sakit Pendidikan kelas C yang
memberikan kesempatan kepada mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI). Dimana para calon apoteker
diberi kesempatan untuk belajar dan mengetahui peran seorang apoteker secara praktis
di lapangan sehingga dapat membandingkan antara teori di kuliah dengan aplikasinya.

Unit Farmasi Rumah sakit Muhammadiyah Bandung adalah suatu unit yang berada
dibawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu dengan beberapa orang apoteker
yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara
professional. Apoteker melaksanakan seluruh pekerjaan kefarmasian secara luas, baik
pelayanan farmasi non klinik maupun pelayanan farmasi klinik dan bertanggung
jawab terhadap aspek yang menyangkut pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan
BMHP. Pengelolaan tersebut meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian,
administrasi perbekalan farmasi (obat-obatan dan BMHP) yang ditujukan kepada
ruang rawat inap seperti dewi sartika, multazam, kebidanan dan arafah, IGD, OK dan
ICU. Dan pelayanan klinik meliputi pengakajian dan pelayanan resep, rekonsiliasi
obat, pelayanan informasi obat, profil pengobatan pasien, konseling, pemantauan
terapi obat, monitoring efek samping obat, dan evaluasi penggunaan obat.

Struktur organisasi Unit Farmasi Rumah Ssakit Muhammadiyah Bandung yaitu


dipimpin oleh Apoteker Kepala unit Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
yang dibantu oleh 3 orang Apoteker, dan 20 orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Unit
Farmasi memiliki 2 satelit yaitu Farmasi sentral yang melayani pasien rawat jalan dari
poliklinik, rawat inap multazam, OK(Kamar operasi) dan ICU. Dan Farmasi Raudhah
yang melayani pasien rawat inap arafah, dewi sartika, IGD dan kebidanan.
Berdasarkan teori standar pelayanan kefarmasian di Rumah sakit meliputi standar
pengelolaan sedaan farmasi, dan BMHP serta pelayanan farmasi klinik. Untuk
pengelolaan sediaan farmasi, dan BMHP meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian
dan administrasi.

Pemilihan di Unit Farmasi RSMB dilakukan berdasarkan formularium, pola penyakit,


efektifitas, keamanan, mutu, harga dan evaluasi setahun kebelakang. Perencanaan
yang dilakukan di Unit Farmasi RSMB adalah setiap hari berdasarkan buku defekta.
Buku defekta merupakan buku yang berisi catatan barang kosong atau barang yang
mendekati stok minimum. Pencatatan defekta dilakukan oleh petugas unit farmasi
pada malam dan siang hari. Tujuan dilakukannya perencanaan setiap hari untuk
menghindari kekosongan barang, dan expired date barang yang menumpuk digudang.
Sehingga jumlah barang yang ada di gudang dapat dengan mudah diketahui kebutuhan
permintaannya. Berdasarkan anggaran yang tersedia, sisa persediaan barang digudang,
barang fast moving atau slow moving dan pola penyakit yang mengacu ke
Formularium RSMB. Pengadaan yang dilakukan di Unit Farmasi RSMB adalah
dilakukan oleh petugas bagian pengadaan.

Pengadaan dilakukan setiap hari sesuai kebutuhan untuk menghindari penumpukan


barang, kekosongan barang dan meminimalisir barang yang exp date maka dilakukan
pemesanan ke pedagang besar farmasi (PBF) dengan ketentuan sediaan farmasi dan
BMHP memiliki nomor izin edar yang legal, masa expired date minimal 2 tahun.

Penerimaan di Unit Farmasi RSMB dilakukan oleh petugas bagian penerimaan. Ketika
barang datang dilakukan pemeriksaan fisik seperti jumlah, keadaan fisik barang,
kesesuaian jenis, harga barang yang tertera di faktur, lalu expired date dan no batch
disesuaikan dengan surat pesanan (SP) barang dan mencatatnya dalam buku
pembelian untuk dibukukan dalam komputer dan mengarsipkannya. Tujuannya adalah
untuk melihat kesesuaian barang yang dipesan serta menghindari adanya obat palsu.
Kemudian bagian penerimaan akan menerima faktur pembelian dari PBF melalui sales
yang menghantar yaitu 3 rangkap faktur yang diberikan kebagian pemesanan 1
rangkap, bagian gudang 1 rangkap dan faktur aslinya diberikan kepada PBF. Ketika
barang datang maka petugas penerimaan akan membuat SPI (surat pesanan intern).
SPI (surat pesanan intern) adalah surat penagihan kebagian keuangan Rumah sakit
Muhammadiyah bandung.

Penyimpanan perbekalan farmasi di gudang dan di rak obat disusun secara alfabetis,
bentuk sediaan, kelas terapi, kondisi yang sesuai dengan sifat dan stabilitasnya, suhu
ruang yang terpantau yang didokumentasi pada form pemantauan suhu dan keamanan
yang terkendali dengan adanya cctv. Penyimpanan obat high alert medication di rak
dengan penandaan khusus berwarna merah, obat LASA penandaan berwarna kuning,
larutan elektrolit konsentrasi tinggi dengan penandaan berawana merah dan obat
sitostatika dilemari khusus. Untuk obat yang memerlukan penyimpanan suhu dingin 2-
8oC disimpan di lemari pendingin. Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika
disimpan dalam lemari yang terbuat dari bahan besi dan diletakkan dibagian sudut
ruangan, dan kunci lemari ganda dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab atau
apoteker yang ditunjuk dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang dikuasakan. Setiap
setelah pengambilan obat narkotika atau psikotropika petugas harus mencatat di kartu
stok yang berisikan nama obat, jumlah obat, nama petugas dan paraf petugas.

Pendistribusian di Unit Farmasi RSMB adalah merupakan sistem distribusi kombinasi.


Penerapan distribusi kombinasi karena terdiri dari 2 satelit yaitu Farmasi sentral dan
Farmasi Raudhah. Farmasi sentral melayani resep rawat inap dari ruang multazam,
resep individu dari poliklinik dan OK (Kamar Operasi), sedangkan Farmasi Raudhah
melayani resep rawat inap untuk ruang Arafah, Dewi Sartika, ICU, dan Instalasi
Gawat Darurat.

Di Rumah Sakit Muhamadiyah Bandung juga menggunakan sistem persediaan


lengkap diruangan (Floor stock). Pada sistem ini semua perbekalan farmasi yang
dibutuhkan pasien tersedia lengkap diruangan disebut depo ruangan. Sediaan farmasi
yang ada diruangan meliputi obat injeksi, dan BMHP. Depo yang ada diruangan ini
sangat penting dan efektif terutama untuk pasien rawat inap, instalasi gawat darurat
dan ruang operasi, dimana pasien atau perawat akan lebih cepat untuk mendapatkan
perbekalan farmasi karena letaknya yang berdekatan dengan ruang perawat atau ruang
tindakan. Namun resiko kehilangannnya tinggi sehingga hanya obat dan alat kesehatan
yang relatif murah yang ada disini. Persediaan farmasi yang telah terpakai pada hari
sebelumnya akan diganti pada hari berikutnya oleh petugas depo dari Unit Farmasi
RSMB sehingga jumlah persediaannya akan tetap setiap harinya. Pengecekan dan
penggantian kembali perbekalan farmasi yang dipakai dilakukan pada pagi hari setiap
harinya.

Di Rumah Sakit Muhammadiyah bandung untuk sistem distribusi unit dosis hanya
dilakukan ruang rawat inap Dewi Sartika. Setiap hari Tenaga Teknis Teknis
Kefarmasian menyiapkan obat dari pemberian etiket sampai pengaturan jam minum
obat berdasarkan resep dokter. Obat yang diresepkan oleh dokter Rumah Sakit
Muhammadiyah di siapkan satu persatu untuk satu hari dengan keterangan waktu
pemberian dan obat yang dibawa pribadi oleh pasien akan diambil oleh farmasi untuk
diatur jam pemberiannya dan jumlahnya. Keuntungan dari pemberian sistem distribusi
dosis unit ini adalah agar dapat lebih mudah mengamati penggunaan obat secara
rasional dan meminimalisir terjadinya kesalahan pemberian obat dan penggunaan
obat. Hambatan dalam sistem distribusi dosis unit yaitu kurangnya staf farmasi yang
bertugas dalam pelaksanaan unit dosis sehingga persiapan obat untuk pasien
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membaginya menjadi dosis sekali
minum dalam sehari. Sehingga hanya satu ruangan yang diberlakukan sistem
distribusi unit dosis.

Sistem resep perorangan dilakukan di Farmasi Sentral melayani pasien rawat jalan
dari poliklinik, melayani pasien rawat inap Multazam dengan menyiapkan obat
berdasarkan permintaan resep oleh dokter yang diberikan kepada keluarga pasien dan
keluarga pasien menebus obat ke Farmasi Sentral. Pelayanan resep perorangan di
Farmasi Raudhah untuk pasien rawat inap di Arafah, rawat inap perinatoum dan
kebidanan dan IGD (Instalasi Gawat Darurat) dengan menyiapkan obat berdasarkan
permintaan resep dari dokter yang diberikan kepada perawat, kemudian perawat
mengumpulkan semua permintaan resep berdasarkan ruangan dan diberikan ke bagian
Farmasi Raudhah. Tenaga Teknis Kefarmasian menyiapkan resep obat, setelah selesai
maka diambil oleh perawat.
Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan BMHP dilakukan bila
produk telah kadaluarsa, dicabut izin edarnya dan produk tidak memenuhi persyaratan
mutu, kemudian dibuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan atau BMHP yang akan
dimusnahkan, dibuat berita acara pemusnahan yang ditanda tangani oleh apoteker
penanggung jawab, lalu berita acara tersebut di laporkan kebagian Kesling (Kesehatan
lingkungan) RSMB. Penarikan perbekalan farmasi dilakukan bila ada surat penarikan
oleh Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM).

Pengendalian untuk penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi oleh apoteker
dilakukan validasi atau mengkaji resep setap hari untuk resep 1 hari sebelumnya.
Tujuannya adalah untuk mengendalikan atau meminimalisir kemungkinan kesalahan
pemberian terapi.

Administrasi dilakukan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu.


Dengan melakukan pencatatan dan pelaporan dalam kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, dan BMHP, administrasi keuangan, dan administrasi penghapusan perbekalan
farmasi yang tidak terpakai karena rusak, kadaluwarsa, dan mutunya tidak memenuhi
standar. Sistem dokumentasi Rumah Sakit Muhamadiyah Bandung telah
menggunakan sistem komputerisasi. Sistem komputerisasi ini dapat memudahkan
penelusuran riwayat pasien saat di butuhkan.
Pelayanan farmasi klinik yang sudah dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung yaitu pelayanan resep, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat,
konseling, pemantauan terapi obat, dan monitoring efek samping obat.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan PKPA yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan,
bahwa:
1. Rumah Sakit Muhamadiyah Bandung merupakan Rumah Sakit Kelas C.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah
Bandung meliputi pelayanan pasien rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, dan
pelayanan penunjang medis.
2. Sistem distribusi obat yang dilakukan di RSMB adalah sistem distribusi resep
perorangan, persediaan lengkap diruangan, sistem unit dosis dan sistem
kombinasi.

6.2 Saran
Dari hasil kegiatan PKPA yang dilaksanakan di Rumah Sakit Muhammadiah
Bandung, ada beberapa hal yang dapat disarankan meliputi :
1. Diperlukan penambahan jumlah apoteker untuk lebih mewujudkan pelayanan
farmasi klinik yang menyeluruh agar pelayanan terhadap pasien dapat berjalan
secara optimal, dan dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian
2. Memberlakukan sistem unit dosis tidak hanya di ruangan Dewi Sartika saja
tetapi di ruangan lainnya, sehingga pengobatan pasien lebih terkontrol.
3. Melakukakn kegiatan interaksi antara mahasiswa PKPA dengan dokter dan
tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit ditingkatkan lagi agar calon apoteker
terbiasa ketika sudah bekerja di rumah sakit dan melakukan pelayanan
kefarmasian dalam komunitas rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Jakarta; DepKes RI;
2009.

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: DepKes RI; 2014.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI; 2014.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 012 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit.
Jakarta: DepKes RI; 2012.

6. Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Profil Rumah Sakit Muhammadiyah


Bandung. Bandung: Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung; 2011.

7. Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung. Tentang Formularium Rumah Sakit


Muhammadiyah Bandung; 2011.

8. http://www.rsmb.co.id/ (diakses pada tanggal 22 November 2016).

9. AHRQ. 2008. Rheumatoid Arthritis Medicines: A Guide for Adults.

10. American Pharmacist Association. 2009. Drug Information Handbook. Lexi


comps drug reference.

11. Binfar. 2006. Pharmaceutical untuk pasien Penyakit Arthritis rematik. Bakti
husada.

12. Gcelu, A., and Kalla, A.A.. 2011.Current Diagnosis And Treatment Strategies In
Rheumatoid Arthritis, CME, August 2011, Vol.29, No.8.

13. Gibofsky. 2012.Overview of Epidemiology, Pathophysiology, and Diagnosis of


Rheumatoid Arthritis, The American Journal of Managed Care, VOL. 18, No.
13, pp :295-302.

14. Marc. 2009. Hypersensitivity Reactions and Methods of Detection, Neuroscience,


vol 372, pp.1-4.
15. McNeil, M.E.A., 2005. The First Year: Rheumatoid Arthritis. Da Capo Press,
Cambridge, pp. 58.

16. Singh, J.A., et al. 2012. 2012 Update of the 2008 American College of
Rheumatology Recommendations for the Use of Disease-Modifying
Antirheumatic Drugs and Biologic Agents in the Treatment of Rheumatoid
Arthritis, Arthritis Care & Research, Vol. 64, No. 5, May 2012, pp 625639.

17. Sukandar, Prof Dr Elin Yulinah. 2013. Iso Farmakoterapi Buku 1. PT ISFI.
Jakarta Barat

18. Schwinghammer,T.L.2009. Section 1: Bone and Joint Disorder.In:Wells,B.G.,


Dipiro J.T.,Schwinghammer, T.L and Dipiro, C.V. Editors. Pharmacotherapy
Handbook Seventh Edition. New York; McGraw-Hill.P. 31-32;34.

19. Singh, J.A., et al, 2015. 2015 American College of Rheumatology Guidelines Of
Rheumatology Guideline For The Treatment Of Rheumatoid Arthritis.

20. Suarjana, I Nyoman. 2009. Arthritis Rheumatoid dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi V. Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, Idrus. Et al.
Internapublishing. Jakarta.
LAMPIRAN 1
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BANDUNG

BADAN PELAKSANA HARIAN

DIREKTUR

Komite medic
Komite keprawatan
Komite mutu
Satuan pengawas intern
Humas & Legal
SIM RS
Pemesanan

WAKIL DIREKTUR WAKIL DIREKTUR


YANMED & KEPERAWATAN UMUM, KEUANGAN & SDI

MANAJER MANAJER MANAJER


MANAJER MANAJER MANAJER
PELAYANAN PENUNJANG KEUANGAN & MANAJER
KEPERAWATAN UMUM LOGISTIK SDI & BINROH
MEDIK MEDIK AKUTANSI

Ka. seksi pol. Ka. seksi log Ka. seksi


Ka. Unit Rawat Ka. Unit Ka. seksi Ka. seksi
keperawatan medik akuntansi
Jalan Farmasi adm. umum pegawai

Ka. seksi log


Ka. seksi Ka. seksi non medik Ka. Seksi
Ka. Unit Ka. Unit Ka. seksi
Sumber daya kesling bendahara
Hemodialisa diagnostik diklat
perawat &umum

Ka. seksi
Ka. Unit Kamar Ka. seksi
Ka. Unit Gizi Binroh
bedah mekanika

Ka. Seksi
Ka. seksi anggaran
Ka. UnitRekam
Ka. Unit CSSD pemeliharaan &perpajak
medik
sarana fisik

Ka. Unit Rehab Ka. Unit Lab &


Medik Gol darah

Ka. Unit Gawat


darurat

Ka. Unit
Gambar III.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
perawat intensif
LAMPIRAN 2

Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

Direktur

Wakil Direktur Pelayanan Medik

Kepala Instalasi Farmasi

PFT Administrasi dan


Sistem Informasi
Manajemen Farmasi

Koordinator Pengelolaan Koordinator Koordinator Farmasi Klinik &


Perbekalan Kesehatan Distribusi Peningkatan Mutu Pelayanan

Farmasi sentral
Perencanaan dan Farmasi
- Poliklinik klinik
Pengadaan
-Multazam

Monitoring
Farmasi Raudhah dan Evaluasi
Penerimaan dan Obat
Penyimpanan -IGD
-Raudhah
Dewi Sartika
Arafah
-OK dan ICU

Gambar III.2 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah


Bandung
LAMPIRAN 3
PERENCANAAN DAN PENGADAAN PERBEKALAN KESEHATAN

Pemeriksaan Persediaan Perbekalan Kesehatan

Buat Rencana Pesanan Perbekalan kesehatan

Pengajuan Rencana Pesanan Perbekalan Farmasi Kepala IFRS

Tidak Setuju Setuju

Pemesanan ke PBF melalui telfon/sales

Daftar Perbekalan Kesehatan Datang

Petugas Gudang

Gambar III.3 Prosedur perencanaan dan pengadaan perbekalan kesehatan


LAMPIRAN 4
SURAT PESANAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
Rayon : Model N.9
No.S.P. : Lembar ke 1
SURAT PESANAN NARKOTIKA

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ...............................................................................
Jabatan : ...............................................................................
AlamatNo : .................. : ...............................................................................
Rumah Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung
Jl.KH. Ahmad Dahlan No 53 Telp. 7301062
...............................................................................
Fax.7323545 Bandung 40264
Mengajukan pesanan narkotika kepada :
Nama Distributor : ................................................................................
SURAT PESANAN PSIKOTROPIKA
Alamat dan No. Telp. : ................................................................................

Yang bertanda
Sebagai tangan
berikut : di bawah ini :
Nama : ...............................................................................
Alamat : ...............................................................................
Jabatan : ...............................................................................
Narkotika tersebut akan dipergunakan untuk keperluan :
...............................................................................
Apotek ..........................................................................................................................
Mengajukan permohonan kepada :
Lembaga Nama Distributor : ................................................................................
Alamat dan No. Telp. : ................................................................................
............................................. .........................
Jenis Psikotropika sebagai berikut : ............................................................................
PEMESAN
... ..................................................................................

Bandung ...............................................
Penanggung Jawab
(..............................)

(..............................)
No. SIK.

No. SIK.

Gambar III.4 Surat Pesanan Narkotika

Supplier/Distributor
Gambar III.4.1 Surat Pesanan
Barang Datang
Psikotropik

Gudang Obat dan


Alkes

LAMPIRAN 5
Faktur Barang:
PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI
Petugas - Sesuai yang Dipesan
Pemeriksa - Tanggal Pemesanan
- Jatuh Tempo
Pembayaran

Sesuai Tidak Sesuai

Ditolak/Dikembalik
Gudang Obat dan Alkes an ke Supplier
Gambar III.5 Prosedur penerimaan perbekalan farmasi

LAMPIRAN 6
KARTU STOCK OBAT

KARTU STOK FARMASI

NAMA :

JENIS :

SATUAN :

NO Tanggal Masuk Keluar Saldo Exp. No Ket Nama


Date Batch Petugas
Gambar III.6 Kartu Stock Obat

LAMPIRAN 7
SISTEM DISTRIBUSI DOSIS UNIT

Dokter Pasien

Dispensing di
Farmasi Raudhah Resep
Minum obat

Dosis Unit
Tiap Konsumsi
Form P3 Penyiapan obat di Perawat mengatar obat ke
Ruang DS ruangan pasien

Gambar III.7 Sistem distribusi obat dosis unit

LAMPIRAN 8
SISTEM DISTRIBUSI OBAT PERSEDIAAN DI RUANGAN

Dokter Penderita

Intrerpretasi Konsumsi
oleh ARS Resep/Order perawat

Dikendalikan Persediaan Persediaan


oleh ARS Di Ruang IFRS

Penyiapan
Perawat Kereta Obat

Dikendalikan
Apoteker Perawat
Gambar III.8 Sistem distribusi obat persediaan di ruangan

Dokter

Resep

IFRS

Obat Obat Tidak


Tersedia Tersedia
LAMPIRAN 9
Beri Harga
PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN
Konsultasi
Dokter

Tidak Setuju
Setuju
Obat Obat Tidak
Diganti diganti
Pemberian
Resep Faktur
Diserahkan Salinan
Kepada resep
Pasien Pasien
membayar
di kassa

Pasien
mengambil
obat di
IFRS

Penyerahan
obat diserta
PIO
Beri Harga

Pasien

Gambar III.9 Pelayanan Resep Rawat Jalan


Dokter

Resep
LAMPIRAN 10
PELAYANAN
Dibawa PerawatRESEP
atau RAWAT INAP
keluarga pasiem

Farmasi sentral/farmasi
Raudhah

Dispensing (Farmasi
Sentral/Farmasi Raudhah

Perawat/ keluarga
pasienMembawa Resep

Konsumsi Pasien
Gambar III.10 Alur Pelayanan Resep Rawat Inap

LAMPIRAN 11
Struktur Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit Muhammadiyah Bandung

Direktur RS. Muhammadiyah


Bandung

Panitia Farmasi dan Terapi

Ketua Dokter

Sekretaris
(Apoteker)

Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota


SMF IPD SMF UMUM SMF ANAK SMF OBGYN APOTEKER

Gambar III. 12 Struktur Organisasi Tim Farmasi dan Terapi RSMB

Anda mungkin juga menyukai