Makalah Sistem Penanggulangan Bencana

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,

geologis, hidrologis serta demografis yang memungkinkan terjadinya

bencana, baik yang disebabkan faktor alam, non alam ulah tangan manusia

yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda serta dampak psycologis yang dalam keadaan tertentu

dapat menghambat pembangunan nasional.


Letak geografis Indonesia yang berada antara lempeng Euronesia

dan lempeng Euroasia menjadikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan

terhadap bencana alam, kondisi ini merupakan ancaman yang sulit

diprediksi dengan perhitungan kapan, dimana, bencana apa yang terjadi,

berapa kekuatan bahkan kita tidak dapat memperkirakan estimasi korban

jiwa maupun harta benda.


Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard

potency) yang sangat tinggi, beberapa potensi tersebut antara lain adalah

gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin

ribut, kebakaran hutan dan lahan. Terdapat 2 (dua) kelompok utama potensi

bencana di wilayah Indonesia yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan

potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main

hazard) dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di

Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona

gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi

bencana letusan gunung api, peta potensi bencana banjir. Sedangkan peta

1
potensi bencana ikutan (collateral hazard potency) dapat dilihat dari

beberapa indikator antara lain bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan

bangunan dan kepadatan industri berbahaya.


B. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa mengerti tentang sistem penanggulangan bencana

dan dapat menambah wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat

turut serta dalam upayan penanggulangan bencana.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

2
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.


Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit.


Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.


B. Potensi bencana.
1. Bencana banjir. Banjir baik yang berupa genangan atau banjir

bandang bersipat merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam

tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia,

hewan dan tumbuhan.


2. Bencana tanah longsor. Gerakan tanah atau tanah longsor yang

mampu merusak lingkungannya baik akibat gerakan tanah

dibawahnya atau karena penimbunan akibat longsor tersebut.


3. Bencana letusan gunung api.
4. Bencana Gempa Bumi. Adalah getaran partikel batuan atau

goncangan pada kulit bumi yang disebabkan oleh pelepasan energi

secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik (gempa bumi tektonik) dan

3
rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas uap dll) dari dalam

bumi menuju kepermukaan, disekitar gunung api, getaran tersebut

menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan yang

menimbulkan keruntuhan, disamping itu pula dampak lain yang

ditimbulkan adalah kebakaran, kecelakaan industri dan transfortasi,

banjir akibat runtuhnya bendungan dan tanggul.


5. Bencana Tsunami. Gelombang air laut yang membawa material baik

berupa sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas

segala sesuatu yang berdiri didatran pantai dengan kekuatan dahsyat.

Bangunan-bangunan yang mempunyai dimensi lebar dinding sejajar

dengan garis pantai atau tegak lurus dengan arah datangnya

gelombang akan mendapat tekanan yang paling kuat sehingga akan

mengalami kerusakan yang paling parah.


6. Bencana Kebakaran. Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh

faktor alam berupa cuaca yang kering serta faktor manusia baik yang

disengaja maupun tidak, sedangkan kerusakan yang ditimbulkan

berupa kerusakan lingkungan, korban jiwa dan harta benda dampak

samping yang diakibatkan kebakaran adalah asap yang dapat

mempengaruhi kesehatan serta gangguan aktifitas penerbangan.


7. Bencana Kekeringan. Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan

manusia, tanaman serta hewan baik secara langsung maupun tidak

langsung dampak dari bencana kekeringan ini seringkali secara

gradual/lambat, sehingga apabila tidak dipantau secara terus menerus

akan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan pangan akibat

4
tanaman pangan ternak mati, petani kehilangan mata pencaharian,

sehingga berdampak urbanisasi.


8. Bencana Angin Siklon Tropis. Tekanan dan hisapan serta tenaga

angin meniup selama beberapa jam dapat mengakibatkan kerusakan

pada bangunan dan sarana umum kebanyakan angin topan disertai

hujan deras yang dapat menimbulkan bencana lain seperti tanah longsor

dan banjir.
9. Bencana Wabah Penyakit. Wabah penyakit menular berdampak kepada

masyarakat yang sangat luas


10. Bencana Kegagalan Teknologi. Pada skala besar dapat mengancam

kestabilan ekologi secara global, ledakan instalasi dapat menyebabkan

korban jiwa, luka-luka dan kerusakan infrastruktur, kebakaran,

pencemaran udara, sumber air minum, tanaman, pertanian serta

terganggunya kestabilan ekologi secara global.

C. Kriteria Bencana.
1. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.
a. Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem

pemerintahan di daerah tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi

atau lebih tidak berfungsi.


b. Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami

rusak berat dan tidak berfungsi.


c. Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta

kerusakan bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak

sehingga menyebabkan unsur-unsur BPBD Provinsi/BPBD

Kabupaten/Kota tidak mampu mengatasi akibat bencana tersebut.


d. Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak,

selanjutnya Presiden menetapkan Bencana Nasional.


2. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.

5
a. Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya

mekanisme sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena

bencana.
b. Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.
c. Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur

BPBD Provinsi masih mampu mengatasi.


d. Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap

korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul.

3. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota.


a. Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme

sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.


b. Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi.
c. Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap

timbulnya korban manusia maupun kerusakan daerah.


D. Korban Bencana.
1. Manusia. Korban manusia akibat suatu bencana baik yang mengalami

luka ringan, luka berat dan meninggal dunia.


2. Harta Benda. Korban harta benda akibat bencana dapat berupa

hilangnya atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta

sarana dan prasarana umum lainnya.


3. Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana

lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara

umum.
E. Hakekat Penanggulangan Bencana.
1. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.
2. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah

dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan

prakarsa masyarakat serta Pemerintah Daerah.

6
3. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya

bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan

kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak

dampak yang ditimbulkan oleh bencana.


4. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan

yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan

meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir

batin.
F. Asas Penanggulangan Bencana.
1. Kemanusiaan. Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak

azasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk

Indonesia secara proporsional.


2. Keadilan. Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan

bencana harus mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap

warga negara tanpa kecuali.


3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.

Penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan

latar belakang antara lain, agama, suku, golongan, gender atau status

sosial.
4. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian. Dalam penanggulangan

bencana harus mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan

lingkungan, keselarasan tata kehidupan dan lingkungan serta

mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.


5. Ketertiban dan kepastian hukum. Penanggulangan bencana harus dapat

menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya

kepastian hukum.

7
6. Kebersamaan. Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas

dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang

dilakukan secara gotong royong.


7. Kelestarian lingkungan hidup. Materi muatan ketentuan dalam

penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian lingkungan untuk

generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi untuk

kepentingan bangsa dan negara.


8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Penanggulangan bencana harus

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal sehingga

mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan bencana baik

pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana maupun pada tahap

pasca bencana.
G. Tujuan Penanggulangan Bencana.
1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.
2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.


4. Menghargai budaya lokal.
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan

kedemawanan.
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.
H. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana.
1. Cepat dan tepat. Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara

cepat dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan.


2. Prioritas. Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus

mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan

manusia.

8
3. Koordinasikan dan keterpaduan. Penanggulangan bencana didasarkan

pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan

keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai

sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan

saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan berdaya guna

adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak

membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan

berhasil guna adalah kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil

guna dalam mengatasi kesulitan masyarakat.


5. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan transparansi

pada penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat

dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.


6. Kemandiriaan. Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus

dilakukan oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.


7. Nondiskriminasi. Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak

memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,

agama, ras dan aliran politik apapun.


8. Nonproletisi. Dalam penanggulangan bencana dilarang

menyebarkan agama atau kenyakinan terutama pada saat pemberian

bantuan dan pelayanan darurat bencana.


I. Pentahapan Penanggulangan Bencana.
1. Pra Bencana.
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
2) Pemahaman kerentanan masyarakat.
3) Analisa kemungkinan dampak bencana.
4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.

9
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak

bencana.
6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.
7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan

dengan : BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat

Provinsi, BPBD untuk tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan

oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun.


8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala

setiap 2 tahun sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.


9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan

berdasarkan pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.

Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi ancaman

dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

menghadapai bencana melalui kegiatan :

1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.


2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.
3) Pengembangan budaya sadar bencana.
4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan

bencana.
5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan

penanggulangan bencana.
6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana

dilakukan penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik

secara nasional maupun daerah.

Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan

kerentanan pihak yang terancam bencana dengan melakukan

kegiatan meliputi :

10
1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber

bahaya/ancaman bencana.
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya

alam yang secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.


3) Pemantauan penggunaan tehnologi.
4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan. Dilakukan oleh

pemerintah atau pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan

sinkronisasi dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana

penanggulangan bencana kedalam rencana pembangunan pusat dan

daerah.

Persyaratan Analisis Resiko Bencana. Setiap kegiatan pembangunan

yang mempunyai resiko tinggi yang dapat menimbulkan bencana

dilengkapi analisis resiko bencana sebagai bagian dari usaha

penanggulangan bencana sesuai kewenangannya, dan ditetapkan

oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang

ditunjukkan dalam dokumen yang disyahkan oleh pejabat

pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan,

selanjutnya BNPB melakukan pemantauan dan evaluasi atas

pelaksanaannya.

Pelaksanaan dan penegakan tata ruang. Dilakukan untuk

mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan

peraturan tentang penataan ruang, standard keselamatan dan

11
penerapan sanksi terhadap pelanggar dimana pemerintah secara

berkala melaksanakan pemantauan & evaluasi.

Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis

Penanggulangan Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh

pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.


a. Kesiap siagaan.Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi

terjadinya bencana dilakukan melalui :


1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat

bencana.
2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan

dini.
3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan

kebutuhan dasar.
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang

mekanisme tanggap darurat.


5) Penyiapan lokasi evakuasi.
6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur

tetap tanggap darurat bencana.


7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.


b. Peringatan Dini. Dilakukan untuk pengambilan tindakan

cepat dan tepat dalam rangka mengurangi resiko terkena bencana

serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat dan dilakukan

melalui :
1) Pengamatan gejala bencana.
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.
4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.

12
c. Mitigasi. Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi

masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana, yang

dilakukan melalui :
1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko

bencana.
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata

bangunan.
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik

secara konvensional maupun modern.


3. Tanggap Darurat.
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan

sumber daya dilakukan untuk mengidentifikasi :


1) Cakupan lokasi bencana.
2) Jumlah korban.
3) kerusakan prasarana dan sarana.
4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan.
5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana. Keadaan darurat bencana

dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan

tingkatan bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden,

tingkat Provinsi oleh Gubernur dan tingkat Kabupaten/Kota oleh

Bupati/Wali kota. Pada saat status keadaan darurat bencana

ditetapkan BNPB dan BPBD memiliki kemudahan akses dibidang :


1) Pengerahan sumber daya manusia.
2) Pengerahan peralatan.
3) Pengerahan logistik.
4) Imigrasi, cukai dan karantina.
5) Perijinan.
6) Pengadaan barang dan jasa.
7) Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.
8) Penyelamatan.
9) Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.

13
c. Penyelamatan dan Evakuasi Korban. Pada tahap ini dilakukan

dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat

bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya :


1) Pencarian dan penyelamatan korban
2) pertolongan darurat.
3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia.
4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah harus

menyediakan kebutuhan dasar meliputi


a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.
b) Pangan.
c) Sandang.
d) Pelayanan kesehatan.
e) Pelayanan Psikososial.
f) Penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan dengan

memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa

penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan dan

psikososial. Adapun yang termasuk kelompok rentan terdiri atas

:
a) Bayi, balita dan anak-anak.
b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
c) penyandang cacat.
d) Lanjut usia.
6) Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana dan

sarana vital bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana vital

dengan segera, agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung,

dilakukan dengan memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat

bencana.
4. Pasca Bencana
Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana

dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.


a. Rehabilitasi
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.

14
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4) Pemulihan sosial psycologis.
5) Pelayanan kesehatan.
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya.
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban.
9) Pemulihan fungsi pemerintah.
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.
11) Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan

pemerintah.
b. Rekonstruksi.
Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik

meliputi :
1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan

yang lebih baik dan tahan bencana.


5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi kemasyarakatan,

dunia usaha dan masyarakat.


6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.
8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
9) Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan peraturan

pemerintah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.


Beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain bencana

banjir, bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api, bencana Gempa

Bumi, Bencana Tsunami, Bencana Kebakaran, Bencana Kekeringan.

Kekeringan, Bencana Angin Siklon Tropis, Bencana Wabah Penyakit dan

Bencana Kegagalan Teknologi.


B. Saran
Meskipun makalah ini masih belum sempurna, maka disarankan

kepada pembaca kiranya dapat mempelajari dan mengetahui prinsip dasar

penanggulangan bencana. Dengan demikian dapat turut serta dalam

pengendalian dini bencana yang akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

PUSAT TERITORIAL ANGKATAN DARAT

16
PUSAT PENDIDIKAN TERITORIAL

www.google.co.id

17

Anda mungkin juga menyukai