Abiyasa (PIO Aktif)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN MAHASISWA PKPA

PEMBUATAN PIO AKTIF CARA PENGGUNAAN BEROTEC INHALER


DAN NASAL SPRAY

DisusunOleh :
KelompokVI
Patricius Prima Dimas P 1620313350/ USB
Mutiara Yunita 1061521056/STIFAR
Barlanty Fathanahiyah 1508062279/ UAD
Febby Lovita Sari K11016R039/UMS
Susanti Maharani 16811004/UII
Ika Sartika 1508062199/UAD

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD. Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi obat adalah setiap data atau pengetahuan objektif, diuraikan


secara ilmiah dan terdokumentasi mencangkup farmakologi, toksikologi,
dan farmakoterapi obat.

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit pada dasarnya adalah untuk


menjamin dan memastikan penyediaan dan penggunaan obat yang rasional
yakni sesuai kebutuhan, efektif, aman dan nyaman bagi pasien. Salah satu
bentuk pendekatan, peningkatan bentuk layanan yang sedang dikembangkan
oleh farmasi atau Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah Pelayanan
Informasi Obat. Pelayanan informasi obat berhubungan dengan cara
pengunaan obat dan kerasionalan pengunaan obat. Penggunaan obat secara
khusus perlu diimbangi dengan informasi yang lengkap dan jelas karena
penggunaan obat dengan alat khusus berbeda dengan penggunanan secara
biasa atau melalui oral.

Menurut keputusan Menkes RI No. 58/PERMENKES/2014 PIO


merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi
Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang
dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi
kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya pembuatan PIO aktif ini adalah:

1
1. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien penderita gangguan
saluran nafas atau masyarakat umum yang membutuhkan informasi cara
penggunaan berotec inhaler dan nasal spray.

2. Mencegah terjadinya medication error.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan


penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat
yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada sesama
apoteker maupun kepada dokter, perawat, profesi
kesehatan lainnya serta pasien. Pelayanan informasi obat
meliputi penyediaan, pengelolaan, penyajian, dan
pengawasan mutu data/informasi obat dan keputusan
profesional. Penyediaan informasi obat meliputi tujuan,

2
cara penyediaan, pengolahan, dan pengawasan mutu
data/informasi obat.

B. Ruang lingkup PIO


1) Pelayanan
Pelayanan ini meliputi menjawab pertanyaan,
menerbitkan buletin, membantu unit lain dalam
mendapat informasi obat, menyiapkan materi untuk
brosur/leaflet informasi obat, mendukung kegiatan
Panitia/Komite Farmasi dan Terapi dalam menyusun dan
merevisi formularium.
2) Pendidikan
Pendidikan terutama pada RS yang berfungsi sebagai RS
pendidikan meliputi kegiatan mengajar dan
membimbing mahasiswa, memberi pendidikan pada
tenaga kesehatan dalam hal informasi obat,
mengkoordinasikan program pendidikan berkelanjutan
di bidang informasi obat, membuat/menyampaikan
makalah seminar/symposium.
3) Penelitian
Kegiatan penelitian meliputi melakukan penelitian
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), melakukan penelitian
penggunaan obat baru, melakukan penelitian lain yang
berkaitan dengan penggunaan obat, baik secara mendiri
maupun bekerja sama dengan pihak lain, melakukan
kegiatan program jaminan mutu.

C. Kegiatan PIO

Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian


informasi obat oleh Apoteker yang bersifat aktif atau pasif.
Pelayanan bersifat aktif apabila dilakukan dengan tidak

3
menunggu pertanyaan, melainkan secara aktif
memberikan informasi obat, seperti penerbitan buletin,
leaflet, seminar dan sebagainya sedangkan.

Pelayanan bersifat pasif apabila memberikan informasi


obat sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima dari
pasien maupun tenaga kesehatan. Menjawab pertanyaan
mengenai obat dan penggunaannya merupakan kegiatan
rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang
diterima dapat disampaikan secara verbal (telepon atau
tatap muka) atau tertulis (surat melalui pos, faksimil atau
e-mail).
D. Sasaran Informasi Obat

1) Dokter

Informasi obat dapat diberikan kepada dokter agar


dokter dapat membuat keputusan yang tepat terkait
terapi yang akan diberikan kepada pasien.

2) Perawat

Informasi dapat diberikan kepada perawat mengingat


bahwa perawat adalah profesional kesehatan yaang
paling banyak berhubungan dengan pasien, karena itu
perawatlah yang pada umumnya yang pertama
mengamati reaksi obat merugikan atau mendengar
keluhan mereka. Informasi yang dibutuhkan perawat
pada umumnya harus praktis dan ringkas, misalnya
frekuensi pemberian dosis, metode pemberian obat,

4
efek samping yang mungkin, penyimpanan obat,
inkompatibilitas campuran sediaan intravena, dan lain-
lain.

3) Pasien

Informasi yang dibutuhkan pasien, pada umumnya


adalah informasi yang praktis. Informasi obat untuk
pasien pada umumya mencangkup cara penggunaan
obat, jangka waktu penggunaan, pengaruh makanan
pada obat, penggunaan obat bebas dikaitkan dengan
resep obat, dan sebagainya, agar menjaga keefektifan
terapi dan meningkatkan outcome terapi bagi pasien.

4) Apoteker

Informasi obat dapat diberikan pula kepada teman


seprofesi dengan tujuan untuk menambah pemahaman
maupun menambah ilmu.

E. Pokok-pokok Informasi Obat

Informasi obat yang harus disampaikan kepada pasien


meliputi cara menggunakan obat, dosis spesifik, frekuensi
penggunaan obat, cara spesifik, waktu spesifik, lama
pengobatan, cara penyimpanan obat (kondisi
penyimpanan, tanda-tanda kerusakan obat), efek samping

5
yg perlu diketahui pasien, hal-hal yang harus dihindari
selama pengobatan, mengetahui makanan atau minuman
yang harus dihindari selama terapi. Pasien juga perlu
mengetahui cara obat menimbulkan efek terapi yang
dikehendaki, hal ini dimaksudkan agar pasien mengenal
bahwa obat yang digunakan menimbulkan efek sesuai
dengan yang dikehendaki.

Selain itu juga pasien perlu mengetahui masalah-


masalah yang disebabkan oleh obat seperti efek yang tidak
dikehendaki (ESO) dan tindakan yang perlu dilakukan bila
efek yang tidak dikehendaki muncul.

F. Langkah-langkah PIO

Langkah-langkah sistematis pemberian informasi obat


oleh petugas PIO yaitu :

1. Penerimaan Permintaan Informasi Obat

Mencatat data permintaan informasi dan


mengkategorikan permasalahan mengenai aspek
farmasetik (identifikasi obat, perhitungan farmasi,
stabilitas dan toksisitas obat), ketersediaan obat, harga
obat,efek samping obat, dosis obat, interaksi obat,
farmakokinetik, farmakodinamik, aspek farmakoterapi,
keracunan, perundang-undangan.

6
2. Mengumpulkan Latar Belakang Masalah yang
ditanyakan

Menanyakan lebih dalam tentang karakteristik


pasien dan menanyakan apakah sudah
diusahakan mencari informasi sebelumnya.

3. Penelusuran Sumber Data

Rujukan umum, rujukan sekunder dan bila


perlu rujukan primer.

4. Formulasikan Jawaban sesuai dengan permintaan

Jawaban jelas, lengkap dan benar, jawaban dapat


dicari kembali pada rujukan asal dan tidak boleh
memasukkan pendapat pribadi.

5. Pemantauan dan Tindak Lanjut

Menanyakan kembali kepada penanya manfaat


informasi yang telah diberikan baik lisan maupun
tertulis akan informasi untuk membuat kebijakan-
kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama
bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.

G. Sumber Informasi Obat

7
Pustaka sebagai sumber informasi obat, digolongkan dalam
3 kategori, yaitu :

a.) Pustaka Primer

Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti,


informasi yang terdapat didalamnya berupa hasil
penelitian yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.

b.) Pustaka Sekunder


Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan
abstrak dari berbagai kumpulan artikel jurnal. Sumber
informasi sekunder sangat membantu dalam proses
pencarian informasi yang terdapat dalam sumber
informasi primer. Sumber informasi ini dibuat dalam
berbagai data base, contoh : medline yang berisi
abstrak-abstrak tentang terapi
obat, International Pharmaceutikal Abstract yang berisi
abstrak penelitian kefarmasian.

c.) Pustaka Tersier

Berupa buku teks atau data base, kajian artikel,


kompendia dan pedoman praktis. Pustaka tersier
umumnya berupa buku referensi yang berisi materi yang
umum, lengkap dan mudah dipahami, contoh :
farmakope, iso farmakoterapi, MIMS dan lain-lain.

8
BAB III

PEMBAHASAN

PIO (Pelayanan Informasi Obat) aktif dapat dilakukan


secara lisan ataupun menggunakan media seperti penerbitan
buletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Di Rawat Jalan
Paviliun Abiyasa, Pelaksanaan PIO masih secara lisan belum
menggunakan brosur, leaflet, dll. Adapun PIO secara lisan yang
dilakukan kepada pasien meliputi jumlah obat yang diterima,
indikasi obat, aturan pakai, lama penggunaan obat, alergi obat,
efek samping yang mungkin akan muncul, dan hal-hal yang
dihindari selama pengobatan berlangsung. PIO juga dilakukan
kepada pasien yang menggunakan sediaan khusus.

Apoteker menanyakan kepada pasien apakah pasien


sudah pernah menggunakan obat tersebut sebelumnya, apabila
belum pernah maka apoteker menjelaskan kepada pasien

9
dengan menggunakan alat peraga agar informasi lebih mudah
diterima oleh pasien. PIO kepada pasien yang baru pertama kali
menggunakan sediaan khusus dilakukan di dalam ruang
konseling.

Berikut ini merupakan contoh-contoh obat yang digunakan


dengan alat khusus :

1. Berotec Inhaler (Fenoterol Hydrobromid)

Berikut adalah bagian-bagian dari inhaler :

10
Bagi orang yang menderita asma kronik dan sering menderita serangan asma
mendadak mungkin sudah akrab dengan pereda sesak saat serangan asma. Inhaler
didesain sedemikian rupa supaya obat dalam bentuk aerosol dapat dihirup lewat
mulut. Tujuannya agar sesak dapat diredakan segera. Obat akan langsung bekerja
pada bronkus atau saluran nafas yang tersumbat/menyempit sehingga mengurangi
efek samping dibandingkan dengan obat yang digunakan dengan diminum.
Namun banyak sekali penggunaan inhaler yang kurang tepat, akibatnya efek
melegakan pernapasan dari inhaler menjadi kurang optimal.

Ikutilah langkah-langkah di bawah ini untuk mendapatkan manfaat inhaler secara


maksimal :

1. Bukalah penutup ujung inhaler lalu kocok inhaler dengan kuat.

2. Genggam inhaler seperti contoh pada gambar. Tarik dan hembuskan nafas
secara perlahan.

3. Pegang inhaler di depan mulut dengan kepala agak menengadah.Tempatkan


ujung inhaler di dalam mulut di atas lidah dan tutup inhaler dengan bibir

11
Anda. Mulailah menarik nafas perlahan dan tekan inhaler 1 kali bersamaan
dengan menarik nafas perlahan sedalam-dalamnya.

4. Tahan nafas Anda selama 10 detik atau selama mungkin yang Anda
sanggup, sebelum menghembuskan nafas perlahan untuk memastikan
seluruh obat masuk ke saluran nafas.

5. Jika dokter menyarankan lebih dari 1 kali pemakaian inhaler, maka


tunggulah 1 menit sebelum kembali mengocok inhaler dan mengulangi
langkah pada poin 2,3,dan 4.

6. Setelah selesai, berkumurlah dahulu dengan air hangat.

7. Cuci dan bersihkan ujung inhaler dengan air hangat tiap hari.

Penting untuk diketahui :

Simpan inhaler pada suhu sejuk, kering, terhindar dari cahaya dengan
mulut inhaler menghadap ke bawah.

Jangan hentikan penggunaan inhaler atau mengubah dosis tanpa


berkonsultasi dengan dokter.

Konsultasikan pada dokter bila Anda akan mengkonsumsi obat-obatan


lain.

Laporkan pada dokter bila pengobatan tidak efektif. Jangan sembarangan


menggunakan inhaler melebihi dosis yang diberikan dokter.

Efek samping seperti meningkatnya detak jantung, gemetar, dan pusing


umum terjadi. Bila efek samping tidak tertahankan segera laporkan pada
dokter atau apoteker.

12
2. Iliadin 0,05% Nasal Spray (Oxymetazoline HCl)

Iliadin spray 0,05% tiap ml mengandung Oxymetazoline Hydrochloride 0,5


mg. Iliadin dapat melegakan hidung yang tersumbat dengan mula kerja kurang
dari 10 menit dan dapat bekerja aktif selama 5-8 jam. Iliadin dapat meringankan
hidung tersumbat karena : rhinitis akut, sinusitis akut dan kronik, rhinitis alergi.

Keadaan cuaca yang tidak menentu menyebabkan rentannya daya tahan


tubuh. Flu yang disertai pilek adalah salah satu penyakit yang seringkali terjadi
akibat hal tersebut. Seringkali obat pilek dalam bentuk tablet tidak dapat
mengatasi pilek secara cepat. Oleh karena itu, diperlukan obat tetes hidung yang
dapat bekerja cepat dan bereaksi lama. Iliadin adalah solusi tepat untuk hidung
tersumbat dan pilek.

Aman dikonsumsi anak usia 6 tahun ke atas dan orang dewasa.

Mengandung Oxymetazoline yang bekerja lewat 3 mekanisme berupa


vasokonstriksi, anti-inflamasi, dan antiviral. Kelebihan 3 unsur di atas
adalah memiliki tingkat toleransi yang lebih aman dan baik.

Proses vasokonstriksi yang dapat mengurangi pembengkakan mukosa


hidung, memudahkan pernafasan, pengeluaran sekret sekaligus kuman
mikroba.

13
Proses anti-inflamasi yang dapat menghambat jalur pro-inflamasi,
menekan oxidative stress, dan menghambat gejala rhinitis.

Proses anti-viral menghambat aktivitas HRV-14, men-downregulation


reseptor virus ICAM-1, dan melawan virus penyebab rhinitis.

BAB IV
KESIMPULAN

1. Terdapat dua macam PIO (Pelayanan Informasi Obat) yaitu


PIO aktif dan PIO pasif.

2. Pio aktif dapat dilakukan secara lisan ataupun menggunakan


media seperti penerbitan buletin, brosur, leaflet, dan
seminar.

3. PIO pasif apabila Apoteker memberikan informasi obat


sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima dari pasien
maupun tenaga kesehatan

4. Kegiatan PIO di depo farmasi rawat jalan Paviliun Abiyasa


yaitu PIO secara lisan yang dilakukan kepada pasien meliputi
jumlah obat yang diterima, indikasi obat, aturan pakai, lama

14
penggunaan obat, alergi obat, efek samping yang mungkin
akan muncul, dan hal-hal yang dihindari selama pengobatan
berlangsung.

5. Kegiatan konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan


terutama pasien yang baru menggunakan sediaan khusus
seperti Borotec Inhaler, Iliadin Nasal Spray, dan lain-lain.

15
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2004, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,


Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2006, Pedoman Pelayanan Informasi Obat, Direktorat


Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai