Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Buangan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 119

BAB II

ISI

2.1 Trickling Filter


Trickling Filters telah digunakan dalam pengolahan air buangan domestic dan industri secara
biologis selama hampir 100 tahun. Trickling filter adalah reactor biologis yang tidak terendam,
menggunakan batu atau plastik yang tersusun, dimana air limbah akan diairkan secara terus menerus.
Kedalaman susunan batu antara 0,9 m sampai 2,5 m atau rata-rata 1,8 m. Bentuk dari susunan batu
biasanya lingkaran dan air limbah dialirkan dari atas dengan rotary distributor. Trickling filter
konvensional dari batu telah banyak diubah dengan menggunakan plastik untuk meningkatkan
kapasitas pengolahan. Hampir semua trickling filter sekarang tersusun dari plastik (Metcalf & Eddy,
2003).

Gambar 2.1. Trickling Filter


Sumber : http://www.nsfc.wvu.edu

2.1.1 Cara Kerja Trickling Filter


Trickling filter dari plastik disusun dengan bentuk lingkaran, persegi dan bentuk-bentuk lain
dengan kedalaman antara 4 sampai 12 meter. Selain susunan plastik atau batu, ada komponen lain
pada trickling filter adalah penyemprot air limbah, system underdrain, dan struktur penampang
susunan batu atau plastik. Sistem underdrain sangat penting untuk mengumpulkan effluent dari
trickling filer dan sebagai sirkulasi udara. Air limbah yang terkumpul dialirkan menuju bak
sedimentasi dimana padatan akan dipisahkan dari air limbah. Dalam prakteknya, sebagian air yang
terkumpul di system underdrain akan dialirkan kembali ke trickling filter untuk pengenceran air
limbah influent dan menjaga kelembababn lapisan biofilm(Metcalf & Eddy, 2003).

2
Air Limbah influent biasanya dialirkan ke trickling filter melalui lengan distribusi atau
saluran yang diletakkan diatas nya, yang diatur sedemikian rupa agar memberikan laju aliran yang
seragam per luas unit. Lengan distribusi akan diputar oleh gaya dari keluaran air limbah atau dengan
dorongan elektrik(Metcalf & Eddy, 2003).
Primary clarification dibutuhkan sebelum air melewati susunan batu atau plastik. Di beberapa
instlasi, kasa dari kawat diletakkan diatas lapisan susunan plastik untuk mengumpulkan debris that
can be vacuumed off periodically (Metcalf & Eddy, 2003).
Lapisan berlendir berkembang di dalam susunan batu atau plastik dalam trickling filter dan
berisi mikroorganisme untuk mendegradasi substrate secara biologis untuk kemudian dipisahkan dari
air limbah. Mikroorganisme dalam trickling filter antara lain bakteri aerobic dan fakultativ, fungi,
algae, dan protozoa. Cacing, larva serangga dan siput juga kadang terdapat di dalam trickling filter
(Metcalf & Eddy, 2003).
Bakteri fakultativ adalah organisme yang dominan di trickling filter, dan mengurai material
organikn dalam air limbah bersama bakteri aerobic dan anaerobic. Acrhomobacter, Flavobacterium,
Pseudomonas dan Alcaligenes adalah beberapa bakteri yang sering dihubungkan dengan trickling
filter. Di lapisan berlendir, terdapat Sphaerotilusnatans dan Beggiatoa. Di bagian lebih rendah dari
filter, akan terdapat baktri nitrit. Keberadaan fungi untuk stabilisasi air limbah, namun perannya
hanya penting saat kondisi pH rendah atau pada air limbah industri tertentu. Pertumbuhan fungi
dapat menjadi sangat cepat yang mengakibatkan filter tersumbat. Spesies fungi yang teridentifikasi
dalam trickling filter antara lain Fusazium, Mucor, Penicilium, Geotrichum, Sporatichum, dan
berbagai kapang. (Hawkes, 1963; Higgins dan Burns,1975 dalam Metcalf & Eddy, 2003).
Alga hanya dapat hidup di bagian atas dari trickling filter dimana sinar matahari
tersedia.Phormidin, Chlorella, dan Ulothorix adalah spesies alga yang biasanya ditemukan ada di
trickling filtr (Hawkes,1963;Higgins dan Burns, 1975 dalam Metcalf & Eddy, 2003). Secara umum ,
alga tidak mempunyai peran langsung dalam pengolahan air limbah, namun selama siang hari
mereka menambah produksi oksigen ke air limbah. Namun, alga juga dapat menyebabkan
penyumbatan pada permukaan filter, dan menyebabkan bau (Metcalf & Eddy, 2003).
Protozoa dominan dalam trickling filter adalah kelompok siliata, termasuk Vorticella,
Opercularia, dan Epistylis (Hawkes, 1963; Higgins dan Burns, 1975 dalam Metcalf & Eddy, 2003).
Fungsi dari protozoa adalah untuk memakan biofilm sehingga turbiditas effluent meurun dan biofilm
dapat tetap bertahan pada keadaan pertumbuhan yang baik. Binatang tingkat tinggi seperti cacing,
siput, dan serangga juga memakan biofilm. Siput biasanya mengganggu dalam trickling filter,
dimana mereka akan mengkonsumsi bakteri nitrit yang akan menurunkan efisiensi pengolahan
(Timpany dan Harison, 1989 dalam Metcalf & Eddy, 2003).
3
Ketebalan lapisan berlendir dapat mencapai kedalaman 10 mm. Material organic dari air
limbah diadsorpsi oleh lapisan berlendir atau biofilm ini. Di bagian luar dari biofilm (0,1 sampai 0,2
mm), material organic di degradasi oleh mikroorganisme aerobik. Ketika mikroorganisme tumbuh
dan lapisan biofilm bertambah tebal, oksigen terkonsumsi sebelum dapat masuk ke kedalaman
maksimal, dan dan lingkungan anaerobic akan tercipta di dekat permukan. Ketika lapisan biofilm
bertambah tebal, substrat dalam air limbah digunakan sebelm dapat masuk ke kedalaman biofilm.
Bakteri dalam lapisan berlendir masuk ke keadaan pernafasan endogen dan kehilangan
kemampuanuntuk melekat pada permukaan susunan dalam trickling filter. Air limbah akan menyapu
lapisan tersebut dan lapisan baru akan mulai tumbuh. Fenomena ini dikenal dengan nama sloughing
atau peluruhan.Peluruhan dapat di control dengan menggunakan distributor air limbah yang
dilengkapi dengan dorongan motor elektrik untuk mengatur kecepatan putaran.(Albertson, 1989
dalam Metcalf & Eddy, 2003)
Mekanisme meluruhnya biofilm pada susunan batu berbedan ddengan pada susunan plastik.
Pada susunan plastik, peluruhan terjadi secara kontinu dengan skala kecil. Sementara pada susunan
batu, peluruhan dengan skala besar dan tidak kontinu terjadi.Peluruhan disebabkan oleh aktivitas
larva serangga, yang akan aktif pada kondisi temperature hangat dan akan mengkonsumsi biofilm
tebal yang terakumulasi pada saat kondisi tempertaur dingin. Ketika trickling filter batu mengalami
peluruhan, effluent sebelum pengendapan akan mempunyai kadar BOD dan TSS lebih besar
daripada air limbah yang terpakai. (Hawkes, 1963 dalam Metcalf & Eddy, 2003).
Ketebalan lapisan film dipengaruhi oleh: (Metcalf & Eddy, 2003)
1. Kecepatan aliran air buangan
2. Kekuatan dari air buangan
3. Koefisien peresapan dari molekul substrat ke dalam lapisan film
4. Dalam perancangan Trickling Filter perlu diperhatikan
5. tipe dan karakteristik alat pembagi dari instalasi sebelumnya ke media filter
6. tipe media filter yang digunakan diusahakan yang mempunyai luas permukaan besar, harga
murah, tahan lama dan tidak mudah terjadi clogging
7. sistem underdrain cukup besar untuk mengalirkan air
8. ventilasi udara cukup agar pertukaran udara terjadi
2.1.2 Klasifikasi dan Aplikasi Trickling Filter
Desain Trickling filter diklasifikasikan menurut laju loading hidrolik dan organic nya.
Trickling filter dengan batu diklasifikan sebagai low or standard rate, intermediate rate dan high rate.
Trickling filter plastik digunakan untuk desain high rate. Akan tetapi, filter plastik juga digunakan
pada organik loading rendah, dekat dengan batas intermediate rate pada filter batu. Bahan organic
4
yang memiliki nilai yang tinggi dpat menggunakan desain batu/plastik packing yang disebut
roughing dimana hanya menghilangkan sebagian nilai BOD. Berikut ini merupakan klasifikasi
trickling filter berdasar karakteristik desainnya (Metcalf & Eddy, 2003).

Tabel 2.1 Klasifikasi Trickling Filter


Low or
Desain Intermediat
Standard High Rate High rate Roughing
Characteristics e Rate
Rate
Type of Rock/plasti
rock Rock rock Plastik
Packing k
Hydraulic
loading, 1-4 4-10 10-40 10-75 40-200
m3/m2.d
Organic
Loading(kg 0,07-0,22 0,24-0,48 0,4-2,4 0,6-3,2 >1,5
BOD/m3.d)
Recirculation
0 0-1 1-2 1-2 0-2
Ratio
Filter flies Many Varies Few Few Few
Continuou Continuo
Sloughing intermittent intermittent Continuous
s us
Depth(m) 1,8-2,4 1,8-2,4 1,8-2,4 2,0-12,2 0,9-6
BOD Removal
80-90 50-80 50-90 60-90 40-70
efficiency(%)
No No
Effluent Well Some No
nitrificatio nitrificati
quality nitrified nitrification nitrification
n on
Power (kW/103
2-4 2-8 6-10 6-10 10-20
m3)
Sumber : Metcalf & Eddy, 2003
a. Low rate Filters.
Low rate filter adalah filter yang sederhana, yang menghasilkan effluent dengan kualitas
yang konsisten dengan influent dyang bervariasi. Bentuk filter dapat berupa lingkaran atau
persegi. Dosing tank kecil, dengan waktu detensi 2 menit berdasarkan dua kali rata-rata aliran
agar intermittent dosing dapat diminimalisir. Namun terkadang, alira rendah pada malam hari
dapat menyebabkan intermittent dosing dan dibutuhkan resirkulasi untuk menjaga susunan batu
atau plastik lembab.(US EPA,1974 dalam Metcalf & Eddy, 2003). Jika interval antara dosing
lebih lama dari satu atau dua jam, efisiensi dari proses menurun karena karakter biologisnya
berubah karena kurang lembab(Metcalf & Eddy, 2003).
Pada mayoritas low rate flters, hanya bagian atas filter yang memiliki biofilm yang baik,
sehingga pada bagian bawah, akan banyak terdapat bakteri nitrit autrofik, yang mengoksiasi
nitrogen ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Jika populasi bakteri tersebut banyak, dan kondisi
5
iklim serta karakter air limbah tepat, low rate filter dapat bekerja engan baik dan dapat
menyisihkan BOD dengan baik(Metcalf & Eddy, 2003).
Dengan hidrolik gradient yang sesuai, kemampuan untuk memanfaatkan grvity flow dapat
membberikan manfaat berbeda. Bila tempat terlalu datardan mendukung adanya gravity flow,
akan dibutuhkan pemmompaan. Bau adalah masalah yang umum, terutama bila air limbah
berbau dan mudah memubusk, atau bila cuaca hangat. Filter tidak boleh diletakkan dimana bau
akan mengganggu sekitar. Lalat pada filter dapat berkembang biak bila tidak dilakukan control
yang baik(Metcalf & Eddy, 2003).
b. Intermediate dan high rate filter
High rate filters dapat digunakan untuk trickling filter batu maupun plastiik. Filter biasanya
berbentuk ligkaran dan alirannya kontinu. Resirkulasi effluent membuat organic loading lebih
besar, dan menyediakan dosing rate lebih besar pada filter untyuk meningkatka distribusi air
limbah dan control yang lebih baik terhadap ketebalan lapisan biofilm berlendir, menyediakan
oksigen lebih untuk menghindari genangan dalam filter dan mengurangi gangguan baud an lalat
(US EPA 1974 dalam Metcalf & Eddy, 2003). Intermediate dan high rate trickling filter dapat
didesain dengan proses satu tahap atau dua tahap(Metcalf & Eddy, 2003).
c. Roughhing Filters.
Roughing filter adalah high rate filter yang mengolah zat organic lebih dari 1,6 kg/m3.d dan
hidrolik loading hingga 190 m3/m2.d. DAlam skala umum,roughing filter duigunakan untuk
mengolah air limbah pada secondary treatment. Kebanyakan roughing filter didesain dengan
susunan plastik (WPCF, 1988 dalam Metcalf & Eddy, 2003). Salah satu manfaatdari roughing
filters adalah kebutuhan energy yang rendah dalam penyisihan BOD dan air limbah yang lebih
berat bila dibandingkan dengan activated sludge aeroator. Karena energy yang dibutuhkan hanya
dibutuhkan untuk pemompaan influent dan resirkulasi, penyisihan BOD per unit dapat
diingkatka n sampai resirkulasi dibutuhkan untuk mengencerkan konsentrasi influent atau
peningkatan kelemaban. Kebutuhan energy untuk roughing application antara 2 sampai 4 kg
BOD applied/kWh versus 1,2 sampai 2,4 kg BOD applied/kWh untuk activated sludge
treatment(Metcalf & Eddy, 2003).

Sedangkan menurut Davis (2010) jenis trickling filter yang didasarkan pada pembebanan
hidrolik dan pembebanan organik, yaitu :
a) Low-rate filters
Low-rate filters biasanya digunakan untuk beban kurang dari 40 kilogram biokimia oksigen
demand (BOD5) / 100 meter kubik per hari ( 25 lb BOD5 / 1000cu ft / hari). Sistem ini memiliki

6
lebih sedikit masalah daripada filter lainnya berkaitan dengan menyaring lalat, bau, dan
pemasukan media karena loading rate yang lebih rendah. Low-rate filters dengan batu dalam
kedalaman dari 0,9-2,4 meter (3- 8 ft.). Kebanyakan Low-rate filters melingkar dengan rotary
distributor, tetapi beberapa filter yang belakangan digunakan adalah persegi panjang. Kedua
konfigurasi ini dilengkapi dengan syphons dosis atau pompa periodik untuk memberikan tingkat
pembasahan tinggi untuk interval pendek antara waktu istirahat. Tingkat pembasahan minimal
0,4 liter per meter persegi detik (0,7 gal / sq ft / min) dipertahankan untuk mencegah plastik
tingkat tinggi menyaring media kering. Dengan media batu, filter cenderung tidak menjadi
hidrolik terbatas dan memiliki batas aplikasi mulai dari 0,01-0,04 liter per meter persegi detik
(0,02 sampai 0,06 gal / sq ft / min).
Padatan yang terkelupas dari Low-rate filters yang umumnya baik-dicerna dan sebagai
hasilnya filter ini menghasilkan kurang padat dari filter tingkat yang lebih tinggi. Kualitas
effluen sekunder limbah cair mudah dicapai jika desain Low-rate filters menggabungkan media
filter dengan kemampuan bioflokulasi atau klarifikasi sekunder
b) Intermediate-rate filters
Intermediate-rate filters dapat memuat hingga 64 kg BOD5 / 100 m3-d (40 lb BOD5/1000cu ft
/ hari). Untuk memastikan distribusi yang baik dan pencampuran yang menyeluruh dari filter
dan limbah sekunder, sistem harus meresirkulasi efluen trickling filter. Padatan biologis yang
lepas dari media trickling filter tidak serta dicerna seperti saat menggunakan low-rate filter.
c) High-rate filters
High-rate filters umumnya dimuat pada kemampuan beban organik maksimum filter dan
menerima total beban BOD5 mulai dari 64 sampai 160 kg BOD5 / 100 m3-d (40 to 100 lb BOD5
/ 1000cu ft / hari). Mencapai limbah kualitas sekunder kurang mungkin untuk high-rate filter
tanpa proses pengolahan sekunder. Akibatnya, high-rate filter sering digunakan dengan proses
gabungan.
d) Roughing Filters
Roughing Filters dirancang untuk memungkinkan jumlah BOD larut yang signifikan melalui
trickling filter. Filter jenis ini umumnya memiliki beban desain mulai 160-480 kg BOD5 / 100
m3-d (100 sampai 300 lb. BOD5 / 1000cu ft / hari).
2.1.3 Nitrifikasi
Penyisihan BOD dan nitrifikasi dapat dilakukan di trickling filter batu mau pun plastikyang
dioperasikan dengan organic loading rendah (Stenquish et al, 1974;Parker dan Richards, 1986).
Bakteri heterofik, dengan koefisien hasildan laju pertumbuhan cepat, lebih kompetitif daripada
bakteri nitrit untuk fixed film packing. Nitrifiksi yang signifikan hanya muncul pada setelah
7
konsentrasi BOD kurang dari 30 mg/l, untuk memulai nitrifikasi dan kurang dari 15 mg/l untuk
nitrifikasi sampai akhir. Harem es (1982) mempertimbangkan BOD terlarut dan menyimpulkan baha
konsentrasi kurang dari 20 mg/l dibutuhkan untuk memulai nitrifikasi. Nitrifikasi dapat juga
dilakukan dalam trickling filter yang berbeda dalam secondary treatment (Metcalf & Eddy, 2003).
2.1.4 Keuntungan dan Kekurangan dari Trickling Filter
Keuntungan dari trickling filter yaitu : (U.S EPA,2000)
a. Sederhana, dapat diandalkan, proses biologis.
b. Cocok di daerah di mana lahan yang luas tidak tersedia untuk sistem perawatan intensif tanah
c. Bisa memenuhi syarat untuk rata-rata debit standar sekunder
d. Efektif dalam mengolah organik konsentrasi tinggi tergantung pada jenis media digunakan.
e. Cocok untuk masyarakat kecil dan menengah
f. Cepat mengurangi BOD5 terlarut dalam air limbah.
g. Unit nitrifikasi efisien.
h. Elemen proses tahan lama.
i. Kebutuhan daya yang rendah.
j. Tingkat moderat keterampilan dan keahlian teknis yang dibutuhkan untuk mengelola dan
mengoperasikan sistem.
Kekurangan dari trickling filter yaitu : (U.S EPA,2000)
a. Perawatan tambahan mungkin diperlukan untuk memenuhi debit standar.
b. Kemungkinan akumulasi kelebihan biomassa yang tidak dapat mempertahankan kondisi
aerobik dan bisa mengganggu kinerja TF (ketebalan biomassa maksimum dikendalikan oleh
tingkat dosis hidrolik, jenis media, jenis bahan organik, suhu dan sifat biologi pertumbuhan).
c. Membutuhkan perhatian operator biasa.
d. Kejadian penyumbatan relatif tinggi.
e. Membutuhkan beban rendah tergantung pada media
f. Fleksibilitas dan kontrol terbatas dibandingkan dengan proses aktif-lumpur.
g. Masalah vektor dan bau
h. Masalah siput.

2.2 Perancangan Trickling Filter


Faktor yang dipertimbankan daalam mendesain trickling filter antara lain tipe dan ciri fisik dari
susunan yang akan digunakan, dosing rate,tipe dan ciri dosing dari system distribusi, konfigurasi
system underdrain, ketentuan untuk aliran udara yang memadai, dan desain bak
pengendapan(Metcalf & Eddy, 2003).
8
2.2.1 Filter packing
Susunan filter yang ideal adalah material yang memiliki luas permukaan yang besar per unit
volume, murah, daya tahan tinggi, dan porositas tinggi sehingga dapat mencegah penyumbatan dan
sirkulasi udara lebih baik. Hingga pertengahan 1960an, material yang digunakan adalah granit
kualitas tinggi atau ampas dari pembuatan besi. Sejak pertengahan 1960an, material plastik telah
menjadi salah satu material pilihan di Amerika (Metcalf & Eddy, 2003).

Gambar 2.2. Typical Distribution


Sumber : Metcalf & Eddy, 2003
Bila tersedia, batu merupakan salah satu pilihan yang murah. Material yang paling tepat adalah
batuan bulat yang berasal dari sungai atau batu yang telah dipecahkan, dan dibuat seukuran agar 95
persen berukuran 72-100mm. Keseragaman ukuran bermanfaaat untuk memastikan kelancaran aliran
air limbah dan udara. Ciri penting lain dari susunan filter adalah kekuatan dan daya tahan. Daya
tahan dapat ditentukan dengan sodium sulfat test, yang digunakan untuk menguji kekuatan beton (US
EPA 1974 dalam Metcalf & Eddy, 2003). KArena berat susunan filter, kedalaman filter batu bisanya
2 meter. Susunan yang padat dari batu mengurangi jarak antar batu di dalam filter yang digunakan
untuk sirkulasi udara dan meningkatkan potensi penyumbatan dan pengaliran dengan aliran yang
pendek. Karena penyumbatan, organic loading duntuk filter batut biasanya antara 0,3 sampai 1 kg
BOD/m3.d(Metcalf & Eddy, 2003).
Tabel 2.2 Typical Physical Properties of Trickling Filter Packing Materials

9
Sumber : Metcalf & Eddy, 2003
Susunan plastik dibentuk eperti sarang lebah. Lapisan Polyvinyl chloride yang datar dan
berkerut disatukan dalam ruangan persegi panjang. Lapisan ini biasanya memiliki permukaan yang
berkerut untuk meningkatkan pertumbuhan lapisan bia=ofilm berlendir dan waktu retensi. Setiap
lapisan diletakkan dalam kemiringan tertentu dari lapisan sebelumnya untuk meningkatkan distribusi
air limbah. Biotowers dengan sedalam 12 m dibuat menggunakan susuanan plastik, dengan
kedalaman sekitar 6 m lebih umum. Di biotowers dengan susunan plastik vertical, cross flow packing
dapat digunakan untuk lapisan atas untuk meningkatkan distribusi di atas filter. Kapasitas hidrolik
yang tinggi, kekosongan yang toinggi, dan ketahanannya terhadap penyumbatan merupakan
keunggulan dari tipe ini dan paling baik digunakan untuk high rated type filter. Susunan dari kayu
pernah dicoba digunakan, namu dengan sulitnya ketersediaan kayu, sekarng penggunaannya sudah
sangat jarang (Metcalf & Eddy, 2003).
Susunn plastik memiliki keunggulan yaitu membutuhkan lahan yang sedikit untuk struktur
filter daripada susunan batu karenan kemampuannya untuk menggunakan loading rates yang lebih
tinggi dan trickling filter yang lebih tinggi. Grady et.all (1999) dalam Metcalf & Eddy (2003)
menjelaskan bahwa performa filter batu bila dibandingkan dengan filter plastik adalah hampir sama
ketika loading rates nya rendah. Pada loading rates yang tinggi, performa filter dengan plastik sangat
lebih baik daripada filter batu. Porositas yang tinggi, yang menyediakan sirkulasi udara yang ebih
baik dan peluruhan biofilm yang lebih besar (Metcalf & Eddy, 2003).
2.2.2 Dosing Rate
Untuk kecepatan rotasi distribusi yang lebih tinggi, maka aliran dosis nya lebih rendah. pada
masa lampau, kecepatan tipe rotasi untuk distribusi adalah sekitar 0,5-2 menit per revolusinya.
(WEF,2000 dalam Metcalf & Eddy, 2003) . dengan 2 sampai 4 lengan, TF di beri dosis setiap 10

10
sampai 60 detik. Hasil dari berbagai investigasi sudah terindikasi bahwa hasil dari mengurangi
kecepatan distibusi untuk peforma filter yang lebih baik. Hawkes (1963) menunjukkan bahwa
bebatuan TF diberi dosis setiap 30-55 menit/putaran diluar kinerja operasi yg lebih konvensional
yaitu 1-5 menit/putaran. Disamping meningkatkan BOD removal, ada penurunan dramatis pada
populasi lalat Psychoda dan anisopus, ketebalan biofilm, dan bau. Albertson dan Davies (1984)
dalam Metcalf & Eddy (2003) menunjukkan keuntungan yang sama dari sebuah investigasi dari
pengurangan kecepatan distribusi. pada kecepatan aliran dosis yg lebih tinggi, maka semakin besar
kebutuhan air per putaran (Metcalf & Eddy, 2003).
a. memberikan efisiensi wetting (pembahasan) yg lebih besar
b. hasil dalam agitasi yang lebih besar, yang menyebabkan lebih banyak padatan tersiram
keluar dari "packing"nya
c. hasil dalam penipisan biofilm
d. membantu membasuh habis telur2 lalat.
Biofilm tipis menciptakan permukaan yang lebih luas dan menghasilkan biofilm lebih aerobik.
Jika tingkat aliran dosis yg tinggi tetap berlanjut untuk mengontrol ketebalan biofilm, maka efisiensi
pengolahan mungkin menurun karna waktu kontak cairan dalam filter berkurang. dosis tinggi yg
berselang setiap hari, disebut juga sebagai flushing dosis (dosis pembasuh), digunakan untuk
mengontrol ketebalan biofilm dan ketersediaan padatan. Pengoptimasian dari aliran dosis dan
flushing rate frekuensi paling ditentukan dari lapangan operasinya. Flexibility pada desain distributor
dibutuhkan untuk memberikan range aliran dosis untuk pengoptimasi kinerja Trickling filter
(Metcalf & Eddy, 2003).
kecepatan perputaran untuk putaran distribusi dapat ditentukan menggunakan persamaan
dibawah ini. (albertson, 1989 dalam Metcalf & Eddy, 2003).

Kecepatan dari putaran distribusi dapat dikontrol oleh :


a. me reverse lokasi beberapa lubang yang ada ke depan lengan distributor
b. menambahkan deflektor terbalik ke lubang pembuangan yang ada

11
c. mengkonversi putaran distributor ke variabel kecepatan drive listrik ( Albertson , 1995 dalam
Metcalf & Eddy, 2003 )
Tabel 2.3 A guideline for Trickling Filter Dosing Rate as a Function of BOD loading

Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

2.2.3 Distribution System


Sebuah distributor terdiri dari 2 atau lebih lengan yang dipasang diatas sbh poros di bagian
tengah dari filter dan berputar pada bidang horizontal (gambar 9-4). Lengan yang berlubang dan
ada nozzle nya dilalui oleh air limbah dibuang ke atas filter bed nya. Rakitan distributor dapat
didorong baik oleh reaksi dinamis debit air limbah dari nozel atau oleh electricmotor. Aliran
dorongan rotary distribusi untuk TF telah digunakan secara tradisional untuk prosesnya karena dapat
diandalkan dan mudah di pelihara. driver motor digunakan dalam desain yang lebih baru .
Kecepatan rotasi , yang bervariasi dengan debit dan tingkat pembebanan organik , dapat ditentukan
menggunakan Persamaan ( 9-1 ) . Clearance 150 -225 mm ( 6 sampai 9 in) harus diperbolehkan
antara bagian bawah lengan distributor dan bagian atas tempat tidur . clearance memungkinkan aliran
air limbah dari nozel untuk menyebar dan menutupi bed seragam , dan mencegah es akumulasi dari
campur dengan gerakan distributor selama cuaca dingin (Metcalf & Eddy, 2003).
Distributor yang diproduksi untuk TF dengan diameter sampai 60 m ( 200 kaki ) . lengan
distributor bisa saja penampang konstan untuk unit-unit kecil , atau mungkin meruncing untuk
mempertahankan kecepatan transportasi minimum . Nozel dispasi merata sehingga aliran lebih besar
per unit panjang dicapai dekat pinggiran filter daripada di pusat. Untuk distribusi seragam atas area
filter , debit per satuan panjang harus proporsional dengan radius dari pusat . Headloss melalui
distributor adalah dalam kisaran 0,6 sampai 1,5 m ( 2-5 ft ) , fitur penting yang harus
12
dipertimbangkan dalam memilih distributor adalah kekasaran konstruksi , kemudahan membersihkan
, kemampuan untuk menangani variasi besar dalam debit sambil mempertahankan memadai
kecepatan rotasi , dan ketahanan korosi material dan sistem pelapisan nya (Metcalf & Eddy, 2003).

Gambar 2.3. Typical Distribution


Sumber : Metcalf & Eddy, 2003
Di masa lalu , sistem distribusi nosel tetap digunakan untuk filter batu dangkal ( lihat gambar
9-4 b ) . sistem distribusi nozzle tetap terdiri dari serangkaian nozel semprot terletak pada titik-titik
segitiga sama sisi convering tempat tidur filter. Sebuah sistem pipa ditempatkan dalam filter
digunakan untuk mendistribusikan air limbah seragam untuk nozel . nozel khusus memiliki pola
semprotan datar digunakan , dan tekanan bervariasi secara sistematis sehingga dikan sebagai kepala
perlahan tetes . dengan cara ini , dosis seragam diterapkan di seluruh wilayah tempat tidur . nozel
semprot setengah digunakan sepanjang sisi filter . dalam prakteknya saat ini , sistem nozzle tetap
jarang digunakan( Metcalf & Eddy, 2003).
2.2.4 Underdrains
Sistem colection air limbah di TF terdiri dari underdrains yang menangkap air limbah disaring
dan padatan dibuang dari filter kemasan untuk angkut ke tangki sedimentasi akhir . sistem
underdrain untuk filter batu biasanya memiliki blok pracetak dari tanah liat vitrifikasi atau fiberglass
gtaring diletakkan pada diperkuat untuk mendukung kemasan , pertumbuhan sline , dan air limbah .
lantai dan blok lereng underdrain ke saluran drainase pusat atau penpheral pada 1 sampai 5 persen
kelas . saluran limbah yang berukuran untuk menghasilkan kecepatan minimal 0,6 m / s ( 2ft / s )
pada rata-rata harian diperiksa dengan mudah dan memerah jika mereka menjadi terpasang . The
underdrains juga memungkinkan ventilasi filter , menyediakan udara untuk mikroorganisme yang

13
hidup di lendir filter. yang underdrains harus terbuka untuk saluran melingkar untuk ventilasi di
dinding juga ke saluran koleksi pusat (Metcalf & Eddy, 2003).
The underdrain dan dukungan sistem untuk kemasan plastik terdiri dari baik balok dan kolom
atau kisi a . Sebuah sistem underdrain khas untuk filter menara ditampilkan pada Gambar . 9-6 .
Balok dan kolom sistem biasanya memiliki balok pracetak beton didukung oleh posting ot kolom .
kemasan plastik ditempatkan di atas balok , yang memiliki saluran di puncak mereka untuk
memastikan aliran bebas dari air limbah dan udara . semua sistem underdrain harus dirancang agar
ventilasi udara paksa dapat ditambahkan di kemudian hari jika kondisi filter operasi harus berubah
(Metcalf & Eddy, 2003).
2.2.5 Airflow
Aliran yang cukup dari udara adalah impotance mendasar untuk operasi succcessful dari TF
untuk memberikan pengobatan yang efisien dan untuk mencegah bau . rancangan alam secara
historis sarana utama memberikan aliran udara , tetapi tidak selalu memadai dan ventilasi paksa
menggunakan kipas rendah presure menyediakan lebih handal dan dikendalikan aliran udara
(Metcalf & Eddy, 2003).

Gambar 2.4. Typical Underdrain


Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

14
Gambar 2.5. Typical Underdrain
Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

Dalam kasus rancangan alam , kekuatan pendorong untuk aliran udara adalah perbedaan suhu
antara udara ambien dan udara di dalam pori-pori . jika air limbah lebih dingin dari udara ambien ,
udara pori akan menjadi dingin dan arah aliran akan menurun . jika udara ambien lebih dingin dari
air limbah , aliran akan ke atas . yang terakhir ini kurang diinginkan dari titik perpindahan massa
pandang karena tekanan parsial permintaan . di banyak daerah di negeri ini , ada periode , terutama
selama musim panas , ketika pada dasarnya tidak ada aliran udara terjadi melalui TF karena
perbedaan suhu dapat diabaikan (Metcalf & Eddy, 2003).
Rancangan , yang merupakan head tekanan yang dihasilkan dari perbedaan suhu dan
kelembaban , dapat ditentukan dari Persamaan . ( 9-2 ) ( Scroeder dan tchobanoglous,1976)

Debit udara volumetrik dapat diperkirakan dengan menetapkan rancangan sama dengan jumlah
dari kerugian kepala yang dihasilkan dari perjalanan udara melalui filter dan underdrain sistem (
Albertson dan Okey , 1988 dalam Metcalf & Eddy, 2003)
Di mana alam digunakan , kebutuhan berikut untuk dimasukkan dalam desain :
- Underdrains dan saluran mengumpulkan harus dirancang mengalir tidak ada lagi yang setengah
penuh untuk menyediakan sebuah jalan bagi udara .
- ventilasi port acess dengan jenis kisi terbuka selimut harus dipasang di kedua ujung saluran
koleksi pusat,
- berdiameter besar filter harus cabang mengumpulkan saluran dengan ventiating manholes atau
melampiaskan tumpukan dipasang di pinggiran penyaring

15
- daerah terbuka dari slot di bagian atas blok underdrain tidak boleh kurang dari 15 persen dari
luas wilayah filter luas kotor
- satu meter persegi kisi terbuka di ventilasi lubang got dan melampiaskan tumpukan harus
disediakan untuk setiap 23 m2 dari area filter ( 10ft2 / 250 ft2)
Penggunaan dipaksa-atau diinduksi-draft fans direkomendasikan untuk desain TF untuk
menyediakan pasokan oksigen. Biaya untuk pasokan udara paksa-rancangan yang minimal
dibandingkan dengan manfaat. Untuk 3800 m3 / d (1,0 mgal / d) pengolahan air limbah mengalir
kebutuhan daya yang diperkirakan hanya sekitar 0,15 kW (0,2 hp) (WEF, 2000 dalam Metcalf &
Eddy, 2003). Sebagai perkiraan, aliran udara dari 0,3 m3 / m2.min (1 ft3 / ft2.min) dari area filter di
kedua arah dianjurkan. arah aliran bawah memiliki beberapa keunggulan dengan menyediakan waktu
kontak untuk mengobati senyawa berbau dirilis di atas saringan dan dengan menyediakan pasokan
udara yang lebih kaya di mana kebutuhan oksigen tertinggi. Desain pesawat terpaksa harus
menyediakan beberapa titik distribusi udara dengan menggunakan kipas atound pinggiran menara
atau penggunaan header udara di bawah bahan kemasan, karena ada sangat sedikit headloss melalui
kemasan saringan untuk mempromosikan distribusi udara. untuk aplikasi dengan suhu udara yang
sangat rendah, mungkin perlu untuk membatasi aliran udara melalui filter untuk menjaga t dari
pembekuan (Metcalf & Eddy, 2003).
Little has been done to quantify the amount of oxygen used in trickling filters and the actual
oxygen. Sedikit yang telah dilakukan untuk mengukur jumlah oksigen yang digunakan dalam
menetes filter dan efisiensi transfer oksigen yang sebenarnya. Formulasi berikut ini didasarkan pada
karya sebelumnya oleh Dow Chemical selama pengembangan bahan kemasan plastik untuk aplikasi
TF . Dalam mengembangkan formulasi ini, diasumsikan bahwa efisiensi transfer oksigen adalah
sekitar 5 persen . Suplai oksigen yang diperlukan diberikan sebagai berikut penghapusan BOD hanya
(Metcalf & Eddy 2003). :

16
Sebuah koreksi lebih lanjut untuk aliran udara dihitung direkomendasikan untuk suhu di atas
20 C untuk memperhitungkan konsentrasi saturasi oksigen lebih rendah pada suhu yang lebih tinggi
dan lebih tinggi tingkat serapan biologis dalam filter . Untuk setiap celcius derajat di atas 20 C laju
aliran udara meningkat sebesar 1 persen (Metcalf & Eddy, 2003).

17
Perlawanan tower jangka Np adalah jumlah dari semua hedlosses individu yang terkait dengan
aliran udara . Headloss terjadi sebagai udara bergerak melalui inlet , underdrain , dan bahan kemasan
. Hilangnya kemasan dalam hal jumlah headlosses kecepatan dikembangkan oleh Dow Chemical
untuk kemasan vertikal asli (Metcalf & Eddy, 2003). :

Meskipun korelasi serupa belum dikembangkan untuk bahan kemasan lainnya , dianjurkan
faktor koreksi yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai Np untuk bahan kemasan lainnya
berdasarkan nilai ditentukan dengan menggunakan Persamaan . ( 9-10 ) diberikan dalam tabel 9-4 .
untuk memperkirakan headloss total, nilai Np , dihitung dengan menggunakan Persamaan ( 9-10 ) ,
sering dikalikan dengan faktor 1,3-1,5 untuk memasukkan inlet , underdrain dan kerugian kecil
lainnya (Metcalf & Eddy, 2003).
Tabel 2.4 Correction Factors

Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

2.2.6 Settling Tanks


Fungsi tangki pengendapan yang mengikuti TF adalah untuk menghasilkan limbah
diklarifikasi. mereka berbeda dari diaktifkan-lumpur tangki pengendapan dalam clarifier memiliki
kandungan padatan tersuspensi jauh lebih rendah dan lumpur resirkulasi tidak diperlukan. semua
lumpur dari TF tangki pengendapan dikirim ke sludge pengolahan penyaring peformance secara
historis menderita dari desain clarifier miskin. Penggunaan clarifiers dangkal untuk aplikasi TF,
dengan relatif tinggi di atas laju aliran, dianjurkan dalam versi sebelumnya dari "Sepuluh Serikat
Standards" (GLUMRB, 1997 dalam Metcalf & Eddy, 2003). Sayangnya, penggunaan
mengklarifikasi dangkal biasanya mengakibatkan efisiensi klarifikasi miskin. tarif melimpah clarifer
18
direkomendasikan saat ini di Sepuluh Negara Standar lebih inters harus sama dengan desain yang
digunakan untuk clarifiers proses aktif-lumpur (lihat sec. 8-7 di chap 8), dengan ukuran feedwell
tepat dan mendalam, meningkatkan kedalaman air side, dan mirip tarif melimpah hidrolik. tarif
meluap direkomendasikan sebagai fungsi dari clarifier kedalaman air side diberikan pada Gambar. 9-
7. Dengan desain klarifikasi yang tepat, satu tahap TF dapat mencapai konsentrasi kurang dari 20 mg
/ L BOD dan TSS (Metcalf & Eddy, 2003).

Gambar 2.6. Recommended Trickling Filter Clarifier Overflow Rated


Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

2.3 Pertimbangan proses Desain.


Proses trickling filter sebenarnya sederhana, terdiri dari tempat dimana bahan material air
limbah mengalir dan clarifier eksternal. Pada kenyataannya, sebuah trickling filter adalah sistem
yang sangat kompleks dalam hal karakteristik pertumbuhan melekat dan hidrodinamika internal.
Desain trickling filter didesain atas dasar hubungan empiris. Pada bagian ini kinerja trickling filter
untuk menghilangkan BOD dan nitrifikasi, fitur yang mempengaruhi kinerja, dan umumnya
gigunakan pendekatan proses desain (Metcalf & Eddy, 2003).
2.3.1 Karakteristik Limbah
Trickling filter telah memiliki keuntungan tersendiri dalam penggunaan energi yang lebih
sedikit dibandingkan dengan lumpur aktif dan mudah unuk dioperasikan, tetapi kekuarangan dari
trickling filter ini adalah lebih berpotensi mengahsilkan bau dan kulitas keluaran limbahnya rendah.
Aplikasi dari proses pemuatan dan kualitas effluent dirangkum pada tabel 9-5 (Metcalf & Eddy,
2003).

19
2.3.2 Kriteria Pemuatan
Dalam proses lumpur aktif, efisiensi biodegradasi telah terbukti berhubungan pada SRT rata-
rata untuk biomassa atau rasio F / M. Untuk kedua parameter ini, padat atau biomassa dapat di
sample dan cukup baik diukur (Metcalf & Eddy, 2003).
Pertumbuhan yang terjadi tidak merata di trickling filter (Hinton dan Stensel, 1994 dalam
Metcalf & Eddy, 2003), ketebalan biofilm konsentrasi padatan biofilm dapat berkisar dari 40 sampai
100 g / L dan cairan tidak mengalir merata di seluruh area permukaan, yang disebut sebagai effiency
pembasahan. Dengan ketidakmampuan untuk mengukur sifat bilogical dan hidrodinamik pada sistem
trickling filter, parameter yang lebih luas seperti loading volumetrik organik, satuan luas loading, dan
tingkat aplikasi hidrolik telah digunakan sebagai desain dan operasi parameter yang berhubungan
dengan efisiensi pengolahan (Metcalf & Eddy, 2003).
Tabel 2.5 Trickling Filter Applications, Loadings, and Effluent Quality

Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

20
Gambar 2.7 Example of Trickling Filter Performance at 20oC
Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

Untuk penyisihan BOD, pemuatan volumetrik BOD berkorelasi dengan baik untuk
pengelolaan penyisihan BOD dan nitrifikasi dalam trickling filter. Model desain asli untuk batu pada
trickling filter dikembangkan oleh Dewan Riset Nasional (NRC) di awal 1940-an di instalasi militer
(Mohlman et, al 1946 dalam Metcalf & Eddy, 2003). NRC formulasi berdasarkan data lapangan
untuk efisiensi penyisihan BOD dan tingkat pembebanan organik. NRC desain model digunakan
meskipun ada sejumlah besar data yang tidak ada. Bruce dan Mekens (1970 dan 1973) dalam
Metcalf & Eddy, (2003) menemukan laju aliran muatan organik mempengaruhi kinerja dari trickling
filter dan bukan laju dari aplikasi hidraulik. Untuk penyisihan BOD dan nitrifikasi sistem gabungan,
efisiensi nitrifikasi berhubungan dengan muatan volumetrik BOD (Stenquist dan Kelly, 1980; AS
EPA, 1975: dan Daigger et, al., 1993 dalam Metcalf & Eddy, 2003). Contoh efek BOD pembebanan
pada penghapusan BOD diilustrasikan pada Gambar 9-8. Pada beban BOD rendah, penghapusan
BOD efisiensi mencapai tingkat maksimum 90 persen (Metcalf & Eddy, 2003).
Untuk aplikasi nitrifikasi tersier, sangat sedikit BOD diterapkan trickling filter dan biofilm
tipis berkembang pada wadah yang terdiri dari jumlah bakteri nitrifikasi yang tinggi. Efisiensi
removal nitrifikasi berhubungan dengan luas permukaan wadah dan berkorelasi dengan tingkat
pembebanan nitrogen tertentu dalam hal g NH4-N dihapus / m2 luas permukaan wadah (Duddles et
al, 1974;. Okey dan Alberston, 1989; Parker et al. , 1990; US EPA, 1993;. dan Anderson et al, 1994
dalam Metcalf & Eddy, 2003). Area untuk nitrifikasi tersier dengan wadah plastik ditunjukkan oleh
Gambar 9-9 bersama dengan pengaruh suhu pada tingkat nitrifikasi. Analisis trickling memuat filter
digambarkan dalam Contoh 9-2 (Metcalf & Eddy, 2003).
2.3.3 Desain BOD Removal
Persamaan desain empiris pertama untuk menghilangkan BOD dikembangkan untuk batu pada
trickling filter merupakan analisis kinerja trickling filter pada 34 pabrik di instalasi militer mengolah
limbah cair domestik (Mohlman et al., 1946 dalam Metcalf & Eddy, 2003). Pengaruh volumetrik
pembebanan BOD dan rasio resirkulasi pada kinerja pengolahan dicatat dalam persamaan.
persamaan yang diberikan di bawah seharusnya hanya digunakan sebagai nilai-nilai sebagai instalasi
sampel yang relatif tinggi dibandingkan dengan sebagian besar limbah utama kota. penghapusan
BOD termasuk efek dari clarifier sekunder, sehingga jika persamaan overpredicts kinerja perawatan,
perbaikan dan desain clarifier sekunder lebih digunakan saat ini dapat membantu dalam kinerja
pengelolaan yang diharapkan (Metcalf & Eddy, 2003).

21
Untuk tahap pertama atau tahap pertama penyaringan batu, persamaan NRC nya adalah
(Metcalf & Eddy, 2003):

Dimana :
E1 = Efisiensi penyisihan BOD tahap awal pada suhu 20oC termasuk kedalam persentase resirkulasi
W1 = Pemuatan BOD pada penyaringan (filter), kg/d
V = volume pada trickling filter, m3
F = faktor resirkulasi
Faktor resirkulasi didapat dari persamaan (9-12):

Dimana, F = faktor resirkulasi


R = recycle ratio, unitless
Faktor resirkulasi merupakan rata-rata dari jumlah material organik yang masuk melalui filter.
Faktor R / 10 account untuk fakta bahwa manfaat penurunan resirkulasi sebagai jumlah peningkatan
yang dilalui. Recycle ratio yang digunakan umumnya bervariasi dari 0 sampai 2,0. Untuk sistem
trickling filter tahap kedua (lihat gambar 9-2b) efisiensi removal BOD tahap kedua diberikan sebagai
berikut (Metcalf & Eddy, 2003):

Dimana, E2 = Efisiensi penyisian BOD tahap kedua pada suhu 20Oc


E1 = Fraksi penyisihan BOD pada penyaringan awal
W2 = Aplikasi pemuatan BOD pada penyaringan kedua, kg/d
Dampak dari suhu air limbah pada efisiensi penyisihan BOD dapat dihitung sebagai berikut:
ET = E20 (1,035)T-20
Dimana, ET = Efisiensi penyisihan BOD pada suhu T dalam Oc
E20 = Efisiensi penyisihan BOD pada suhu 20 Oc
2.3.4 Formulation For Plastik Packing
Rumus untuk susunan pelapis plastik, pada persamaan yang umum digunakan dalam
perkembangan trickling filter dengan susunan lapisan plastik, penyisihan BOD dihubungkan dengan

22
tingkat aplikasi hidraulik. Rumus ini didasarkan pada karya awal Velz (1948). Yang mengamati
BOD secara mendalam pada trickling filter dapat dimodelkan seperti hubungan diawal, dan Howland
(1958) and Schulze (1960) dalam Metcalf & Eddy(2003), mendiskripsikan hydraulik retention time,
Howland (1958) dalam Metcalf & Eddy(2003), mengusulkan perbandingan waktu kontak cairan
dengan biofilum sebanding dengan kedalaman dan berbanding terbalik dengan tinglat aplikasi
hidraulik, seperti :

(9-15)

. (9-16)
Dimana:
t = waktu kontak cairan, m
C = konstanta untuk susunan pelapis yan digunakan
D = kedalaman lapisan, m
q = waktu loading hydraulik , L/m2-min
n = konstanta hydraulik untuk susunan pelapisa yang diginakan, unitless
Q = tingkat aliran masuk, l/min
A = area melintang penyaring, m2
Berdasarkan persamaan 9-15, jika kecepatan aliran influent pada trickling filter meningkat,
waktu detensi tidak menurun secara langsung terhadap aliran, karena ketebalan cairan filum
meningkat (Metcalf & Eddy, 2003).
Dengan mengingat perubahan konsentrasi BOD pada filter secara lebih mendalam seperti
reaksi hubungan awal , persamaan yang medasarinya berasal dari(Metcalf & Eddy, 2003):

.. (9-17)
Dimana:
k = konstanta dari turunan sebuah percobaan
S = konsentrasi BOD pada suatu waktu, t
Dan dengan menggunakan persamaan 9.15, untuk menentukan waktu di trickling filter, Schulze
mengikuti persamaan:

.(9-18)

23
Dimana:
Se = konsentrasi BOD dari effluent penyaring, mg/L (g/m3)
So = konsentrasi BOD masuk, mg/L (g/m3)
k = konstanta yang ditentukan dari percobaan
D = kedalaman susunan pelapis, m
Q = tingkat aplikasi hydraulic, m3/m2-d
n = konstanta dari karakteristik susunan pelapis yang digunakan
Pada umumnya nilai n siasumsikan 0,50 dan rintisan data rencana konsentrasi influent dan
effluent BOD digunakan untuk mencari nilai k. nilai k dikembangkan dari lebih dari 140 rencana
studi perintisan yang dilakukan oleh Dow Chemical Company dengan susunan lapisan plastik secara
vertical dengan area permukaan yang spesifik yaitu 90 m2/m3. Pengujian yang sama juga dilakukan
oleh supplaiers lain untk membuat lapisan yang bervariasi. Kebanyakan dari pengujian ini
menemukan kedalaman susunan lapisan peresap sebesar 6,1 -6,7 meter (20-22 ft) (Metcalf & Eddy,
2003).
Hal ini bisa dijadikan catatan jika klarifikasi desain dan tingkat putaran dan metode yang
digunakan berpengaruh terhadap rencana awal yang digunakan untuk mencari nilai k (Daigger and
Harrison, 1987 dalam Metcalf & Eddy(2003)). Secara ringkas nilai k dipengaruhi oleh beberapa
fakor, termasuk karakteristik air limbah, penyaring, desain, dan kondisi operasional (Metcalf &
Eddy, 2003).
Biasanya koreksi suku untuk k adalah sebagai berikut:

.... 9.20
Rumus lain sedang dalam usulan (WEF,2000 dalam Metcalf & Eddy(2003)) untuk
mendeskripsikan performa dari susunan lapisan plastik pembungkus, termasuk modelnya oleh
Eckenfelder (1963) dan Eckenfelder and Baenhart (1963) dalam Metcalf & Eddy(2003). Satu dari
persamaan Velz, disajikan dibawah ini, termasuk factor untuk permukaan area spesifik pada susunan
lapisan dan aliran resirkulasinya.

(9.21)
Dimana:
So = Influent BOD, mg/L
Se = Effluent BOD, mg/L
R = Rasio resirkulasi, recycle tingkat aliran dibagi tingkat aliran influent

24
k20 = Saringan pada suhu konstan 20 C , (L/s)0.5/m2
A1 = Permukaan area pada susunan lspisan pada kondisi bersih, m2/m3
D = Kedalaman susunan lapisan,m
= Koefisien koreksi temperature, 1.035
q = Tingkat aplikasi hydraulic, L/m2-s
n = Konstanta karakteristik susunan lapisan yang digunakan
Karena penguranagn BOD ditentukan oleh fungsi tingkat aplikasi hydraulic, aplikasi untuk
persamaan (9-19) dan (9-21) tanpa memperhatikan efek mendasar dari proses organik dapat
menyebabkan kekeliruan desain. Sebagai contoh untuk mencapai efisiensi pengurangan BOD yang
sama, persamaan (9-19) dapat diprediksi volume susunan yang lebih kecil dengan meningkatkan
kedalaman susunan pelapis lebih dari 6,1 m. namun, pengurangan volume, peningkatan proses
organik sehingga efisiensi pengolahan menurun. Dengan mengasumsikan jika efisiensi penguranagn
BOD sama dengan proses organik, nilai k menyesuaikan kedalaman dan konsentrasi BOD yang
masuk. Nilai k normalnya terwujud untuk kedalaman spesifik dan konsentrasi BOD masuk sebagai
berikut (WEF,2000 dalam Metcalf & Eddy(2003))

.. (9-22)
Dimana:
k2 = Nilai normal untukik k untuk kedalamn susunan lapisan spesifik dan
konsentrasi BOD yang masuk
k1 = Nilai k pada kedalaman 6,1 m (20 ft) dan BOD masuk 150 mg/L (g/m3)
S1 = 150 g BOD/m3
S2 = Konsentrasi spesih=fik influent BOD, g BOD/m3
D1 = 6,1 m (20 ft) susunan pelapis, m
D2 = Kedalaman spesifik susunan lapisan, m
Nilai k normal pada suhu 20 C, ditentukan dari rencana stUdi perintisan Dow Chemical
Company, semua tersedia dalam Tabel 9-6. Nilai k yang dilaporkan dalam Tabel 9-6 digunakan
sebagai perkiraan kekasaran dari perbedaan pengolahan untuk perbedaan air limbah. Air limbah yang
memilliki efisiensi pengolahan paling rendah yaitu kilang minyak, pabrik kraft, dan pabrik tekstil
(Metcalf & Eddy, 2003).
2.3.4.1 Resirkulasi
tingkat aplikasi hidraulik minimum direkomendasikan oleh Dow Chemisal (WEF,2000)
adalah 0,5 L/m2-s (0,75 gal/ft2-min) untuk menghasilkan efisiensi yang maksimum. Desain menara

25
yang dangkal diwajibkan untuk mensirkulasikan kembali limbah untuk menyediakan tingkat
kebaSahan yang minimum. Ketika tingkat aplikasi berada diatas hydraulik minimum maka
resirkulasi dilaporankan untuk diperkecil (Metcalf & Eddy, 2003).
Tabel 2.6 Kondisi normal persamaan Germain, nilai k1 dari studi perintisan rancangan untuk
air limbah Yang berbeda
Jenis Air Limbah Nilai k1
(L/s)0.5/m2
Domestik 0,210
Pembudidayaan buah 0,181
Perusahaan kraft 0,108
Pengepakan daging 0,216
Pharmaceutical 0,221
Pengolahan kentang 0,351
Kilang minyak 0,059
Pembuatan gula 0,165
Pengolahan susu 0,170
Perusahaan tekstil 0,107

Catatan: (L/s2)0.5/m2 x 0,3704= (gal/min)0.5/ft2


Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

Keuntungan (Germain, 1966) untuk penyaring dengan tingkat aplikasi hydraulic yang rendah
dan proses organik yang lebih tinggi, resirkulasi dapat meningkat efisiensinya. Untuk sistem desain
seperti penyaring batu dengan tingkat aplikasi hydraulik yang rendah, resirkulasi menghasilkan
aliran yang lebih tinggi untuk meningkatkan kebasahan dan flushing pada susunan lapisan penyaring
(Metcalf & Eddy, 2003).
2.3.4.2 Solid Production
Produksi padatan pada proses trickling filter akan dipengaruhi oleh jenis air limbah yang akan
diolah dan proses trickling filter yang terjadi. Pada tingkat proses organik yang lebih rendah,
sebagian besar BOD didegradasi, biomassa lebih lama dari SRT, dan hasilnya produksi biomassa
berkurang. Prosedur yang dapat digunakan untuk mengevaluasi produksi padatan dari trickling filter
akan dijelaskan selanjutnya disub bab 9-4 dimana trickling filter dikombinasikan dengan proses
activated sludge (Metcalf & Eddy, 2003).
2.3.4.3 Mass Transfer Limitation
Salah satu tujuan dalam mendesain trickling filter adalah adanya proses organik pada
penyaringan yang limit karena transfer oksigen, ketika kondisi ini terjadi efisiensi pengolahan pada
proses organik yang lebih tinggi limit dan mungkin bisa sampai menghasilkan aktifitas anaerob di
biofillum. Disamping evaluasi data pada literature, untuk konsentrasi influent BOD pada range 400 -
500 mg/L, transfer oksigen bisa limit (Schroder and Tchobanoglous, 1976). Hinton and Stensel
26
(1994) melaporkan bahwa ketersediaan oksigen mengontrol penguranagn substrat organik pada
tingkat COD biodegradable terlatut pada proses diatas 3,3 kg/m3/d (Metcalf & Eddy, 2003).
2.3.5 Nitrification Design
Dua tipe desain telah digunakan untuk melakukan pengolahan biologi nitrifikasi pada trickling
filter, yang lain antara kombinasi sistem pada pengurangan BOD atau aplikasi pengolahan tersier
mengikuti pengolahan sekunder dan klarifikasi penghilangan BOD. Proses sekunder hasil rintisan
perencanaan dari rencana total perencanaan digunakan lagi untuk memandu desain nitrifikasi pada
gambaran yang sulit saat memprediksi secara aktual area biofilum, efisien kebasahan, dan ketebalan
biofilum serta massa jenisnya (Metcalf & Eddy, 2003).
Dampak yang besar dari adanya nitrifikasi adalah konsentrasi influent BOD dan konsentrasi
DO dalam keseluruhan cairan di trickling filter, seperti BOD pada rasio TKN di peningkatan influent
air limbah, sebagian besar area susunan lapisan trickling filter ditutupi oleh bakteri heterotropik dan
tingkat nitrifikasi semu (kg/m3-d) serta volume trickling filter meningkat. Hasil investigasi
menunjukkan jika BOD dalam jumlah cukup tinggi dapat menghambat nitrifikasi, pembelajaran oleh
Harrem es (1982). Menunjukkan bahwa nitruifikasi (1) dapat terjadi pada tingkat konsentrasi
kelarutan BOD (sBOD) dibawah 5 mg/L. (2) telah menghambat proporsi sBOD pada konsentrasi
diatas 5 mg/L, dan (3) tidak begitu signifikan pada proporsi sBOD dengan konsentrasi 30 mg/L atau
lebih. Pada studi percobaan dengan desain plat yang tipis. Huang and Hopson (1974) menunjukan
ketetapan penghambat nitrifikasi terjadi pada sBOD yang konsentrasinya meningkat dari 1,0 sampai
8,0 mg/L. Figuero and Silverstein (1991) dalam Metcalf & Eddy(2003)menemukan jika tingkat
nitrifikasi pada filum terhambat oleh BOD pada konsentrasi diatas 10 mg/L, yang mana penemuan in
disetujui oleh pengamatan yang lainnya (Parker and Richard, 1986 dalam Metcalf & Eddy(2003))
2.3.5.1 Design Basis for combined BOD Removal and Nitrification
Desain dasar untuk mengkombinasikan penyisihan BOD dan Nitrifikasi, efisiensi nitrifiksai
telah dikorelasikan dengan volumetri pemprosesan BOD pada batuan di trickling filter (U.S.EPA,
1975 dalam Metcalf & Eddy(2003)). Direkomendasikan untuk efisiensi nitrifikasi sejumlah 90 %,
proses penghilangan sBOD hilang sampai (0,08kg BOD/m3-d (5lb BOD/ 103ft3-d). pada proses
pengolahan BOD 0,22kg BOD/m3-d (14lb BOD/ 103ft3-d) sekitar 50% efisiensi nitrifikasi tercapai.
Ini adalah catatan jika peningkatan tingkat resirkulasi memperbaiki performa dari nitrifikasi.
Sebagai gantinya nilai dari proses pengolahan BOD, efisiensi nitrifikasi telah dihubungkan
pada proses pengolahan BOD dengan didasarkan pada permukaan area susunan lapisan. Pada
pembandingan performa nitrifikasi untuk keduanya, batu dan susunan lapisan plastik. Parker and
Richards (1986) menemukan bahwa efisiensi nitrifiksai sama pada proses pengolahan BOD di

27
permukaan (g BOD/m2-d) untuk susunan lapisan keduanya. Tingkat pembebanan rendah 2,4 g
BOD/m2-d perlu untuk pengurangan NH4-N 90% (Metcalf & Eddy, 2003).
Daigger et.al (1994) dalam Metcalf & Eddy(2003) menemukan bahwa oksidasi BOD dan
NH4-N di trickling filter dengan susunan lapisan plastik bisa dikarakteristikkan dengan tingkat
volumetric oksidasi sebagai berikut:

Dimana:
VOR = tingkat volumetric oksidasi, kg/m3-d
S = konsentrasi influent BOD, g/m3
NOx = jumlah ammonio oksigen teroksidasi, g/m3
Q = aliran influent, m3/d
V = volume susunan lapisan, m3
Menggunakan persamaan 9-23, tingkat oksidasi volumetric untuk 3 rencara trickling filter
dengan nitrifikasi telah ditetukan dan 90% nilai variasi dari 0,75 ke 1,0 kg/m3-d (Metcalf & Eddy,
2003).
Gambar 9-10 pengaruh influent air limbah BOD/TKN pada tingkat nitrifikasi di trickling filter
dengan susunan lapisan plastik digunakan untuk keduanya, penyisihan dan nitrifikasi. (diadopsi dari
Okey and Alberton, WEF (2000) dalam Metcalf & Eddy(2003))

Gambar 2.7 Example of Trickling Filter Performance at 20oC


Sumber : Metcalf & Eddy, 2003
Menggunakan data dari empat perbedaan pembelajaran , Okey and Albertson (WEP, 2000
dalam Metcalf & Eddy(2003)) menemukan hubungan linier antara tingkat nitrifikasi spesifik (g/m 2-
28
d) dan influent BOD/TKN untuk kombinasi sistem. Range hasil dan hubungan diilustrasika oleh
gambar 9-10. Data dalam korelasi ini pada temperature 9 sampai 20C. persamaan yang
mengikutinya disajikan dalam gambar 9-10. 25% dibawah rata-rata dari laporan observasi dari
gambar 9-10 mengijinkan desain yang menghasilkan tingkat nitrifikasi yang konsisten.
Rn = 0,82 (BOC/TKN)-0,44(9-24)
Dimana:
Rn = tingkat nitrifikasi, g n/m2-d
BOD/TKN = influent BOD ke rasio TKN, g/g
Penulis menyimpulkan jika konsentrasi DO mempunyai efek lebih besar pada proses
nitrifikasi dibanding dengan temperatur. Efek konsentrasi DO sebagai dasar pensupport
pertimbangan transfer biomassa yang dapat ditunjukkan pada konsentrasi 2,8 mg/L tanpa
keterbatasan difusi oksigen, pada cairan NH4-N konsentrasi 1,0 mg/L (Metcalf & Eddy, 2003).
2.3.6 Tertiary Nitrifikasi
Sejumlah fasilitas yang mana trickling filters dengan kemasan pastik yang digunakan setelah
secondary treatment untuk nitrifikasi. Konsentrasi influen BOD relative rendah <10 mg/L dan dalam
beberapa kasus kurang dari 5 mg/L. kinerja nitrifikasi trickling filter akan tergantung pada tingkat
ammonia loading, ketersediaan oksigen, suhu, dan desain kemasan. Limbah konsentrasi NH4-N akan
bervariasi dengan operasi musim panas dan musim dingin dan dapat berkisar dari ,1,0 mg/L pada
suhu hangat. Tingkat aplikasi hidraulik dapat berkisar 0,40-1,0 L/m2s. Kinerja proses telah
digambarkan sebagai relative terhadap tingkat nitrifikasi permukaan kemasan. Tarif nitrifikasi
permukaan, seperti yang diberikan pada fig. 9-9, berkisar 1,0-3,0 g/m2d dengan berkisar 20-50
persen penurunan dalam tingkat yang diamati, karena suhu menurun 20-10oC (Parker et al.,1990
dalam Metcalf & Eddy(2003)). Tingkat nitrifikasi yang lebih tinggi, melaporkan ara 9-9 untuk
lembah tengah, merupakan hasil yang diperoleh pada tingkat pembebanan hidrolik yang lebih tinggi,
dengan konsentrasi NH4-N limbah di atas 5 mg / L. peneliti lain telah mengamati efek suhu minimal
untuk nitrifikasi tersier, dan telah dikaitkan minimal diamati perubahan tingkat lebih ke pengaruh
konsentrasi oksigen terlarut dan hidrolika (Okey dan Albertson, 1989 dalam Metcalf & Eddy(2003)).
Hal ini umumnya diterima baik yang di bagian atas Trickling Filter tingkat nitrifikasi dibatasi
oleh ketersediaan oksigen. tarif hidrolik yang lebih tinggi yang memberikan kinerja yang lebih baik.
Karena memasukkan kurang dari sebuah isu dengan pengecualian siput (lihat bagian berikutnya),
bahan kemasan media-density Preffered (yaitu, luas permukaan spesifik sekitar 100 m2 / m3) untuk
menyediakan lebih banyak daerah sebagai fungsi dari persen volume reaktor. Dalam sebagian besar
menara nitrifikasi, konsentrasi NH4-N yang cukup tinggi sehingga tingkat nitrifikasi adalah oksigen
terbatas dan dengan demikian orde nol terhadap nitrogen. Jauh di bawah dalam kemasan sebagai
29
konsentrasi NH4-N menurun, tingkat nitrifikasi dibatasi oleh konsentrasi NH4-N dan dengan
demikian menurun. Penurunan tingkat nitrifikasi dibatasi oleh NH4-N yang tersedia. Penggunaan
nitrifikasi menetes filter secara seri dengan modifikasi operasional telah ditunjukkan untuk
mengimbangi keterbatasan ini (Boller dan Gujer, 1986 dalam Metcalf & Eddy(2003)). Urutan
operasi menara dicadangkan setiap beberapa hari sehingga lebih tinggi populasi bakteri nitrifikasi
dapat dikembangkan dan tersedia di mana konsentrasi NH4-N rendah. Anderson et al (1994) dalam
Metcalf & Eddy(2003) menunjukkan peningkatan 20 persen di nitrificationefficiency dengan metode
ini.
Pendekatan desain yang berlaku umum untuk menentukan volume kemasan yang diperlukan
dan tingkat aplikasi hidrolik untuk nitrifikasi Trickling Filter berdasarkan persamaan empiris yang
dapat digunakan untuk menggambarkan NH4-N penghapusan permukaan fluks. (WEF,2000 dalam
Metcalf & Eddy(2003)).

Menurun di tingkat nitrifikasi dengan kedalaman, dicatat dengan istilah RZ, bisa disebabkan
oleh (1) Penurunan pertumbuhan biofilm nitrifikasi mana konsentrasi nh4n rendah, (2) aktivitas
Predator organisme, dan (3) Perubahan efisiensi pembasahan . Nilai rn.max telah ditentukan oleh
pengamatan pada tingkat nitrifikasi nol-urutan operasi penyaring menetes tersier di mana N adalah
signifikan lebih besar daripada Kn. Sebuah nilai yang diterima untuk Kn adalah 1,5 mg / L (Grady et
al, 1999 dalam Metcalf & Eddy(2003)). Tidak ada suhu Koreksi dianjurkan antara 10 dan 25oC. Di
bawah 10oC koefisien koreksi suhu berikut dianjurkan (WEF, 2000 dalam Metcalf & Eddy(2003)).

nilai-nilai tertentu untuk rn.max, Kn, dan r akan situs tertentu dan dapat diperoleh dengan studi
percontohan tanaman atau mungkin analisis tanaman skala penuh dengan karakteristik air limbah
yang sama (Metcalf & Eddy, 2003).

30
Tabel 2.7 Reported Maximum Surface Spesific Nitrification Rates For Tertiary Nitrification

Trickling Filter
Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

Tanpa data tertentu, nilai-nilai desain konservatif harus digunakan. Orde nol tarif nitrifikasi
tertentu bervariasi seperti yang dilaporkan dalam tabel 9-7. Cross-aliran kemasan plastik muncul
untuk menghasilkan tingkat nitrifikasi yang lebih tinggi. Tingkat nitrifikasi yang lebih tinggi.
Tingkat nitrifikasi yang lebih tinggi mungkin karena distribusi aliran yang lebih baik dan
pembasahan lebih besar dari kemasan untuk mengembangkan luas permukaan biofilm lebih tinggi.
Namun, bahan kemasan lintas aliran kepadatan yang lebih tinggi tampaknya tidak melakukan apa
yang baik (Metcalf & Eddy, 2003).
Prosedur desain untuk menentukan volume packing diperlukan untuk menara nitrifikasi
memerlukan prosedur desain bertahap menggunakan nol-order dan tingkat nitrifikasi tinju-order
berdasarkan Persamaan. (25/09). Dalam prosedur yang diusulkan, efek kedalaman diabaikan karena
kurangnya data dan sebaliknya, jumlah amonia dioksidasi dihitung pada inkremental mendalam.
Pertama, tingkat orde nol digunakan untuk menghitung volume kemasan yang diperlukan untuk
mengurangi konsentrasi NH4-N ke nilai yang cukup tinggi untuk mendekati tingkat nol-order.

31
Konsentrasi NH4-N dari 5 sampai 7 mg/L digunakan biasanya. Di bawah nilai konsentrasi 5-7 mg/L,
volume kemasan yang diperlukan dapat dihitung dengan penambahan penurunan konsentrasi NH4-N,
untuk menentukan tingkat penghapusan permukaan untuk setiap kenaikan dan persyaratan volume
kemasan yang sesuai (Metcalf & Eddy, 2003)..

2.4 Kriteria Desain Trickling Filter


Trickling Filter (TF) terdiri dari media permeabel terbuat dari lapisan batu, terak, atau plastik
di mana air limbah didistribusikan dengan diteteskan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.
(Metcalf & Eddy, 2003)
Batu atau lapisan slag bisa sampai 60,96 meter (200 kaki) dalam diameter dan kedalaman 0,9-
2,4 meter (3 sampai 8 kaki) dengan ukuran batu yang bervariasi 2,5-10,2 cm (1 sampai 4 inci).
Kebanyakan media batu mencapai sekitar 149 m2 / m3 (15 sq ft / cu ft) dari luas permukaan dan
kurang dari 40 persen ruang kosong. Filter plastik (Bio-menara), di sisi lain, lebih kecil dalam
diameter (6 sampai 12 meter (20 sampai 40 kaki)) dan jangkauan kedalaman 4,3-12,2 meter (14
sampai 40 kaki). Filter ini terlihat lebih seperti menara, dengan media dalam berbagai konfigurasi
(misalnya, aliran vertikal, lintas aliran, atau berbagai kemasan acak). Penelitian menunjukkan bahwa
media lintas aliran mungkin menawarkan aliran yang lebih baik dalam distribusi dari media lain,
terutama pada beban organik rendah. Ketika membandingkan Media vertikal dengan 60 derajat cross
media-aliran, media vertikal memberikan distribusi hampir sama dalam air limbah meminimalkan
potensi penyumbatan pada beban organik tinggi lebih baik daripada media arus lintas. Media plastik
juga memerlukan ketentuan tambahan, termasuk tambahan pelindung ultraviolet di atas lapisan filter
media plastik, dan meningkatkan ketebalan dinding plastik untuk kemasan media yang dipasang di
bagian bawah filter dimana beban meningkat. (Metcalf & Eddy, 2003)

32
Gambar 2.8 Trickling Filters
Sumber: Metcalf & Eddy, Inc. and Tchobonaglous, 1998 dalam U.S EPA, 2000

Rancangan sistem TF untuk air limbah juga mencakup sistem distribusi. Rotary hidrolik
distribusi biasanya standar untuk proses ini, tapi distributor nozzle tetap juga digunakan dalam
reaktor persegi atau persegi panjang. Secara keseluruhan, distributor nozzle terbatas untuk fasilitas
kecil. Baru-baru ini beberapa distributor telah dilengkapi dengan unit bermotor untuk mengontrol
kecepatannya. Distributor dapat diatur secara mekanis pada setiap saat atau selama kondisi macet.
(Metcalf & Eddy, 2003)
Selain itu, TF memiliki sistem underdrain yang mengumpulkan filtrat dan padatan, dan juga
berfungsi sebagai sumber udara untuk mikroorganisme pada filter. Air limbah dan padatan yang
diperlakukan yang disalurkan ke tangki pengendapan dimana padatan dipisahkan. Biasanya, bagian
dari cairan dari settling chamber diresirkulasi untuk meningkatkan pembasahan dan pembilasan
media filter, mengoptimalkan proses dan meningkatkan tingkat removal. (Metcalf & Eddy, 2003)
Menurut (Qasim, 1985), kriteria desain untuk trickling filter dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut
ini :
Tabel 2.8
Kriteria desain untuk Trickling Filter
Parameter Low rate Interm. Rate High rate Super rate Two stages
Operasi Intermittent Continuous Continous Continuous Cont.

33
Parameter Low rate Interm. Rate High rate Super rate Two stages
Rasio 0 0-1,0 1,0-2,5 1,0-4,0 0,3-3,0
resirkulasi

Kedalaman 1,5 3,0 m 1,25-2,5 m 10-20 m 4,5-12 m 2,0-3,0 m


Hidraulic 1-4 4-10 1,0-4 40-200 10 40
loading
(m3/m2.hr)

BOD5 0,08 0,32 0,24-1,48 0,32-1,0 0.8-6.0 1,0-2,0


loading
(kg/m3.hari)

Sloughing intermittent intermittent continous continous continous

MediaFilter kerikil,slog kerikil,slog kerikil,slog syntetic kerikil,slo


syntetic g, syntetic
Filter flies many medium small none none

Power 2 4 2-8 6-10 10-20 6-10


(KW/103.m
3
)

Efisiensi 74-80 80-85 80-85 60-80 85-95


BOD5
Removed
(%)
well well nitrified littlle little well
effluent nitrified nitrification nitrification nitrified
Sumber: Qasim, Syed R ,1985

2.5 Contoh Perhitungan


2.5.1 Trickling Filter Airflow Rate Requirements and Pressure Drop for For Forced
Ventilation
Tentukan persyaratan forced-ventilation udara dan penurunan tekanan dalam trickling filter
dengan cross-flow kemasan, Berikut desain dan informasi operasi.

34
35
36
37
2.5.2 Trickling Filter Loading

38
sebuah diameter 10 m pada satu tahap trickling filter mengandung conventional cross-flow plastik
packing pada kedalaman 6,1 m. Limbah utama dengan karakteristik diberikan di bawah diterapkan
ke filter. apa volumetrik BOD dan TKN pemuatan? apakah TKN pemuatan khusus? Apa perkiraan
BOD efisiensi removal pada suhu 20oC? Dapatkah nitrifikasi diharapkan?

Penyelesaian:
1. Menentukan volume dari trickling filter packing material

2. Menentukan beban BOD


Laju alir BOD = QS / V

3. Menentukan laju aliran TKN

4. Memperkirakan effisiensi BOD removal


Dari gambar 9-8 pada pemuatan 1,0 kg BOD/m3.d BOD removal sebesar 82%
5. Dapatkah nitrifikasi diharapkan?

39
Tidak. Berdasarkan data pada tabel 9-5, pemuatan BOD pemuatan BOD untuk menghilangkan
BOD gabungan dan nitrifikasi terlalu tinggi (1,0 kg / m3.d) meskipun pemuatan TKN sesuai.
Pada tinggi pemuatan BOD, bakteri heterotrofik keluar outcompete bakteri nitrifikasi untuk
situs pada permukaan area dan mengendalikan populasi biomassa lendir.
6. Apakah sesifikasi pemuatan TKN?
Dari tabel 9-2 luas permukaan spesifik wadah adalah 90 m2/m3
Jumlah luas permukaan = (90 m2/m3) (479 m3) = 43.110 m2

Spesifik pemuatan TKN

Komentar: Singkatnya, penting untuk dicatat bahwa variasi yang luas akan diamati cation rates
tergantung pada kondisi spesifik site.
2.5.3 Trickling Filter Sizing Using NRC Equations
Sebuah air limbah kota memiliki BOD dari 250 g / m3 harus diperlakukan dengan dua tahap
trickling filter. Kualitas keluaran limbah yang diinginkan adalah 25 g / m3. Jika kedua kedalaman
saringan yang menjadi 1,83 m dan rasio resirkulasi adalah 2: 1, temukan diameter filter yang
diperlukan. Berlaku desain asumsi sebagai berikut. (Catatan: g / m3 = mg / L)
Asumsi desain:
1. Laju alir = 7570 m3/d
2. Suhu air limbah = 20Oc
3. Penyisihan BOD pada sedimentasi primer = 35%
4. E1 = E2
Penyelesaian:
1. Menghitung E1 = E2

2. Menghitung faktor resirkulasi menggunakan persamaan (9-12)

3. Menghitung pemuatan BOD pada penyaringan awal


Limbah efluent primer BOD = (1,0 0,35) . (250 g/m3) = 163 g/m3
W1 = (163 g/m3) (7570 m3/d) (1 kg/103 g) = 1234 BOD/d

40
4. Menghitung volume pada tahap awal menggunakan persamaan (9-11)

5. Menghitung diameter penyaringan tahap awal

6. Menghitung pemuatan BOD pada penyaringan tahap kedua

7. Menghitung volume pada penyaringan tahap kedua menggunakan persamaan (9-13)

8. Menghitung diameter penyaringan tahap kedua

9. Menghitung pemuatan BOD pada masing-masing penyaringan

41
10. Menghitung pemuatan beban hidrolik pada masing-masing filter

Komentar: untuk mengakomodasi mekanisme distributor rotary standar, diameter dua filter
harus dibulatkan ke angka terdekat dengan 1,5 m (5 ft). Untuk mengurangi biaya konstruksi,
dua trickling filter sering dibuat dengan ukuran yang sama. Di mana dua filter dengan
diameter yang sama digunakan, efisiensi removal akan tidak seimbang. Dalam banyak kasus,
tingkat pembebanan hidrolik akan dibatasi oleh standar state.

2.5.4 Design of Trickling Filter with Plastik Packing


Dengan mengikuti desain tingkat aliran dan karakteristik utama keluaran air limbah,
menentukan parameter desain untuk trickling filter dengan asumsi 2 tower pada kedalaman 6,1 m,
cross aliran susunan lapisan plastik dengan luas permukaan area spesifik 90m2/m3, koefisien susunan
lapisan n 0,5 dan a 2-arm sistem distributor. Rasio minimum kebasahan harus 0,5 L/m2-s, asumsi
kedalaman kedua 4,2 m.

Kondisi Desain
Item Satuan Effluent awal Target effluent
2
Flow m /d 15,140
BOD g/m3 125 20
TSS g/m3 65 20

42
Minimum temperatur C 14
Catatan g/m3= mg/L
Menggunakan informasi diatas, tentukan
1. Diameter tower trickling filter
2. Volume dari susunan lapisan, m3
3. Tingkat resirkulasi, jika ada
4. Total tingkat pemompaa, m3/h
5. Flushing dan tingkat dosing normal, mm/pass
6. Flushing dan kecepatan distribusi normal, min/rev
7. Diameter, m (asumsi rasio puncak rata-rata aliran adalah 1,5)
Jawab:
1. Tentukan k2 untuk kondisi desain menggunakan persamaan 9-22

a. Penyelesaian untuk k2
Dari table 9-6 k1= 0,210 (L/s)0.5/m2
Kedalaman trickling filter= 6,1 m

b. Koreksi k2 untk pengaruh suhu menggunakan persamaan 9-20

2. Tentukan tingkat aplikasi hydraulic dan area penyaringan, volume, dan diameter
a. Menggunakan persamaan 9-19, tentukan tingkat aplikasi hydraulic

b. Tentukan area tower

43
Q = 15,140 mm3/d= 175,2 L/s
Area filter = Q/q = (175,2 L/s)/(0,387 L/m2-s) = 452,2 m2
c. Tentukan volume susunan lapisan
Volume susunan lapisan = (452,2 m2)(6,1 m) = 2758 m3
d. Tentukan diameter tower
Area/tower = 452,2 m2 /2 = 226,1 m2
Diameter = 17 m untuk 2 penyaring
3. Tentukan tingkat resirkulasi dan rasio resirkulasi
a. Tentukan tingkat resirkulasi
Tingkat pembasahan minimum = 0,5 L/mm2-s
q + qr = 0,5 L/m2-s
qr = 0,5-0,39 = 0,11 L/m2-s
b. Tentukan rasio resirkulasi
R = qr/q = 0,11/0,39 = 0,28
4. Tentukan tingkat pemompaan
q+ qr = 0,5 L/m2-s
total tingkat pemompaan = (0,5 L/m2-s)(452,2 m2) = 226 L/s= 814 m3/h

5. Tenukan flushing dan tingkat dosing normal menggunakan data dari Tabel 9-3
a. Tentukan proses BOD = Q S /V
= ((15,14 mm3/d)(125 mg/L)(1 kg/103 g)) / 2758 m3
= 0,69 kg/m3-d
b. Tentukan tingkat dosing
Dari Tabel 9-3, estimasi flushing dan tingkat operasi dosing adalah
I Flushing dose = 300 mm/pass
Ii Operating dose = 50 mm/pass
6. Tentukan kecepatan distribusi menggunakan persamaan 9-1
a. Untuk flushing

44
b. Untuk operasi normal

Catatan : karena perbedaan kecepatan untuk flushing dan operasional , pengaturan distribusi
dengan variable speed capabitity harus digunakan.

7. Tentukan diameter clarifier


kedalaman clarifier = 4,2 m
Dari gambar 9-7 , tingkat over flow yang direkomendasikan dan rata-rata aliran secara
berurutan adalah 1,1 dan 2,4 m/h, karena rasio puncak untuk rata-rata aliran adalah 1,5, rata-
rata overflow mengontrol desain.
Flowrate = (15,140 m3/dt)/(24 lt/dt) = 630,8 m3/h
Clarifier area = (630,8 m3/h)/(1,1 m/h) = 573,5 m2
Menggunakan 2 clarifier
Area untuk setiap clarifier = 573,5 m2/2 = 286,7 m2
Diameter tiap clarifier = 14,1 m
8. Desain singkat
Parameter Satuan Nilai
Jumlah penyaring 2
Diameter m 17
Kedalaman m 61
Tota volume susunan lapisan m3 2758
Proses BOD Kg/m3-d 0,69

45
Parameter Satuan Nilai
Tingkat aplikas hydraulik L/m2-s 0,39
Total rasio pemompaan m3/h 814
Rasio resirklasi unit less 0,28
Distributor 2
Kecapatan distribusi normal min/rev 3,33
Kecapatan distribusi flushing min/rev 20
Clarifier 2
Kedalaman clarifier m 4,2
Diameter clarifier m 14,1

2.5.5 Combined BOD Removal and Nitrification in a Trickling Filter with Plastik Packing
Tentukan volume susunan lapisan plastik yang digunakan untuk menyisihkan 90% TKN di
trickling filter dengan kedalaman 6,1 m untuk karakteristik air limbah yang ditentukan. Bagaimana
perhitungan perbandingan volume pada tingkat oksidasi volumetric yang diprediksi? Asumsi luas
permukaan area plastik packing adalah 100 m2/m3. Dan juga tentukan tingkat hidraulik.

Tabel Wastewater Characteristics

Parameter Unit Value


Flow L/s 100
BOD g/m3 160
TKN g/m3 25
TSS g/m3 70
Note: g/m3.mg/L
Solusi :
1. Menentukan spesifik TKN removal
0,44
= 0,82

160
= = 6,4
25

= 0,82(6,4)0,44 = 0,36
2
2. Menentukan TKN removal
3
= 8640
= 100

= 0,90 (86400)(25) = 194,400 /
3. Menentukan luas area Packing
(194400) 194400
= = = 540000 2
0,36
46
4. Menentukan volume Packing
540000
= = 5400 2
100

5. Menentukan tingkat hidraulik


5400
= = = 885 2
6,1
Tingkat hidraulik = q
100
= = = 0,11 /2
885
Untuk memenuhi tingkat aplikasi hidrolik minimum yang diberikan sebelumnya 0,5 L/m2s,
resirkulasi akan diperlukan.

6. Menentukan BOD loading berdasarkan volume dan luas pemukaan


a. Loading berdasarkan volume
8640 160 1
= = 0,26 /3
5400
b. Loading berdasarkan luas area
1
= 0,26 103 = 2,6 /3
100
7. Menentukan tingkat volumetric oksidasi
[ +4,6 ( )]
= (103 /)

= 160 /3
= 0,90 (25) = 22,5 /3
[160 + 4,6 22,5 ](8640)
= = 0,42 /3
5400 103
Komentar : nilai yang dihitung untuk BOD loading, berdasarkan luas permukaan adalah dalam
rentang yang dilaporkan oleh Parker dan Richards (1986). Nilai yang dihitung untuk tingkat oksidasi
volumetric adalah sedikit lebih rendah dari tingkat oksidasi volumetric dilaporkan oleh Daigger et
al(1994) .
2.5.6 Tertiary Nitrification Trickling Filter Design
Dua tahap nitrifikasi filter untuk membuat aliran 6000m3/d setelah secondary treatment.
Konsentrasi influent NH4-N yang diinginkan sebesar 25 g/m3 dan konsentrasi effluent NH4-N yang
diinginkan sebesar 1 g/m3. Dari pilot-plantstudi nilai rn,max sebesar 1,5 g/m2.d dan nilai Kn sebesar
1,5 g/m3, pada saat temperature 15oC. Medium-density cross-flow plastik packing material memiliki

47
luas permukaan yang digunakan sebesar 138 m2/m3, sebagian kecil BOD atau TSS terdapat di dalam
libah cair influent yang menimbulkan masalah penyumbatan. Menggunakan tingkat aplikasi
hidraulik sebesar 1 L/m2s untuk menyediakan kemasan pembahasan yang baik. Asumsi r = 0 dan
konsentrasi effluent NH4-N dari bagian tingkat nitrifikasi orde nol menara adalah 6 g/m3. (catatan
g/m3=mg/L). untuk tujuan dari contoh ini, sintesis telah diabaikan, dan menggunakan pendekatan
konservatif.

Solusi :
1. Menentukan volume packing material dari tingkat nitrifikasi orde nol untuk mengurangi
konsentrasi NH4-N 25-6 g/m3. Dikarenakan tidak ada resirkulasi yang digunakan,
konsentrasi NH4-N pada menara sebesar 25 g/m3.

2. Memecahkan untuk konsentrasi tingat orde pertama bertahap dari 1 g/m3


perhitungan yang diperlukan untuk peningkatan konsentrasi dari 6 menjadi 5 g/m3 yang akan
di ilustrasikan dibawah ini

48
3. Perhitungan untuk penambahan lainnya dirangkum dalam tabel berikut

4. Menentukan luas penampang dari trickling filter

5. Menentukan kedalaman kemasan trickling filter

49
2.7 Operasional dan Pemeliharaan Trickling Filter
2.7.1 Operasional Trickling Filter
a. Proses pembiakan mikroba dapat dilakukan secara alami atau natural karena di dalam air limbah
domestik sudah mengandung mikroba atau mikroorganisme yang dapat menguraikan polutan
yang ada di dalam air limbah atau dapat pula dilakukan seeding dengan memberikan benih
mikroba yang sudah dibiakkan (Kemenkes RI, 2011).
b. Jika pengoperasian IPAL dilakukan dengan pembiakan mikroba secara alami, proses operasional
yang stabil memerlukan waktu pembiakaan (seeding) sekitar 1-2 minggu. Waktu adaptasi
tersebut dimaksudkan untuk membiakkan mikroba agar tumbuh dan menempel pada permukaan
media biofilter. Jika proses pembiakan mikroba (seeding) dilakukan dengan memberikan benih
mikroba yang sudah jadi , proses dapat stabil dalam waktu 1 minggu (Kemenkes RI, 2011).
c. Pertumbuhan mikroba secara fisik dapat dilihat dari adanya lapisan lendir atau biofilm yang
menempel pada permukaan media (Kemenkes RI, 2011).
Catatan :
Pengisian air limbah ke dalam reaktor dilakukan secara bertahap ke setiap ruang di dalam reaktor
agar beban pada dinding reaktor merata (dan tidak merusak biofilm), sehingga menyebabkan tekanan
merata di bagian dinding reaktor. Pengisian dilakukan sampai semua ruangan di dalam reaktor terisi
air limbah sampai penuh dan keluar ke bak kontrol outlet. Selanjutnya debit pompa air limbah yang
masuk ke dalam reaktor dan pompa sirkulasi diatur sesuai dengan kapasitas perencanaan (Kemenkes
RI, 2011).
2.7.2 Pemeliharaan Trickling Filter
a. Menghindari masuknya zat-zat kimia beracun yang dapat menggaggu pertumbuhan mikroba
yang ada di dalam biofilter misalnya, cairan limbah perak nitrat, merkuri atau logam berat
lainnya (Kemenkes RI, 2011).
b. Masalah yang sering timbul pada pengoperasian trickling filter adalah sering timbul lalat dan
bau yang berasal dari reaktor. Sering terjadi pengelupasan lapisan biofilm dalam jumlah yang
besar. Pengelupasan lapisan biofilm ini disebabkan karena perubahan beban hidrolik atau beban
organik secara mendadak sehingga lapisan biofilm bagian dalam kurang oksigen dan suasana
berubah menjadi asam karena menerima beban asam organik sehingga daya adhesive dari
biofilm berkurang sehingga terjadi pengelupasan. Penaganannya mengatasi gangguan tersebut
yakni dengan cara menurunkan debit air limbah yang masuk ke dalam reactor atau dengan cara
melakukan aerasi di dalam bak ekualisasi untuk menaikkan kensentrasi oksigen terlarut
(Solichin, 2012).

50
2.1 Gambaran Umum RBC

RBC atau Rotating Biological Contactor ialah suatu proses pengolahan limbah cair dengan
menggunakan metode dimana unit pengolah air limbah ini berotasi dengan pusat pada sumbu atau as
yang digerakkan oleh motor drive system dan/atau tiupan udara (air drive system) dari difusser yang
dibenam dalam air limbah, di bawah media. Berbahan plastik, media tempat pelekatan mikroba dipasang
sedemikian rupa sehingga terjadi kontak yang seluas-luasnya dengan air limbah dan oksigen yang terjadi
silih berganti. Dimana metodenya melibatkan kontak dengan unsure-unsur biologi di dalam perputaran
ataupun rotasi.

RBC seperti kumpulan piringan-piringan dimana pada permukaannya ada media disk sebagai
tempat mikroorganisme untuk memakan kandungan bahan organik dalam limbah diusahakan media disk
bisa disediakan seluas-luasnya agar mikroorganisme dapat mudah mengambil polutan pada limbah yang
dialirkan. Sistem pengoperasian RBC yakni menggunakan mikroorganisme untuk memakan bahan
organik. syarat hidup mikroorganisme yakni memerlukan makanan dan O2. Sehingga pada RBC ini di
setting seperti roda berputar sehingga ketika posisi dibawah mikroorganisme dapat mengambil makanan
sedangkan ia bisa mengolahnya dengan mengambil oksigen terlebih dahulu ketika ia berada diatas. Akan
tetapi perlu diketahui pula apabila RBC telah digunakan dalam jangka waktu yang lama pada permukaan
media disk akan terbentuk tumpukan mikroorganisme yang banyak karena adanya pertumbuhan MO
(mikroorganisme). jika MO ini terus menumpuk maka Mo yang ada ditumpukan paling bawah yang
hidup hanya MO an aerob karen tertutup oleh MO diatasnya. sehingga terkadang terbentuk seperti kerak.

Rotating Biological Contactors (RBCs) telah diterapkan pertama kali di Jerman Barat pada
tahun 1960, baru kemudian diperkenalkan ke Amerika. Di Amerika dan Kanada, 70 % sistem RBC
hanya digunakan untuk menyisihkan karbon BOD, 25 % merupakan kombinasi untuk penyisihan
karbon BOD dan nitrifikasi, 5 % untuk nitrifikasi pada efluen sekunder.

51
Gambar 2.1 Typical Unit RBC

Sumber : Metcalf & Eddy, 2003

2.1.1 Prinsip Kerja RBC

Prinsip kerja pengolahan air limbah dengan RBC yakni air limbah yang mengandung polutan
organik dikontakkan dengan lapisan mikro-organisme (microbial film) yang melekat pada permukaan
media di dalam suatu reaktor. Media tempat melekatnya film biologis ini berupa piringan (disk) dari
bahan polimer atau plastik yang ringan dan disusun dari berjajar-jajar pada suatu poros sehingga
membentuk suatu modul atau paket, selanjutnya modul tersebut diputar secara pelan dalam keadaan
tercelup sebagian ke dalam air limbah yang mengalir secara kontinyu ke dalam reaktor tersebut.

Dengan cara seperti ini mikro-organisme misalanya bakteri, alga, protozoa, fungi, dan lainnya
tumbuh melekat pada permukaan media yang berputar tersebut membentuk suatu lapisan yang terdiri dari
mikro-organisme yang disebut biofilm (lapisan biologis). Mikro-organisme akan menguraikan atau

52
mengambil senyawa organik yang ada dalam air serta mengambil oksigen yang larut dalam air atau dari
udara untuk proses metabolismenya, sehingga kandungan senyawa organik dalam air limbah berkurang.

Pada saat biofilm yang melekat pada media yang berupa piringan tipis tersebut tercelup kedalam
air limbah, mikro-organisme menyerap senyawa organik yang ada dalam air limbah yang mengalir pada
permukaan biofilm, dan pada saat biofilm berada di atas permuaan air, mikro-organisme menyerap
okigen dari udara atau oksigen yang terlarut dalam air untuk menguraikan senyawa organik. Enegi hasil
penguraian senyawa organik tersebut digunakan oleh mikro-organisme untuk proses perkembang-biakan
atau metabolisme.

Senyawa hasil proses metabolisme mikro-organisme tersebut akan keluar dari biofilm dan
terbawa oleh aliran air atau yang berupa gas akan tersebar ke udara melalui rongga-rongga yang ada pada
mediumnya, sedangkan untuk padatan tersuspensi (SS) akan tertahan pada pada permukaan lapisan
biologis (biofilm) dan akan terurai menjadi bentuk yang larut dalam air.

Pertumbuhan mikro-organisme atau biofilm tersebut makin lama semakin tebal, sampai akhirnya
karena gaya beratnya sebagian akan mengelupas dari mediumnya dan terbawa aliran air keluar.
Selanjutnya, mikro-organisme pada permukaan medium akan tumbuh lagi dengan sedirinya hingga
terjadi kesetimbangan sesuai dengan kandungan senyawa organik yang ada dalam air limbah. Secara
sederhana proses penguraian senyawa organik oleh mikro-organisme di dalam RBC dapat digambarkan
seperti pada gambar 2.2

Gambar 2.2. Mekanisme proses penguraian senyawa organik oleh mikro-organisme di dalam
RBC

53
Gambar 2.3 Diagram proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC.

Bak Pemisah Pasir. Air limbah dialirkan dengan tenang ke dalam bak pemisah pasir, sehingga
kotoran yang berupa pasir atau lumpur kasar dapat diendapkan. Sedangkan kotoran yang
mengambang misalnya sampah, plastik, sampah kain dan lainnya tertahan pada sarangan (screen)
yang dipasang pada inlet kolam pemisah pasir tersebut.
Bak Pengendap Awal. Dari bak pemisah/pengendap pasir, air limbah dialirkan ke bak pengedap awal.
Di dalam bak pengendap awal ini lumpur atau padatan tersuspensi sebagian besar mengendap.
Waktu tinggal di dalam bak pengedap awal adalah 2 4 jam, dan lumpur yang telah mengendap
dikumpulkan daan dipompa ke bak pengendapan lumpur.
Bak Kontrol Aliran. Jika debit aliran air limbah melebihi kapasitas perencanaan, kelebihan debit air
limbah tersebut dialirkan ke bak kontrol aliran untuk disimpan sementara. Pada waktu debit aliran
turun / kecil, maka air limbah yang ada di dalam bak kontrol dipompa ke bak pengendap awal
bersama-sama air limbah yang baru sesuai dengan debit yang diinginkan.
Kontaktor (reaktor) Biologis Putar. Di dalam bak kontaktor ini, media berupa piringan (disk) tipis dari
bahan polimer atau plastik dengan jumlah banyak, yang dilekatkan atau dirakit pada suatu poros,
diputar secara pelan dalam keadaan tercelup sebagian ke dalam air limbah. Waktu tinggal di dalam
54
bak kontaktor kira-kira 2,5 jam. Dalam kondisi demikian, mikro-organisme akan tumbuh pada
permukaan media yang berputar tersebut, membentuk suatu lapisan (film) biologis. Film biologis
tersebut terdiri dari berbagai jenis/spicies mikro-organisme misalnya bakteri, protozoa, fungi, dan
lainnya. Mikro-organisme yang tumbuh pada permukaan media inilah yang akan menguraikan
senaywa organik yang ada di dalam air limbah. Lapsian biologis tersebut makin lama makin tebal dan
kerena gaya beratnya akan mengelupas dengan sedirinya dan lumpur orgnaik tersebut akan terbawa
aliran air keluar. Selanjutnya laisan biologis akan tumbuh dan berkembang lagi pada permukaan
media dengan sendirinya.
Bak Pengendap Akhir. Air limbah yang keluar dari bak kontaktor (reaktor) selanjutnya dialirkan ke
bak pengendap akhir, dengan waktu pengendapan sekitar 3 jam. Dibandingkan dengan proses
lumpur aktif, lumpur yang berasal dari RBC lebih mudah mengendap, karena ukurannya lebih besar
dan lebih berat. Air limpasan (over flow) dari bak pengendap akhir relaitif sudah jernih, selanjutnya
dialirkan ke bak khlorinasi. Sedangkan lumpur yang mengendap di dasar bak di pompa ke bak
pemekat lumpur bersama-sama dengan lumpur yang berasal dari bak pengendap awal.
Bak Khlorinasi. Air olahan atau air limpasan dari bak pengendap akhir masih mengandung bakteri
coli, bakteri patogen, atau virus yang sangat berpotensi menginfeksi ke masyarakat sekitarnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, air limbah yang keluar dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak
khlorinasi untuk membunuh mikro-organisme patogen yang ada dalam air. Di dalam bak khlorinasi,
air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu kontak tertentu sehingga
seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat di matikan. Selanjutnya dari bak khlorinasi air limbah
sudah boleh dibuang ke badan air.
Bak Pemekat Lumpur. Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap akhir
dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur di aduk secara pelan kemudian
di pekatkan dengan cara didiamkan sekitar 25 jam sehingga lumpurnya mengendap, selanjutnya air
supernatant yang ada pada bagian atas dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang
telah pekat dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan secara
periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.
2.1.2 Reaksi Pada RBC

Pada proses RBC, terdapat beberapa reaksi yang terjadi, yaitu :


1. oksidasi
2. nitrifikasi
3. Denitrifikasi

55
Hal ini dijabarkan sebagai berikut. Bahan organik terkandung dalam limbah lalu mengambil
oksigen sehingga ada reaksi antara bahan organik, O2 dan nutrien (biasanya sudah terkandung pada
limbah) dalm proses metabolisme lalu dihasilkan NH3, CO2, C5h7HO2 (sel baru) yang terlepas ke
udara. Selain pada proses diatas ada respirasi endogenesis untuk mendapatkan energi yakni:

C5H7HO2+O2>> 5CO2 + H2O + Energi

Pada nitrifikasi limbah memiliki polutan yang mengandung amoniak NH4 yang baunya
sangat menyengat. dengan reaksi sebagai berikut:
2NH4+O2 (dengan bantuan nitrosomonas)>> 2NO2 + 4H + 2H2O.

2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan RBC

Beberapa keunggulan proses pengolahan air limbah denga sistem RBC antara lain :

1. Pengoperasian alat serta perawatannya mudah.


2. Untuk kapasitas kecil / paket, dibandingkan dengan proses lumpur aktif konsumsi energi lebih
rendah.
3. Dapat dipasang beberapa tahap (multi stage), sehingga tahan terhadap fluktuasi beban
pengoalahan.
4. Reaksi nitrifikasi lebih mudah terjadi, sehingga efisiensi penghilangan ammonium lebih besar.
5. Tidak terjadi bulking ataupun buih (foam) seperti pada proses lumpur aktif.
Sedangkan beberapa kelemahan dari proses pengolahan air limbah dengan sistem RBC antara
lain yakni :

1. Pengontrolan jumlah mikro-organisme sulit dilakukan.


2. Sensitif terhadap perubahan temperatur.
3. Kadang-kadang konsentrasi BOD air olahan masih tinggi.
4. Dapat menimbulkan pertumbuhan cacing rambut, serta kadang-kadang timbul bau yang
kurang sedap.
2.1.4 Fasilitas fisik untuk Proses RBC

Prinsip dari unit RBC dan hal pentingnya di dalam sebuah proses dijelaskan pada bagian
ini.Desain pelengkapan RBC berbeda antara pabrikan di setiap komponennya.

1. Shafts
Shaft RBC digunakan untuk mendukung dan memutar media plastik.Panjang maksimum
shaft mendekati 27 ft (7,62 m) yang ditempati oleh media.Panjang shaft terpendek dari 5 ke 25 ft
56
(1,52 ke 7,62 m) juga tersedia.Ukuran dan detail desain sangat beragam antara pabrikan.Sifat
struktural shaft dan metode pelekatan media sangat penting diperhatikan.

2. Media
Media digunakan untuk RBC memiliki tingkat densitas tinggu polyethylene dan disediakan
pada konfigurasi yang berbeda .Bengkokan menambah area permukaan yang tersedia dan lebih
memantapkan stabilitas struktural.Tipe media diklasifikasikan berdasarkan area pada media di shaft
dan biasaya berdensitas rendah,densitas medium dan densita tinggi.Standard densitas
media,didefenisikan sebagai media dengan area permukaan 100.000 ft2 per 27 ft (8,23 m)
shaft.Densitas medium dan densitas tinggi memiliki area permukaan 120.000 sampe 180.000 ft2
(11,149 sampai 16,723 m2) per 27 ft (8,23m) shaft dan digunakan pada tingkat pertengahan dan
akhir sistem RBC dimana pengenceran biolog terjadi.

3. Sistem Drive
Kebanyakan unit RBC diputar oleh unit mechanical drive langsung yang dditempelkan
langsung pada pusat shaft.Drive udara juga tersedia.Drive air terdiri dari cangkir plastik yang
dilekatkan perimeter media,dan udara dilokasikan dibawah media dan kompresor udara.Pelepasan
udara ke cup/cangkir membuat gaya apung yang menyebabkan shaft kembali.Kedua sistem memiliki
sifat mekanikal yang dapat dipercaya.Variabel kecepatan dapat di gunakan untuk mengatur
kecepatan perputaran di shaft

4. Tankage
Tankage untuk sistem RBC telah dioptimisasi pada 0,12 gal/ft2 (0,0049 m3/m2)
media,menghasilkantingkat volume 12.000 gal (45,42 m3) untuk 100000 ft2 (9290 m2 )
shaft.Berdasarkan volume ini,waktu detensi pada 1,44 jam disediakan untung beban hidraulik 2
gal/ft2.

5. Tangki Pengendapan
Tangki pengendapan untuk RBC sama dengan trickling filter yang mana semua lumpur dari
tangki pengendapan di hilangkan di proses fasilitas lumpur.

57
58
2.1.5 Pertimbangan pada proses desain

Perancangan yang baik, RBC memiliki keunggulan dalam menyisihkan kandungan organik ,
waktu detensi yang lebih lama pada stag biologi, dan pengendalian sirkuit pendeK yang lebih bagus.
Diagram tipe aliran akan ditunjukan pada gambar 10-37.

Dalam perancangan siste RBC, pertimbangannya adalah sebagai berikut :

1. Unit staging RBC


Bentuk staging dari RBC dihitung semua bagiannya pada proses perancangan. Staging adalah
penggolongan dari media RBC untuk membentuk seri sel sendiri. Stage juga dapat digunakan
bersama dengan penggunaan stage selanjutnya. Tipe stage dapat digambarkan seperti pada gambar
10-38 . Dalam aplikasisekunder treatment, stage yang terdiri dari tiga atau lebih secara umum dapat
digunakan pada setian aliran debit. Stage tambahan dapat ditambahkan untuk nitrifikasi atau
kombinasi penyisihan BOD dan amonia.

Untuk bangunan yang kecil, shaft RBC digunakan yang jenis paralel untuk arah aliran dengan
kumpulan disk yang dipisahkan oleh dinding penyekat. Dalam instalasi yang lebih besar, shaft akan
menjulang tegak lurus terhadap aliran dengan beberapa stage di dalam seri untk membentuk sebuah
proses yang berurutan. Untuk mengatasi luapan pada permulaan unit, bentuk step-feed atau bentuk
tapered dapat digunakan. Dua atau lebih aliran beruntut paralel harus diterapkan sehingga unit-unit
dapat diisolasi untuk masalah perbaikan. Konstruksi dari tangki harus diperkuat dengan beton atau
baja, untuk bangunan yang lebih kecil biasanya digunakan baja.

2. Kriteria Loading

59
Saat sistem RBC mula-mula diperkenalkan di Amerika, proses perancangan didasarkan pada tekanan
hidraulik loading dalam satuan gal/ft2.d , pertama untuk menggunakan total BOD per satuan luas area (lb
SBOD/103ft2) dan sebagian esar untuk BOD terlarut per satuan luas area ( lb TBOD/103ft2) atau untuk
nitrifikasi, lb NH3/103ft2 .
Hasil yang jelek telah diteliti bahwa ada sistem yang memiliki beban yang berat menghasilkan DO
rendah, bau H2S dan penyisihan pada stage pertama yang jelek. Di bawah kondisi tersebut, organisme
filamentous seperti Beggiatoa, yakni organisme penyisih sulfat , bisa berkembang. Cara lain dalam sistem
penambahan udara, step feed, atau recycle dari stage terakhir. Rekomendasi desain awal buatan pabrik yang
sangat diharapkan untuk digunakan, tidak menghitung beban puncak, aliran daur ulang lumpur, dan
perbandingan temperatur.
3. Karakteristik Efluen
Sistem RBC dapat didesain untuk pengolhan sekunder atau pengolahan tingkat lanjut. Karakteristik
Efluen BOD5 pada pengolahan sekunder sebanding dengan proses activated-sludge dengan operasi yang
baik. Dimana Efluen dengan kandungan nitrat dibutuhkan, RBCs dapat digunakan pada kombinasi
pengolahan BOD dan amonia. (bersambung dg yang lain).

60
2.2 Kriteria Desian RBC

Parameter Treatment Level

Unit BOD BOD Removel and Separate


Removel NItrification Nitrification
2.3
3 2
Hdryaulic loading M /m -d 0.08-0.16 0.03-0.08 0.04-0,10

Organic loading g sBOD/m2-d 4-10 2.5-8 0.5-1.0 RB

g sBOD/m2-d 8-20 5-16 1-2 C


Pros
Maximum 1st stage organic g sBOD/m2-d 12-15 12-15
loading es
g sBOD/m2-d 24-30 24-30 Des

NH3 Loading g N/m2-d 0.7-1.5 0.75-1.5 ain


(Per
Hidraulic retention time H 15-30 1.5-4 1.2-3
hitu
Effluent BOID Mg/L 7-15 7-15 nga
Efluent NH4-N Mg/L <2 1-2 n)

Masalah paling sering disebabkan oleh beban organik yang berlebihan, khususnya pada tahap
pertama. Modifikasi pada peralatan telah dilakukan untuk mengurangi permasalahan dan untuk
memudahkan dalam perawatan. Unit dengan peningkatan rendaman telah dikembangkan untuk
mengurangi beban dan meningkatkan kinerja alat.

Meskipun beberapa model teoritis telah dikembangkan dengan analisis data untuk fasilitas
yang ada, kegunaan model ini untuk memprediksi kinerja di instalasi lain bisa tidak sama, sebagai
konsekuensinya, desain RBC sebagian besar didasarkan pada penggunaan parameter desain.
parameter desain yang di prsentasikan pada bagian ini berasal dari pengalaman dari evaluasi catatan
operasi dari instalasi RBC.

Ketika suhu air limbah kurang dari 55oF , penyisihan organik dapat menurun. Untuk
menganggulangi efek dari suhu yang dingin, luas permukaan RBC perlu di besarkan.

Contoh RBC Process Design

Air limbah kota dengan SBOD5 dan TBOD5 sebanyak 150 dan 250 mg/L, diolah
menggunakan RBC. Keluaran BOD5 yang dikehendaki kurang dari atau sama dengan 25 mg/L.
Dengan average design flowrate sebesar 0,75 Mgal/d. Diasumsikan jika suhu air limbah tersebut
61
adalah 20oC dan peaking faktor organic loadnya adalah 3,5. Berapa ukuran RBC dan settling
facilities.

Solusi

1. Tentukan luas permukaan dari RBC


a. Untuk mencapai nilai BOD5 kurang dari 25 mg/L atau sama, loading faktor yang didapat dari
kriteria desain adalah 1,5 lb SBOD/103ft2
b. Luas permukaan area

0,75 (150 )
c. A=
1,5 /103 2
[8,34 . (
)] = 625.500 2

2. Cek desain untuk organic overloading


a. Organic load peaking factor : 3,5
b. Menentukan beban per unit area
0,75 (150)8,34 (1000)(3,5) 5
= 2
= 5,25 3 2
625.500 10
Memenuhi kriteria desain yang ada.
3. Menentukan kebutuhan luas permukaan dari settling facilities
a. Menentukan area berdasarkan average flow dengan overflow rate 600 gal/ft2 .d

0,75 (106 )

= = 1250 2

600 2 .

b. Menentukan area berdasarkan peak flow dengan overflow rate 1200 gal/ft2 .d

(3,5)0,75 (106 )

= = 2186 2

1200 2 .

c. Berdasarkan dari perhitungan diatas, ukuran dari settling facilities ditentukan oleh maximum
flowrate nya.
2.4. Operasional dan Pemeliharaan
2.4.1. Operasional
Unit RBC bias diletakkan selevel dengan unit anaerobik, di bawah tanah, dan bias juga diletakkan di
atas tanah ataupun di atas bangunan. Peletakan unit RBC bergantung pada kondisi lokasi yang ada.
Secara umum teknologi RBC mengkonsumsi energi/listrik sangat kecil, sehingga hal inilah yang
menjadikan RBC berkembang pesat. Perbandingan kasar antara teknologi RBC dan Activated Sludge (sama-
sama pengolahan dengan sistem aerobik) adalah 1 : 10, sehingga biaya operasional dengan sistem RBC

62
sangat rendah. Sebagai gambaran RBC dengan teknologi lattice 3 dimensi dengan motor penggerak hanya 2
HP (1,5 KW) sanggup menghilangkan kandungan BOD sampai 20 kg BOD per harinya. Teknologi lumpur aktif
dengan kapasitas sama akan membutuhkan energi sampai 20 HP (15KW).
a. Persiapan operasi/item yang harus diperiksa
1. Periksa apakah operation panel (panel control operasi) sudah menyala. Panel operasi ada di ruang
mesin.
2. Periksa lampu indicator yang berwarna hijau
3. Jika lampu indicator energi/listrik tidak menyala, hidupkan NFB untuk power supply
4. Periksa listrik yang disalurkan ke RBC. Listrik tersambung jika lampu indicator yang berwarna hijau
menyala.
5. Jika lampu operasi tidak menyala, hidupkan NFB untuk RBC di dalam panel listrik
b. Pengoperasian
1. RBC hanya punya sistem pengoperasian secara manual
2. Pada panel listrik RBC terdapat tombol on dan off
3. Tekan tombol on maka RBC akan berputar, dan tekan tombol off, maka RBC akan berhenti
4. Pada panel listrik tersebut juga terdapat satu tombol besar berwarna merah, namanya tombol
emergensi, jika terjadi kondisi darurat tertentu, tekanlah tombol merah tersebut dan seluruh unit
mesin yang bergerak akan segera berhenti
5. RBC dioperasikan non stop tanpa berhenti, hentikan RBC hanya untuk pemeliharaan rutin dan atau
dalam keadaan darurat.
2.4.2. Perawatan RBC
a. Perawatan Rutin
Motor
Apabila motor dilengkapi dengan grease fittings dan relief plugs, maka sebaiknya diberikan pelumas
ulang setiap setahun sekali dengan minyak untuk motor secukupnya.
Reducer/Gear Box
Komponen ini diisi dengan oli sederajat SAE-40, atau isi sesuai dengan spesifikasi pada brosur.
Diperlukan pengecekan visual secara berkala. Periksa level oli dan tambahkan dengan oli yang sama
sehingga level yang diperlukan setiap setahun sekali oli gear box diganti dengan oli yang baru dengan
jenis dan tipe yang sama.
Bearings
Bearings dilumasu dengan grease/gemuk. Pelumas lama-kelamaan akan habis dan laju
pengurangannya merupakan fungsi dari kondisi operasi. Setiap minggu sekali pompa/masukan grease
ke bearing lewat grease nipplenya dengan alat grease-gun.

63
Sprocket dan Rantai
Penggerak rantai sebaiknya diperiksa setiap 3 (tiga) bulan untuk hal-hal berikut di baawah ini :
1. Jika rantai ditutupi pusat atau kotoran, harus dibersihkan dengan dengan kerosin dan kemudian
diberi pelumas kembali.
2. Periksa oli dan pengotor seperti potongan kayu, debu atau pasir
3. Ganti oli jika perlu (disarankan menggunakan oli dengan viskositas SAE 30 pada suhu ruangan 5-
30C)
4. Periksa tegangan rantai dan kencangkan jika diperlukan
b. Perawatan Sistem Proses
Hal-hal berikut harus diperhatikan untuk mempertahankan dan meningkatkan kondisi RBC yang
optimum :
1. Hindari masukan deterjen dalam jumlah banyak ke dalam RBC, gunakan deterjen yang
biodegredable. Sistem ini dapat mendegradasikan deterjen dalam jumlah yang normal. Harus
diperhatikan untuk penggunaan mesin cuci agar digunakan jumlah deterjen yang sesuai petunjuk
pemakaian. Jumlah deterjen yang berleebihan dapat menimbulkan bau pada sistem pengolahan.
2. Hindari masukan minyak dalam jumlah banyak ke dalam RBC, sistem dapat mengolah minyak dan
lemak dalam jumlah tertentu. Jika minyak dan lemak terlalu banyak hingga menutupi saluran
permukaan air limbah di primary clarifier yang mengakibatkan terhalangnya air limbah dengan
udara.
3. Jangan membuang minyak dalam jumlah yang banyak di pipa inlet.
4. Lumpur dan padatan yang terapung harus dibuang minimum tiga bulan sekali untuk
mempertahankan operasi optimal dalam sistem.
5. Jangan masukan bahan-bahan yang tidak dapat diolah secara biologis seperti plastik, karet, popok
bayi, pembalut wanita, rokok, dll.
6. Jangan masukan bahan-bahan kimia ke dalam sistem karena dapat mematikan bakteri yang
digunakan untuk pengolahan. Contohnya pembersih lantai, desinfektan, bahan kimia yang bersifat
asam atau basa, bensin, oli, dll.
7. Jangan hubungkan aliran listrik lain ke panel kontrol karena akan merusak sistem kontrol.

c. Perawatan Mekanikal RBC


RBC dapat dioperasikan secara otomatis. Hal ini memiliki kecenderungan untuk mengabaikan
perawatan. Kecermatan pengamatan akan sangat mendukung program pemeliharaan dan
64
perawatan sehingga dapat diperoleh umur pakai dan kinerja terbaik. Untuk mencapai hal
tersebut, langkah yang perlu dilakukan :

Penggerak RBC-Motor Penggerak

1. amati tingkat kepanasan motor


2. teliti dan cermati apakah ada bunyi gesekan yang tidak wajar
3. perhitungkan apakah ada gerakan/ayunan tidak wajar
Pemeriksaan Reducer/Gear Motor

1. amati tingkat kepanasan pada reducer


2. amati ketinggian minyak pelumas dalam reducer
3. amati apakah ada gerakan/ayunan yang berulang
Pemeriksaan Bearing

1. Periksa pelumas pada bearing baik jumlahnya maupun sifat pelumasnya. Bila grease sudah
mengalami penurunan dalam tingkat pelumasannya, ganti dengan grease yang baru
2. Amati apakah ada gerakan/hentakan/bunyi gesekan yang tidak normal
3. Dengan penggunaan tersebut, indikasi adanya penggunaan pada :
4. Bearing menunjukkan kemungkinan adanya gangguan pada shaft
5. Reducer menunjukkan terjadinya ketidakseimbangan beban atau dudukan motor dan reducer
tidak kokoh
6. Rantai : periksa keluasn rantai pada waktu berputar
7. Periksa ketegangan rantai pada bagian sisi penarik (tigth strand) maupun bagian pengulur (slack
strand).
8. Ketidak selarasan dan ketidak seimbangan pada rantai menunjukkan perlu pengaturan ulang
kedudukan reducer
Pemeriksaan Sprocket

1. Amati keausan pada gigi Sprocket


2. Amati keselarasan antara sprocket besar dan kecil
Bak Pelumas Rantai (Oil Bath)

1. Periksa ketinggian oli yang ada, tambahkan bila kurang


2. Ganti oli tersebut bila terkontaminasi
3. Selain pengamatan terhadap bagian bergerak di atas, perlu dilaksanakan pengamatan terhadap
keteraturan putaran RBC. Putaran dinilai normal apabila :

65
4. Putaran teratur dan tidak tersendat-sendat
Apabila bagian RBC yang mengalami kelambatan, maka pengamatan terhadap putaran RBC dibagi
dalam lingkaran. Apabila selisih waktu putaran antara lingkaran kurang dari tiga detik, putaran
RBC masih dianggap normal.

2.1 Sistem kolam fakultatif

Gambar 2.1 Ground plan of the Uvubamba waste stabilization pond (WSP)

Dalam kolam fakultatif proses fisika, kimia, dan biologi terjadi untuk pengolahan air limbah.
Ketiga proses ini saling bergantung satu sama lain. Sebagai contoh permukaan tanah,angin dan sinar
matahari berperan sangat penting dalam kolam ini. Permukaan tanah dapat menambah oksigen ke air
limbah, sehingga kolam fakultatif harus di rancang dengan baik sesuai dengan arah angin di sekitar
kolam. Arah angin juga mempengaruhi pola aliran hidrolik keseluruhan air limbah

66
Gambar 2.2 Proses dalam kolam fakuktatif

Hubungan khusus yang terjadi antara bakteri dan alga di zona aerobik adalah akteri dan
mengkonsumsi oksigen sebagai elektron acseptor untuk mengoksidasi senyawa organik yangad adi
dalam air limbah menjadi senyawa produk yang stabil miasalnya CO2,NO3-, dan PO4. Alga
menggunakan produk-produk tersebut sebagai bahan baku dengan sinar matahari sebagai sumber
energi sebagai proses metabolisme dan menghasilkan oksigen serta produk akhir lainnya Berikut
contoh gambar bangunan kolam Fakultatif/ Facultatif pond.

Gambar 2.3 Kolam Fakultatif-IPAL Margasari Kalimantan Timur

67
Gambar 2.4 Kolam Fakultatif-IPAL Sewon Bantul

2.2 Parameter Desain Kolam Fakultatif

Desain kolam fakultatif mengikuti metode yang digunakan untuk desain kolam aerobik.
Karena metode operasional (misalnya, pemeliharaan kondisi untuk mendorong penghilangan padatan
tersuspensi oleh sedimentasi), diperkirakan bahwa faktor dispersi untuk kolam tersebut akan
bervariasi 0,3-1,0.

Tabel 2.1
Parameter Desain Kolam Fakultatif
Parameter Fakultatif
Ukuran Kolam (acres) 2-10
Operasional Seri atau Paralel
Waktu Detensi (day) 5-30
Kedalaman (ft) 4-8
pH 6.5-8.5
Rentang Suhu (oC) 0-50
Suhu Optimum (oC) 20
Beban BOD5 (lb/acre.day) 50-180
Konversi BOD5 (%) 80-95
Konsentrasi Alga (mg/L) 5-20
Effluent Suspended Solid (mg/L) 40-60
Sumber : Tchobanoglous, 1991

68
Catatan : acre x 0.4047 = ha
: ft x 0.3048 = m
: lb/acre.day x 1.1209 = kg/ha.day

Faktor lain yang harus diperhatikan adalah akumulasi lumpur, yang penting dalam hal
sumber daya oksigen dan kinerja keseluruhan kolam. Misalnya, di iklim dingin, sebagian dari BOD
yang masuk disimpan dalam akumulasi lumpur selama musim dingin. Ketika peningkatan suhu pada
musim semi dan musim panas, akumulasi BOD diubah anaerob dan permintaan akan oksigen dari
gas dan asam yang dihasilkan dapat melebihi sumber daya oksigen dari lapisan permukaan aerobik
pada kolam. Diperkirakan bahwa penyimpanan BOD akan menjadi masalah, disarankan
menggunakan aerator permukaan. Jika desain didasarkan pada BOD, aerator harus memiliki
kapasitas yang memadai untuk memenuhi 175-225 persen dari BOD. Masalah lain yang disebabkan
oleh akumulasi lumpur adalah pengurangan kinerja kolam, yang diukur dengan kandungan
suspended-solids dari limbah. Desain kolam fakultatif menggunakan aerator permukaan
digambarkan dalam Contoh 10-11.

2.3 Perhitungan

Rancanglah sebuah kolam stabilisasi aerobic-anaerobic dengan memanfaatkan data berikut


ini :

Debit perancangan Q = 3800 m3/d (1,0 Mgal/d)


TSS Influen = 200 mg/L
BOD5 influen = 200 mg/L
Temperatur air saat musim panas = 25C (77F)
Temperatur air saat musim hujan = 15C (59F)
Koefisien Temperatur = 1.06
Orde I k pada suhu 20o C = 0,25 per hari
Faktor dispersi kolam D = 0,5
Kedalaman kolam = 1.8 m (6 ft)
Efisiensi BOD5 removal = 80%

Solusi :

Langkah 1. Hitung nilai Kt untuk factor disperse kolah 0.5 dan efisiensi BOD removal 80%
69
Kt = 2.4

Hitung persen BOD sisa pada efluen

Langkah 2. Hitung koefisien temperatur pada kondisi musim panas dan hujan

Musim Hujan
15 = (0.25 1 )[(1.06)1520 ] = 0.187 1
Musim Panas
25 = (0.25 1 )[(1.06)2520 ] = 0.335 1

Langkah 3. Hitung waktu detensi pada musim panas dan hujan

Musim Hujan
(0.187d-1)(t) = 2.4
t = 12.8 d
Musim Panas
(0.335d-1)(t) = 2.4
t = 7.2 d

Langkah 4. Hitung volume kolam dan luas permukaan yang dibutuhkan

Musim Hujan
Volume = Qt = 1,000,000 gal/d x 12.8 days x (1ft3/7.48 gal)
= 1,711,000 ft3
Area = Volume/efective depth
1,711,000 3
=
6 43,560 2
= 6.5 acres
= 2.6 ha
Musim Panas
Volume = 962,600 ft3
Area = 3.7 acres (1.5 ha)
70
Dipilih menggunakan volume dan area pada musim hujan

Langkah 5. Cek nilai loading rate BOD5

1 200
5 ( )( )

. = [8.34 . ( )]
6.5

= 257 5 /.

Langkah 6. Tentukan daya yang dibutuhkan untuk surface aerator

Asumsikan jika kapasitas aerator dalam transfer oksigen 2 kali nilai BOD per hari dan nilai
kapasitas transfer aerator adalah 48 lb O2 /(hp . d)

kebutuhan O2 = 2 (1 Mgal/d) (200 mg/L) [8.34 lb/Mgal.(mg/L)] = 3336 lb/d


Daya = 3336 lb/d / 48 lb O2/hp . = 69.5 hp (51.8 kW)

*menggunakan 5 unit dengan kapasitas daya 15 hp

Langkah 7. Cek nilai input daya untuk menghitung tingkat pengadukan

Power input = 75 h0/1711 x 1000 ft3 /1000 ft3


= 0,04 hp/1000 ft3 (1 kW/103 m3)

(Metcalf dan Eddy Third Edition, 1991).

2.4 Pengoperasian dan Pemeliharaan kolam fakultatif


Pada tahap awal memulai sistem kolam stabilisasi :
1. Kolam fakultatif dioperasikan terebih dahulu sebelum mengoperasikan kolam anaerobik
agar bau tidak timbul jika efluen dari kolam anaerobik disalurkan ke kolam fakultatif
2. Periksa kedalaman kolam fakultatif, apakah sudah sesuai dengan desain, periksa bagian
selokan pemasukan/inlet dan pengeluaran/outlet dari sistem, apakah letaknya sudah sesuai
dengan desain
3. Isi kolam dengan air bersih, bukan air limbah. Air bersih bisa didapat dari air
permukaan/air sungai, atau air tanah/air dari sumur. Isi penuh sesuai kapasitas desain
4. Diamkan selama 3-4 minggu dan tidak ada penambahan air baru. Penambahan bisa
dilakukan jika muka air menururn, artinya terjadi kebocoran pada kolam

71
5. Selama periode tersebut akan tumbuh populasi bakteri heterotropik dan alae yang
diperlukan bagi pengolahan limbah
6. Jika tidak tersedia air bersih boleh diisi dengan air limbah mentah. Isi penuh sesuai
kapasitas
7. Diamkan dalam kurun waktu 3-4 minggu, tidak ada penambahan air baru. Penambahan
bisa dilakukan jika muka air menurun, artinya terjadi kebocoran pada kolam
8. Akan tumbuh populasi mikrobia pada masa start up tersebut, jika memakai air limbah
mentah, kemungkinan akan timbul bau pada periode tersebut
9. Lakukan sampling dan analisa setiap minggu, cek kandungan oraganik dari influen dan
efluen sehingga tahu bahwa kondisi kolam fakultatif telah berfungsi sesuai kriteria desain,
dan dapat dioperasikan secara normal

Setelah beroperasi secara normal, lakukan standar operasi sebagai berikut :


1. Periksan saluran inlet dan outlet sehari dua kali, untuk memastikan tidak tersumbat oleh
benda atau kotoran besar yang akan mengganggu aliran limbah
2. Buang lapisan scum yang timbul, karena scum pada kolam fakultatid akan menghambat
proses fotosintesis dari algae
3. Bersihkan segala tumbuhan yang tumbuh di tepi kolam atau dari dalam kolam
4. Lakukan pengukuran aliran debit masuk dan debit keluar, setiap bulan
5. Lakukan analisa kualitas limbah baik influen dan efluen setiap minggu
6. Inspeksi kondisi tanggul setiap hari, jika terjadi kerusakan baik oleh binatang maupun
oleh air dan kondisi tanahnya sendiri, maka bisa segera dilakukan perbaikan
7. Pengelolaan lumpur berupa memeriksa ketebalan lumpur, menguras kolam,
memindahkan lumpur, membuang lumpur, mengisi kolam
8. Lakukan perbaikan darurat segera setelah ditemukan kerusakan pada tanggul, dan
lakukan perbaikan permanen secepatnya.

BAB II

PEMBAHASAN

72
Oxidation ditch merupakan salah satu contoh proses yang digunakan untuk oksidasi BOD
yang mengandung karbon dan nitrifikasi. Proses lain yang yang menunjukkan fungsi pengolahan ini
terdapat di tabel 2.1.

Tabel 2.1. Parameter desain untuk oksidasi BOD yang mengandung karbon dan nitrifikasi

Proses SRT, d MLSS, mg/L HRT, h RAS, %

Complete mix 3-15 1.500-4.000 3-5 25-100

Contac Stabilization 5-10 1.000-3.000 0,5-1 50-150

6.000-10.000 2-4

Conventional Plug-Flow 3-15 1.000-3.000 4-8 25-75

Extended aeration 20-40 2.000-5.000 20-30 50-150

Oxidation ditch 15-30 3.000-5.000 15-30 75-150

Sequencing batch 10-30 2.000-5.000 15-40 N/A


reactor

Step feed 3-15 1.500-4.000 3-5 25-75

Oxidation Ditch juga diketahui sebagai Continuous Loop Reactor (CLRs), secara luas
digunakan dalam komunitas kecil-medium dimana laju alir berada dalam rentang 2.000
20.000m3/L. Data performance untuk 29 oxidation ditch menunjukkan bahwa reaktor tersebut
sanggup memenuhi standar BOD5 dan batas pelepasan TSS 15 mg/l dan 10 mg/l secara berturut-
turut. Selain itu reaktor tersebut juga mampu memenuhi level 95-99% (US EPA, 1978). Layout
tipikal oxidation ditch diilustrasikan pada gambar 2.1. Perlu dicatat bahwa saat preliminary treatment
disediakan, primary treatment tidak. Ini tipikal :

2.1 Redudansi

Dua unit dibutuhkan untuk redundansi. Kedua unit itu dibangun dengan ruang kerja diantara
mereka atau dengan dinding biasa.

2.2 Preliminary Treatment

73
Bar screen atau mechanical screen sebaiknya digunakan dibanding Grinders atau Shredders.
Material yang dihancurkan cenderung mengapung atau mengumpul di sikat aerator.

2.3 Primary Treatment

Secara tipikal, primary treatment tidak dibutuhkan. Hal ini menyiratkan beban padatan
tambahan di klarifier sekunder diluar produksi padatan biologis.

2.4 Proses Alternatif

Oxidation ditch dioperasikan dalam konfigurasi proses berikut:

Penyisihan BOD yang mengandung karbon


Penyisihan BOD yang mengandung karbon dan nitrifikasi
Penyisihan BOD yang mengandung karbon, nitrifikasi, denitrifikasi, dan penyisihan fosfor
biologis.

Gambar 2.1 Layout plant oxidation ditch

Sumber: US EPA, 1997

Secara tipikal, proses terpilih adalah perluasan aerasi untuk menitrifikasi dan menyisihkan
BOD yang mengandung karbon. Salah satu alasan utama dalam pemilihan perluasan aerasi adalah
meminimalisasi produksi lumpur dengan menyediakan waktu panjang untuk penghancuran endogen
massa lumpur.

2.5 Desain Pembebanan

74
Tidak seperti grit Removal, primary settling, dan secondary settling, pengolahan biologis
suspended growth tidak terbatas secara hidrolik. Pengolahan ini terbatas secara proses. Karena itu,
loading (kecepatan aliran x konsentrasi) adalah parameter yang penting dalam desain. Berdasarkan
proses alternatif extended aerasi dengan ekualisasi , perencanaan tipikal laju aliran adalah rata-rata
laju harian tahunan. Jika tidak, oxidation ditch harus memproses debit harian secara hidrolik. Rata-
rata BOD/NH4-N (kg/d) direkomendasikan untuk debit puncak bulanan digunakan sebagai dasar
perencanaan (Young et al.,1978).

2.6 Tipe Reaktor

Debit oxidation ditch diklasifikasikan sebagai plug flow. Bagaimanapun, debit dalam saluran
mengencerkan air limbah yang masuk dengan faktor 20 sampai 30. Hasilnya diperoleh proses
pendekatan kinetik dari reaktor tercampur sempurna.

2.7 Permodelan persamaan

Dalam sistem perkotaan, WEF(1998) merekomendasikan proses desain menggunakan


pendekatan kinetik didasarkan pada konsentrasi substrat buangan, S=0. Ketika oksidasi dan
nitrifikasi yang mengandung karbon adalah pengolahan objektif, pertumbuhan kinetik nitrifikasi
diasumsikan ( Mandt and Bell, 1982; U.S. EPA, 1975a).

Koefisien kinetik untuk penyisihan bCOD dengan bakteri heterotropik terdapat di tabel 2.2.
Koefisien kinetik untuk desain nitrifikasi dengan lumpur aktif terdapat pada tabel 2.3.

2.8 Safety Factor

Berdasarkan analisis data di Chapel Hill, U.S. EPA (1975a) dikembangkan menjadi gambar
2.2. Dari grafik diperoleh safety factor SRT 2,5 masih bisa diterima.

2.9 Mixed Liquor Suspended Solids

MLSS biasanya berkisar antara 3000-5000 mg/l (GLUMRB, 2004; Metcalf & Eddy, 2003).
Mixed Liquor volatile suspended solids (MLVSS) biasanya diasumskan 70-80% dari MLSS untuk
tanaman yang mengolah air limbah domestic.

Tabel 2.2. Koefisien kinetik activated sludge untuk bakterti heterotrof 20oC
75
= fraction of cell mass remaining as ccell debris

Adapted from
Metcalf &
Coefficient Range Typical
Eddy, 2003
g VSS/g . d 0.20-0.90 0.75

, g -N/ 0.50-1.0 0.74

, g VSS/g -N 0.10-0.15 0.12

, g VSS/g VSS . d 0.05-0.15 0.08


Tabel 2.3.
g/ 0.40-0.60 0.50 Koefisien
kinetik
Values For in the temperature correction equation : = ()
nitifikasiactiv

Coefficient Range Typical ated sludge
1.06-1.123 1.07
kondisi 20oC
g VSS/g . d 3.0-13.2 6.0
1.03-1.123 1.053
Sumber: US
, g -N/ 5.0-40.0 20.0
1.03-1.08 1.04 EPA. 1975
, g VSS/g -N 0.30-0.50 0.40
Becaus
, g VSS/g VSS . d 0.06-0.20 0.12 e reported
nitrification
g/ 0.08-0.2 0.15
kinetics cover a
Values For in the temperature correction equation : = () wide range,
bench-scale or
1.03-1.08 1.07
in plant testing
1.00 1.00 are
recommended
1.03-1.08 1.04
Update
d values may be found in Choybert, et al., 2009

76
Adapted From Metcalf & Eddy,2003

Gambar 2.2 Efek safety factor terhadap variasi diurnal efluen amonia

2.10 Solid Retention Time

Untuk mencapai pembusukan endogen, SRT secara tipikal adalah dalam 15-30 hari (Metcalf
& Eddy,2003). Untuk waktu yang lebih lama (sampai 40 hari) mungkin digunakan untuk
mengurangi limbah lumpur.

2.11 Dissolved Oxygen

Supaya proses nitrifikasi terjadi secara bebas, DO harus berada diatas 2,0 mg/L. Laju
nitrifikasi meningkat dengan peningkatan Do sampai 3,0 atau 4,0 mg/L. Karena aerator permukaan
pada lokasi yang tetap secara tipikal digunakan, level DO turun seiring dengan semakin jauhnya
jarak dari aerator. Maka, untuk menyediakan oksigen yang dibutuhkan harus dilengkapi dengan
aerator yang cukup ditempatkan pada jarak tertentu.

2.12 Hydraulic Detention Time

Hydraulic Detentio Time atau HDT bukan merupakan dasar perencanaan walaupun HDT
muncul dalam tabel desain parameter. HDT digunakan untuk mengecek hasil perhitungan dan
penting dalam memperkirakan volume reaktor. Tipikal HDT untuk CLRs adalah pada rentang 15- 30
jam (Metcalf & Eddy, 2003).

2.13 Return Activated Sludge

Karena adanya kebutuhan untuk menitrifikasi organisme dengan konsentrasi tertentu,


hubungan antara rentang RAS untuk CLRs lebih tinggi untuk sistem konvensional atau proses
77
lumpur aktif tercampur sempurna untuk oksidasi BOD yang mengandung karbon. Rentan nilai RAS
adalah sekitar 75-150 persen dari debit influen (Metcalf & Eddy, 2003).

2.14 Wasting

Walaupun dasar pemikiran desain untuk proses perluasan aerasi adalah produksi nol sel,
pembuangan padatan bertujuan untuk mencegah akumulasi padatan di oxidation ditch. Karena tidak
ada pengolahan primer, akan ada material inert dari limbah cair seperti sisa sel yang tidak
sepenuhnya terbiodegradasi yang akan mengumpul.

2.15 Bentuk Ditch

Bentuk umum CLR secara tipikal adalah oval, konfigurasi lain termasuk lekukan pada satu
sisi, lekukan di sua sisi, terlipat, serpentin, dan sirkular. Saluran mungkin terpisah oleh dinding
pemisah. Saluran dangkal biasanya memiliki kedalaman 1.2 sampai 1.8 m dengan slope dinding 45o.
Saluran dalam memiliki dinding vertikal 3 sampai 4.2 m (U.S. EPA, 1978) parit biasanya dibangun
dari beton.

Tabel 2.4. Tipe brush surface aerator rotor data pasaran

Model Diameter, Length Speed Rotor SOTR, Kg


mm available, range, capacity, Kg/ per h
m rpm / kWh per m

M 610 0.9-3.7 60-90 200 1.8 2.7

S 915 1.8-4.9 55-85 230 2.0 6.1

U 1,066 1.8-9.2 50-72 260 2.2 8.2

Dual rotors may be employed to double the available length

For academic use. Use actual manufacturers data for design.

2.16 Ditch Velocity

Secara tipikal, desain kecepatan dalam saluran adalah 0,3 m/s. Pergerakan melalui saluran
diakibatkan oleh aerator permukaan. Sikat atau disk aerator umumnya digunakan. Produsen
mengelompokkan aerator berdasarakan volume per meter dari panjang dasar rotor untuk menjaga
78
kecepatan maksimal 0,3 m/s. Panjang rotor, kecepatan, pencelupan, dimensi ditch dan baffle
mempengaruhi kecepatan, jadi tidak ada desain pasti untuk memperoleh kecepatan yang diinginkan.

2.17 Dimensi

Volume ditentukan oleh laju rata-rata dan waktu detensi hidrolik yang berdasarkan pada
persamaan kinetic. Dalam perencanaan terdapat rumus kedalaman cairan dan saluran dan
hubungannya dengan panjang rotor. Contoh rumus tersebut dapat dilihat di tabel 2.5.

2.18 Baffles

Untuk mereduksi padatan dan menjaga debit aliran, debit balik baffle dibutuhkan dalam parit
dengan dinding pembagi (gambar 23-19). Berikut adalah daftar contoh ketetapan untuk desain baffle.

Radius = lebar saluran/2


Debit masuk offset W/15

Tabel 2.5. Aturan kedalaman cairan dan lebar saluran untuk oxidation ditch

Liquid depth (D) Rotor length Channel width Comment For


(RL) (W) academic usc,
Use actual
2m 1 to 5 m W/RL = 3.0 to 1.8 Higher ratio with
manufacturers
sorter rotor length
data for design
2 >5 m W RL + 3 m

> 2m W = RL

Maximum depth for rotor models M & S = 2 m See Table 23-15

Maximum depth for rotor model U = 5 m See Table 23.15

With center island: W(1.5)(width of island)

Freeboard 0.3 m for rotor models M & S

Freeboard 0.5 m for rotor models U

79
Gambar 2.3 Dimensi baffle, downstream baffle

Sumber: Metcalf and Eddy, 2003

Perpanjangan baffle 450mm diatas mukai cairan


Dengan lebar saluran > 14m, dibutuhkan 2 baffle

Sebagai tambahan untuk return flow, baffle dibutuhkan di hilir rotor jika kedalaman melebihi
2m.

2.19 Aerator

80
Desain yang disarankan dalam menetukan ukuran sistem suplai oksigen adalah puncak BOD
dan beban amonia yang harus disisihkan, ditambah 50% beban jam puncak diatas laju puncak harian
(Young et al.,1978). Praktik terbaru adalah menggunakan jam puncak harian.

Walaupun secara vertical, mounted aerator telah digunakan, penggunaan mounted brush dan
disc aerator jauh lebih umum. Efisiensi transfer oksigen bervariasi dengan laju transfernya. Faktor
yang mempengaruhi kinerjanya adalah kecapatan rotasi dan pencelupan, juga jumlah disc / meter dan
panjangnya.Pertimbangan normal dalam laju dan efisiensi transfer oksigen juga adalah pemilihan
aerator termasuk kecepatan dan kedalamannya.

2.20 Penempatan Aerator

Return Activated Sludge (RAS) dan aliran masuk dari hilir, penempatan aerator harus
dijauhkan dari hilir untuk mencegah pencampuran langsung, dan juga cukup jauh dari influent air
limbah mentah untuk mencegah terjadinya sirkuit pendek. Kecepatan dalam saluran mengendalikan
lokasi aerator U.S EPA merekomendasikan kecepatan antar aerator tidak lebih dari empat menit.
Secara khusus, rotor diletakkan berpasangan. Dari kecepatan yang dianjurkan waktu maksimum
empat menit, jarak maksimum antar rotor adalah

Jarak = (0,3m/s)(4min)(60s/min) = 72 m

Untuk dua rotor, digunakan panjang ditch 2 x 72 m = 144 m; untuk waktu empat menit,
digunakan panjang ditch maksimum adalah 4 x 72m = 288m

2.21 Alkalinitas

Dibutuhkan sebagai buffer dalam reaksi kation, penggunaan alkalinitas diperkirakan dengan
persamaan berikut ( Metcalf & Eddy, 2003).

Alkalinitas untuk menjaga pH ~ 7= alkalinitas influent alkalinitas yang digunakan +


alkalinitas yang ditambahkan

Secara khusus, jumlah residu alkalinitas untuk menjaga pH mendekati netral 90 mg/L
CaCO3.

Opsi penambahan alkalinitas:

Sodium Bikarbonat(NaHCO3)
Soda ash (Na2CO3)

81
Lime(CaO)

2.21 Perlengkapan

Dua perlengkapan penting untuk mengontrol tinggi cairan adalah saluran dan penutup rotor.
Bendungan tersebut harus dapat disesuaikan, penutup rotor bisa saja diperlukan untuk mencegah
pembekuan.

2.22 Contoh Desain

Berikut adalah lima contoh ilustrasi dan perkiraan permasalahan oxidation ditch,
membutuhkan penambahan alkali, memproduksi lumpur, jumlah sikat yang dibutuhkan, dimensi
ditch, dan penempatan rotor.

2.23 Contoh Perhitungan

1. Tentukan volume aerasi oxidation ditch untuk oksidasi BOD dan nitrifikasi yang
mengandung karbon untuk kota Cartouche Lake menggunakan data sebagai berikut:

Influen data:

Debit desain : 14,200 m3/day

bCOD : 205 mg/l

NH3-N : 16,8 mg/l

Total Suspended Solid : 160 mg/l

Biodegradable volatil suspended solid : 95 mg/l

Temperatur kontinyu : 12oC

pH :7

Alkalinitas : 90 mg/l sebagai CaCO3

82
Efluen standar

bCOD 20 mg/l

NH3-N 1

TSS 10 mg/l

Asumsi MLSS = 3000 mg/l, MLVSS = (0,7) MLSS, dan DO = 3 mg/l

Jawaban

a. Asumsikan nitrifikasi diatur, dan pilih koefisien kinetik dari tabel 2.3.

b. Sesuaikan koefisien to 12oC karena suhu membatasi kecepatan pertumbuhan nitrifikasi


organisme. Gunakan persamaan yang benar pada tabel 2.3.

nmax =

Coefficient Typical for temperature correction (0,75 g


VSS/g VSS.
g VSS/g . d 0.75 1.07 d) (1,07)12-20
= 0,44 g
, g -N/ 0.74 1.053
VSS/g VSS.d
, g VSS/g -N 0.12
Km =
, g VSS/g VSS . d 0.08 1.04 (0,74 g NH4-


N/m3)
g/ 0.50
(i.053)12-20 =
0,49 g NH4-
N/m3

Kdn = (0,08 g VSS/g VSS.d) (1,04)12-20=0,06 g VSS/g VSS.d

c. Tentukan n menggunakan persamaan dibawah. Nilai yang terpilih untuk N adalah desain
konsentrasi efluen karena terbatas. DO adalah desain DO yang harus dicapai oleh desain
sistem aerasi

= ( )( )
+ 0 +

83
1 /3 3/3
n = [(0,44 g VSS/g VSS)( )(0,5 /3+3 /3)
0,49 4 +1 /3
3

n=[(0,44)(0,67)(0,857)]-0,06 = 0,19d-1

d. Menggunakan persamaan c min

1
= n=0,19d-1

c = 2,5(5,26 d) =13,15 d

e. Menggunakan faktor keselamatan 2,5 maka nilainya :

c = 2,5(5,26 d)=13,15 d

f. Tentukan U untuk oksidasi BOD dan koefisien kinetik dari tabel 2.2 disesuaikan dengan
temperatur.
1
=

1 1
= ( + ) ( )

1 1
= (13,15 + 0,09 1) (0,40) = 0,415d-1
g. Sebut ini BOD. Gunakan BOD untuk menentukan MLSS = 3000 mg/l dan asumsi
konservatif S=0 seperti yang direkomendasikan oleh WEF (1998):


205 3 0/3
= = 0,235 d or 5,64 h
2100
(0,415 1)(
3 )

h. Seperti pada langkah f, tentukan U untuk nitrifikasi dan koefisien kinetik dari tabel 2.3 sesuai
suhu :

1 1
U=(3,15 + 0,06)(0,12) = (0,136) (8,33) = 1,13d-1

i. Perkiraan bagian dari MLVSS yang menitrifikasi organisme dibutuhkan untuk menghitung
untuk nitrifikasi. Menggunakan persamaan :
0.16 (3)
=
0.6(5) + 0.16 (3)

16,8 1
(0,16)(
= 3 3)
205 16,8 1
(0,6) ( (0,16)(
3 0) + 3 3)
84
2,53
= = 0.02
123 + 2,53

Catatan bahwa konsentrasi NH3 sudah diberikan pada soal. MLVSS organisme nitrifikasi
adalah :

MLVSS = (0,02)(2100 mg/l)=42 mg/l

j. Seperti pada langkah (g), estimasikan nitrifikasi

16,8
1 3
3 = 0.33 7.99
42
(1,13 1) (
3 )

Waktu detensi hidrolik untuk nitrifikasi berlaku

k. Volume oxidation ditch diperkirakan

V=(Q)() = (14200 m3/d)(0,33 d)=4,686 or 4700 m3

l. Untuk memberikan pengurangan dan fleksibilitas operasi, dua atau tiga parit perlu diberikan.
Asumsikan 2 parit, volume masihng-masing parit diperkirakan sebesar 12700 m3

2. Hitung total panjang nrush aerator dengan asumsi :

= 0,60 untuk nitrifikasi

konsentrasi salinitas = 0,95

Suhu = 22 C

DO operasional = 3,0 mg/L

Jawaban :

a. Massa oxigen yang digunakan adalah 14.200 m3/d maka MO2 dapat dihitung dengan rumus :

85
2 = (0 )(103 /) 1.42 () + 4.33()
MO2 = (14.200 m3/d)(205 g/m3-0)(10-3kg/g)-1,42(533 kg/d) + 4,33(14.200 m3/d)(16,8
g/m3-1 gm3)(10-3 kg/g)
= 2.911 kg/d 756,9 kg/d + 971,5 kg/d
= 3.125,6 atau 3.130 kg/d (ini digunakan untuk AOTR)
b. Gunakan rumus AOTR dengan
Cavg = Cs,T,H dan F=1,0
()(,,
= ( ) (1,02420 )()
20

20
= 20
( )
(1,024 )() ()(,,

Dari tabel A, Cs 20 9,17 mg/L atau 9,17 g/m3 pada suhu 20 C dan Cs,T,H= 8,83 mg/L atau 8,83
g/m3 pada suhu 22 C

20
= ( )
(1,02420 )() ()(,,

3.130 / 9,17 /
= ( )
(1,0242220 )(0,6) (0,95)(8,83 30/

3.130 / 9,17 /
= ( )
(0,63) 5,54/

= 8.223,6 8.200 /

Hitung total panjang rotor dari data manufactor tabel 2.4 dengan model U

2
8.200
= 41,7 42
2
(8,2 . ) (24 )

Dimensi oxidation ditch dan pemilihan pembersih aerator untuk extended aeration di sungai
Cartouche

a. Asumsi menggunakan 4 rotor dan estimasi panjang tiap rotor dengan total panjang rotor 41,7
m

86
41,7
= 5,2 /
(2 )(4 )

b. Panjang maksimal untuk rotor adalah 288 m dari penempatan aerator


c. Pemilihan area cross-sectional adalah

Volume seluruh parit adalah 4.700 m3

4.700 3
= = 16,32 2
288

Sebagai percobaan pertama, asumsi penampang berbentuk kota. Lebar dan kedalaman dari
area saluran diperkirakan sebagai berikut

= = (16,32 2)1/2 = 4,04 4,0

Jadi, kedalaman saluran 4 m ditambah freeboard 0,5 m

d. Dari tabel 2.5, maksimum kedalaman untuk rotor model U adalah 5 m, dengan begitu
dimensi di atas memenuhi.
e. Jari jari saluran kembali adalah lebar dari saluran. Baffle aliran kembali adalah ditempatkan
di 4,0 m/2 = 2 m dari tepi saluran. Hal ini mengimbangi aliran downstream flow W/15 =
4,0m/15 = 0,267 atau 0,3 m
f. Karena kedalaman lebih dari 2 m, maka dibutuhkan baffle penyekat di hilir masing masing
rotor

2.24 Operasional dan Pemeliharaan

Oxidation ditch memerlukan pemeliharaan yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
secondary treatment yang lainnya. Pada pengolahan ini tidak memerlukan bahan kimia, tetapi
penggunaaan garam logam dapat digunakan untuk menghilangkan fosfor.

-Residu yang dihasilkan

Primary sludge diproduksi jika clarifiers utama mendahului oxidation ditch. Produksi
Sludge untukproses oxidation ditch berkisar 0,2-0,85kg TSS per kg ( 0,2-0,85 lb TSS per lb ) . BOD
terapan ( Sherwood Logan dan Associates , 1999) . Khusus untuk produksi lumpur adalah 0,65 kg

87
TSS per kg BOD ( 0,65 lb TSS per lb BOD). Ini lebih sedikit dibandingkan dengan pengolahan
activated sludge konvensional karenaSRTs yang panjang .

-Parameter operasi

Koefisien oksigen untuk mengurangi BOD bervariasi berdasarkan suhu dan SRT .
Kebutuhan oksigen kisaran 1,1-1,5 kg O2 per kg BOD yang disisihkan ( 1,1-1,5 lbs dari O2 per lb
BOD) dan 4,57 kg O2 per kilogram dari TKN teroksidasi ( 4,57 lbs dari O2 per pon dari TKN
teroksidasi ) ( EPA , 1991; Proses Baker , 1999) . Efisiensi perpindahaan oksigen berada di
rentang2.5 ke 3,5 lb./Hp-hour (Baker Process , 1999 ) .

2.25 Biaya

Volume kolam dan luas lahan yang diperlukan untuk bangunan oxidation ditch secara
tradisional sangat besar dibandingkan dengan pengolahan sekunder lainnya. Luas lahan yang lebih
besar mengakibatkan modal yang lebih tinggi, terutama di lokasi perkotaan di mana lahan yang
tersedia sangat mahal. Reaktor vertikal, di mana aliran proses perjalanan kebawah melalui reaktor,
umumnya lebih mahal daripada reactor horisontal. Namun, karena mereka membutuhkan lahan lebih
kecil dari lebih konvensional reactor horisontal, mereka dapat secara signifikan mengurangi biaya
modal keseluruhan dimana harga lahan yang tinggi. Biaya bangunan oxidation ditch bervariasi
tergantung pada ukuran kapasitas pengolahan, desain limbah minimal, biaya tanah, konstruksi local
biaya, dan faktor-faktor penentu lainnya. Modal Konstruksi untuk sepuluh bngunan yang dievaluasi
oleh EPA pada tahun 1991, mulai dari $ 0,52 - $ 3,17 / liter per hari ($ 1,96 - $ 12.00 / gpd). Biaya
ini telah diperbarui dengan Indeks biaya konstruksi ENR (ENR = 5916). Informasi terakhir yang
diperoleh range dimulai dari 3.785 - 25.740 m3 / hari (1,0 MGD 6,8 DKM) menunjukkan bahwa
modal konstruksi biaya pembangunan berkisar dari $ 0,66 - $ 1,10 / liter per hari ($ 2,50 - $ 4.00 per
gpd). Contohnya, Reklamasi fasilitas air Blue Heron di Titusville, Florida sebesar 15.142 m3 / hari
(4.0 DKM) oxidation ditch dan fasilitas penanganan lumpur yang mulai beroperasi pada tahun 1996,
dibangun dengan biaya sekitar $ 0,80 / liter per hari ($ 3.00 per gpd) (Kruger, 1996). Fasilitas fitur
multi-stage proses biologis untuk mengurangi nutrisi dan mengontrol sistem Supervisory Control and
Data Acquisition System (SCADA).

88
2.1 Proses Lumpur Aktif
2.1.1 Pertimbangan Desain Proses Lumpur Aktif
Pada desain proses lumpur aktif, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu,
pemilihan tipe reaktor, kriteria loading, produksi lumpur, kebutuhan dan transfer oksigen, kebutuhan
nutrien, kontrol organisme berserat, dan karakteristik effluent.

1. Pemilihan tipe reaktor


Salah satu langkah pertama dalam desain proses biologi yaitu memilih tipe reaktor yang akan
digunakan. Faktor operasional yang terlibat yaitu reaksi kinetik yang mengatur proses pengolahan
limbah, kebutuhan transfer oksigen, sifat air limbah yang akan diolah, kondisi lingkungan sekitar,
biaya konstuksi dan pemeliharaan.
Ada dua tipe reaktor yang sering digunakan yaitu complete-mix, continuous stirred tank
reactor (CSTR) dan plug-flow reactor.

Gambar 2.1 dan 2.2 : plug-flow open reactor dan plug-flow closed reactor (tubular reactor)
(Sumber: Metcalf & Eddy, 1991 )

Pada tipe Plug Flow, air limbah dilewatkan ke dalam reactor dan keluar dengan rangkaian yang
sama pada saat masuk. Sedangkan pada Complete-Mix atau Continuous Stirred Tank Reactors
(CSTR), air limbah yang masuk dioperasikan dengan segera ke seluruh bak/tangki dengan aliran
kontinyu, sehingga organic loading (OL) dan oksigen merata keseluruh tangki.

89
Gambar 2.3 CSTR
(Sumber: Metcalf & Eddy, 1991 )
Pada pemilihan reaktor, kebutuhan transfer oksigen juga diperhatikan. Karena pada sistem aerasi
plug-flow konvensional sering terjadi kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, yang menyebabkan
pengembangan model reaktor pada proses lumpur aktif. Kemudian sifat air limbah juga
mempengaruhi jenis reaktor yang digunakan agar beban limbah yang diolah sesuai dengan reaktor
yang digunakan.
Faktor selanjutnya yaitu kondisi lingkungan sekitar. Temperatur, pH, dan alkalinitas merupakan
yang paling penting. Karena laju reaksi biologi sangat dipengaruhi oleh hal temperatur, sedangkan
pH dan alkalinitas sangat mempengaruhi proses nitrifikasi. Faktor terakhir yang berpengaruh yaitu
biaya konstruksi dan pemeliharaan.
2. Kriteria loading

Parameter yang sering digunakan yaitu Rasio F/M (Food-to-Microorganism), dan umur lumpur
(Mean Cell Residence Time).

a. Rasio F/M (Food-to-Microorganism)


Rasio F/M Atau beban organik (organic loading) adalah jumlah organik yang dapat
didegradasi secara biologi yang tersedia untuk sejumlah mikroorganisme (MO) per unit
waktu. Rasio F/M dapat dihitung dengan persamaan:

=

Dimana: F/M = Rasio F/M, perhari
So = Konsentrasi BOD atau COD influen, mg/L (g/m3)
= Waktu detensi hidrolis, V/Q
V = Volume tangki areasi, Mgal (m3)
Q = Laju aliran influent, Mgal/hari, (m3/hari)

X = Konsentrasi volatil suspended solid pada tangki aerasi, mg/L (g/m3)

b. Umur Lumpur (Mean Cell Residence Time)


Umur lumpur dapat didefinisikan sebagai ukuran rata-rata waktu tinggal (residence time) dari
organisme di dalam sistem, dalam satuan hari. Umur sel atau umur lumpur dapat dihitung

90
melalui dua persamaan umum, berdasarkan volume yang digunakan yaitu: berdasarkan
volume tangki aerasi dan berdasarkan volume sistem total.
Berdasarkan volume tangki aerasi:

=
+
Dimana: c = Umur lumpur berdasarkan volume tangki aerasi (hari)
Vr = Volume tangki aerasi, Mgal (m3)

X = Konsentrasi volatil suspended solid pada tangki aerasi, mg/L (g/m3)

Qw = Laju aliran waste sludge, Mgal/hari, (m3/hari)

Xw = Konsentrasi volatil suspended solid pada waste sludge, mg/L (g/m3)

Qe = Laju aliran efluent terolah, Mgal/hari, (m3/hari)

Xe = Konsentrasi volatil suspended solid pada efluen terolah, mg/L (g/m3)

Berdasarkan volume sistem total:


= [ ]
( + )

Dimana: ct = Umur lumpur berdasarkan volume sistem total, hari

Xt = Massa total volatil suspended solid pada sistem, gram

3. Produksi Lumpur
Produksi lumpur perhari perlu diketahui karena akan mempengaruhi desain pengolahan lumpur
dan fasilitas untuk mengolah limbah lumpur. Jumlah lumpur yang diproduksi perhari dapat dihitung
dengan menggunakan rumus berikut:

Px = YobsQ(So - S) x (103 g/kg)-1

Dimana: Px = Produksi lumpur perhari, kg/hari


Yobs= Observed yield, g/g

Observed yield dapat dihitung menggunakan rumus :


Yobs = 1+ ( )

91
4. Kebutuhan dan Transfer Oksigen
Secara teoritis kebutuhan oksigen dapat ditentukan dari BOD5 limbah dan jumlah organisme
yang terbuang oleh sistem perharinya. Jika semua BOD5 dikonversi ke produk akhir, maka jumlah
oksigen yang dibutuhkan dapat dihitung dengan mengonversi BOD5 menjadi BODL
Pada persamaan berikut dapat diketahui bahwa 1 mol sel BODL setara dengan 1,42 kali
konsentrasi sel.

C5H7NO2 + 5 O2 5CO2 + 2H2O + NH3 + Energi


113 5(32)
Sel
1 1,42

Maka kebutuhan oksigen dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

1
() (103 /)
Kg, O2/hari = 1,42 ()

Dimana: f = faktor konversi BOD5 menjadi BODL

5. Kebutuhan Nutrien
Jika sistem biologi berfungsi dengan baik maka jumlah nutrien yangg tersedia harus memadai.
Nutiren utama yang dibutuhkan yaitu nitrogen dan phospor. Karena jumlah nutrien yang dibutuhkan
bergantung pada massa bersih organisme yang diproduksi oleh lumpur aktif, maka kuantitas nutrien
akan direduksi dengan menggunakan lumpur yang berumur panjang.
6. Kontrol Organisme Berserat
Pertumbuhan organisme berserat merupakan masalah operasional yang umum terjadi pada
proses lumpur aktif. Salah satu konsep yang diyakini dapat mengurangi pertumbuhan organisme
berserat yaitu dengan menggunakan kompartemen terpisah atau selektor. Karena pada awalnya
primary effluent dan return activated sludge digabung. Selektor dapat digunakan pada kombinasi
proses lumpur aktif tipe complete-mix atau pada plug-flow reaktor dan bisa terdiri dari tangki terpisah
atau kompartemen seksionalis.
7. Karakteristik Effluen
Kadar organik merupakan parameter utama dari kualitas efluen. Kadar organik pada efluen
proses biologi biasanya terdiri dari 3 komponen yaitu :
a. Organik larut biodegradable.

92
Merupakan organik yang lolos proses pengolahan secara biologi, terbentuk sebagai produk
sampingan, dan merupakan komponen seluler. Biasanya bernilai sekitar 2 -10 mg/L
b. Material organik tersuspensi
Terbentuk pada pengolahan yang lolos pada settling tank dan merupakan organik koloid
padat. Biasanya bernilai sekitar 5 15 mg/L.
c. Organik non biodegradable
Sudah ada sejak influen limbah, dan merupakan produk dari degradasi biologi. Biasanya bernilai
s.

2.2 Aplikasi dan Modifikasi Sistem Lumpur Aktif


2.2.1 Modifikasi Sistem Lumpur Aktif
Proses lumpur aktif sangat fleksibel dan dapat disesuaikan dengan hampir semua jenis
pengolahan limbah secara biologi. Beberapa proses pengolahan lumpur aktif secara konvensional
dan beberapa modifikasi yang telah dijadikan standar dijelaskan pada Tabel 2.1. Operasional
karakteristik, aplikasi, dan efisiensi jenis removal untuk tiap pengolahan tersebut berada pada Tabel
2.2, parameter desain ditunjukkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.1 Penjelasan Pengenai Proses Lumpur Aktif dan Modifikasi Proses

93
Proses atau modifikasi proses Penjelasan

Conventional plug-flow Air limbah dan lumpur aktif masuk


melewati bak aerasi kemudian
dicampur dengan udara yang terdifusi
atau aerasi mekanik. Injeksi udara
dilakukan sepanjang bak aerasi,
selama berlangsungnya proses aerasi,
adsorpsi, flokulasi, dan proses oksidasi
senyawa organik. Padatan lumpur
aktif dipisahkan pada bak
pengendapan sekunder.

Proses ini diterapkan pada Continous-


Complete-mix Flow Stirred-Tank Reactor (CSTR).
Air limbah yang masuk dioperasikan
dengan cepat ke seluruh bak/tangki
dengan aliran kontinyu, sehingga
organic loading (OL) dan oksigen
merata keseluruh tangki.

Tapered aeration adalah modifikasi


dari proses plug-flow konvensional.
Tapered aeration Tingkatan aerasi yang dilakukan
disepanjang bak tergantung pada
kebutuhan oksigennya. Oksigen yang
berlebih disupply ke sepanjang bak
aerasi, dan akan berkurang diakhir
karena adanya padatan tersuspensi.
Tapered aerasi dapat bekerja apabila
adanya perbedaan jarak antar diffuser
udara di atas bak aerasi.

Merupakan modifikasi proses plug-


flow konvensional, dimana air limbah
dari bak pengendap awal dialirkan dari
beberapa inlet untuk menyamakan
Step-feed aeration rasio F/M dan menurunkan kebutuhan
oksigen puncak. Biasanya digunakan 3
saluran atau lebih. Operasional
94
fleksibel. Sistem ini memiliki efisiensi
penyisihan BOD sebesar 85-95%.

Modified aeration hampir sama


dengan proses plug-flow konvensional
namun memiliki waktu aerasi yang
lebih pendek dan rasio F/M yang
digunakan lebih tinggi. Efisiensi
prnyisihan BOD lebih rendah dari
proses lumpur aktif lainnya.
Modified aeration

Dalam pengolahan limbah dan


stabilisasi lumpur aktif, kontak
stabilisasi menggunakan dua tangki
terpisah atau kompartemen. Lumpur
aktif yang stabil dicampur dengan air
limbah yang masuk kedalam tangki
kontak. Persyaratan volume aerasi
biasanya 50 persen kurang dari plug
Kontak stabilisasi flow konvensional.

Serupa dengan proses plug-flow


konvensional tapi beroperasi dalam
fase respirasi endogenus kurva
pertumbuhan, yang membutuhkan
beban organic rendah dan waktu
aerasi yang lama. Biasanya digunakan
dalam bentuk paket fabrikasi dan
untuk komunitas kecil.
Sistem ini memiliki efisiensi
penyisihan BOD sebesar 75-95%.
Extended aeration
Modifikasi proses dimana konsentrasi
MLSS tinggi dikombinasikan dengan
beban volumetric yang tinggi,
sehingga rasio F/M tinggi dan umur
sel yang lama dengan waktu derensi
hidrolik yang relative pendek.
Pengadukan sempurna sangat penting
Sisem ini memiliki efisiensi
95
penyisihan BOD sebesar 75-90%.

Proses Kraus adalah varian dari proses


step aerasi yang digunakan untuk
mengolah limbah dengan tingkat
nitrogen rendah. Digester supernatan
High-rate aeration
ditambahkan sebagai sumber nutrisi
bagi lumpur yang diresirkulasi pada
bak aerasi terpisah yang didesain
untuk proses nitrifikasi. Padatan
lumpur yang dihasilkan kemudian
ditambahkan ke sistem utama aerasi
plug-flow.

Oksigen murni didifusikan ke dalam


tangki aerasi tertutup dan
diresirkulasikan. Sebagian gas yang
ada dibuang untuk mereduksi
kandungan CO2 (karbondioksida).
Jumlah oksigen yang ditambahkan
Proses Kraus dalam reactor empat kali lebih banyak
dari jumlah udara yang ditambahkan
pada sistem aerasi konvensional.
Sistem ini memiliki efisiensi
penyisihan BOD sebesar 85-95%

Reaktor berupa parit atau saluran


panjang berbentuk oval yang
dilengkapi satu atau lebih rotor untuk
aerasi limbah.

SBR merupakan modifikasi lumpur


aktif dengan sistem fill-and-draw,
High-purity oxygen terdiri dari 5 tahap berikut: isi (fill),
reaksi, mengendap (settle), dekantasi
(draw), dan istirahat (idle).
Pembuangan lumpur tidak
dimasukkan siklus, biasanya dilakukan
pada tahap pengendapan dan tahap
istirahat. Keunikan SBR adalah tidak

96
ada Return Activated Sludge (RAS),
sebab aerasi dan pengendapan terjadi
dalam satu wadah

Deep vertical shaft reactor merupakan


wujud dari proses lumpur aktif.
Kedalaman poros vertikal sekitar 400-
500 ft (120-150 m) menggantikan
primary clarifiers dan bak aerasi.
Oxidation ditch

Tejadi pengurangan BOD dan


ammonia. Konfigurasi reaktor dapat
berupa complete-mix reaktor secara
Sequencing batch reactor seri atau plug-flow

Digunakan untuk proses nitrifikasi.


Keuntungan dari sistem ini adalah
pengoperasian dapat dioptimalkan
untuk memenuhi kebutuhan nitrifikasi.

Deep shaft reactor

Single-stage nitrification

97
Separate stage nitrification

(Sumber: Metcalf & Eddy, 1991 )

Tabel 2.2 Karakteristik Operasional pada Proses Lumpur Aktif

Modifikasi proses Model aliran Sistem aerasi Efisiensi


penyisihan BOD
%

Conventional Plug-flow Diffused air, mechanical 85-95


aerators

Diffused air, mechanical


Complete-mix Continous-flow aerators 85-95
stirred-tank reactor

Diffused air
Plug-flow
Step-feed 85-95

Diffused air
Plug-flow
Modified aeration 60-75

98
Diffused air, mechanical
aerators
Kontak stabilisasi Plug-flow 80-90

Diffused air, mechanical


Extended aeration Plug-flow aerators 75-95

Mechanical aerators
High-rate aeration Continous-flow 75-90
stirred-tank reactor

Proses kraus Diffused air 85-95


Plug-flow
Mechanical aerators
High purity oxygen (sparger turbines) 85-95
Continous-flow
stirred-tank reactor
disusun seri

Mechanical aerators
Oxidation ditch (horizontal axis type) 75-95
Plug-flow

Diffused air
Sequencing batch reactor 85-95
Intermittent-flow
stirred tank reactor
Diffused air
Deep shaft reactor 85-95
Plug-flow
Mechanical aerators,
Single stage nitrification diffused air 85-95
Continous-flow
stirred-tank reactor
or plug-flow

99
Mechanical aerators,
diffused air
Continous-flow
stirred-tank reactor
Separate stage nitrigication or plug-flow 85-95

(Sumber: Metcalf & Eddy, 1991 )

Tabel 2.3 Parameter Desain Lumpur Aktif

(Sumber: Metcalf & Eddy, 1991 )

2.2.2 Pengendalian Proses

100
Pengendalian proses lumpur aktif sangat penting dilakukan untuk menjaga agar kinerja
pengolahan lumpur aktif tetap baik dalam berbagai kondisi saat kegiatan pengoperasian. Prinsip
utama proses pengendalian lumpur adalah :

1. Menjaga kadar dissolved-oxygen (DO)/oksigen terlarut dalam bak aerasi.


2. Mengatur besarnya lumpur yang diresirkulasi (RAS/Return Activated Sludge)
3. Mengendalikan lumpur yang dibuang (WAS/Waste Activated Sludge)

Parameter-parameter yang digunakan untuk mengendalikan proses lumpur aktif adalah :

1. Rasio F/M atau beban organic (organic loading)


Jumlah organic yang dapat didegradasi secara biologi yang tersedia untuk sejumlah
mikroorganisme (MO) per unit waktu.
2. Umur Lumpur (Mean Cell Residence Time) .
Umur lumpur dapat didefinisikan sebagai ukuran rata-rata waktu tinggal (residence time) dari
organisme di dalam sistem (Metcalf-Eddy, 1991), dalam satuan hari.
3. MLSS (Mixed Liquor Suspended Solid)
Jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organic dan mineral termasuk
mikroorganisme (Said, 2012).

Lumpur yang diresirkulasi (RAS) berperan dalam menjaga konsentrasi MLSS, sedangkan
lumpur yang dibuang (WAS) berperan dalam pengedalian umur lumpur.

1. Mengontrol Oksigen Terlarut (Dissolve Oxygen)


Jumlah oksigen yang ditransfer di tangki aerasi secara teoritis sama dengan jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam sistem lumpur aktif (termasuk clarifier
sekunder dan lumpur yang diresirkulasi) untuk mengoksidasi material organik dan menjaga
pengoperasian sisa oksigen terlarut. Dalam prakteknya, konsentrasi oksigen terlarut di dalam
tangki aerasi harus dipertahankan yaitu sekitar 1,5 4 mg/L di dalam semua area tangki
aerasi. Umumnya nilai yang digunakan sebesar 2 mg/L. Nilai diatas 4 mg/L tidak
meningkatkan pengoperasian secara signifikan, tetapi dapat meningkatkan biaya yang
dikeluarkan.
2. Mengatur lumpur yang diresirkulasi (RAS)
Tujuan dari lumpur aktif yang diresirkulasi (RAS) adalah untuk menjaga konsentrasi lumpur
aktif yang sesuai dalam tangki aerasi. Lumpur resirkulasi yang berasal dari final clarifier

101
menuju inlet di tangki aerasi adalah ciri penting dari proses ini. Ada beberapa teknik yang
digunakan untuk menghitung laju alir lumpur resirkulasi yang diinginkan, antara lain:
1. Settleability
2. Sludge blanket level control
3. Secondary clarifier mass balance
4. Keseimbangan masa tangki aerasi
5. Kualitas lumpur

Dengan asumsi bahwa sludge blanket level di dalam tangki pengendapan konstan dan
padatan dalam efluen dari tangki pengendapan diabaikan, maka neraca kesetimbangan sekitar
tangki pengendapan adalah :

Akumulasi = inflow outflow

= ( + )(8,34) (8,34) + (8,34)

Dimana : X = jumlah padatan tersuspensi, mg/L

Q = debit influen sekunder, Mgal/d

= debit lumpur resirkulasi, Mgal/day

= padatan lumpur aktif resirkulasi yang tersuspensi, mg/L

8,34 = faktor konversi, [lb/Mgal.(mg/L)]

Maka :

Laju lumpur resirkulasi yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan menghitung keseimbangan
masa sekitar tangki aerasi. Apabila muncul sell baru maka dapat diabaikan, kemudian
padatan yang memasui tangki akan sama dengan padatan yang keluar dari tangki. Pada
kondisi organik loading tinggi, asumsi ini tidak berlaku. Padatan memasuki tangki aerasi di
dalam lumpur resirkulasi dan di dalam influent yang menuju proses sekunder. Namun, karena
padatan yang masuk diabaikan dengan MLSS, maka keseimbangan massa di sekitar tangki
aerasi adalah :

Akumulasi = inflow outflow


102
= (8,34) ( + )(8,34)

Maka :

2.3 Pembuangan Lumpur

Lumpur yang dihasilkan dari proses lumpur aktif tiap harinya harus dibuang untuk menjaga
rasio F/M (food per microorganism) dan waktu tinggal mikroorganisme rata-rata.Limbah lumpur
dialirkan menuju ke primary tanks kemudian menuju ke thickening tanks atau menuju ke instalasi
pengolahan lumpur lainnya. Jumlah lumpur yang harus dipompa untuk mencapai control proses
bergantung pada metode yang digunakan dan sumber limbah yang akan diolah.

Sebagai contoh, apabila jika waktu tinggal rata-rata digunakan sebagai control proses dan
pembuangan berasal dari saluran saluran kembali lumpur, maka tingkat pembuangan dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Dimana: Qw = debit pembuangan lumpur dari saluran kembali, Mgal/d

Xr = konsentrasi lumpur di saluran kembali, mg/L

Apabila konsentrasi padatan pada efluen dari settling tank rendah, maka digunakan
persamaan:

Dan

103
Untuk menentukan debit buangan lumpur yang digunakan pada persamaan 3, maka
konsentrasi padatan pada kolam/tanki aerasi dan saluran kembali harus diketahui.

Apabila waktu tinggal rata-rata mikroorganisme digunakan sebagai control proses, dan
limbah berasal dari tanki aerasi, maka tingkat dari pemompaan yang perlu dilakukan dapat diketahui
dengan persamaan berikut:

Atau

Dimana: Qw = debit buangan lumpur dari tanki aerasi, Mgal/d

Oleh karena itu, proses dalam lumpur aktif dapat dikendalikan dengan kuantitas debit rata-
rata dari buangan harian dari volume tanki aerasi dibagi dengan waktu tinggal rata-rata
mikroorganisme.

Jika metode komtrol F/M diterapkan, maka debit buangan dari saluran kembali dapat dinyatakan
dengan persamaan berikut:

Dimana:

Px = buanga dari activated sludge, lb/d

Qw = debit buangan lumpur, Mgal/d

Xr = konsentrasi padatan pada saluran kembali, mg/l

8.34 = factor konversi [lb/Mgal. (mg/L)]

Pada kasus ini, konsentrasi padatan di saluran kembali harus diketahui


104
2.3.1 Tingkat Pengambilan Oksigen

Mikroorganisme dalam proses activated sludge membutuhkan oksigen dalam proses


mengkonsumsi makanan mereka. Tingkat pengambilan oksigen yang dilakukan oleh
mikroorganisme (Oxygen Uptake Rate, OUR), dapat digunakan untuk mengukur aktivitas biologis
yang terjadi. Tingkat OUR yang tinggi, menginidkasikan tingkat aktivitas biologis yang tinggi,
begitu juga sebaliknya. Nilai OUR dinyatakan dalam mgO2/L.menit atau mgO2/L.

2.3.2 Permasalahan Operasional

Permasalahan yang paling sering ditemukan dalam operasi lumpur aktif (activated sludge)
adalah lumpur yang keruh, kenaikan lumpur, dan Nocardia foam.

1. Lumpur yang keruh (Bulking Sludge)


Pada umumnya disebabkan oleh tumbuhnya mikroorganisme filamentous atau
mikroorganisme yang dapat tumbuh di filamentous form dibawah kondisi yang adverse.
Penyebab lainnya disebabkan oleh air yang mengumpul, sehingga sel bakteri yang ada akan
membentuk flok swell akibat adanya penambahan air sampai tingkatan dimana massa jenis
berkurang dan tidak dapat mengendap. Penyebab bulking sludge pada literature,
dikelompokkan menjadi:
1) Karakteristik fisika dan kimia dari air limbah
Karakteristik air limbah yang dapat mempengaruhi terjadinya bulking sludge diantaranya
adalah fluktuasi pada debit, pH, suhu, staleness, kandungan nutrisi, dan kandungan alam
dari air limbah.
2) Keterbatasan dari desain pretreatment
Keterbatasan desain meliputi kapasitas suplai udara, desain klarifier, keterbatasan
kapasitas pemompaan balik lumpur, atau pencampuran yang buruk.
3) Operasional instalasi
Meliputi kadar oksigen terlarut yang rendah pada tanki aerasi, insufficient nutrition,
tingkat F/M yang rendah, dan inufisien gradient BOD5.
Yang perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya bulking diantaranya:
a. Karakteristik air limbah
b. Kandungan DO minimal sebesar 2 mg/L pada tanki aerasi dalam keadaan normal
c. Proses loading
d. Tingkat pemompaan lumpur kembali
e. Proses mikrobiologi

105
f. Overloading pada instalasi internal
g. Operasi klarifier
2. Kenaikan lumpur (Rising Sludge)
Penyebab dari fenomena ini adalah proses denitrifikasi, dimana nitrit dan nitrat dalam air
limbah diubah menjadi gas nitrogen. Sebagian besar gas nitrogen yang dihasilkan,
terperangkap dalam lumpur dan apabila gas yang dihasilkan cukup besar maka gas akan naik
dan mengakibatkan lumpur terbawa ke permukaan. Perbedaan antara rising sludge dan
bulking sludge dapat diketahui dengan ada atau tidaknya gelembung-gelembung gas kecil
pada permukaan air.
3. Norcadia Foam
Suatu busa kecoklatan yang menutupi kolam aerasi dan klarifier sekunder mengakibatkan
beragam masalah pada instalasi lumpur aktif, termasuk masalah keamanan, bau, dan
deteriorated effluents. Busa yang terbentuk berhubungan dengan tumbuhnya organisme
filametous yang masuk kedalam grup actinomycete, yang biasa dipangging genus Nocardia.
Beberapa hal yang menyebabkan masalah ini diantaranya:
(1) Tingkat F/M yang rendah pada tanki aerasi
(2) Terbentuknya campuran suspended solids (padatan tersuspensi) dengan konsentrasi
tinggi sebagai akibat pembuangan yang tidak efisien.
(3) Operasi dari reaerasi lumpur
Tingkat laju aliran yang lebih tinggi mengakibatkan tingkat MLSS yang lebih tinggi sehingga
dapat memperburuk timbulnya Norcadia Foam.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mengontrol permasalahan ini diantaranya:
(1) Mengurangi umur lumpur
(2) Mengurangi laju aliran udara untuk mengurangi kedalaman dari akumulasi busa
(3) Menambahkan kompartemen selector untuk mengatur pertumbuhan dari organisme
filamentous
(4) Menginjeksikan penambahan bakteri mutan
(5) Mengklorinasi lumpur kembali
(6) Menyemprotkan larutan klorin atau menaburkan bubuk calcium hypochlorite langsung ke
busa
(7) Mengurangi pH pada larutan dengan penambahan bahan kimia atau dengan menginisiasi
proses nitrifikasi
Dari beberapa metode diatas, metode pengurangan umur lumpur merupakan cara yang paling
sering digunakan.
106
2.4 Blower
Ada dua jenis blower di sentrifugal yang umum digunakan dan lobus rotary perpindahan
positif. turbin sentrifugal juga telah digunakan, terutama di Eropa. blower sentrifugal yang umum
digunakan di mana unit kapasitas lebih besar dari 3.000 ft3 / min (185 m3 / min) dari udara bebas. di
kapasitas yang lebih rendah, pematian dari blower harus diperiksa untuk memastikan kebutuhan
udara dapat dipenuhi pada kondisi aliran rendah. rated habis tekanan berkisar biasanya 7-9 lbs/in2
(48-62 kN / m2). blower sentrifugal memancarkan suara bernada tinggi kecuali inlet dan outlet telah
dipasang untuk meredam bunyi.

Pada pengolahan air limbah, blower harus menyediakan berbagai macam udara mengalir
dengan berbagai tekanan yang relatif sempit di bawah kondisi lingkungan yang bervariasi. biasanya,
sebuah blower hanya bisa memenuhi satu set tertentu dari kondisi operasi efisien. karena perlu untuk
memenuhi berbagai aliran udara dan tekanan di pabrik pengolahan air limbah, ketentuan harus
dimasukkan dalam desain sistem blower untuk mengatur atau turndown blower. Peraturan atau
metode pematian adalah (1) blowoff aliran atau sambungan liar, (2) throaling ialet, (3) penyesuaian
pelepasan difuser, (4) variabel pengendali kecepatan sudah umum digunakan pada perpindahan
blower positif. Aliran blower sentrifugal merupakan sebuah fenomena yang sering terjadi ketika
blower bergantian beroperasi pada kapasitas nol dan kapasitas penuh, sehingga terjadi getaran dan
panas yang berlebihan. Gelombang terjadi ketika blower dioperasikan pada volume yang rendah

2.4.1 Pipa Udara

Pipa udara terdiri dari induk, katup, meter, dan alat kelengkapan lain yang digunakan untuk
mengangkut udara terkompresi dari blower ke diffusers udara. karena tekanan rendah (kurang dari 10
lbs / in2), pipa ringan dapat digunakan. Ukuran pipa ditentukan dari kecepatan aliran. Ukuran pipa
harus benar sehingga kerugian di tanki atas dan manifold diffusers kecil dibandingkan dengan
kerugian di diffusers. vaves harus disediakan untuk pengaturan aliran.

Karena suhu tinggi udara yang keluar dengan blower (140 ke 1800F), kondensasi dalam pipa
udara tidak menjadi masalah kecuali pipa terendam dalam air limbah. Hal ini penting, bagaimanapun
ketentuan dibuat untuk ekspansi pipa dan kepadatan pipa. Saat diffusers berpori digunakan, pipa
harus terbuat dari bahan yang tidak berskala atau harus dilapisi dengan bahan tidak korosif. Bahan
pipa yang sering digunakan meliputi baja ringan atau besi cor dengan lapisan eksternal

2.4.2 Aerator Mekanik

107
Aerator mekanik biasanya dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan desain dan operasi fitur
utama; aerator wtih sumbu vertikal dan aerator dengan sumbu horisontal. kedua kelompok dibagi
lagi menjadi permukaan dan aerator terendam. Di aerator permukaan, oksigen dari atmosfer; di
aerator terendam, oksigen masuk di bawah tangki. Dalam kasus lain, pemompaan atau tindakan
agitasi dari aerator membantu untuk menjaga konten dari tangki aerasi atau bak pencampuran.

2.5 Desain Bak Aerasi dan Kelengkapannya


2.5.1 Aerationn Tank
Bak Aerasi biasanya terbuat dari beton bertulang dan terbuka ke atmosfer. Penampang tanki
aerasi menggunakan tabung diffuser berpori. Total kapasitas tangki yang diperlukan harus ditentukan
dari desain proses biologis. Pada perencanaan ini kapasitas range 0,5 sampai 10 Mgal/d seangkan
untuk skala besar bisa lebih dari 50 Mgal/d atau 2,2 m3/s. Air limbah yang di aerasi dengan udara,
secara signifikan akan mempengaruhi efisiensi aerasi dan pengadukan. Kedalaman air limbah di
tangki harus antara 15 dan 25 ft (4,57 dan 7,62 m) sehingga diffuser dapat bekerja dengan efisien.
Freeboard dari 1-2 ft (0,2 sampai 0,6 m) diatas permukaan air. Untuk sistem aerasi mekanis, yang
paling efisien adalah satu tangki memiliki satu aerator.

108
Gambar 2.4 Cross Section Tangki Aerasi Lumpur Aktif dengan Sistem Porous Tube
Diffused Air

(Sumber: Metcalf & Eddy, 1991 )

2.5.2 Distribusi Aliran

Untuk pengolahan air limbah yang memiliki beberapa unit sedimentasi primer dan tangki
aerasi, harus diberi pertimbangan untuk menyamakan aliran distribusi ke tangki aerasi. Beberapa
desain air limbah dari sedimentasi primer yang dikumpulkan dalam saluran umum atau channel
untuk ditrasfortasikan ke tangki aerasi. Untuk mendapatkan efesiensi tangki aerasi dapat dilakukan
dengan metode pemisahan atau mengendaikan debit untuk tangki yang akan digunakan. Metode
umum yang digunakan adalah gates. Keseimbangan aliran hydraulic ini akan menyamakan headloss
dari sedimentasi primer ke tangki aerasi. Saluran yang digunakan untuk tangki aerasi berpengaruh
terhadap transportasi limbah, harus dilengkapi dengan diffusser saluran aerasi untuk mencegah
pengendapan padatan.

2.5.3 Froth Control Systems

Air limbah pada umumnya mengandung sabun, detergent, dan surfaktan lainnya yang
menghasilkan busa ketika air limbah di aerasi. Jika konsentrasi dari campuran padatan tersuspensi
tinggi, maka busa cenderung dapat diminimalkan. Buih ini dapat berbahaya bagi bakteri yang
bekerja, selain itu buih yang kering juga sulit untuk dibersihkan. Metode untuk mengendalikan
pembentukan buih khususnya ditangki spiral menggunakan serangkaian nozzle spray yang dipasang
disepanjang tepi atas tangki aerasi.

2.6 Desain Fasilitas Pemisahan Padatan

Fungsi dari tangki pengendapan lumpur aktif aalah untuk memisahkan padatan lumpur aktif
dari campuran padatan. Pemisahan padatan untuk mendapatkan limbah stabil yang memilki BOD
dan padatan tersuspensi yang rendah yang merupakan point penting dalam pegoperasian suatu proses
pengolahan lumpur aktif. Secara teknis harus dapat mempertimbangkan faktor-faktor dalam desain
tangki yaitu, jenis tangki, karakteristik pengendapan lumpur, permukaan dan padatan, kedalaman
sidewater, aliran distribusi, desain inlet, weir placement, penghilangan buih.

2.6.1 Jenis Tangki


Jenis yang paling umum digunakan dari tangki pengendapan yaitu circular atau rectangular.
Square tank digunakan pada beberapa keadaan, tetapi tidak efektif dalam menahan padatan yang
109
terpisah dibandingkan rectangular atau circular. Circular dibangun dengan diameter dari 10 sampai
200 ft (3 sampai 60 m), atau rentang yang umum 30 sampai 140 (10 sampai 40 m). Ada 2 tipe dasar
tangki circular yaitu the center feed dan the rim feed. Kedua jenis ini menggunakan mekanisme
berputar untuk mengangkut dan mengeluarkan lumpur dari dasar clarifier.
Rectangular tank harus proporsional untuk mencapai aliran distribusi yang tepat sehingga
kecepatan horizontalnya tidak berlebihan. Disarankan panjang maksimum rectangular tank tidak
melebihi 10 sampai 15 kali kedalaman, tapi panjang hingga 300 ft (90 m) baik digunakan pada
perencanaan yang besar. Ada 2 jenis rectangular tank yang umum digunakan yaitu, traveling flights
dan travelling bridges. Traveling flights adalah sama untuk menghilangkan lumpur dalam tangki
pengendap primer. Traveling flight ini memiliki hopper atau cerobong untuk menerima lumpur.
Sedangkan traveling bridges juga berfungsi untuk mendukung sistem pembuangan lumpur, yang
biasanya terdiri dari scaraper atau manifold pompa hisap lumpur.

Gambar 2.5 Typical Secondary Settling Tanks

(Sumber: Metcalf & Eddy, 1991 )

2.6.2 Karakteristik pengendapan lumpur


Secara operasional fasilitas pengendapan sekunder harus memiliki 2 fungsi, yaitu pemisahan
cairan campuran padatan tersuspensi dari air limbah dan penebalan lumpur kembali. Kedua fungsi ini
harus dipertimbangkan jika ingin merancang fasilitas pengendapan sekunder dengan baik. Karena
kedua fungsi ini akan berpengaruh pada kedalaman clarifier, pertimbangan yang cukup harus
diberikan untuk pemilihan kedalaman yang akan memberikan volume yang diperlukan untuk kedua
fungsi tersebut.
2.6.3 Surface and Solids Loading Rate

110
Tingkat beban padatan pada lumpur aktif yang mengendap dapat dihitung dengan membagi
total padatan dengan luas permukaan. Satuan yang digunakan untuk menghitung fluks padat yaitu
pound per kaki persegi per jam atau yang umum di literatur pound per kaki per hari.

2.6.4 Sidewater Depth


Kedalaman cairan dalam secondary clarifier biasanya diukur pada dinding samping dalam
tangki circular dan pada ujung dinding limbah untuk tangki rectangular. Kedalaman cairan
merupakan faktor dalam efektivitas dalam penghilangan padatan tersuspensi dan konsentrasi
pemakaian lumpur kembali.
2.6.5 Aliran distribusi
Keseimbangan aliran antara beberapa unit proses dapat menyebabkan rendahnya atau
melebihi kapasitas yang dapat mempengaruhi kinerja sistem secara keseluruhan. Beberapa alternatif
metode pemisahan distribusi aliran yaitu, hydraulic symmetry, flow measurement and feedback
control, hydraulic wier split, dan inlet gate control.
2.6.6 Scum Removal
Operasional pengolahan sekunder yang baik menghasilkan sedikit buih yang terbentuk,
namun pada kondisi lain sering muncul beberapa material yang mengambang sehingga memerlukan
perlakuan untuk menghilangkan material tersebut. Tipikal peralatan untuk menghilangkan buih ini
umumnya meliputi beach dan scraper jenis berputar melalui skimmer dan ditempatkan pada pipa.

2.7 Contoh Perhitungan


Bagaimana desain untuk sistem lumpur aktif tipe complete-mix untuk mengolah limbah
sebanyak (Q) 0,25 m3/s dengan kandungan BOD5 (So) sebesar 250 mg/L. Kadar BOD5 Effluen
direncanakan sebesar 20 mg/L. Misal temperaturnya sebesar 20C, berikut kondisi yang berlaku :
1. Influent volatile suspended solids ke reaktor diabaikan
2. Rasio dari MLVSS (Mixed Liquor Volatile Suspended Solids)ke MLSS (jumlah total dari
padatan tersuspensi )= 0,8
3. Konsentrasi lumpur teresirkulasi = 10000 mg/L padatan tersuspensi
4. MLVSS = 3500 mg/L
5. Umur lumpur, c = 10 hari
6. Effluent mengandung 22 mg/L padatan biologi yang 65% tergolong biodegradable
7. BOD5 = 0,68 x BODL

111
8. Air limbah mengandung nutrien yang memadai, seperi nitrogen, phospor, dan nutrien lain
yang dibutuhkan untuk proses biologi
9. Laju aliran pada jam puncak 2,5x lebih besar dibandingan laju aliran rata-rata
10. Berikut Data MLSS yang berasal dari pilo plant study
MLSS, mg/L 1600 2500 2600 4000 5000 8000

kecepatan 11 8 5 2 1 0,3
Initial settling, ,
ft/jam

Jawaban
1. Perkirakan konsentrasi soluble BOD5 pada effluent dengan menggunakan rumus:
Effluent BOD5 = Influen soluble BOD5 yang lolos pengolahan + BOD5 dari Effluent padatan
tersuspensi.
a. Tentukan BOD5 dari eflluent padatan tersuspensi.
i. Padatan biologi biodegradable pada effluent sebesar 65 % = 65% x 22 mg/L =
14,3 mg/L
ii. BODL ultimate dari Padatan biologi biodegradable pada effluent sebesar 65 % x
22 mg/L x 1,42 mg O2 terpakai/mg sel teroksidasi = 20,3 mg/L
iii. BOD5 dari effluent padatan tersuspensi sebesar 20,3 mg/L x 0,68 = 13,8 mg/L
b. Hitung besarnya soluble BOD5 yang lolos pengolahan
20 mg/L = S + 13,8 mg/L
S = 6,2 mg/L
2. Tentukan efesiensi pengolahan (E)

E= 100

a. Efesiensi yang berdasarkan soluble BOD5


(2506,2)/
E= 100 = 97,5%
250 /

b. Efesiensi keseluruhan
(25020)/
E= 100 = 92%
250 /

3. Hitung volume reaktor dengan rumus berikut


()
= ....1 dan = .....2
(1+ )

a. Substitusikan pada ...1 sehingga didapat V yields

112
( )
=
(1 + )
b. Hitung volume reaktor dengan data yang telah diketahui
c = 10 hari
Q = 0,25 m3/s
Y = 0,5 lb/lb (asumsi)
So = 250 mg/L
S = 6,2 mg/L
X = 3500 mg/L
Kd = 0,06 /hari (asumsi)
3
(10 ) (0,25 (0,5)(250 6,2)/
)
=
(3500 ) (1 + 0,06 / 10 )

= 4694 m3
4. Hitung kuantitas lumpur yang harus dibuang setiap hari
a. Tentukan Yobs dengan menggunakan rumus

0,5
Yobs = 1+ = (1+0,06 10) = 0,3125

b. Tentukan pertambahan massa MLVSS dengan rumus


Px = YobsQ(So - S) x (103 g/kg)-1
= 0,3125 (0,25 m3/s) (250 mg/L 6,2 mg/L) x (103 g/kg)-1
= 1646 kg/hari
c. Tentukan pertambahan massa MLSS
Px(ss) = 1646/0,8
= 2057 kg/hari
d. Tentukan jumlah total lumpur yang harus dibuang
Massa total yang harus dibuang = Pertambahan MLSS Pengurahan SS pada influent
= 2057 kg/hari 0,25 m3/s x 22 mg/L
= 1582 kg/hari
5. Hitung laju lumpur terbuang jika buangan yang dicapai dari reaktor. Diasumsikan Qe=Q dan
VSS pada effluent sama dengan 80% dari SS

113

=
+

4694 3 3500
10 =
( 3 /)(3500 /) + ( 0,25 3 /) (22 0,8)

= 360 3 /
6. Perkirakan rasio resirkulasi dengan menuliskan keseimbangan massa pada sekitar reaktor
Konsentrasi VSS Aerator = 3500 mg/L
Konsentrasi VSS Return = 8000 mg/L
3500 ( Q + Qr) = 8000 (Qr)
Qr / Q = = 0,78
7. Hitung waktu retensi hidrolis untuk reaktor
4694 3
= = = 0,217 = 5,2
0,25 3 /
8. Hitung kebutuhan oksigen berdasarkan BODL
a. Menghitung massa BODL ultimate airl limbah yang masuk yang dikonversi pada proses,
diasumsikan BOD5 setara dengan 0,68 BODL
()
Massa BODL yang dimanfaatkan = 0,68

0,25 3 /(250 6,2 /)

= 0,68

= 7744 kg/hari
b. Hitung oksigen yang dibutuhkan
Kg, O2/hari = 7744 kg/hari 1,42 (1646) kg/hari
= 5408 kg/hari
9. Cek rasio F/M dan beban volumetrik
a. Tentukan rasion F/M

250 /
= = = 0,33/
(0,217 )(3500 )

b. Tentukan beban volumetrik



Beban volumetrik =

3
(250 )(0,25 )

= 4694 3

= 1,15 kg BOD5 /m3/hari

114
10. Hitung volume udara yang dibutuhkan, diasumsikan efisiensi transfer oksigen pada peralatan
aerator yang digunakan sebesar 8%. Faktor keamanan sebesar 2 untuk menentukan volume
desain yang sebenarnya untuk ukuran blower
a. Secara teoritis kebutuhan udara, diasumsikan bahwa udara mengandung 23,2% oksigen
berdasarkan beratnya, yaitu
5408 /
= 19400 3 /
(1.201385 /3 )(0,232)
b. Tentukan kebutuhan udara sebenarnya pada efesiensi transfer sebesar 8%
19400 3 / 2425003 /
= 242500 3 / atau = 166 3 /
0,08 1440 /

c. Tentukan desain kebutuhan udara


2 x 166 = 337 m3/menit
11. Cek volume udara dengan menggunakan nilai yang sebenarnya ditentukan pada langkah 10b.
a. Kebutuhan udara per satuan volume
242500 3 /
= 11,2
0,25 3 /
b. Kebutuhan udara per kg BOD5 yang disisihkan :
242500 3 /
= 46,1 3 /
3
(250 6,2 ) (0,25 )

12. Membuat kurva solids-flux gravity menggunakan data yang sudah ditetapkan untuk fasilitas
settling yang dibutuhkan.
a. Memplotkan data yg ada pada grafik

b. Menggunakan data pada grafik, untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk membuat
kurva solids-flux

115
Konsetrasi
padatan, X, 1000 1500 2000 2500 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000

mg/L
kecepatan
Initial 0,23
13,2 11,5 9,2 5,9 3,7 1,8 1,0 0,66 0,43 0,31
settling, ,
ft/jam
Solids flux, 0,13
0,82 1,08 1,15 0,92 0,69 0,45 0,31 0,25 0,19 0,15
2 a
lb/ft .d
c. Memplotkan nilai solids-flux yang didapat pada langkah b vs konsentrasi

13. Menggunakan kurva solids-flux pada langkah 12c untuk menentukan batasan nilai solids
flux untuk konsentrasi underflow berkisar antara 8000 12000 mg/L
a. Menggunakan prosedur konstruksi alternatif geometrik, untuk membuat garis lurus pada
kurva solids-flux
b. Menyiapkan tabel kesimpulan untuk batasan nilai solids-flux pada konsentrasi uderflow
yang bervariasi
Konsentrasi
underflow, 8000 9000 10000 11000 12000

mg/L
Batasan
solids-flux, 0,86 0,7 0,58 0,51 0,43

lb/ft2

14. Menentukan rasio recycle yang dibutuhkan untuk menjaga konsentrasi MLSS yaitu 4375
mg/L
116
a. Rasio recycle yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan membuat material balance
influen pada reaktor. Hasilnya sebagai berikut
Q(Xo) + Qr(Xu) = (Q + Qr) x 4375 mg/L
Dimana, Q = laju aliran influen, m3/hari
Q = laju aliran recycle, m3/hari
Xo = influent suspended solids, mg/L
Xu = underflow suspended solids, mg/L
Diasumsikan Xo = 0 dan Qr = Q, maka
QXu (4375 mg/L)Q = Q(4375 mg/L)
= 4375 mg/L / ( Xu mg/L 4375 mg/L)
dimana = rasio recycle, Qr/Q
b. Tentukan rasio recycle yang dibutuhkan untuk konsentrasi underflow yang bervariasi

Xu, mg/L 8000 9000 10000 11000 12000

Xu -4375 7625
3625 4625 5625 6625
mg/L

1,21 0,95 0,78 0,66 0,57

15. Tentukan area penebalan pada clarifier yang dibutuhkan untuk konsentrasi underflow yang
bervariasi dan rasio recycle menggunakan rumus berikut
SFa = (1 + ) (Q) (X) (8,34)/ 24A
Dimana, SFa = rata-rata solids-flux yang digunakan, lb/ft2.h
= rasio recycle
Q = laju aliran, Mgal/hari
X = konsentrasi MLSS, mg/L
A = cross=sectional area dari clarifier, ft2
24 = jam/hari
a. Diasumsikan SFa = SFL , SFL ditentukan pada langkah 13
b. Membuat tabel perhitungan untuk menentukan area yang dibutuhkan

Xu, mg/L 8000 9000 10000 11000 12000

117
SFL, lb/ft2.jam 0,86 0,70 0,58 0,51 0,43

1,21 0,95 0,78 0,66 0,5

A, ft2 22300 24300 26500 28100 31700

16. Tentukan tingkat overflow sesuai dengan beban padatan yang dihitung pada langkah 15b

Xu, mg/L 8000 9000 10000 11000 12000

Solid
0,86 0,70 0,58 0,51 0,43
loading,
lb/ft2.jama
OFb gal/ft2.d 256 235 215 0,51 180

17. Cek klarifikasi yang dibutuhkan, diasumsikan bahwa desain final akan berdasarkan
konsentrasi underflow yaitu 10000 mg/L
a. Seperti terlihat pada langkah 16, overflow rate pada konsentrasi underflow 10000 mg/L
setara dengan 0,37 m/jam
b. Mengacu pada kurva settling, settling rate sebesar 0,37 m/jam akan sesuai dengan
konsentrasi padatan yaitu 4700 mg/L
18. Estimasikan kedalaman penebalan yang dibutuhkan. Asumsikan bahwa kedalaman minimum
yang diizinkan pada zona clarified pada tangki sedimentasi sebesar 1,5 m
a. Estimasikan kedalaman zona penebalan yang dibutuhkan.
i. Tentukan massa padatan pada kolam aerasi
Padatan pada tangki aerasi = 4694 m3 x 4375 mg/L = 20,5227 kg
ii. Tentukan massa padatan pada tangki sedimentasi
Padatan pada tangki sedimentasi = 0,3 (20,5227 kg) = 6.15660924 kg
iii. Tentukan kedalaman zona lumpur pada tangki sedimentasi
(A. ft2)(d.ft)(7000 mg/L)(k)= 13573 lb

dimana k = 1/16030 lb/ft3. (mg/L)

d = {(13573 lb) / (7000 mg/L)(26500 ft2)} x 1/16030 lb/ft3. (mg/L)/lb

d = 1.17 ft ( 0.36 m)

118
b. Estimasikan kapasitas penyimpanan pada zona lumpur dengan mengasumsikan kelebihan
padatan harus disimpan pada tangki sedimentasi sekunder pada saat aliran puncak karena
batasan fasilitas pemrosesan lumpur. Asumsikan 2 d laju aliran puncak berkelanjutan
pada 2,5 Qavg dan 7 d aliran puncak berkelanjutan beban BOD pada 1,5 BODavg, terjadi
secara bersamaan
i. Estimasikan padatan yang diproduksi pada kondisi berikut

Px = YobsQ(So - S) x (103 g/kg)-1

Yobs= 0,3125

Q = 0,625 m3/s

So = 1,5 (250 mg/L) = 375 mg/L

S = 15 mg/L (diasumsikan pada kondisi beban meningkat)

(Px)sp = 0,3125 (0,625 m3/s) (375-15) mg/L

= 6077 kg

ii. Karena laju aliran puncak terjadi secara terus menerus untuk 2 d, total padatan
untuk periode 2 d setara dengan 121424.863 kg
iii. Hitung kedalaman penyimpanan lumpur yang diperlukan pada tangki sedimentasi.
Asumsikan total padatan pada tangki sedimentasi setara 18231 kg (40369 lb)
d = {(40369 lb) / (7000 mg/L)(26500 ft2)} x 1/16030 lb/ft3. (mg/L)/lb
d = 3,49 ft ( 1,06 m)
c. Estimasikan kedalaman total
Kedalaman = 1,5 + 0,36 + 1,06 = 2,92 m
19. Cek kecepatan overflow permukaan pada aliran puncak
a. Pada aliran puncak
Qp = 2,5 (0,25 m3/s) = 0,625 m3/s ( 14275000 gal/hari)
b. Kecepatan overflow permukaan pada aliran puncak
Puncak kecepatan overflow = ( 14275000 gal/hari)/ 26500 ft2 = 539 gal/ft2= 21,9 m3/m2.
Hari
20. Siapkan tabel kesimpulan dari desain tangki sedimentasi

119
Item Nilai

Area permukaan (surface area 2462 m2

Kedalaman sisi air 3,7 m

Waktu detensi rata-rata 10,1 jam

MLSS 4375 mg/L

Batasan solids-fluxs 2,85 kg/m2.jam

Kecepatan overflow

Kecepatan overflow saat kecepatan rata-rata 8.8 m3/m2.hari

Kecepatan overflow saat aliran puncak 21.9 m3/m2.hari

120

Anda mungkin juga menyukai