Studi Kasus LAKSONO New

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

MAGANG ASUHAN GIZI KLINIK

PENATALAKSANAAN GIZI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT UNAIR


SURABAYA

Oleh :

Ona Oktalina 101311223013

PROGRAM STUDI ILMU GIZI (ALIH JENIS)


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,


dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan
atau sekresi insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas hiperglikemia/peningkatan kadar
glukosa darah di atas nilai normal (Mihardja, 2009; Awad dkk, 2013). DM Tipe 2 adalah jenis
DM yang paling banyak ditemukan di masyarakat (Trisnawati, 2013).

Menurut International Diabetes Federation (2006) Diabetes Melitus adalah penyakit


kronis yang digambarkan sebagai keadaan kadar glukosa darah yang meningkat
(hiperglikemia) yang berhubungan dengan kematian. Penyakit ini muncul ketika sel-sel beta
di pankreas gagal menghasilkan hormon insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif.

Saat ini DM menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global
menunjukan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang,
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2006,
terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara. International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan bahwa sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa
mereka mengidap DM. Sebesar 80% orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan
rendah dan menengah. Sebagian besar penderita DM berusia antara 40-59 tahun (Trisnawati,
2013).

Pada tahun 2013, proporsi penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun dengan DM
adalah 6,9 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DI
Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%), dan Kalimantan Timur
(2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi
terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%) dan
Nusa Tenggara Timur (3,3%) (Kemenkes, 2013).

Komplikasi kronis dari Diabetes Melitus antara lain penyakit kardiovaskuler, stroke,
ulkus diabetik, retinopati, serta nefropati diabetik. Dengan demikian, kematian Diabetes
Melitus terjadi tidak secara langsung akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan
komplikasi yang terjadi. Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita
Diabetes Melitus lima kali lebih besar untuk timbul gangren, tujuh belas kali lebih besar
untuk menderita kelainan ginjal, dan dua puluh lima kali lebih besar untuk terjadinya
kebutaan (James, 2010). Diantara komplikasi kronik Diabetes Melitus kelainan
makrovaskuler memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah berupa ulkus maupun
gangren selanjutnya disebut ullkus diabetik. Ulkus Diabetik merupakan komplikasi menahun
yang paling ditakuti dan mengesalkan bagi penderita Diabetes Melitus, baik ditinjau dari
lamanya perawatan, biaya tinggi yang diperlukan untuk pengobatan.

Ulkus Diabetik merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati yang terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan,
dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.
Gejala yang sering dikeluhkan yaitu sering kesemutan, nyeri pada kaki seperti rasa terbakar,
tidak berasa, kerusakan jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi, kaki menjadi atrofi,
dingin, dan menebal, serta kulit menjadi kering ( Price & Wilson, 2002).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk membahas penyakit
diabetes mellitus dengan ulkus serta penatalaksanaan diit DM dengan berbagai penyakit
komplikasi lain.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Pada akhir magang, mahasiswa mampu melaksanakan Manajemen Asuhan Gizi
Klinik pada pasien di Rumah Sakit Unair Surabaya yang meliputi analisis tentang
pengkajian, perencanaan, memonitoring dan evaluasi serta membuat laporan
penelitian, menyusun dan menyajikan laporan studi kasus.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Gizi Klinik kepada pasien dewasa di
Irna 3 dengan penyakit diabetes mellitus dengan ulkus, hipertensi, DRESS
(pengkajian, perencanaan, monitoring dan evaluasi.)
2. Mahasiswa mampu melaksanakan konsultasi gizi terhadap pasien dewasa di Irna 3
dengan penyakit diabetes mellitus dengan ulkus, hipertensi, DRESS
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
1. Dapat menambah wawasan dan kemampuan dalam penatalaksanaan diet pada
diabetes mellitus dengan ulkus, hipertensi, DRESS di Rumah Sakit Unair
Surabaya
2. Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam pelayanan gizi seperti
konsultasi gizi di Rumah Sakit Unair Surabaya.
1.3.2 Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit khususnya Bagian Gizi terhadap
hal-hal yang ditemukan selama melakukan studi kasus yang akan diperbaiki dan
ditingkatkan pada masa yang akan datang.
1.4 Metode
Metode yang digunakan dalam melaksanakan studi kasus ini antara lain sebagai
berikut :
1. Wawancara
Wawancara dilakukan pada pasien dan keluarga pasien mengenai asupan makan
(recall 24 jam), pola makan dan kebiasaan makan pasien sebelum masuk rumah sakit,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga serta keadaan sosial ekonomi
pasien.
2. Observasi
Observasi (pengamatan) yang dilakukan kepada pasien selama 7 hari berturut-turut
mengenai asupan makan, hasil laboratorium, perkembangan umum dan fisik pasien
secara langsung melalui data rekam medik pada buku status pasien.
1.5 Waktu dan Lokasi
Waktu pelaksanaan kegiatan magang MAGK dilaksanakan mulai tanggal 18
November 28 November 2014, yang berlokasi di Irna 3 Rumah Sakit Unair Surabaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Mellitus


Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi
semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh
dan menimbulkan berbagai macam keluhan dan dapat mengganggu pola hidup atau
kualitas hidup seseorang (WHO, 1994). Komplikasi dari Diabetes Melitus biasanya
berjalan lambat dengan gejala-gejala yang ringan sampai berat, bahkan dapat
menyebabkan kematian akibat dari komplikasi akut maupun kronis. Penyakit ini
merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan upaya penanganan yang tepat dan
serius.

Menurut International Diabetes Federation (2006) Diabetes Melitus adalah


penyakit kronis yang digambarkan sebagai keadaan kadar glukosa darah yang meningkat
(hiperglikemia) yang berhubungan dengan kematian. Penyakit ini muncul ketika sel-sel
beta di pankreas gagal menghasilkan hormon insulin yang cukup atau tubuh tidak dapat
menggunakan insulin yang dihasilkan secara efektif.

Diabetes Mellitus merupakan uatu penyakit atau gangguan metabolisme kroni


dengan multi etiologi (banyak penyebab) yng ditandai dengan kadar gula darah yang
tinggi disertai gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein sebagai akibat
ketidakcukupan (insufisiensi) fungi insulin. (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
R!, 2005)

2.2 Klasifikasi dan Diagnosis Diabetes mellitus


Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI adalah yang sesuai dengan
anjuran klasifikasi DM American Diabetes Association (ADA) 2007. Klasifikasi
etiologi Diabetes mellitus, menurut ADA 2007 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi etiologi DM
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut
- Autoimun
- Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi insulin
disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin.
Tipe lain 1. Defek genetik fungsi sel beta :
- Maturity-Onset Diabetes of the Young (MODY) 1, 2, 3.
- DNA mitokondria.
2. Defek genetik kerja insulin.
3. Penyakit eksokrin pankreas.
- Pankreatitis.
- Tumor/ pankreatektomi.
- Pankreatopati fibrokalkulus.
4. Endokrinopati.
- Akromegali.
- Sindroma Cushing.
- Feokromositoma.
- Hipertiroidisme.
5. Karena obat/ zat kimia.
- Pentamidin, asam nikotinat.
- Glukokortikoid, hormon tiroid
- Tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain.
6. Infeksi: rubella kongenital, sitomegalovirus.
7. Sebab imunologi yang jarang: antibodi insulin.
8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM: Sindrom
Down, Sindrom Klinefelter, Sindrom Turner dan lain-lain
Diabates mellitus
gestasional

2.3 Faktor Resiko Diabetes Mellitus


Beberapa faktor yang mempengaruhi DM adalah :
1. Genetik atau Faktor Keturunan
DM cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis
memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit DM. Anggota keluarga penderita
DM memiliki kemungkinan lebih besar menderita DM dibandingkan dengan anggota
keluarga yang tidak menderita DM. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang
menderita DM, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40 % menderita DM.
DM Tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan
dengan DM Tipe 2. Sekitar 50 % pasien DM Tipe 1 mempunyai orang tua yang
juga menderita DM, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang
juga menderita DM. Pada penderita DM Tipe 2 hanya sekitar 3-5 % yang
mempunyai orang tua menderita DM juga.
Pada DM tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita
DM bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada usia < 40 tahun
dan 1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita DM pada usia 40
tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita DM tipe 1, maka kemungkinan
menderita DM adalah 1:2.
2. Usia
DM dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama 40 tahun karena
resiko terkena DM akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan
mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi
endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. DM tipe 1 biasanya terjadi pada
usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan DM tipe 2 biasanya terjadi pada
usia 40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita DM
berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia di atas 85 tahun.
Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005) penderita
DM Tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur < 40 tahun
(2,7%), dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun (48
%).32 Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007
terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia 40 tahun dan 10 orang (4%) yang
berusia < 40 tahun.
3. Jenis Kelamin
Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus,
berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor
resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan desain
cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM lebih
banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula
pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Bogor, proporsi
pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki
(38,2%).
4. Pola Makan dan Kegemukan (Obesitas)
Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat
peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia. Makin banyak penduduk yang
kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya
kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa)
muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi
minuman yang kaya gula.
Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan,
sebab meningkatnya angka kejadian DM Tipe 2 berkaitan dengan obesitas.
Delapan dari sepuluh penderita DM Tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki
kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh
menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan
memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan
menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh)
30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena DM dari pada seseorang dengan IMT
normal (22 Kg/m2). Bila IMT 35 Kg/m2, kemungkinan mengidap DM menjadi
90 kali lipat.
5. Kurang Gerak Badan
Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang
kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan
kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan,
maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga
sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin
juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan yang
masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh
sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula
memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi,
maka akan timbul gejala DM
6. Infeksi
Virus yang dapat memicu DM adalah rubella, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pankreas,
virus ini menyebabkan kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat juga
menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun
dalam sel beta pankreas. Pada kasus DM Tipe 1 yang sering dijumpai pada anak-
anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-
ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. DM akibat bakteri
masih belum bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM.
2.4 Patofisiologi
Ulkus diabetikum diawali dengan adanya hiperglikemia pada pasien dengan
diabetes melitus yang menyebabkan kelainan neuropati, baik neuropati sensorik
maupun motorik dan automik. Kelainan tersebut akan mengakibatkan berbagai
perubahan pada kulit dan otot, kemudian akan menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya
ulkus, dengan adanya kerentanan terhadap infeksi dapat menyebabkan infeksi mudah
merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih
lanjut menambah kesulitan dalam pengelolahan ulkus diabetikum(Waspadji, 2009).
2.5 Penatalaksanaan Diabetes mellitus
Tujuan pengelolaan Diabetes mellitus adalah :
a. Tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan gejala/keluhan dan mempertahankan rasa
nyaman dan tercapainya target pengendalian darah.
b. Tujuan jangka panjang yaitu mencegah komplikasi, mikroangiopati dan
makroangiopati dengan tujuan menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Prinsip pengelolaan Diabetes mellitus, meliputi :
a. Edukasi
Tujuan edukasi yaitu meningkatkan pengetahuan diabetisi tentang penyakit dan
pengelolaannya dengan tujuan dapat merawat sendiri sehingga mampu
mempertahankan hidup dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Edukasi meliputi :
1. Edukasi untuk pencegahan primer
Ditujukan untuk kelompok risiko tinggi.
2. Edukasi untuk pencegahan sekunder
Ditujukan pada diabetisi terutama pasien yang baru. Materi yang diberikan
meliputi : pengertian Diabetes, gejala, penatalaksanaan Diabetes mellitus,
mengenal dan mencegah komplikasi akut dan kronik, perawatan pemeliharaan
kaki, dll
3. Edukasi untuk pencegahan tersier
Ditujukan pada diabetisi lanjut, dan materi yang diberikan meliputi : cara
perawatan dan pencegahan komplikasi, upaya untuk rehabilitasi, dll.
c. Terapi Gizi Medis

Penekanan tujuan terapi gizi medis pada diabetes tipe 2 hendaknya pada
pengendalian glukosa, lipid, dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diet
hipokalori (pada pasien yang gemuk) biasanya memperbaiki kadar glikemik jangka
pendek dan mempunyai potensi meningkatkan control metabolik jangka lama. Diet
dengan kalori sangat rendah, pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan
berat jangka lama, dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah pada
pengendalian glukosa dan lipid. Namun demikian pada sebagian individu penurunan
berat badan dapat juga dicapai dan dipertahankan.

Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan
disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh. Pengaturan porsi makanan
sedemikian rupa sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat
badan ringan atau sedang (5-10kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control
diabetes, walaupun berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat
diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang moderat dan
peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan kalori sedang yaitu 250-500
kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.

Kebutuhan Zat Gizi


A. Protein
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat tentang asupan
protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini menganjurkan mengkonsumsi
10% sampai 20% energy dari protein total. Menurut konsensus pengelolaan
diabetes di Indonesia tahun 2006 kebutuhan protein untuk penyandang diabetes
juga 10%-20% energi. Perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat
badan perhari atau 10% dari kebutuhan energi dengan timbulnya nefropati pada
orang dewasa dan 65% hendaknya bernilai biologic tinggi.
B. Total Lemak
Asupan lemak dianjurkan 7lt; 7% energi dari lemak jenuh dan tidak jennuh 10%
dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal. Anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25% energy.
Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat diikuti anjuran diet
disiplin diet dislipidemia tahap II yaitu 1000 mg/dl mungkin perlu penurunan
semua tipe lemak makanan untuk menurunkan kadar lemak plasma dalam bentuk
kilomikron.
C. Lemak Jenuh dan Kolesterol
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolesterol adalah untuk
menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu < 7% asupan energy
sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan kolesterol makanan hendaknya
dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
D. Karbohidrat dan Pemanis
Rekomendari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah total karbohidrat
daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal. Buah dan susu sudah
terbukti mempunyai respon glikemik yang lebih rendah dari pada sebagian besar
tepung-tepungan. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon
glikemik yang berbeda,prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat
yang dikonsumsi daripada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat
untuk orang dengan diabetes di Indonesia adalah 45-65% energy.
D.1. Sukrosa
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian dari
perencanaan makan tidak memperburuk control glukossa darah pada individu
dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang mengandung sukrosa
harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat makanan lain dan tidak hanya
dengan menambahkannya pada perencanaan makan. Dalam melakukan subtitusi
ini kandungan zat gizi dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandugan zat
gizi lain dari makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, seperti
lemak yang sering ada bersama sukrosa dalam makanan. Mengkonsumsi makanan
yang bervariasi memberikan lebih banyak zat gizi dari pada makanan dengan
sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.
D.2. Pemanis Fluktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil daripada sukrosa
dan kebanyakan karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa dapat
memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet diabetes. Namun
demikian, karena pengaruh dalam jumlah besar (20% energy) potensial merugikan
pada kolesterol dan LDL, fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai
bahan pemanis untuk orang dengan diabetes. Penderita disiplemia hendaknya
menghindari mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alas an
untuk menghindari makanan seperti buah-buahan dan sayuran yang mengandung
fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang makanan yang mengandung
pemanis fruktosa.
Sorbitol, manitoldan xylitol adalah gula alcohol biasa (polyols) yang
menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa dan karbohidrat lain.
Penggunaan pemanis tersebut secara berlebihan dapat mempunyai pengaruh
laksatif.
Sakarin, aspartame, acesulfame k adalah pemanis tak bergizi yang dapat diterima
sebagai pemanis pada semua penderita DM.
E. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama dengan untuk orang
yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 gr serat makanan dari
berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25
gr/1000 kalori/ hari dengan mengutamakan serat larut.
F. Natrium
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan penduduk biasa yaitu
tidak lebih dari 3000 mgr, sedangkan bagi yang menderita hipertensi ringan
sampai sedang, dianjurkan 2400 mgr natrium perhari.
G. Alkohol
Anjuran penggunaan alkohol untuk orang dengan diabetes sama dengan
masyarakat umum. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah tidak terpengaruh
oleh penggunaan alkohol dalam jumlah sedang apabila diabetes terkendali dengan
baik. Alkohol dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada mereka yang
menggunakan insulin atau sulfonylurea. Karena itu sebaiknya hanya diminum
pada saat makan. Bagi orang dengan diabetes yang mempunyai masalah kesehatan
lain seperti pancreatitis, dislipidemia, atau neuropati mungkin perlu anjuran untuk
mengurangi atau menghindari alkohol. Asupan kalori dari alkohol diperhitungkan
sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai penukar lemak (1 minuman
alcohol sama dengan 2 penukar lemak). Anjuran bagi orang diabetes yang tidak
dapat meninggalkan alkohol adalah sebagai berikut:
1. Alkohol tidak boleh dikonsumsi apabila :
kadar glukosa darah belum terkendali.
Kadar trigleserida darah meningkat.
Menggunakan obat diabetes sulfonylurea generasi pertama karena
dapat memberikan efek samping.
Menderita penyakit gastritis, pankreatis, tipe tertentu penyakit ginjal
dan jantung. Alkohol mengandung kalori tinggi sehingga tidak baik
bagi yang kegemukan.
2. Tidak diminum bila peut kosong karena dapat menyebabkan hipoglikemia.
3. Alkohol mengganggu kesadaran sehingga dapat membuat perencanaan makan
kurang bisa dipatuhi.
4. Batasi tidak lebih dari 1-2 minuman saja, tidak lebih dari 2x seminggu. Untuk
yang menggunakan insulin, tidak lebih dari 2 minuman alkohol (1 minuman
alkohol setara dengan 340 gr bir, 140 gr anggur atau 42 distilled spirits).
H. Mikronutrien : Vitamin dan Mineral
Apabila asupan gizi cukup, biasanya tidak perlu menambah suplementasi vitamin
dan mineral. Walaupun ada alas an teoritis untuk memberikan suplemen anti
oksidan, pada saat ini, hanya sedikit bukti yang menunjang bahwa terapi tersebut
menguntungkan.
Pemberian kromium menguntungkan pengendalian glikemik bagi mereka yang
kekurangan kromium sebagai akibat nutrisi parenteral. Kebanyakan orang dengan
diabetes agaknya tidak kekurangan kromium oleh karena itu suplementasi
kromium tidak bermanfaat. Walaupun kekurangan magnesium dapat berperan
pada resistansi insulin, intoleransi karbohidrat dan hipertensi, data yang ada
menyarankan bahwa evaluasi rutin kadar magnesium serum dianjurkan pada
pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk menderita defisiensi magnesium.
Suplementasi kalium mungkin diperrlukan bagi pasien yang kehilangan kalium
kerena menggunakan diuretik. Hiperkalimea dapat terjadi pada pasien dengan
insufiensi ginjal atau hipoaldosteronisme hiporeninemik atau pasien rawat inap
yang minum angiotensin converting enzyim inhibitor, dalam hal ini dapat
dilakukan pembatasan kalium dalam diet pasien.

Prinsip Perencanaan Makan bagi Penyandang Diabetes

Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
Kompisisi energy adalah 45-65% dari karbohidrat, 10-20% dari protein dan
20-25% dari lemak.

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan orang
dengan diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan
kebutuhankalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan
dikurangi bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, umur, aktivitas,
kehamilan/laktasi, adanya komplikasi dan berat badan.

Cara lain adalah seperti table I. cara yang lebih gampang lagi adalah dengan
pegangan kasar yaitu untuk pasien kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100
kalori, dan gemuk 1300-1500 kalori.

Tabel I. Kebutuhan kalori penyandang diabetes

Kalori/kg BB ideal

Status Gizi Kerja santai sedang berat

Gemuk 25 30 35

Normal 30 35 40

Kurus 35 40 40-50

Perhitungan berat badan idaman dengan rumus Brocca yang dimodifikasi


adalah sebagai berikut :

Berat badan idaman = 90% x (TB dalam cm- 100 cm) x 1 kg


Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus
modifikasi menjadi :
Berat badan ideal = (TB dalam cm 100) x 1 kg
Sedangkan menurut Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg)
Tinggi badan (m2)
Adalah sebagai berikut :
Berat normal : IMT = 18,5 22,9 kg/m2
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori :
a. Jenis kelamin

Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat
dipakai angka 25 kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/ kg BB untuk
pria.

b. Umur
Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada
orang dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kg/kg BB. Umur 1
tahun membutuhkan lebih kurang 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-
anak lebih daripada 1 tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap
tahunnya. Penurunan kebutuhan kalori di atas 40 tahun harus dikurangi 5%
untuk tiap decade antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun
dikurangi 10%, di atas 70 tahun dikurangi 20%.

c. Aktivitas Fisik atau pekerjaan

Jenis aktivitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis
aktivitas dikelompokkan sebagai berikut :

o Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%

o Ringan : pegawai kantor, pegawai took, guru, ahli hokum, ibu rumah
tangga dan lain-lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan
basal.

o Sedang : pegawai di industry ringan, mahasiswa, militer yang sedang


tidak perang, kebutuan dinaikkan menjadi 30% dari basal.

o Berat : petani, buruh, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit,


kebutuhan ditambah 40%.

o Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus
ditambah 50% dari basal.

d. Kehamilan / laktasi

Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kalori/ hari dan ada
trimester II dan III 350 kalori/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan
sebanyak 550 kalori/hari.

e. Adanya komplikasi

Infeksi, trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan


tambahan kalori sebesar 13% untuk tiap kenaikan 1 derajat celcius.

f. Berat badan

Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30%


bergantung kepada tingkat kegemukan/kerusakannya.
BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)

3.1 Ulasan Kasus


3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
BB : 59 kg
TB : 165 cm
Alamat : Jln. Sidoyoso Kali Utara 35 Simokerto
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : SMA
Tempat di rawat : Irna 3 kelas 2/ 319
Tanggal MRS : 18 November 2014
Dokter yang merawat : dr. Noor, SpPd dan dr. Asdi
Diagnosa : DM, Melena, Hipertensi, Ulkus Pedis, DRESS
3.1.2 Data Subyektif

1. Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk Rumah Sakit tanggal 18 November 2014 dengan
keluhan demam, lemas, kulit mengelupas serta luka pada kaki. Pasien sudah
istirahat dari pekerjaannya selama 2 bulan.
b) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah menderita penyakit diabetes mellitus sejak 10 tahun yang
lalu. Hal ini diketahui setelah pasien mengalami kecelakaan dan hasil
laboratorium menunjukkan bahwa pasien mempunyai gula darah tinggi. Sejak
saat itu pasien mulai membatasi makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari
seperti mengurangi makanan yang berlemak dan goreng-gorengan. Dan
semenjak didiagnosa mengidap penyakit diabetes pasien mulai rutin kontrol ke
dokter yaitu sekitar dua kali dalam sebulan.

c) Riwayat Penyakit Keluarga


Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga pasien dapat diketahui
bahwa keluarga pasien tidak ada yang terkena penyakit diabetes mellitus.
3.1.3 Data Obyektif
a) Pemeriksaan Antropometri
Hasil pemeriksaan antropometri dengan pengukuran tinggi badan dan berat
badan dapat diketahui status gizi dan BBI sebagai berikut :
BB : 59 kg
TB : 165 cm
IMT = BB/(TB)2 = 59/(1,65)2
= 59/2,7225
= 21,7 (Normal)

BBI = 0,9 x (TB-100)

= 0,9 x (165-100)

= 0,9 x 65
= 58,5 kg
b) Pemeriksaan Fisik/Klinis
Hasil pemeriksaan fisik/klinis pasien tanggal 18 November 2014 dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2 Pemeriksaan Fisik/Klinis

Tanggal Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Keterangan


18/11/2014 KU Demam, -
bibir kering, kulit merah-
merah, icterus.
Tensi 159/87mmHg Tinggi
Suhu 38,20C Tinggi
Nadi 108x/menit Tinggi
Pernapasan 22x/menit Tinggi

c) Pemeriksaan Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium pasien pada tanggal 19 November 2014 dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3 Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan


18-11-2014 SGOT 164,8 U/L L: 0-50 U/L Tinggi
SGPT 176,6 U/L L: 0-50 U/L Tinggi
GDP 178 mg/dl 70-110 mg/dl Tinggi
BUN 41,1 mg/dl 8-18 mg/dl Tinggi
Kreatinin 2,6 mg/dl L : 0,62-1,1 mg/dl Tinggi
Direk 11,8 mg/dl 0-0,02 mg/dl Tinggi
Bilirubin
Tot Bilirubin 12,89 mg/dl 0,1-1 mg/dl Tinggi

4. Dietary
Tabel 4 Data Riwayat Nutrisi Pasien
Data dasar Sintesa data
Sebelum MRS : Pasien terbiasa makan dalam porsi
1. Pasien mempunyai kebiasaan makan 3 besar dan menyukai makanan yang
4 x/hari yaitu makan pagi, siang dan berlemak, dan manis.
malam. Perhitungan kebutuhan Zat Gizi :
2. Kebiasaan makan pasien yaitu makan Energi basal = BBI x 25 kkal
nasi 1 - 2 entong perkali makan, lauk = 58,5 x 30 kkal
hewani 1 potong, lauk nabati 2x/minggu, = 1755 kkal
tidak suka sayur, buah 3x/minggu dan Keb E. Tot = Energi basal fu + fa
yang paling disukai buah jeruk, minum = 1755 5% + 30%
air > 8 gelas/hari. = 1755 87,75 + 526,5
3. Pasien lebih suka makan di luar rumah = 2193,75 kkal
seperti soto daging, sate, jerohan, kikil Keb Protein = (20% x 2193,75) : 4
dll = 109,68 gr
4. Pasien sangat suka mengkonumsi Keb Lemak = (20% x 2193,75) : 9
minuman bersoda dan minuman yang = 48,75 gr
manis. Minum teh 4 x/hari, minum kopi Keb. KH = (68% x 2193,75) : 4
3 x/hari = 329 gr
5. Makanan yang tidak disukai pasien
adalah sayur
Setelah MRS
Hasil recall 1 x 24 jam ditanyakan pada
tanggal 19 November 2014 dengan Diet
Nasi Biasa DM B1 1900 Kalori
Hasil recall :
E : 1237,8 kkal Defisit Berat (56,42 %)
P : 53,9 gram Defisit Berat (65,81 %)
L : 66,2 gram Di atas kebutuhan (135,7 %)
KH : 105 gram Defisit Berat (31,91 %)
3.3 Daftar Masalah
a) Masalah Gizi
NC. 2.2 Perubahan nilai yang terjadi akibat adanya perubahan komposisi tubuh,
obat-obatan, sistem tubuh atau perubahan kemampuan untuk mengeliminasi
(mengeluarkan) hasil akhir dari proses pencernaan dan metabolisme diakibatkan
disfungsi ginjal, hati, endokrin ditandai dengan :

Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan


SGOT 164,8 U/L L: 0-50 U/L Tinggi
SGPT 176,6 U/L L: 0-50 U/L Tinggi
GDP 178 mg/dl Tinggi
BUN 41,1 mg/dl 8-18 mg/dl Tinggi
Kreatinin 2,6 mg/dl L : 0,62-1,1 mg/dl Tinggi
Direk 11,8 mg/dl 0-0,02 mg/dl Tinggi
Bilirubin
Tot Bilirubin 12,89 mg/dl 0,1-1 mg/dl Tinggi

NI. 2.2 Intake makanan dan minuman oral yang lebih besar dibandingkan
rujukan standart atau rekomendasi berdasarkan kebutuhan fisiologis yang
disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap kecukupan kebutuhan makanan dan
minuman oral yang dibuktikan dengan tingginya kadar glukosa darah GDP : 178
mg/dl dan riwayat nutrisi pasien dimana intake makanan dengan densitas energi
yang tinggi (juice, soda, alkohol) pada saat makan atau snack serta intake
makanan dalam porsi besar

NB. 1.4 data yang menunjukkan tidak adanya perbaikan kebiasaan disebabkan
kurangnya pengetahuan mengenai masalah-masalah gizi dibuktikan data
biokimia seperti pada diagnosis NC diatas.

Berdasarkan Nutritional Care Proses (NCP) diatas dapat diketahui bahwa pasien
mengalami penyakit diabetes disertai dengan disfungsi ginjal, hati. Masalah gizi, domain
behavior dapat menjadi penyebab dari timbulnya masalah pada domain klinik.
Berdasarkan riwayat gizi dahulu yang ada pada domain behavior yaitu dengan pola makan
pasien yang suka makan di luar rumah seperti soto daging, sate, jerohan, kikil dll, sangat
suka mengkonumsi minuman bersoda dan minuman yang manis. Minum teh 4 x/hari,
minum kopi 3 x/hari serta jarang mengkonsumsi sayur Minuman bersoda dikenal sebagai
minuman berenergi tinggi karena kandungan gulanya yang tinggi. Selain itu minuman-
minuman tersebut menggunakan bahan pengawet seperti natrium benzoat, pewarna, serta
perisa sintetis.

Pada penderita penyakit diabetes melitus, metabolisme karbohidrat terganggu


sebagai akibat terganggunya produksi hormon insulin oleh pankreas. Defisiensi insulin
menyebabkan tidak semua glukosa dapat diubah menjadi glikogen. Ini berarti sebagian
glukosa yang berasal dari makanan tetap berada dalam darah. Tingginya kadar gula darah
(hiperglikemia) akan mendorong pembuangan kelebihan glukosa tersebut keluar tubuh
melalui urin. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya glikosuria.

Dengan sedikitnya glukosa yang dapat diubah menjadi glikogen, maka untuk
memenuhi kebutuhan energi otot akan terjadi pengubahan glikogen hati menjadi glukosa
melalui jalur glukoneogenesis. Jadi tingginya kadar glukosa dalam darah selain berasal
dari glukosa makanan yang tidak dapat diubah menjadi glikogen oleh tubuh, juga berasal
dari proses glukoneogenesis yang masuk ke peredaran darah (Moehyi, 1997)

. Hilangnya sebagian besar glukosa karena tidak dapat digunakan tubuh dan
terbuangnya melalui urin membawa akibat terbawanya lemak tubuh (lipolisis) dan protein
(proteolisis) untuk dijadikan sumber energi. Digunakannya asam lemak sebagai sumber
energi akan menyebabkan terbentuknya zat keton yang terdiri dari asam asetoasetat
betahidroksi butirat dan aseton. Kurangnya insulin dalam tubuh dapat menyebabkan
jumlah zat keton yang tertumpuk dalam darah melebihi kemampuan tubuh untuk
memecahnya dan penderita akan mengalami keracunan zat keton yang disebut
ketoasidosis (Wetherhill dan Dean, 2001). Makanan/minuman manis merupakan makanan
sumber energi. Sering mengkonsumsi makanan/minuman manis bisa menyebabkan
seseorang mengalami overnutrition. Sementara overnutrition merupakan salah satu faktor
penyebab diabetes melitus.

Pada kondisi hiperglikemik atau hiperinsulin, konsentrasi insulin yang tinggi


mengakibatkan reseptor insulin berupaya melakukan pengaturan sendiri dengan
menurunkan jumlah reseptor atau down regulation. Hal ini membawa dampak pada
penurunan respon reseptornya dan lebih lanjut mengakibatkan terjadinya resistensi insulin.
Di lain pihak, kondisi hiperinsulinemia juga dapat mengakibatkan penurunan kinase
reseptor, penurunan translokasi transporter glukosa yang mengakibatkan terjadinya
resistensi insulin. Selain itu kebiasaan pasien yang tidak sehat yaitu kebiasaan merokok
sehingga dapat memicu terbentuknya radikal bebas yang dapat mempengaruhi resistensi
insulin dari kerusakan sel beta pankreas.
Menurut Soegondo (2002), salah satu faktor yang berisiko tinggi terkena diabetes
melitus adalah mereka yang berusia > 40 tahun. Sering mengkonsumsi makanan/minuman
manis menjadi faktor risiko diabetes melitus pada wanita baik yang berstatus gizi obes
maupun tidak obes. Wanita baik obes maupun tidak obes yang jarang mengkonsumsi
makanan/minumanmanis memiliki risiko terkena diabetes melitus sekitar 60% lebih kecil
dibanding yang sering mengkonsumsinya (Siti, 2009).

b) Masalah Medis

Masalah medis yang ditemukan adalah Diabetes Mellitus, Ulkus Pepdis, DRESS
(Drug Rash Eosinophilia and Systemic Symtoms)
1. Intervensi
a) Terapi Diet
Jenis diet : DM B1 1900 Kal
Diberikan secara bertahap yaitu 1900 kal dikarenakan asupan recall sebelum
dilakukan intervensi dapat dikategorikan rendah sekitar 56,2%.
Bentuk : Biasa
Kebutuhan zat gizi :
E : 1900 kal
KH : (60% x 1900) : 4 = 285 gr
P : (20% x 1900) : 4 = 95 gr
L : (20% x 1900) : 9 = 42,2gr
Rute : Oral
Frekuensi 5 kali : 3 x makan, 2x selingan dengan distribusi makan sehari (20%,
15%, 25%, 15%, 25%, )
b) Terapi edukasi
Topik : Diet Diabetes Melitus dan Hipertensi
Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien
Waktu : 10-15 menit
Tempat : Ruang Irna 3/ Kelas 2
Media : Leaflet Diet Diabetes, HT dan Bahan Penukar
Metode : Konsultasi dan tanya jawab
Penjabaran materi :
Selain menjelaskan tentang materi dileaflet, menyarankan untuk makan
dengan pola makan yang benar
2. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Rencana monitoring dan evaluasi ini bertujuan untuk melihat apakah hasil yang
terjadi sesuai dengan target yang diharapkan dan dalam waktu yang sudah
ditentukan. Waktu pengamatan dilakukan selama 3 hari (9 kali makan utama) dan
apabila pasien masih belum pulang akan dilanjutkan dilakukan kegiatan monitoring
dan evaluasi tindak lanjut.
Rencana monitoring dan evaluasi yang akan dilakukan adalah :
a. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan edukasi
b. Monitoring dan evaluasi konsumsi energy dan zat gizi pasien. Target tingkat
konsumsi yang diharapkan adalah 80% dari total kebutuhan.
c. Monitoring dan evaluasi pemeriksaan fisik/klinis pasien
d. Monitoring dan evaluasi hasil laboratorium

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Monitoring dan Evaluasi Edukasi Gizi


Edukasi gizi dilakukan terhadap pasien dan keluarganya selama kegiatan
pengamatan. Kegiatan edukasi ini mendapat respon yang sangat baik dari keluarga
pasien dan pasien. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan presentasi
asupan makan pasien dan ketaatan keluarga pasien dalam membantu pasien untuk
menyiapkan makanan dan minuman.
Edukasi dari hasil diagnosis gizi
- Pada tanggal 26 November 2014 memberikan edukasi sesuai dengan diet DM dan HT,
selain itu memberikan edukasi tentang pola makan yang benar dikarenakan pasien
tidak pernah mendapatkan konsultasi gizi sehingga pada makanan pasien dalam
kehidupan sehari-hari makanan kurang bervariasi.
1. Monitoring dan Evaluasi konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien
a) Intake Energy
Data intake energy pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama
pelaksanaan studi kasus (4 hari) disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel Data Intake Energi

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-


rata
Intake (kkal) 1237,8 704,7 496,6 848,9 822
Kebutuhan (kkal) 2193,75 2193,7 2193,7 2193,7 2193,7
5 5 5 5
% Asupan 56,4 32,12 22,63 38,69 29,42

Grafik Intake Enery dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Hasil Intake Energi


2500

2000

1500
Axis Title
1000

500

0
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-rata

Dari tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa intake energi pasien
menurun dikarenakan pasien disuruh puasa oleh dokter untuk melihat hasil
laboratorium pada hari ke 2 dan hari ke 3 untuk melakukan USG abdomen.

b) Intake Protein
Data intake protein pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama
pelaksanaan studi kasus (4 hari) disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel Data Intake Protein

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-rata


Intake (kkal) 53,9 32 21 40,2 44,4
Kebutuhan (kkal) 109, 68 109, 68 109, 68 109, 68 109, 68
% Asupan 49,14 29,17 19,14 36,65 40,48
Grafik Intake Energy dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Hasil Intake Protein


120

100

80

Axis Title 60

40

20

0
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-rata
Dari tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa intake protein pasien
menurun dari hari ke 2 dan hari ke 3 karena pasien puasa. Sedangkan hari ke 4
sudah mengalami peningkatan asupan karena pasien sudah tidak puasa meskipun
masih belum sesuai dengan kecukupan gizinya. Kebutuhan protein lebih banyak
dicukupi dari protein hewani karena pasien kurang suka dengan protein nabati.
c) Intake Lemak
Data intake lemak pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama
pelaksanaan studi kasus (4 hari) disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel Data Intake Lemak

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-rata


Intake (g) 66,2 29,2 19,7 38,1 38,3
Kebutuhan 48,75 48,75 48,75 48,75 48,75
(g)
% Asupan 135,7 59,89 40,4 78,15 78,56
Grafik Intake Lemak dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Hasil Intake Lemak


70

60

50

40
Axis Title
30

20

10

0
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-rata
Dari tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa intake lemak pasien pada
hari pertama terlalu tinggi dibandingkan targetnya hal ini dikarenakan asupan
makan pasien dari luar rumah sakit. Selanjutnya pada hari ke 2 dan ke 3
mengalami penurunan karena pasien puasa. Sedangkan hari ke 4 sudah mengalami
peningkatan asupan intake lemak.
d) Intake Karbohidrat
Data intake karbohidrat pasien sehari sebelum pengambilan kasus dan selama
pelaksanaan studi kasus (4 hari) disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel Data Intake Karbohidrat

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-rata


Intake (g) 105 81,1 63,4 84,1 83,4
Kebutuhan 329 329 329 329 329
(g)
% Asupan 31,91 24,65 19,27 25,56 25,34

Grafik Intake Karbohidrat dapat dilihat pada gambar berikut ini :


Hasil Intake Karbohidrat
350

300

250

200
Axis Title
150

100

50

0
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Rata-rata
Dari tabel dan gambar diatas menunjukkan bahwa intake karbohidrat pasien
pada hari pertama pengamatan sampai pengamatan hari terakhir masih belum
sesuai target. Hal ini dikarenakan pasien masih kurang nafsu makan dikarenakan
mual.

Hasil monitoring dan evaluasi Diet

19 November 2014 20 November 2014


Diet NB DM B1 1900 Kalori NB DM B1 1900 Kalori
Hasil Makanan dari luar : roti tawar, Makanan dari luar : buah pir, buah
bakso pentol, dan krupuk rambak jeruk, roti tawar dan roti goreng
Hasil recall : Hasil recall :
E : 1237,8 kal E : 704,7 kal
P : 53,9 gr P : 32 gr
L : 66,2 gr L : 29,2 gr
KH : 105 gr KH : 81,1 gr

Indikasi masalah E : defisit berat E : defisit berat


P : defisit ringan P : defisit berat
L : melebihi kebutuhan L : defisit berat
KH : defisit berat KH : defisit berat

21 November 2014 22 November 2014


Diet NB DM B1 1900 Kal NB DM B1 1900 Kal
Hasil Makanan dari luar : jeruk, apel, Hasil recall :
kue lapis E : 848,9 kal
Hasil recall : P : 40,2 gr
E : 496,6 kal L : 38,1 gr
P : 21 gr KH : 84,1 gr
L : 19,7 gr
KH : 63,4 gr
Indikasi masalah E : defisit berat E : defisit berat
P : defisit berat P : defisit berat
L : defisit berat L : defisit sedang
KH : defisit berat KH : defisit berat

2. Monitoring dan Evaluasi Pemeriksaan Fisik/Klinis

Tanggal Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Keterangan


19/11/2014 KU Demam
lemah
bibir kering
Kulit merah-merah
Tensi 110/80 mmHg Normal
Suhu Suhu : 36,80 C Normal
Pernapasan R/R : 20 x/menit Normal
Nadi Nadi : 80 x/menit Normal
20/11/2014 KU lemah
bibir kering
Kulit merah-merah
Tensi 120/80 mmHg Normal
Suhu Suhu : 360 C Normal
Pernapasan R/R : 18 x/menit Rendah
Nadi Nadi : 84 x/menit Normal
21/11/2014 KU lemah
bibir kering
Kulit merah-merah
Tensi 140/80 mmHg Tinggi
Suhu Suhu : 350 C Rendah
Pernapasan R/R : 16 x/menit Rendah
Nadi Nadi : 72 x/menit Rendah
22/11/2014 KU lemah
bibir kering
Kulit merah-merah
Tensi 130/80 mmHg Tinggi
Suhu Suhu : 360 C Rendah
Pernapasan R/R : 22 x/menit Normal
Nadi Nadi : 88 x/menit Normal
3. Monitoring dan evaluasi pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Pemeriksaan 18/11/14 19/11/14 20/11/14 21/11/14 22/11/14


GDA (mg/dl) - - 297 60 -
GDP (mg/dl) 178 - - - 162
GD2JPP (mg/dl) - 302 - - -
BUN (mg/dl) 41,1 - - 66,8 -
Kreatinin (mg/dl) 2,6 - - 2,2 -
SGOT (U/L) 164,6 - - 62,8 -
SGPT (U/L) 176,6 - - 143,6 -
Direk Bilirubin 11,8 - - 8,97 -
Bilirubin 12,89 - - 9,66 -

Pemeriksaan 23/11/14 24/11/14 25/11/14 26/11/14


GDA (mg/dl) - - - -
GDP (mg/dl) 269 273 186 -
GD2JPP (mg/dl) 266 302 - 129
BUN (mg/dl) - 60,7 - 65
Kreatinin (mg/dl) - 2,1 - 2,1
SGOT (U/L) - 41,2 - 31
SGPT (U/L) - 119,2 - 92,8
Direk Bilirubin - 5,08 - 3,71
Bilirubin - 5,29 - 3,9

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa kadar gula darah


sudah mengalami penurunan sampai tanggal akhir pulang serta untuk hasil SGOT,
SGPT, BUN, Kreatinin, Direk Bilirubin dan Bilirubin sudah membaik.

4.2 Pengaruh antioksidan terhadap Diabetes Mellitus

Glukosa dapat teroksidasi sebelum berikatan dengan protein demikian juga glukosa
setelah berikatan dengan protein (glycated protein) dapat teroksidasi menghasilkan Reactive
Oxygen Species (ROS).
Stres oksidatif dan kerusakan oksidatif pada jaringan biasanya berakhir dengan
timbulnya penyakit kronis diantaranya aterosklerosis, diabetes, rematik dan artritis.
Meningkatnya hasil glikosidasi dan liposidasi di dalam plasma dan jaringan protein adalah
karena meningkatnya stres oksidatif pada diabetes mellitus.
Bahan diabetonik diantaranya adalah aloksan dapat menyebabkan stres oksidatif pada
sel , demikian pula pasien menderita diabetes sering mengalami stres oksidatif. Komplikasi
diabetes berkaitan dengan stres oksidatif khususnya pembentukan radikal bebas superoksida.
Selain itu kebisaan merokok dapat memicu terbentuknya radikal bebas.
Pemberian antioksidan berupa vitamin dapat mengurangi stres oksidatif bagi
penderita DM-1 baik kronis maupun akut. Sebagian besar antioksidan dalam plasma dapat
berkurang pada pasien DM-2 dikarenakan komplikasi diabetes yang menyebabkan berbagai
komplikasi antara lain aterosklerosis dan penyakit jantung koroner.
Antioksidan vitamin bermanfaat dapat mengurangi kerusakan oksidatif pada penderita
diabetes. Hasil penelitian di Turki menunjukkan pada tiga puluh penderita DM-2 ditemukan
adanya ketidakseimbangan oksidan dan antioksidan dalam plasma penderita diabetes
dibanding kontrol.
Vitamin C membantu mencegah komplikasi DM-2 dengan penghambatan produksi
sorbitol. Sorbitol adalah hasil sampingan dari metabolisme gula yang akan diakumulasikan di
dalam sel dan berperan terhadap perkembangan neuropati dan katarak. Pemberian vitamin C
1000 - 3000 mg/hari pada penderita diabetes dapat mengurangi produksi sorbitol. Dianjurkan
bagi penderita diabetes untuk banyak mengkonsumsi makanan mengandung kandungan
vitamin C cukup tinggi diantaranya adalah jeruk, jambu biji, cabe hijau, kecambah dan
brokoli, karena konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat mencegah berbagai komplikasi
diabetes.
Vitamin C, vitamin E, -karoten, -lipoic acid dan N-acetyl cysteine adalah sumber
antioksidan yang banyak ditemukan pada buah dan sayuran segar, untuk itu penderita
diabetes disarankan mengkonsumsi sumber antioksidan sebagai tindakan terapeutik.
Pemberian antioksidan dan komponen senyawa polifenol menunjukkan dapat
menangkap radikal bebas, mengurangi stres oksidatif, menurunkan ekspresi TNF-. Senyawa
fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan berbagai mekanisme sehingga dapat
mengurangi komplikasi diabetes melalui pengurangan stres oksidatif, ROS dan TNF-.
Pemberian antioksidan vitamin E dapat memperbaiki komplikasi diabetes,
memperbaiki fungsi ginjal (ren), menormalkan hipertensi pada hewan uji yang menderita
DM-2 hal ini menunjukkan bahwa stres oksidatif berperan dalam perkembangan diabetes
nefropati dan antioksidan sebagai terapeutik DM-2. Pemberian -tocopherol ternyata dapat
mencegah diabetes dan melindungi gangguan ginjal pada tikus. Pemberian diet yang kaya
tocotrienol dapat menurunkan kadar glukosa darah dibanding pada hewan uji control.
Selain vitamin sebagai antioksidan, beberapa rempah-empah juga mempunyai khasiat untuk
mengontrol kadar gula darah bagi penderita diabetes mellitus diantaranya Kayu manis
Kayu manis memiliki kandungan antimikroba dan antioksidan yang membantu sistem
pencernaan dan permasalahan gigi. Selain itu juga dapat mengontrol kadar gula darah dan
perubahan resistensi insulin. Sebuah studi dalam Journal of the American Board of Family
Medicine mengungkapkan, kayu manis dapat mengurangi kadar gula darah. Kayu manis
mengandung polifenol yang membantu insulin untuk bekerja lebih efektif.
Selain bumbu dapur, kunyit juga sudah dikenal sejak lama sebagai antiinflamasi,
antikanker, dan antibakteri. Manfaat bagi penderita diabetes diantaranya dapat mengontrol
produksi insulin dan mengurangi risiko resistensi insulin. Menurut penelitian yang dimuat
dalam jurnal Diabetes Care pada 240 orang Thailand yang menderita pradiabetes, suatu
kondisi di mana kadar gula darah mereka melebihi normal, tetapi belum termasuk diabetes.
Jika tidak diatasi pradiabetes bisa menjadi diabetes. Secara acak mereka diberikan kapsul
ekstrak kunyit dan plasebo. Setelah 9 bulan, sekitar 19 dari 116 orang dari kelompok plasebo
menderita diabetes tipe dua. Sementara dari kelompok yang mendapat kunyit tidak satu pun
menderita diabetes.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Dari hasil studi kasus yang dilakukan dari tanggal 19 November sampai 22 November
2014 di RS. Unair Surabaya diruang Irna 3 di dapatkan bahwa :
1. Dari data subyektif dan obyektif pasien didiagnosa menderita penyakit DM, Ulkus
Pepdis dan DRESS
2. Status gizi pasien berdasarkan perhitungan IMT dapat dikategorikan normal yaitu
21,7 kg/m2
3. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 18 November 2014, didapatkan hasil
laboratorium bermasalah adalah SGOT tinggi (164,8 U/L), SGPT tinggi (176,6
U/L), GDP tinggi (178 mg/dl), kreatinin tinggi (41,1 mg/dl), BUN tinggi (2,6
mg/dl), Direk Bilirubin tinggi (11,8 mg/dl), Total bilirubin tinggi (12,89 mg/dl)
4. Hasil pemeriksaan klinis tensi tinggi (159/87mmHg) dan suhu tinggi (38,20C)
5. Hasil recall asupan Energi dan zat gizi pasien tanggal 19 November 2014 dapat
dikategorikan defisit berat untuk Energi, Protein dan KH, tetapi untuk lemak
masuk kategori diatas kebutuhan.
6. Diagnosa gizi untuk pasien antara lain sebagai berikut Perubahan nilai
laboratorium terkait gizi (NC 2.2) yang ditandai dengan disfungsi pankreas yang
mengarah pada perubahan biokimia dan ditandai dengan kadar gula darah 178
mg/dl, Intake makanan dan minuman oral yang lebih besar dibandingkan rujukan
standart atau rekomendasi (NI. 2.2) dibuktikan dengan tingginya kadar glukosa
darah GDP : 178, (NB. 1.4) data yang menunjukkan tidak adanya perbaikan
kebiasaan disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai masalah-masalah gizi
dibuktikan data biokimia.
7. Hasil monitoring dan evaluasi dihasilkan bahwa :
Kegiatan edukasi mendapat respon yang sangat baik dari keluarga pasien dan
pasien dibuktikan dengan adanya peningkatan presentasi asupan makan pasien
Kondisi fisik pasien mengalami perubahan lebih baik dari hari kehari, terutama
tidak demam, tidak lemas, luka membaik.
Kondisi klinis suhu tubuh pasien semakin membaik dengan menurunnya
tekanan darah pasien
Pemeriksaan laboratorium diketahui bahwa kadar gula darah, SGOT, SGPT,
BUN, Kreatinin mengalami penurunan.

1.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Memotivasi pasien agar mengkonsumsi makanan sesuai dengan diet yang
dianjurkan
2. Menerapkan gaya hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Yunita (2005), Penuntun Diet, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta


Awad N, Langi YA, Pandelaki K. Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II di
Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-Unsrat RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado
Periode Mei 2011-Oktober 2011. Jurnal e-Biomedik (eBM). 2013;1(1):45-9.
International Diabetes Federation. (2001). Diabetes and Cardiovaskuler Disease .
http://www.idf.org/webdata/docs.pdf

Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.

Lisna Y, 2011, Potensi Antioksidan sebagai Pencegah Penyakit degeneratif, Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Mihardja L. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita
Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia.
2009;59(9):418-24.

Siti Nuryati, Siti Madanijah, Atmarita, Hardinsyah, 2009, Gaya Hidup Dan Status Gizi Serta
Hubungannya Dengan Diabetes Melitus Pada Wanita Dewasa Di DKI Jakarta,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, Gizi Indon 2009, 32(2):117-127

Trisnawati SK, Setyorogo S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 2013;5(1):6-
11.

Unoviana, 2013, 5 Rempah Ini Bantu Kontrol Gula Darah,


http://health.kompas.com/read/2013/11/13/1436223/.5.Rempah.Ini.Bantu.Kontrol.Gula.
Darah

Anda mungkin juga menyukai