Kelompok TM 7 - Makalah Askep Juvenile Diabetes - B17
Kelompok TM 7 - Makalah Askep Juvenile Diabetes - B17
Kelompok TM 7 - Makalah Askep Juvenile Diabetes - B17
DIABETES
KEPERAWATAN ANAK
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen
pengajar Dr. Iis Rahmawati, S.Kep., M.Kes).
Oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan pendahuluan ini antara lain :
A. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan, informasi, dan pemahaman mengenai,
asuhan keperawatan pada anak dengan DM type 1.
B. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui definisi juvenile diabetes
2. Untuk mengetahui klasifikasi juvenile diabetes
3. Untuk mengetahui Patofisiologi juvenile diabetes
4. Untuk mengetahui penatalaksanaan juvenile diabetes
5. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada pasien juvenile diabetes
6. Untuk mengetahui pathway juvenile diabetes
1.3 Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menambah dan mengembangkan wawasan khususnya tentang
juvenile diabetes atau diabetes tipe 1
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan serta mengembangkan ilmu dengan
mengetahui gambaran umum serta asuhan keperawatan mengenai juvenile
diabetes
3. Bagi Pembaca
Dapat menjadi sumber referensi dan informasi supaya lebih mengetahui dan
mendalami gambaran umum tentang juvenile diabetes serta dapat
memudahkan deteksi dini dengan mengetahui ciri-cirinya
BAB 2 STUDI LITERATUR
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
Menurut Sunarti, 2018 Diabetes Melitus tipe 1 dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu :
1) Diabetes mellitus tipe 1 yang diperantarai oleh faktor imunitas
DM tipe 1 jenis ini banyak ditemukan pada usia anak-anak dan
remaja yang dikenal sebagai DM yang tergantung insulin (Insulin dependent
Diabetes Mellitus/ IDDM). Kerusakan sel β pankreas akibat autoimun
menyebabkan produksi insulin oleh sel β pancreas menurun sehingga
penderita DM tipe ini memerlukan terapi insulin terus menerus. Penyebab
autoimun pada DM tipe 1 ini adalah paparan lingkungan tertentu pada
individu yang rentan secara genetik terkait dengan gen human leukocyte
antigen (HLA) tertentu yang mengkode sebagian besar protein
histocompatibility complex (MHC). Jenis HLA yang paling umum
ditemukan oleh penderita DM tipe 1 adalah HLA-DR3 dan DR4, dan HLA-
DQ.
2) Diabetes mellitus idiopatik
2.3 Patofisiologi
1. Periode pra-diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum Nampak karena baru
ada proses destruksi sel beta pancreas. Karena destruksi ini sel beta pancreas
yang berkerja mulai berkurang dan ditandai dengan berkurangnya sekresi
insulin.
2. Periode manifestasi klinis diabetes
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul dan kerusakan sel beta
pancreas sudah terjadi sekitar 90%. Karena sekresi insulin yang berkurang
maka kadar gula darah meningkat. Kadar gula darah yang melebihi
180mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotic. Keadaan ini menyebabkan
terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin yang menyebabkan
penderita dehidrasi. Karena gula dalam darah tidak dapat masuk ke dalam
sel, maka penderita akan merasa lapar tetapi berat badan tidak bertambah
atau semakin kurus. Pada periode ini penderita perlu insulin dari luar agar
gula darah dapat masuk ke dalam sel
3. Periode honey-moon
Disebut juga fase remisi parsial yang sifatnya sementara. Pada periode ini,
sisa-sisa sel beta pancreas yang masih dapat bekerja akan bekerja optimal
sehingga diproduksi insulin dari tubuh sendiri. Pada periode ini juga
kebutuhan insulin dari luar akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg
berat badan/hari. Namun periode ini hanya dalam beberapa hari atau
beberapa bulan saja, dan tidak berlangsung menetap
4. Periode ketergantungan insulin menetap
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini
penderita akan membutuhkan insulin dari luar tubuh secara teratur seumur
hidup.
2.4 Etiologi
2.5 Penatalaksanaan
Menurut (Yati dan Tridjaja, 2017) ada beberapa penatalaksaan medis pada
diabetes mellitus tipe 1, diantaranya yaitu:
a. Edukasi
Dalam hal ini tim kesehatan akan mendampingi pasien dalam
melakukan diet nutrisi untuk penderita diabetes. Upaya edukasi dilakukan
guna untuk meningkatkan motivasi dari pasien agar memiliki perilaku hidup
sehat. Selain itu untuk mendukung usaha pasien dalam menghadapi
perjalanan penyakit yang di deritanya. Edukasi pada penyandang diabetes
meliputi pemantauan glukosa mandiri, perawatan kaki, ketaatan pengunaan
obat-obatan, berhenti merokok, meningkatkan aktifitas fisik, dan
mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak
b. Terapi Gizi Medis
Terapi gizi medis yaitu merupakan suatu proses untuk mengatasi
masalah DM dengan cara menyeimbangkan kebutuhan makanan yang
seimbang dengan kondisi tubuh pasien, mengatur jadwal makan, jenis
makanan dan jumlahnya.
c. Latihan Jasmani/Olahraga
Bagi pasien dengan DM harus melakukan aktivitas fisik secara
teratur 3-4 kali dalam seminggu dengan durasi kurang lebih 30 menit.
d. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ini juga penting dilakukan pada pasien DM,
selain dengan mengatur pola makan dan olahraga ada beberapa obat yang
dapat diberikan pada pasien DM. Misalnya yaitu obat yang memicu insulin.
Terdapat juga terapi insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula
darah. Terapi insulin ini diberikan dengan cara menginjeksi penderita yang
kehilangan berat badan secara drastis. Jenis dari insulin ini diantara lain:
1. Insulin kerja cepat, yaitu regular insulin, cristalin zinz dan
semilente.
2. Insulin kerja sedang, yaitu NPH (Netral Protamine Hagerdon),
globinzinc, lente.
3. Insulin kerja lambat, yaitu PZI (Protamin Zinc Insulin).
4. Insulin basal analog, yaitu glargine dan detemir.
5. Insulin campuran, pada anak-anak dianjurkan untuk menginjeksi
2 kali insulin per hari paling tidak (Yati dan Tridjaja, 2017).
BAB 3 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN JUVENILE
DIABETES
3.1 Pengkajian
Identitas pasien berupa nama, tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan nomor registrasi rumah sakit.
1. Diagnosa Medis
2. Keluhan Utama
Diagnosa yang mungkin timbul: klien mengeluh sering kesemutan, sering buang
air kecil (polyuria), mengeluh sering haus (polydipsia), mengeluh sering merasa
lapar (polifagia), merasa lemah, merasa pandangannya kabur, lemas, terjadi
penurunan berat badan, tonus otot menurun, adanya luka ganggren.
3. Pola Eleminasi
Letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun dan luka
ganggren dapat menghambat aktivitas sehari-hari klien.
5. Pola Istirahat/tidur
Durasi dan kualitas tidur cenderung terganggu karena poliuri atau nyeri pada
bagian yang luka
Tingkat nyeri (kualitas, intensitas, durasi, skala nyeri, penanganan nyeri) pada
luka DM atau mati rasa.
9. Seksualitas
Salah satu dari kompilkasi DM adalah angiopati pembuluh darah yang dapat
menyebabkan kegagalan ereksi yang menyebabkan pola seks terganggu
10. Koping
Perawatan yang lama dan terapi obat terus menerus menyebabkan klien merasa
putus asa, marah, cemas, dan lain lain
2. Tanda-tanda vital :
b. Nadi : 70 – 80 x/menit
d. Pernapasan : 16 – 24x/menit
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Pernafasan
Tampak pernapasan cepat dan dalam, batuk dan sputum
b. Sistem kardiovaskuler
c. Sistem Neurologi
d. Sistem Urinari
e. Sistem Gastrointestinal
f. Sistem Muskuloskeletal
Kulit dan membrane mukosa kering, atropi otot, luka ganggren di ekstremitas,
tonus otot menurun.
4. Pemeriksaan Penunjang
Genetik/lingkungan/autoimun
Defisiensi Insulin
Lipolysis , glikogenesis ,
glikoneogenesis
Hiperglikemi
Ketidakseimbangan
Oksigen
nutrisi kurang dari Glukosuria
kebutuhan tubuh
Hipoksia perifer Osmotic
Glukosa tidak
Ketidakefektifan perfusi jaringan Poliuria
sampai ke sel yang
perifer
lapar (starvisasi)
Dehidrasi
Polifagi
Kekurangan volume
Sel kurang energi
cairan
Nama
Hari / Diagnosa
dan
NO. Tanggal Keperawata Tujuan dan Kriteria
Intervensi Keperawatan Rasional Para
/ Jam n Hasil
f
1 10 Domain 11. Setelah dilakukan asuhan 1. Untuk Ns.
Perawatan luka (3660)
September Aktivitas/Istiraha keperawatan selama 2x24 mengetahui EV
1. Monitor
2019 t. Kelas 2. jam Kerusakan Integritas karakteristik
karakteristik luka
Kode Diagnosis jaringan teratasi dengan luka agar tepat
termasuk drainase,
00044 Kriteria Hasil : dalam
warna, ukuran, dan
1. Kerusakan kulit penatalaksanaan
bau
Kerusakan dipertahankan pada 3 2. Agar ulkus
Integritas jaringan (sedang) ditingkatkan 2. Berikan perawatan segera sembuh
b.d gangguan ke 4 (ringan) ulkus pada kulit dan tidak
sirkulasi d.d 2. Nekrosis yang diperlukan memburuk
jaringan rusak, dipertahankan pada 3 3. Anjurkan pasien 3. Agar pasien dan
gangren (sedang) ditingkatkan dan keluarga pada keluarga
ke 4 (ringan) prosedur mengetahui
perawatan luka prosedur
perawatan luka
4. Anjurkan pasien
4. Agar pasien dan
dan keluarga untuk
keluarga
mengenal tanda-
memahami dan
tanda dan gejala
mengetahui
infeksi
tanda-tanda
5. Dokumentasikan
infeksi sehingga
lokasi luka, ukuran
cepat dalam
dan tampilan
penanganannya
6. Kolaborasikan 5. Selalu
dengan dokter dokumentasi
terkait kondisi untuk
pasien mengetahui
perkembangan
(luka) pasien
6. Agar pasien
juga dapat
tertangani
secara medis.
2 10 Domain 4. Setelah dilakukan asuhan Manajemen Sensasi 1. Untuk Ns.
September Aktivitas/Istiraha keperawatan selama 2x24 Perifer (2660) mengetahui EV
2019 t. Kelas 4. jam ketidakefektifan 1. Monitor sensasi kondisi sirkulasi
Kode Diagnosis perfusi jaringan perifer tumpul atau tajam perifer klien.
00204 teratasi dengan dan panas atau 2. Agar pasien
Kriteria Hasil : dingin (yang tidak mudah
1. Pengisian kapiler dirasakan pasien). terluka kare
Ketidakefektifan
jari kaki 2. Dorong pasien gangguan pada
perfusi jaringan
dipertahankan dari untuk menggunakan sirkulasi
perifer b.d diabetes
2 (Deviasi yang bagian tubuh yang perifernya.
melitus d.d
cukup besar dari tidak terganggu 3. Untuk
neuropati
kisaran normal) dalam rangka menghindari
ditingkatkan ke 3 mengetahui tempat terjadinya luka
(Devisiasi sedang dan permukaan pada kaki klien.
dari kisaran suatu benda. 4. Agar pasien
normal). 3. Dorong pasien mengetahui dan
2. Mati rasa menggunakan mengerti
dipertahankan dari sepatu dengan penyebab dari
2 (cukup berat) ukuran yang pas, perubahan pada
ditingkatkan ke 3 berhak pendek, dan tubuhnya
(sedang). berbahan lembut 5. Agar pasien dan
3. Aliran darah 4. Diskusikan atau keluarga
melalui pembuluh identifikasikan mengetahui
perifer penyebab sensasi pentingnya
dipertahankan pada abnormal atau perawatan kaki
2 (Deviasi yang perubahan sensasi khususnya
cukup besar dari yang terjadi untuk pasien
kisaran normal) dengan DM
5. Anjurkan
ditingkatkan ke 3
pasien/keluarga
(Deviasi sedang
mengenai
dari kisaran
pentingnya
normal).
perawatan kaki
3 10 Domain 2. Kelas Setelah dilakukan 1. Untuk Ns.
Manajemen Cairan
September 5. Hidrasi. Kode asuhan keperawatan memantau EV
(4120)
2019 Diagnosis 00027 selama 2 x 24 status hidrasi
1. Monitor status
Kekurangan volume kekurangan volume hidrasi (misalnya klien agar dalam
cairan b.d cairan teratasi dengan membrane mukosa rentang normal
kehilangan cairan Kriteria hasil : lembab, denyut 2. Untuk
aktif d.d sering 1. Turgor kulit nadi adekuat, dan mengetahui
buang air kecil dan dipertahankan pada 2 tekankan darah seberapa banyak
sering merasa haus (banyak terganggu) ortostatik asupan yang
ditingkatkan ke 4 masuk maupun
2. Jaga intake/asupan
(sedikit terganggu) keluar dari
yang akurat dan
2. Kelembapan tubuh klien
catat output
membrane mukosa 3. Agar klien dan
(pasien)
dipertahankan pada 2 keluarga tau dan
Manajemen
(banyak terganggu) mengerti alasan
Elektrolit/Cairan
ditingkatkan ke 4 tindakan yang
(2080)
(sedikit terganggu) dilakukan
3. Intake cairan 3. Intruksikan pasien 4. Untuk
dipertahankan pada 2 dan keluarga mengatasi
(banyak terganggu) mengenai alasan permasalah
ditingkatkan ke 4 untuk tindakan klien dengan
(sedikit terganggu) hidrasi, atau menggunakan
administrasi tindakan
elektrolit tambahan kolaborasi
seperti yang
ditunjukkan
4. Konsultasikan
dengan dokter jika
tanda dan gejala
ketidakseimbangan
cairan
dan/elektrolit
menetap atau
memburuk
4 10 Domain 2. Nutrisi. Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi (1100) 1. Untuk Ns.
September Kelas 1. Makan. keperawatan selama 3x24 1. Monitor mengetahui EV
2019 Kode Diagnosis jam ketidakseimbangan kecenderungan kenaikan atau
00002 nutrisi akan teratasi terjadinya kenaikan penurunan berat
dengan dan penurunan berat badan klien
Ketidakseimbangan Kriteria Hasil : badan 2. Agar pasien
nutrisi kurang dari 1. Rasio berat 2. Instruksikan pasien mengetahui
kebutuhan tubuh b.d badan/tinggi badan mengenai kebutuhan tentang
ketidakmampuan dipertahankan pada 2 nutrisi (membahas pemenuhan
mengabsorpsi (banyak menimpang pedoman diet dan kebutuhan
nutrient d.d dari rentang normal) piramida makanan). nutrisi dan diet
penurunan berat ditingkatkan ke 4 3. Atur diet yang yang sesuai
badan dengan (cukup menyimpang diperlukan 3. Agar makanan
asupan makanan dari rentang normal). Terapi Nutrisi (1120) yang
adekuat 2. Diet yang dianjurkan 4. Ajarkan pasien dan dikonsumsi
dipertahankan pada 2 keluarga mengenai sesuai dengan
(pengetahuan terbatas) diet yang dianjurkan jumlah
ditingkatkat ke 4 5. Kolaborasikan dengan kebutuhan
(pengetahuan banyak) ahli gizi mengenai tubuh
jumlah kalori dan tipe 4. Agar pasien dan
nutrisi yang keluarga tau dan
diperlukan untuk memahami diet
memenuhi kebutuhan. sesuai arahan
yang ditentukan
sekaligus
membiasakan
aspek
kemandirian
5. Dengan
kolaborasi ahli
gizi
dimaksudkan
agar status gizi
pasien kembali
terpenuhi dan
tetap terkontrol.
5 10 Domain 4. Setelah dilakukan asuhanManajemen Energi (0180) 1. Untuk Ns.
September Aktivitas/istirahat. keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor mengetahui EV
2019 Kelas 3. jam keletihan teratasii intake/asupan diet nutrisi
Keseimbangan dengan nutrisi untuk yang sesuai
Energi. Kode Kriteria Hasil : mengetahui sebagai sumber
Diagnosis 00093 1. Glokosa darah sumber energi energi yang
dipertahankan yang adekuat adekuat
pada 2 (Deviasi 2. Monitor/catat 2. Untuk
Keletihan b.d
yang cukup besar waktu dan lama mengetahui
kekurangan energi
dari kisaran istirahat/tidur berapa lama
d.d mudah lelah saat
norma) pasien pasien dan
aktivitas
ditingkatkan ke 3 3. Bantu pasien bagaimana
(deviasi sedang memprioritaskan kualitas tidur
dari kisaran kegiatan untuk klien
normal) mengakomodasi 3. Agar klien
2. Menyeimbangkan energi yang dapat
aktivitas dan diperlukan memenejemen
istirahat 4. Ajarkan pasien dan energi
dipertahankan keluarga mengenai sehingga
dari 2 (jarang pengelolaan energi tidak
menunjukkan) kegiatan dan terbuang sia-
ditingkatkan ke 3 teknik manajemen sia
(kadang-kadang waktu untuk 4. Agar klien
menunjukkan) mencegah dapat
kelelahan mengetahui
5. Konsulkan dengan cara mengelola
ahli gizi mengenai dan
cara meningkatkan memenejemen
asupan energi dari waktu
makanan sehingga dapat
meminimalkan
kelelahan
5. Dengan
kolaborasi
diharapkan
nutrisi yang
akan
dikonsumsi
klien dapat
digunakan
sebagai
peningkatan
energi.
BAB 4 PENUTUP
DM Tipe 1 merupakan salah satu penyakit yang dapat terjadi pada anak-anak
atau remaja. DM neyebabkan kerusakan pada pancreas. Kerusakan tersebut
akan menyebabkan penurunan atau tidak dapat menghasilkan insulin sama
sekali yang artinya glukosa tidak dapat masuk dalam sel, sehingga
menyebabkan hiperglikemi yang berujung resiko komplikasi. Oleh karenanya
dibutuhkan monitoring secara intensif oleh penderita untuk dapat mengatur
sendiri kadar glukosa. Dalam perkembangan teknologi, remaja merupakan
kelompok konsumen terbesar dri inovasi-inovasi teknologi. Dengan alasan
tersebut dikembangkanlah aplikasi/software yang bertujuan untuk memonitor
kadar glukosa yang dapat digunakan secara mudah dan mandiri oleh remaja.
MHealt merupakan sebuah pengembangan aplikasi yang bertujuan untuk
memonitor kadar glukosa dalam darah, dimana pada pengembangannya
memperhatikan empat hal yaitu kecepatan, otomatis transfer data dari
glucometer dengan menggunakan adaptor, intervensi yang cepat ketika timbul
kelemahan serta kebutuhan untuk saling berbagi informasi (Khasanah dan
Fajri, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Yati, N. P., dan B. Tridjaja. 2017. Diagnosis dan Tata Laksana Diabetes Melitus
Tipe 1 pada Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI.