Fase Pranatal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Fase Pranatal

Masa Prenatal

Masa prenatal dimulai pada saat terjadinya proses konsepsi, yakni pertemuan antara sperma dan
ovum hingga berakhir pada saat bayi dilahirkan. Masa ini berlangsung antara 180 sampai 344 hari
lamanya. Setelah masa ini, seorang ibu akan melahirkan bayinya. Namun, ada kalanya usia kelahiran
dapat terjadi secara mendadak dan terjadi sebelum usia enam bulan. Karena kondisi fisik janin yang
belum genap berusia tujuh bulan sangat lemah, belum mampu bernafas secara mandiri, dan
metabolism tubuh belum berfungsi sempurna, akibatnya janin tersebut cenderung meninggal dunia
karena belum mampu menyesuaikan dengan lingkungan di luar rahim ibunya.

1. Tahap-tahap Perkembangan Masa Prenatal

Para ahli membagi pertumbuhan dan perkembangan masa prenatal menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Tahap Germinal

Tahap germinal (praembrionik) merupakan awal dari kehidupan manusia. Proses ini dimulai ketika
sperma melakukan penetrasi terhadap sel telur dalam proses pembuahan yang normalnya terjadi
akibat hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan. Pada tahap ini zygote terbentuk, kemudian
bergerak ke bawah tubafalopi menuju rahim. Zygote ini merupakan sel tunggal yang kemudian akan
mengalami perkembangbiakan menjadi dua sel identik. Sel-sel tersebut terus berkembang menjadi
jutaan sel. Proses perkembangan zygote di dalam rahim ini disebut blastosyst. Bagian
luar blastosystakan menjadi plasenta, sedangkan bagian dalam akan menjadi embrio.

Pada minggu kedua, placenta mulai terbentuk. Bagian dalam sel memadat dan berkembang menjadi
tiga lapisan yang disebut piringan embrionik (embryonic disc), yaitu: (a) ectoderm, lapisan paling luar
yang akan berkembang menjadi kulit janin, (b) endoderm, lapisan paling dalam yang bakal menjadi
organ-organ internal, seperti sistem pernafasan, sistem pencernaan, pancreas atau organ internal
lainnya, (c) mesoderm, lapisantengah yang berfungsi untuk memisahkan antara kulit dalam, otot-
otot, tulang, sistem sirkulasi udara maupun pengeluaran lain (anus).

Zigote yang sudah menjadi calon makhluk hidup mulai menempel pada dinding rahim. Proses
menempel atau melekatnya zigot pada dinding rahim setelah masa konsepsi dinamakan implantasi.

b. Tahap Embrio

Tahap embrio dimulai ketika zigot telah tertanam dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini,
system dan organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Masa ini dianggap sebagai masa yang
kritis karena bentuk fisik yang saat itu berkembang pesat dapat terganggu oleh kondisi yang kurang
baik. Bila organism memperoleh perawatan intensif, maka ia akan berkembang menjadi individu
yang normal, sehat fisik maupun psikis. Sebaliknya bila kurang memperoleh perhatian dengan baik,
organism akan berkembang menjadi individu yang abnormal, baik fisik ataupun psikis.

Diantara placenta dan bayi terdapat tiga pembuluh darah mirip tali panjang yang disebut tali pusar.
Salah satu pembuluh ini berfungsi untuk mengangkut darah yang berisi sari makanan dan oksigen
dari placenta ke bayi, Dua saluran yang lainnya berfungsi untuk melakukan transportasi darah yang
berisi karbondioksida dan pembuangan dari bayi ke placenta. Jika kita mengikuti perkembangan
embrio, kita akan menemukan setelah empat minggu, proses differensiasi mulai terjadi dimana
sekelompok sel di dalam embrio mengubah dirinya menjadi bentuk organ tertentu yang lebih besar.

c. Tahap Janin

Masa ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Embrio yang berkembang menjadi janin sudah
memiliki organ-organ internal (jantung, paru-paru, usus besar dan sebagainya) dan eksternal
(tangan, kaki, jari-jari kepala) secara lengkap. Janin makin memanjang dan system organ tubuh
berkembang semakin kompleks. Hal ini akan terus berlangsung hingga organisme itu matang dan
siap untuk dilahirkan.

Periode Janin (akhir bulan kedua perhitungan menurut bulan sampai lahir)

Terjadi perubahan pada bagian-bagian tubuh yang telah terbentuk, baik dalam bentuk/rupa maupun
perubahan aktual, dan terjadi perubahan dalam fungsi. Tidak tampak bentuk-bentuk baru pada saat
ini.

Pada akhir bulan ketiga, beberapa organ dalam cukup berkembang sehingga dapat mulai berfungsi.
Denyut jantung janin dapat diketahui sekitar minggu kelima belas.

Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati posisi hampir seperti posisi di
dalam tubuh dewasa.

Sel-sel saraf, yang ada sejak minggu ketiga, jumlahnya meningkat pesat selama bulan-bulan kedua,
ketiga, dan keempat. Apakah peningkatan pada saat ini akan terus berlangsung atau tidak,
bergantung pada kondisi di dalam tubuh ibu, seperti kekurangan gizi yang sebaliknya mempengaruhi
perkembangan sel saraf terutama dalam bulan-bulan terakhir periode prenatal.

Biasanya gerak-gerak janin tampak pertama kali antara minggu kedelapan belas dan dua puluh.
Kemudian meningkat cepat sampai akhir bulan kesembilan di mana gerakan mulai berkembang
karena penuhnya pembungkus janin dan tekanan pada otak janin pada saat janin mengambil posisi
kepala di bawah di daerah pinggul dalam persiapan untuk lahir. Gerak-gerak janin ini berlainan
macamnya, yaitu menggelinding dan menendang, gerak pendek atau cepat.

Pada akhir bulan ketujuh, janin sudah cukup berkembang dan dapat hidup bila lahir sebelum
waktunya.

Pada akhir bulan kedelapan, tubuh janin sudah lengkap terbentuk, meskipun lebih kecil
dibandingkan dengan bayi normal yang cukup bulannya.

Periode pranatal merupakan periode pertama dalam rentang kehidupan manusia. Periode
ini merupakan periode yang terpenting dari semua periode perkembangan, karena memberi dasar
untuk perkembangan selanjutnnya. Perkembangan periode pranatal ditandai dengan konsepsi
(bertemunya ovum dengan sperma), dan diakhiri dengan kelahiran, dengan jangka waktu kurang
lebih sembilan bulan sepuluh hari.
Ciri-ciri pada periode pranatal adalah :

1. Sifat-sifat bawaan dan jenis kelamin individu sudah ditetukan sejak konsepsi, dan berfungsi
sebagai dasar bagi perkmbangan selanjutnya.
2. Baik buruknya perkembangan sifat bawaan, tergantung kondisi ibu yang mengandung.
3. Banyak bahaya, baik fisik maupun psikis yang dapat mempengaruhi pola perkembangan
selanjutnya.

FASE INFANCY
I. PENGERTIAN INFANCY

Fase Infancy adalah periode pertama kehidupan sesudah kelahiran ketika individu yang
bersangkutan relatif sangat tidak berdaya dan bergantung sekali pada orang tuanya. Istilah ini
biasanya diterapkan hanya pada tahun yang pertama. Skinner mengemukakan bahwa fase infancy
adalah masa dua tahun pertama setelah kelahiran.

Gibson (1988) mengemukakan ada serangkaian fase dalam perkembangan atensi selama masa
infancy. Fase ini bukan merupakan fase yang kaku karena fase-fase tersebut saling tumpang tindih
dalam waktu dan situasi. Pada setiap fase ini, anak menggunakan kemampuan-kemampuan motor
yang telah dimilikinya untuk mengeksplorasi lingkungan.

Secara umum, ada 3 (tiga) tahap perkembangan perceptual/ perkembangan atensi pada masa
infancy (Gibson, 1998), yaitu :

A. Tahap Pertama (awal kelahiran 4 bulan)


Bayi telah mampu mengendalikan kepala dan seluruh badannya sehingga bayi akan dapat
mengarahkan penglihatan dan pendengarannya kepada objek-objek yang dijumpai.

B. Tahap kedua (4 bulan 7 bulan)


Pada tahap ini bayi telah mampu mengendalikan lengan dan tangannya, sehingga bayi
dapat menjangkau dan menggenggam benda-benda.

C. Tahap ketiga (8 bulan 12 bulan)


Pada tahap ini atensi bayi meluas kepada susunan stimulus yang lebih luas karena bayi
sudah dapat merangkak, berpindah-pindah tempat (locomotion), serta mengeksplorasi
hal-hal yang ada dibalik tabir/penghalang.
II. CIRI-CIRI MASA INFANCY

Ciri-ciri masa infancy dapat membedakan masa bayi dari periode-periode sebelumnya dan
sesudahnya. Hurlock menggolongkan ciri-ciri masa infancy antara lain sebagai berikut :

Masa bayi adalah Masa Dasar yang Sesungguhnya

Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak
pola perilaku, sikap dan pola ekspresi yang terbentuk.

Ada empat alasan yang menyebabkan mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi
adalah penting. Pertama, berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang dengan
bertambahnya usia anak; sebaliknya, pola-pola yang terbentuk pada permulaan kehidupan
cenderung mapan, apakah itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau bermanfaat. Kedua, kalau
pola perilaku yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang buruk mulai berkembang, maka
semakin cepat hal itu diperbaiki akan semakin mudah bagi anak untuk berubah. Ketiga, karena
dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu
akan selamanya mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial. Dan keempat, karena faktor belajar
dan pengalaman memainkan peran yang penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan
dan dikendalikan sehingga perkembangannya sejajar dengan jalur yang memungkinkan terjadinya
penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.

Masa Bayi adalah Masa Dimana Pertumbuhan dan Perubahan Berjalan Pesat

Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun secara psikologis. Pertumbuhan dan
perubahan intelek berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik. Tidak ada perubahan
yang lebih menonjol selain dalam kemampuan bayi untuk mengenali dan bereaksi kepada orang-
orang dan objek-objek dalam lingkungan.

Masa Bayi adalah Masa Berkurangnya Ketergantungan

Berkurangnya ketergantungan pada orang lain merupakan efek dari pesatnya


perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan dan
menggerakkan benda-benda. Kemandirian juga meningkat dengan berkembangnya kemampuan
bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada yang lain. Gerakan-gerakan bayi
yang acak dan menyeluruh kembali menjadi gerakan yang terkoordinir sehingga memungkinkan bayi
melakukan sendiri hal-hal yang sebelumnya harus dilakukan orang lain.

Masa Bayi adalah Masa Meningkatnya Individualitas

Individualitas tampak dalam penampilan dan pola-pola perilaku dan memungkinkan bayi
mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

Masa Bayi adalah Permulaan Sosialisasi

Egosentrisme, yaitu diri bayi yang muda belia, cepat berubah menjadi keinginan untuk
menjadi bagian dari kelompok sosial. Bayi mengembangkan ikatan emosi yang kuat dengan
ibunya jauh sebelum periode masa bayi berakhir. Dari pemuasan perilaku akrab inilah berkembang
hubungan dengan orang lain yang hangat dan kekal.

Masa Bayi adalah Permulaan Berkembangnya Penggologan Peran-Seks

Hampir dari saat dilahirkan anak laki-laki diperlakukan semestinya sesuai gender sebagai
anak laki-laki dan anak perempuan diperlakukan sebagai anak perempuan. Tekanan pada anak
perempuan untuk bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya sejak masa bayi tidak terlampau kuat
seperti tekanan pada anak laki-laki, meskipun penggolongan peran-seks merupakan bagian dari awal
pendidikan anak perempuan. Secara tidak langsung anak perempuan peran-seksnya sudah
ditetapkan pada masa bayi dengan memperbolehkan mereka menangis dan menunjukkan tanda-
tanda lain kelemahan wanita yang tidak diperkenankan pada bayi laki-laki.

FASE PRA SEKOLAH


1. PERKEMBANGAN FISIK
Perkembangan fisik anak ditandai juga dengan berkembangnya kemampuan
atau keterampilan motorik, baik yang kasar maupun yang lembut. Kemampuan
motorik tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.

USIA KEMAMPUAN MOTORIK KEMAMPUAN MOTORIK HALUS


KASAR

3-4 TAHUN 1. Naik turun tangga 1. Menggunakan crayon


2. Meloncat dengan 2 2. Menggunakan benda atau
kaki alat
3. Melempar bola 3. Meniru bentuk atau gerakan
orang lain

4-6 TAHUN 1. Meloncat 1. Menggunakan pensil


2. Mengendarai 2. Menggambar
sepeda 3. Menulis huruf cetak
3. Menangkap bola 4. Memotong dengan gunting
4. Bermain olahraga

2. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
Secara ringkas perkembangan intelektual masa prasekolah ini dapat dilihat pada
tabel berikut.
PERIODE DESKRIPSI
1. Mampu berpikir dengan menggunakan simbol (symbolic function).

2. Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsinya. Mereka meyakini apa yang


dilihatnya, dan hanya terfokus kepada satu atribut / dimensi terhadap satu
objek dalam waktu yang sama. cara berpikir mereka bersifat memusat (
centering ).

3. Berpikirnya masih kaku tidak fleksibel. Cara berpikirnya berfokus kepada


keadaan awal atau akhir dari suatu transformasi, bukan kepada
transformasIi itu sendiri yang mengantarai keadaan tersebut. Contohnya: Anak
mungkin memahami bahwa dia lebih tua dari adiknya, tetapi mungkin tidak
memahaminya, bahwa adiknya lebih muda dari dirinya.

4. Anak sudah mulai mengerti dasar dasar mengelompokkan sesuatu atau


PRAOPERASIONAL dasar satu dimensi, seperti atas kesamaan warna, bentuk dan ukuran.

3. PERKEMBANGAN EMOSIONAL

Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa anak, yaitu sebagai berikut.

1. Takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap


membahayakan. Rasa takut terhadap sesuatu berlangsung melalui tahapan: (1)
mula mula tidak takut, karena anak belum sanggup melihat kemungkinan bahaya
yang terdapat dalam objek, (2) timbul rasa takut setelah mengenal adanya
bahaya, dan (3) rasa takut bisa hilang kembali setelah mengetahui cara cara
menghindar dari bahaya.
2. Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan, yang tidak ada objeknya.
kecemasan ini muncul mungkin dari situasi situasi yang dikhayalkan, berdasarkan
pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan orangtua, buku buku bacaan/komik,
radio, atau film. Contoh perasaan cemas: anak berda di dalam kamar yang gelap,
takut hantu dan sebagainya.
3. Marah, merupakan perasaan tidak senang, atau benci baik terhadap orang lain,
diri sendiri, atau objek tertentu, yang diwujudkan dalam bentuk verbal ( kata kata
kasar / makian / sumpah serapah ), atau nonverbal ( seperti mencubit, memukul,
menampar, menendang, dan merusak ). Perasaan marah ini merupakan reaksi
terhadap situasi frustasi yang dialaminya, yaitu perasaan kecewa atau perasaan
tidak senang karena adanya hambatan terhadap pemenuhan keinginannya. Pada
masa ini rasa marah sering terjadi karena: (1) banyak stimulus yang menimbulkan
rasa marah, dan (2) banyak anak yang menemukan bahwa marah merupakan cara
yang baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginannya. Berbagai
stimulus yang menimbulkan perasaan marah, di antaranya: rintangan atas
kebutuhan jasmaniah, gangguan terhadap gerakan gerakan anak yang ingin
dilakukannya, rintangan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung, rintangan
terhadap keinginan keinginannya, atau kejengkelan kejengkelan yang
menumpuk. Sumber perasaan marah bisa berasal dari diri sendiri (seperti,
ketidakmampuan dan kelemahan/kecacatan diri), atau orang lain (orangtua,
saudara, guru dan teman sebaya).
4. Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah
merebut kasih saying dari seseorang yang telah mencurahkan kasih saying
kepadanya. Sumber yang menimbulkan rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial,
hubungan dengan orang lain. Seperti kakak cemburu kepada adiknya, karena dia
telah merebut kasih saying dari orangtuanya. Perasaan cemburu ini diikuti dengan
ketegangan, yang biasanya dapat diredakan dengan reaksi reaksi: (1) agresif atau
permusuhan terhadap saingan; (2) regresif, yaitu perilaku kekanak kanakan,
seperti ngompol, atau mengisap jempol; (3) sikap tidak peduli; dan (4) menjauhkan
diri dari saingan.
5. kegembiraan, kesenangan, kenikmatan, yaitu perasaan yang positif, nyaman,
karena terpenuhi keinginannya. Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada
anak, diantaranya terpenuhi kebutuhan jasmaniah ( makan dan minum ), keadaan
jasmaniah yang sehat, diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan untuk bergerak (
bermain secara leluasa ), dan memiliki mainan yang disenanginya.
6. Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian, atau
perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. Perasaan ini berkembang
berdasarkan pengalamannya yang menyenangkan dalam berhubungan dengan
orang lain (orangtua, saudara, dan teman), hewan (seperti, kucing dan burung), atau
benda (seperti mainan). Kasih sayang anak kepada orangtua atau saudaranya, amat
dipengaruhi oleh iklim emosional dalam keluarganya. Apabila orangtua dan
saudaranya menaruh kasih sayang kepada anak, maka dia pun akan menaruh kasih
sayang kepada mereka.
7. Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya ( takut
yang abnormal ), seperti takut ulat, takut kecoa, dan takut air. Perasaan ini muncul
akibat perlakuan orangtua yang suka menakut nakuti anak, sebagai cara
orangtua untuk menghukum, atau menghentikan perilaku anak yang tidak
disenanginya.
8. Ingin tahu ( curiosity ), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala
sesuatu atau objek objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Perasaan ini
ditandai dengan pertanyaan pertanyaan yang diajukan anak. Seperti anak
bertanya tentang dari mana dia berasal, siapa Tuhan, dan di mana Tuhan berada.
Masa bertanya ( masa haus nama ) ini dimulai pada usia 3 tahun dan mencapai
puncknya pada usia sekitar 6 tahun.
4. PERKEMBANGAN BAHASA

Perkembangan bahasa anak usia prasekolah, dapat diklasifikasikan ke


dalam dua tahap

( sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya ) yaitu sebagai berikut.

a. Masa ketiga ( 2,0 6,0 ) yang bercirikan

1) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.

2) Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan, misalnya burung


pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.

3) Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, di mana dan dari mana.

4) Anak sudah banyak menggunakan kata kata yang berawalan dan yang
berakhiran.

b. Masa keempat ( 2,6 6,0 ) yang bercirikan

1) Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta anak


kalimatnya.

2) Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu
sebab akibat melalui pertanyaan pertanyaan: kapan, ke mana, mengapa, dan
bagaimana.
5. PERKEMBANGAN SOSIAL
Tanda tanda perkembangan sosial pada tahap ini adalah:

1) Anak mulai mengetahui aturan aturan, baik dilingkungan keluarga maupun


dalamlingkungan bermain.

2) Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.

3) Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.

4) Anak mulai dapat bermain bersama anak anak lain, atau teman
sebaya(neer group).

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh sosiopsikologis


keluarganya. Apabila di lingkungan keluarga tecipta suasana yang harmonis, saling
memperhatikan, saling membantu ( bekerja sama ) dalam menyelesaikan tugas tugas
keluarga atau anggota keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga, dan
konsisten dalam melaksanakan aturan, maka anak akan memiliki kemampuan, atau
penyesuaian sosial dalam berhubungan dengan orang lain.

Kematangan penyesuaian sosial anak akan sangat terbantu, apabila anak


dimasukkan ke Taman Kanak Kanak. TK sebagai jembatan bergaul merupakan
tempat yang memberikan peluang kepada anak untuk belajar memperluas pergaulan
sosialnya, dan menaati peraturan ( kedisiplinan ).

6. PERKEMBANGAN BERMAIN
Usia anak pra sekolah dapat dikatakan sebagai masa bermain, karena setiap waktunya
diisi dengan kegiatan bermain. Yang dimaksud dengan kegiatan bermain disini
adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh
kesenangan. Terdapat beberapa macam permainan anak (Abu Ahmadi, 1977),
yaitu sebagai berikut.

a. Permainan Fungsi (permainan gerak), seperti meloncat-loncat, naik dan turun


tangga, berlari-larian, bermain tali dan bermain bola.
b. Permainan Fiksi , seperti menjadikan kursi sebagai kuda, main sekolah-sekolahan,
dagang-dagangan, perang-perangan dan masak-masakan.
c. Permainan Reseptif atau Apresiatif, seperti mendengarkan cerita atau dongeng, melihat
gambar dan melihat orang melukis.
d. Permainan Membentuk (konstruksi), seperti membuat kue dari tanah liat, membuat
gunung pasir, membuat kapal-kapalan dari kertas, membuat gerobak dari kulit jeruk,
membentuk bangunan rumah-rumahan dai potongan-potongan kayu (plastik) dan
membuat senjata dari pelepah daun pisang.
e. Permainan Prestasi, olahraga seperti sepak bola, bola voli, tenis meja dan bola basket.

Secara psikologis dan pedagogis, bermain mempunyai nilai-nilai yang sangat


berharga bagi anak, di antaranya :

a. Anak memperoleh perasaan senang, puas, bangga atau berkatarsis (peredaan


ketegangan),

b. Anak dapat mengembangkan sikap percaya diri, tanggung jawab dan kooperatif
(mau bekerja sama),

c. Anak dapat mengembangkan daya fantasia tau kreativitas (terutama


permainan fiksi dan konstruksi).

d. Anak dapat mengenal aturan atau norma yang berlaku dalam kelompok serta
belajar untuk menaatinya,

e. Anak dapat memahami bahwa baik dirinya maupun orang lain, sama-sama
mempunyai kelebihan dan kekurangan diri,

f. Anak dapat mengembangkan sikap sportif, tenggang rasa atau toleran terhadap
orang lain.

7. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Aspek-aspek perkembangan kepribadian anak itu meliputi hal-hal berikut.

a. Dependency & Self-Image (ketergantungan dan


Konsep anak pra sekolah tentang dirinya sulit dipahami dan dianalisis, karena
ketrampilan bahasanya belum jelas dan pandangannya terhadap orang lain masih
egosentris. Mereka memiliki sistempandanga dan persepsi yang kompleks, tapi belum
dapat menyatakan. Perkembangan sikap Independensi dan kepercayaan diri (self
confidence) anak amat terkait dengan cara perlakuan orang tuanya. Sebagai orang tua,
mereka memberikan perlindungan kepada anak dari sesuatu yang membahayakan dan
dari kefrustasian. Gaya perlakuan orang tua kepada anak, ternyata sangat beragam, ada
yang terlalu memanjakan, bersikap keras, penerimaan dan kasih sayang, dan acuh tak
acuh (permisif). Masing-masing perlakukan itu cenderung memberikan dampak yang
beragam bagi kepribadian anak.
Anak yang biasa dihukum karena pelanggaran biasa dengan tidak memberikan kasih
sayang atau perhatian kepadanya, maka anak tersebut cenderung lebih dependen
daripada anak yang diikuti keinginannya dengan pengasuhan atau perhatian yang cukup
dari orangtuanya dirumah, maka ia akan menuntut perhatian dari guru pada saat dia
sudah masuk TK.

Namun apabila perlindungan orang tua itu terlalu berlebihan (terlalu memanjakan) maka
anak cenderung kurang bertanggung jawab dan kurang mandiri (senantiasa meminta
bantuan kepada orang lain). Salah satu penelitian Braumbrind (Ambron, 1981)
menemukan bahwa anak yang orang tuanya memberikan pengasuhan atau perawatan
yang penuh kehangatan dan pemahaman serta memberikan arahan atau tuntunan
(pemberian tugas sesuai dengan umurnya), maka anak akan memiliki rasa percaya diri
(self-confidence), bersikap ramah, mempunyai tujuan yang jelas dan mampu
mengontrol (mengendalikan) diri. Sementara anak yang di kembangkan dalam keluarga
yang memperturutkan semua keinginan anak dan bersikap persimif, cenderung
mengembangkan pribadi anak yang kurang memiliki arah hidup yang jelas dan kurang
percaya diri.

b. Initiative vs Guilt
Erik erikson mengemukakan suatu teori bahwa anak prasekolah mengalami suatu krisis
perkembangan, karena mereka menjadi kurang dependen dan mengalami konfliks
antara Initiative dan Guilt. Anak berkembang, baik secara fisik maupun kemampuan
intelektual serta berkembangnya rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu. Mereka
menjadi lebih mampu mengontrol lingkungan fisik sebagaimana ia mampu mengotrol
tubuhnya. Anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki perbedaan dengan dirinya,
baik menyangkut persepsi maupun motivasi (keinginan) dan mereka menyenangi
kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu.
Perkembangan ini semua mendorong lahirnya apa yang disebut Erikson
dengan initiative (inisiatif). Pada tahap ini, anak sudah siap dan berkeinginan untuk
belajar dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuannya. Yang
berbahaya pada tahap ini, adalah tidak tersalurkannya energi yang mendorong anak
untuk aktif (dalam rangka memenuhi keinginannya), karena mengalami hambatan atau
kegagalan, sehingga anak mengalami guilt (rasa bersalah). Perasaan bersalah ini
berdampak kurang baik bagi perkembangan kepribadian anak, dia bisa menjadi
nakal atau pendiam (kurang bergairah).
Faktor eksternal yang mungkin menghambat perkembangan inisiatif anak,
diantaranya : (1) tuntutan kepada anak di luar kemampuannya, (2) sikap keras
orang tua/guru dalam memperlakukan anak, (3) terlalu banyak larangan dan (4)
anak kurang mendapat dorongan atau peluang untuk berani mengungkapkan
perasaannya, pendapatnya atau keinginannya.
8. PERKEMBANGAN MORAL
Pada masa ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap
kelompok sosialnya (orang tua, saudara dan teman sebaya). Melalui pengalaman
berinteraksi dengan orang lain (orang tua, saudara dan teman sebaya) anak belajar
memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang
baik/boleh/diterima/disetujui atau buruk/tidak boleh/ditolak/tidak disetujui.
Berdasarkan pemahamannya itu, maka pada masa ini anak harus dilatih atau
dibiasakan mengenai bagaimana ia harus bertingkah laku (seperti, mencuci tangan
sebelum makan, menggosok gigi sebelum tidur dan membaca basmalahsebelum makan).
Pada saat mengenalkan konsep-konsep baik-buruk, benar-salah, atau menanamkan
disiplin pada anak, orang tua atau guru hendaknya memberikan penjelasan tentang
alasannya. Seperti (1) mengapa menggosok gigi sebelum tidur itu baik, (2) mengapa
sebelum makan harus memcuci tangan; atau (3) mengapa tidak boleh membuang
sampah sembarangan. Penanaman disiplin dengan disertai alasannya ini,
diharapkan akan mengembangkan self-controlatau self-discipline (kemampuan
mengendalikan diri, atau mendisplinkan diri berdasarkan kesadaran sendiri)
pada anak. Apabila penanaman disiplin ini tidak diiringi penjelasan tentang
alasannya, atau bersifat doktriner, biasanya akan melahirkan sikap disiplin buta,
apalagi jika disertai dengan perlakuan yang kasar.
Pada usia pra sekolah berkembang kesadaran sosial anak, yang meliputi sikap
empati, generosity (murah hati) atau sikap altruism yaitu kepedulian terhadap
kesejahteraan orang lain. Sikap ini merupakan lawan dari egosentris atau selfishness
(mementingkan diri sendiri).
Hasil pengamatan terhadap anak usia pra sekolah, membuktikan bahwa mereka tidak
hanya menyadari bahwa orang lain memiliki perasaan, tetapi juga mereka aktif mencoba
untuk memahami perasaan-perasaan orang laintersebut. Contohnya, ada seorang anak
berusia 2,5 tahun memberikan boneka terhadap anak lain yang sedang menangis. Ini
menunjukan pemahaman anak, tidak hanya berkaitan dengan kasih sayang dan
pemeliharaan yang mereka terima, tetapi juga berkaitan dengan pola atau gaya
kedisiplinan orang tuanya (Ambron, 1981 : 340-341).

Dalam rangka membimbing perkembangan moral anak pra sekolah ini,


sebaiknya orang tua atau guru-guru TK, melakukan upaya-upaya berikut.

1. Memberikan contoh atau teladan yang baik, dalam berperilaku atau bertutur kata.
2. Menanakan kedisiplinan kepada anak, dalam berbagai aspek kehidupan, seperti
memelihara kebersihan atau kesehatan dan tata krama atau berbudi pekerti luhur.
3. Mengembangkan wawasan tentang nilai-nilai moral kepada anak, baik melalui
pemberian informasi atau melalui cerita seperti tentang : riwayat orang-orang yang
baik (para nabi dan pahlawan) dunia bintang yang mengisahkan tentang nilai
kejujuran, kedermawanan, kesetiakawanan atau kerajinan.
9. PERKEMBANGAN KESADARAN BERAGAMA
Kesadaran beragama pada usia ini ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Sikap keagamaannya bersifat reseptif (menerima) meskipun banyak bertanya.


2. Pandangan ketuhanannya bersifat anthropormorph(dipersonifikasikan).
3. Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka
telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
4. Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya)
sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik (memandang segala
sesuatu dari sudut dirinya)(Abin Syamsuddin Makmun, 1996)

Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang berkat : (1)


mendengarkan ucapan-ucapan orang tua, (2) melihat sikap perilaku orang tua
dalam mengamalkan ibadah; dan (3) pengalaman dan meniru ucapan atau
perbuatan orang tuanya.

Sesuai dengan perkembangan intelektualnya (berpikirnya) yang terungkap dalam


kemampuan berbahasa, yaitu sudah dapat membentuk kalimat, mengajukan pertanyaan
dengan kata-kata: apa, siapa, dimana, dari mana dan kemana: maka pada usia ini
kepada anak sudah dapat diajarkan syahadat, bacaan dan gerakan solat, doa-
doa dan Al Quran.

Mengajarkan salat pada usia ini dalam rangka memenuhi tuntunan Rasulullah, bahwa
orang tua harus menyuruh anaknya salat pada usia tujuh tahun, muruu auladakum bisholaat
sabu siniin(suruhlah anak-anakmu salat pada usia 7 tahun).
Dengan demikian, mengajarkan bacaan dan gerakan salat pada usia ini adalah dalam
rangka mempersiapkan dia untuk dapat melaksanakan salat pada usia tujuh tahun
tersebut.

Adapun doa-doa yang diajarkan : (1) doa sebelum makan dan sesudahnya, (2) doa
berangkat dari rumah, (3) doa tidur, (4) doa untuk orang tua, (5) doa
keselamatan/kebahagiaan di dunia dan di akherat.

Di samping mengajarkan hal-hal diatas, kepada anak pun diajarkan atau dilatihkan
tentang kebiasaan-kebiasaan melaksanakan akhlakul karimah, seperti (1)
mengucapkan salam; (2) membacakan basmalah pada saat akan mengerjakan
sesuatu; (3) membacakan hamdalah pada saat mendapatkan kenikmatan dan
setelah mengerjakan sesuatu; (4) menghormati orang lain; (5)
memberi shodaqoh; (6) memelihara kebersihan (kesehatan) baik dari diri sendiri
maupun lingkungan (seperti mandi, menggosok gigi, dan membuang sampah
pada tempatnya).

Peran Dan Manfaat Bermain


Bermain adalah pekerjaan anak. Dalam bermain anak mempraktekkan secara kontinu proses
hidup yang rumit dan penuh stress,komunikasi, dan mencapai hubungan yang memuaskan dengan
orang lain. Di situlah mereka belajar tentang diri mereka sendiri dan dunia mereka, misalnya
bagaimana menghadapi lingkungan objek, waktu, ruang, struktur, dan dan orang di dalamnya.
Klasifikasi bermain
Dari sudut pandang perkembangan, pola permainan anak dapat dikategorikan menurut isi dan
karakter social.

1. Menurut Isi Permainan


Isi permainan terutama meliputi aspek bermain fisik, meskipun hubungan social tidak dapat
diabaikan, kecendrungannya dari sederha ke kompleks.
a. Permainan Sosial-Afektif
Permainan ini membuat bayi merasakan kesenanga dalam berhubungan dengan orang
lain. Berbagai cara yang dilakukan orang dewasa yang bisa membuat bayi berespon (seperti
bicara, menyentuh, mencium) membuat bayi segera belajar menstimulasi emosi dan
merespon orang tua dengan cara tersenyum, mengeluarkan suara, memulai permainan, dan
aktifitas.
b. Permainan Rasa-senang
Merupakan pengalaman stimulasi nonsosial yang muncul begitu saja. Objek dalam
lingkungan seperti sinar, warna, rasa, bau, dan tekstur menarik perhatian anak, merangsang
indra mereka dan memberikan kesenangan. Pengalaman rasa senang berasal ari
memegang bahan mentah seperti air, gerakan tubuh seperti diayun, dan dari pengalaman
lain yang menggunakan indra dan kemampuan tubuh.
c. Permainan keterampilan
Bayi yang telah mampu menggenggam dan memanipulasi, mereka akan menunjukkan dan
melatih kemampuan yang baru mereka kuasai secara terus-menerus dan berulang-ulang.
Kemuadian anak akan bertekad untuk berhasil menunjukkan keterampilan sulit yang
menimbulkan nyeri dan frustasi, misalnya belajar naik sepeda.
d. Perilaku unoccupied
Anak tidak bermain, tetapi memfokuskan perhatian mereka pada hal yang menarik.
Misalnya dengan melamun, memainkan pakian, atau berjalan tampa tujuan.
e. Permainan dramatic (simbolik) atau pura-pura
Permainan ini dimulai pada usia bayi akhir (11-13 bulan) dan merupakan permainan
dominan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun). Pada tahap ini anak mulai memaknai
situasi, manusia, dan dunia. Mainan anak, dan replica benda-benda dapat dijadikan sebagai
media untuk memerankan aktivitas orang dewasa misalnya memerankan perang oarng-
orang di rumahnya, berperan memakai telepon, menaiki mobil-mobilan, bahkan bisa
berkembang pada aspek diluar rumah seperti memerankan peran guru, dokter, perawat dan
lain-lain. Aktitas orang dewasa yang mereka perankan terkadang membuat mereka bingung
dan stress. Anak yang lebih besar menjalankan tema tertentu, memerankan sebuah cerita,
dan menyusun drama itu sendiri.
f. Permainan Game
Permainan yang dlakuakn seorang anak bisa sendirian saja ataupun dengan orang lain.
Aktifitas soliter mencangkup permainan yang dimulai ketika anak yang masih sangat
kecilberpartisipasi dalam aktifitas repetitive dan berlanjut ke permainan yang lebih rumit
yang menatang keterampilan mendiri mereka, seperti menata Puzzle dan bermain kartu.
Anak yang sangat muda berpartisispasi dalam permainan imitative sederhana seperi petak
umpet. Anak prasekolah belajarmenikmati permainan formal yang dimulai dengan
permainan pertahanan diri yang ritual dimainkan seperti permainan ring-a-rosy and London
Bridge. Anak prasekolah tidak terlibat dalam permainan kompetitif sebab mereka tidak suka
dengan kekalahan, akan curang untuk mendat kemenangan, akan berusaha mengubah
aturan main, membuat berbagi pengecualian dan kesempatan untuk dirinya. Anak usia
sekolah menikmati permainan yang kompetitif seperti bermain catur, dan baseball.

2. Menurut Karakter Sosial Permainan


Interaksi permainan pada masa bayi adalah antara anak dan orang dewasa. Selanjutnya
interaksi dengan teman sebaya menjadi hal yang penting dalam sosialisasi. Bayi yang
egosentris dan toddler (usia 1-3 tahun) tidak menoleransi penolakan atau penundaan, serta
campur tangan.anak usia 5-6 tahun, mampu kompromi dan panengah perselisihan. Tipe-tipe
permainannya yaitu:
a. Permainan pengamat
Anak memperhatikan aktifitas dan interaksi anak lain dengan minat aktif tampa terlibat dan
berpartisipasi.
b. Permainan tunggal
Anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda dengan anak yang lain ditempat yang
sama. Mereka asik sendiri tampa berniat mendekati atau berbicara dengan anak yang lain.
c. Permainan parallel
Anak bermain secara mandiri diantara anak-anak lain dengan mainan yang sama. Mereka
tampak kimpak, tetapi tidak saling mempengaruhi, t idak ada assosiasi kelompok, dan tidak
bermain bersama
d. Permianan assosiatif
Anak bermain bersama, mengerjakan aktifitas serupa dan sama, tetapi tidak ada organisasi,
pembagian kerja, penetapan pemimpin, atau tujuan bersama. Anak meminjam dan
meminjami material permainan, saling mengikuti dengan mengendarai wangon, dan sepeda
roda tiga. Kadang mengontrol siapa yang boleh bergabung dan siapa yang tidak boleh
bergabung dalam kelompok itu.
e. Permainan cooperative
Anak bermain secara berkelompok, mendiskusikan dan merencanakan aktifitas untuk
pencapaian akhir. Terdapat rasa saling memiliki dan tidak memiliki yang nyata. Tujuan dan
pencapaiannya memerlukan pengorganisaian aktifitas, pembagian kerja dan peran bermian.
FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorimotor
Aktifitas sensori adalah komponen utama bermain pada semua usia dan merupakan bentuk
dominan permainan pada masa bayi. Permainan aktif penting untuk perkembangan otot dan
bermanfaat untuk melepas kelebihan energy. Bayi memperoleh kesan tentang diri dan dunia
merek amelalui stimulasi taktil, auditorius, visual dan kinestetik. Toddler dan anak
prasekolah menyukai gerakan tubuh dan mengesplorasi segala sesuatu di ruangan. Anak
yang lebih muda suka berlari, anak yang lebih besar mulai mengembangkan aktifitas yang
rumit seperti berlomba, dan naik sepeda.
2. Perkembangan Intelektual
Melalui eksplorasi dan manipulasi, anak-anak belajar mengenali warna, bentuk, ukuran,
tekstur, dan fungsi objek. Mereka belajar tentang angka-angka dan bagaimana cara
menggunakannya, mereka bisa menghubungkan kata dengan benda, mengembangkan
kemampuan berbahasa, memahami abstrak, hingga hubungan spasial seperti naik, turun,
bawah atas.
Ketersediaan materi permainan dan kualitas keterlibatan orang tua adalah dua variable
terpenting yang terkait dengan perkembangan koognitif selama mas abayi dan prasekolah
(Chase,1994)
3. Sosialisasi
Hubungan social pertama bayi adalah dengan ibu. Dengan bermain dengan anak lain mereka
belajar membentuk hubungan social dan menyelesaikan masalah terkait dengan hubungan
ini. Mereka belajar member dan menerima, tetapi mereka lebih mendengar kritik dari teman
sebaya ketimbang dari orang dewasa. Anak mempelajari yang benar dan yang salah, standar
masyarakat dan bertanggungjawab atas tindakan mereka.
4. KreatifitasBermain memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi.
mereka bereksperimen dan mencoba ide mereka pada setiap media yang mereka punya.
Kreatif biasanya menuntut penyamaaan, sehingga usaha untuk diterima oleh teman sebaya
merupakan suatu rintangan upaya kreatif anak sekolah dan remaja.. kreatifitas muncul dari
aktifitas tunggal maupun dari pengembangan ide orang lain yang didengar.
5. Kesadaran Diri
Ekplorasi tubuh anak dan kesadarn terpisah dari ibunya , proses identifikasi diri difsilitasi
melaluikegiatan bermain. Anak-anak mulai mengenali siapa diri mereka dan dimana posisi
mereka. Mereka mulai mengatur tingkah laku sendiri, mempelajari kemampuan sendiri dan
membendingkannya dengan kemampuan anak lain. Dalam permaian mereka menguji
kemampuan mereka, melaksanakan dan mencoba berbagai peran, dan mempelajari dampak
dari perilaku mereka kepada orang lain.
6. Manfaat terapeutik
bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan stress yang
dihadapi di lingkungannya. Melalui bermain anak dapat mengkomunikasakan kebutuhan,
rasa takut, dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat ekspresikan karena
keterbatasan keterampilan bahasa mereka.
7. Nilai Moral
Anak belajar tentang benar dan salah di rumah dan sekolah. Selain itu interaksi mereka
dengan teman sebaya selama bermain memiliki peran yang penting dalam penbentukan
moral mereka. Bila mereka ingin diterima sebagai anggota kelompok, anak harus menaati
aturan perilaku yang diterima budaya (mis. Adil, jujur, control diri, dan mempertimbangkan
orang lain). Anak segera memperlajari bahwa sebaya mereka kurang toleran terhadap
kekerasan dibandingkan orang dewasa dan bahwa untuk mempertahankan tempat dalam
kelompok bermain mereka harus menyesuaikan diri dengan standar kelompok tersebut.

Sumber:

http://aryuliasunarti.blogspot.com/2010/04/peran-bermain-dalam-perkembangan.html

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/12/12/masa-pranatal-ciri-ciri-pada-periode-pranatal-
periode-pranatal/

http://murnicuy.blogspot.com/2012/11/masa-pranatal-pendahuluan-a.html

http://fithgallagher.wordpress.com/2010/09/30/karakteristik-perkembangan-masa-prenatal/

http://mydzirnith.blogspot.com/2013/04/pertumbuhan-dan-perkembangan-dari-bayi.html

http://irmabks.blogspot.com/2013/01/perkembangan-manusia-dari-pranatal.html

https://www.google.co.id/?gws_rd=ssl#q=KARAKTERISTIK+PERKEMBANGAN+PRANATAL+SAMPAI+P
RASEKOLAH

Anda mungkin juga menyukai