Cystotomy Pada Anjing Jantan
Cystotomy Pada Anjing Jantan
Cystotomy Pada Anjing Jantan
PEMBAHASAN
Telah dilakukan operasi cystotomy pada seekor anjing jantan lokal (Canis
domesticus), bernama Tom, berwarna coklat, berumur 4 bulan dengan berat
badan 4,2 kg. Sebelum dilakukan tindakan operasi, terlebih dahulu pasien
diperiksa keadaan fisik secara umum. Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi
pemeriksaan suhu, frekuensi nafas dan pulsus. Hasil yang diperoleh yaitu suhu
38,7 0C, frekuensi nafas 28x/menit dan pulsus 105x/menit, dan selaput mukosa
terlihat normal, lalu dilakukan pemeriksaan kimia darah dan didapatkan nilai Hb
normal yaitu 12,3 g/dL.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin di
dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk
dikeluarkan dari tubuh. Kadar hemoglobin normal pada anjing berkisar 12-18 g/dl
(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)
Sebelum dilakukan tindakan operasi, terlebih dahulu hewan diberikan obat
premedikasi. Premedikasi dilakukan untuk mempersiapkan hewan sebelum
pemberian obat anestesi. Tujuan dari pemberian premedikasi adalah untuk
membuat hewan lebih tenang dan terkendali, mengurangi dosis anestesi,
mengurangi efek-efek otonomik yang tidak diinginkan, mengurangi nyeri pre-
operasi (Sardjana, 2011).
Pada operasi ini digunakan Atropin sulfat sebagai premedikasi dengan
dosis 0,02-0,04 mg/kg BB secara subkutan, hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya muntah, hipersalivasi dan sebagai sedatif. Selain itu salah satu tujuan
dari obat premedikasi adalah mempercepat induksi anestetika umum. Setelah
pasien diberikan premedikasi, lalu dilakukan pencukuran rambut pada bagian
ventral abdomen hingga bersih, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi.
Setelah 10 menit kemudian pasien diberikan anestesi. Tujuan dari
pemberian anestesi adalah mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan
meminimalkan kerusakan beberapa organ tubuh terutama pada pasien dengan
kondisi khusus. Selain itu, tujuan anestesi juga untuk membuat hewan tidak
terlalu banyak bergerak bila dibutuhkan relaksasi muskulus (Sardjana dan
Kusumawati, 2004). Anestesi yang digunakan adalah kombinasi ketamin dengan
dosis 10-40 mg/kg BB IM dan xylazin dengan dosis 1,1-2,2 mg/kg BB IM.
Dosis yang digunakan pada anjing Tom dengan BB (berat badan) 4,2 kg yaitu:
Teknik Operasi
Jika terdapat batu (uroliths) maka harus dikeluarkan dari vesica urinari,
dan dilakukan teknik swab pada bagian mucosa pada vesica urinari yang
bertujuan untuk mengeluarkan sisa-sisa kalkuli, kemudian dilakukan pembilasan
pada vesica urinari sampai bersih dengan menggunakan NaCl.
Gambar 5. Teknik jahitan pada vesica urinari.
R/ Ciprofloxacine 420 mg
Meloxicam 8 mg
Vit. C 5 tab
m.f. pulv. d.t.d. da in caps. No. X
S b.d.d. 1 caps
Paraf
R/ Chloramfecort-H 1 Tube
s.u.e
Paraf
Gambar 8. Luka yang telah menyatu
2. Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira kira hari
kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan
dan tubuh akan berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan
ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi
karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama
dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh
darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat
menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler
sehingga terjadi eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi
setempat yang menyebabkan pembengkakan. Tanda dan gejala klinik reaksi
radang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor),
suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
3. Fibroplasia
Fibroplasia adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis
kolagen. Sintesis kolagen dimulai dalam 24 jam setelah cedera, namun tidak akan
mencapai puncaknya hingga 5 hari kemudian. Setelah 7 hari, sintesis kolagen
akan berkurang secara perlahan-lahan. Remodelling luka mengacu pada
keseimbangan antara sintesis kolagen dan degradasi kolagen. Pada saat serabut-
serabut kolagen tua diuraikan oleh kolagenase jaringan, serabut-serabut baru
dibentuk dengan kepadatan pengerutan yang makin bertambah. Proses ini akan
meningkatkan kekuatan potensial dari jaringan parut (Schwartz and Seymour,
2000:134). Pada tahap ini juga terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh
leukosit polimorfonuklear dan makrofag (Uliyah dan Hidayat, 2008).
4. Sitokin
Sitokin memungkinkan berjalannya seluruh komunikasi untuk interaksi
antar sel. Mereka mungkin juga berperan penting dalam jalur farmakologis klinis
di berbagai tempat penatalaksanaan penyembuhan luka. Misalnya, sitokin
tampaknya ikut mengatur peranan dan pengaturan fibrosis, penyembuhan luka
kronik, cangkokan kulit, vaskularisasi, peningkatan kekuatan tendon dan tulang
setelah perbaikan, dan barangkali juga mengendalikan proses keganasan
(Schwartz and Seymour, 2000).