Sop Penanganan Tuberkulosis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PENANGANAN Tuberkulosis (TB) Paru

No. Dokuemn :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :1
PUSKESMAS DARMAWAN, SKM, M.Kes
TALANG JAWA NIP. 19720603199302100

1. Pengertian Penanganan tuberkulosis paru adalah langkah-langkah yang dilakukan petugas


dalam melakukan penatalaksanaan kasus tuberkulosis paru
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
yaitu Mycobacterium tuberculosis
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan kasus
tuberkulosis paru di Puskesmas Talang Jawa
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Talang Jawa Nomor ........... Tentang
Penanganan Tuberkulosis Paru
4. Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed.5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

5. Langkah- a. Petugas melakukan anamnesis terhadap pasien


langkah/ Pada anamnesa sangat penting diperhatikan :
Prosedur 1. Keluhan Pasien datang dengan batuk berdahak 2 minggu.
Batuk disertai dahak, dapat bercampur darah atau batuk darah.
2. Keluhan dapat disertai sesak napas, nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila
disertai peradangan pleura),
3. Badan lemah,
4. Nafsu makan menurun,
5. Berat badan menurun,
6. Malaise,
7. Berkeringat malam tanpa kegiatan fisik,
8. Demam meriang lebih dari 1 bulan.

b. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sederhana


Pemeriksaan Fisik Tanda Patognomonis
1. Demam (pada umumnya subfebris, walaupun bisa juga tinggi sekali),
2. Respirasi meningkat
3. Berat badan menurun (BMI pada umumnya <18,5).
4. Pada auskultasi terdengar suara napas bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara
napas melemah di apex paru, tergantung luas lesi dan kondisi pasien.

Pemeriksaan Penunjang

1. Darah: limfositosis/ monositosis, LED meningkat, Hb turun.


2. Pemeriksaan mikroskopis kuman TB (Bakteri Tahan Asam/ BTA) ataukultur
kuman dari specimen sputum/ dahak sewaktu-pagi-sewaktu.
3. Untuk TB non paru, specimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan
serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi jaringan.
4. Tes tuberkulin (Mantoux test). Pemeriksaan ini merupakan penunjang utama
untuk membantu menegakkan Diagnosis TB pada anak.
Pem bacaan hasil uji tuberkulin yang dilakukan dengan cara Mantoux
PENANGANAN Tuberkulosis (TB) Paru
No. Dokuemn :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :2
PUSKESMAS DARMAWAN, SKM, M.Kes
TALANG JAWA NIP. 19720603199302100

(intrakutan) dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dengan mengukur


diameter transversal. Uji tuberkulin dinyatakan positif yaitu:
1. Pada kelompok anak dengan imunokompeten termasuk anak dengan riwayat
imunisasi BCG diameter indurasinya > 10 mm.
2. Pada kelompok anak dengan imunokompromais (HIV, gizi buruk, keganasan
dan lainnya) diameter indurasinya > 5mm.
5. Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/ top lordotik.
Pada TB, umumnya di apeks paru terdapat gambaran bercak-bercak awan
dengan batas yang tidak jelas atau bila dengan batas jelas membentuk
tuberkuloma. Gambaran lain yang dapat menyertai yaitu, kavitas (bayangan
berupa cincin berdberdinding tipis), pleuritis (penebalan pleura), efusi pleura
(sudut kostrofrenikus tumpul).

c. Petugas menegakkan diagnosa klinis


Diagnosis pasti TB
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang (sputum untuk dewasa, tes tuberkulin pada anak).
Kriteria Diagnosis
Berdasarkan International Standards for Tuberculosis Care (ISTC)
Standar Diagnosis
1. Semua pasien dengan batuk produktif yang yang berlangsung selama 2
minggu yang tidak jelas penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
2. Semua pasien (dewasa, dewasa muda, dan anak yang mampu mengeluarkan
dahak) yang diduga menderita TB, harus diperiksa mikroskopis spesimen sputum/
dahak 3 kali salah satu diantaranya adalah spesimen pagi.
3. Semua pasien dengan gambaran foto toraks tersangka TB, harus diperiksa
mikrobiologi dahak.
4. Diagnosis dapat ditegakkan walaupun apus dahak negatif berdasarkan kriteria
berikut:
a. Minimal 3 kali hasil pemeriksaan dahak negatif (termasuk pe
meriksaan sputum pagi hari), sementara gambaran foto toraks sesuai TB.
b. Kurangnya respon terhadap terapi antibiotik spektrum luas (periksa kultur
sputum jika memungkinkan),
c. Atau pasien diduga terinfeksi HIV (evaluasi Diagnosis tuberkulosis harus
dipercepat).
5. Diagnosis TB intratorasik (seperti TB paru, pleura, dan kelenjar limfe
mediastinal atau hilar) pada anak:
Keadaan klinis (+), walaupun apus sputum (-).
Foto toraks sesuai gambaran TB.
Riwayat paparan terhadap kasus infeksi TB.
Bukti adanya infeksi TB (tes tuberkulin positif > 10 mm setelah 48-72 jam).

Diagnosis TB pada anak:


Pasien TB anak dapat ditemukan melalui dua pendekatan utama, yaitu
investigasi terhadap anak yang kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif dan
PENANGANAN Tuberkulosis (TB) Paru
No. Dokuemn :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :3
PUSKESMAS DARMAWAN, SKM, M.Kes
TALANG JAWA NIP. 19720603199302100

menular, serta anak yang datang ke pelayanan kesehatan dengan gejala dan anda klinis
yang mengarah ke TB. Gejala klinis TB pada anak tidak khas, karena gejala serupa
juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit selain TB.
Gejala sistemik/umum TB pada anak:
1. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal tumbuh (failure
to thrive).
2. Masalah Berat Badan (BB):
BB turun selama 2-3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas, ATAU
BB tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikanupaya perbaikan gizi yang baikATAU
BB tidak naik dengan adekuat.
3. Demam lama (2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan
demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain lain).Demam yang
umumnya tidak tinggi (subfebris) dan dapat disertai keringat malam.
4. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
5. Batuk lama atau persisten 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah
reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan penyebab batuk lain telah
disingkirkan;
6. Keringat malam dapat terjadi, namun keringat malam saja apabila tidak disertai
dengan gejala-gejala sistemik/umum lain bukan merupakan gejala spesifik TB
pada anak.
Sistem skoring (scoring system) Diagnosis TB membantu tenaga kesehatan
agar tidak terlewat dalam mengumpulkan data klinis maupun pemeriksaan penunjang
sederhana sehingga diharapkan dapat mengurangi terjadinya under-diagnosis maupun
over-diagnosis.

d. Petugas memberikan terapi


Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan
Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas pasien.
Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan.
Mencegah kekambuhan TB.
Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
Mencegah kejadian dan penularan TB resisten obat.
Prinsip-prinsip terapi
1. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan sampai terapi
selesai.
2. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak pernah diterapi
sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB (OAT) lini pertama sesuai ISTC
a. Fase Awal selama 2 bulan, terdiri dari: Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan
Etambutol.
b. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
c. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi rekomendasi
internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis Tetap
(KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang terdiri dari 2 tablet (INH dan RIF), 3
tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF, PZA, EMB).
PENANGANAN Tuberkulosis (TB) Paru
No. Dokuemn :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :4
PUSKESMAS DARMAWAN, SKM, M.Kes
TALANG JAWA NIP. 19720603199302100

Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB


Obat Harian 3x seminggu
INH* 5(4-6) max 300mg/hr 10(8-12) max 900 mg/dosis
RIF 10 (8-12) max 600 mg/hr 10 (8-12) max 600 mg/dosis
PZA 25 (20-30) max 1600 mg/hr 35 (30-40) max 2400 mg/dosis
EMB 15 (15-20) max 1600 mg/hr 30 (25-35) max 2400 mg/dosis

3. Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip pengobatan


dengan:
Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentuk obat, cara pemberian cara
mendapatkan obat serta kontrol pasien sesuai dengan cara yang paling mampu laksana
bagi pasien.
Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy)

4. Semua pasien dimonitor respon terapi, penilaian terbaik adalah follow-up


mikroskopis dahak (2 spesimen) pada saat:
a. Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),
b. 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
c. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan sebelum akhir terapi
dianggap gagal (failure) dan harus meneruskan terapi modifikasi yang sesuai.
d. Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan prioritas dalam follow
up TB paru.

5. Catatan tertulis harus ada mengenai:


a. Semua pengobatan yang telah diberikan,
b. Respon hasil mikrobiologi
c. Kondisi fisik pasien
d. Efek samping obat

6. Di daerah prevalensi infeksi HIV tinggi, infeksi Tuberkulosis HIV sering


bersamaan, konsultasi dan tes HIV diindikasikan sebagai bagian dari tatalaksana rutin.

7. Semua pasien dengan infeksi


Tuberkulosis-HIV harus dievaluasi untuk:
Menentukan indikasi ARV pada tuberkulosis.
Inisasi terapi tuberkulosis tidak boleh ditunda.
Pasien infeksi tuberkulosis-HIV harus diterapi Kotrimoksazol apabila CD 4 < 200.

Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan.


PENANGANAN Tuberkulosis (TB) Paru
No. Dokuemn :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :5
PUSKESMAS DARMAWAN, SKM, M.Kes
TALANG JAWA NIP. 19720603199302100

OAT KDT pada anak (sesuai rekomendasi 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari
IDAI) Berat badan (kg) 3KDT Anak 2KDT Anak
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet

Keterangan:
Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg harus dirujuk ke rumah sakit
Anak dengan BB >33 kg , harus dirujuk ke rumah sakit.
Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah.
OAT KDT dapat diberikan dengan cara : ditelan secara utuh atau digerus sesaat
sebelum diminum.

Sumber penularan dan Case Finding TB Anak


Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber
penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB. Sumber penularan adalah
orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut.
Pelacakan sumber infeksi dilakukan dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA
sputum (pelacakan sentripetal).
Konseling & Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai seluk beluk penyakit
dan pentingnya pengawasan dari salah seorang keluarga untuk ketaatan konsumsi obat
pasien.
PENANGANAN Tuberkulosis (TB) Paru
No. Dokuemn :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :6
PUSKESMAS DARMAWAN, SKM, M.Kes
TALANG JAWA NIP. 19720603199302100

Kontrol secara teratur.


Pola hidup sehat.

Kriteria Rujukan
1. TB dengan komplikasi/keadaan khusus (TB dengan komorbid) seperti TB pada
orang dengan HIV, TB dengan penyakit metabolik, TB anak, perlu dirujuk ke layanan
sekunder.Pasien TB yang telah mendapat advis dari layanan spesialistik dapat
melanjutkan pengobatan di fasilitas pelayanan primer.
2. Suspek TB MDR harus dirujuk ke layanan sekunder.

Prognosis
Prognosis pada umumnya baik apabila pasien melakukan terapi sesuai dengan
ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid, prognosis menjadi kurang baik.

Kriteria hasil pengobatan:


Sembuh: pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan
apusan dahak ulang (follow up), hasilnya negatif pada AP dan pada satu pemeriksaan
sebelumnya.
Pengobatan lengkap: pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
tetapi tidak ada hasil pemeriksaan apusan dahak ulang pada AP dan pada satu
pemeriksaan sebelumnya.
Meninggal: pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Putus berobat (default): pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih
sebelum masa pengobatannya selesai.
Gagal: Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan ke lima atau selama pengobatan.
Pindah (transfer out): pasien yang dipindah ke unit pencatatan dan pelaporan
(register) lain dan hasil pengobatannya tidak diketahui.

Sarana Prasarana
1. Laboratorium untuk pemeriksaan sputum, darah rutin.
2. Mantoux test.
3. Obat-obat anti tuberculosis.
4. Radiologi.
PENANGANAN Tuberkulosis (TB) Paru
No. Dokuemn :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :7
PUSKESMAS DARMAWAN, SKM, M.Kes
TALANG JAWA NIP. 19720603199302100

6. Diagram Alur
Petugas Melakukan Anamnesis
dan Pemeriksaan Fisik

Petugas Melakukan Pemeriksaaan


Penunjang
Pemeriksaan Sputum BTA

Petugas Menegakan Diagnosa

Petugas Memberikan Terapi Sesuai


Dengan Diagnosa

7. Unit Terkait - BP
- KIA-MTBS
- Laboratorium
- Apotek

8. Rekaman/Historis

Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan Tgl.
PENANGANAN Tuberkulosis (TB) Paru
No. Dokuemn :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit :
Halaman :8
PUSKESMAS DARMAWAN, SKM, M.Kes
TALANG JAWA NIP. 19720603199302100

Anda mungkin juga menyukai