Contoh Panduan Praktik Klinis SMF Gigi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

POLRI DAERAH JAWA BARAT

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

EXODONSIA
suatu tindakan mengeluarkan/ekstraksi gigi tanpa rasa
1. Pengertian ( Definisi)
sakit dari soketnya dangan atau tanpa anastesi.

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

Pada kasus infeksi :


-Keadaan umum membaik
-Rasa sakit sudah mereda / hilang
-Sering dijumpai adanya fistel
-Ada gigi dengan karies profunda dengan
sondasi (-)
- Gigi goyang
- Konsul dari disiplin ilmu medis lain untuk focus
Infeksi Pada kasus non infeksi : gigi dengan kelainan
Pertumbuhan Supernumerary :
Ekstra oral : tidak ada
Kelainan Sakit (-)
Intra oral : ada gigi berlebih dengan bentuk bervariasi
4. Kriteria Diagnosis seperti kaninus atau premolar dengan ukuran kecil
Bila impaksi mungkin dijumpai diastema dan jumlah gigi
tidak lengkap.

Malposisi :
Sering pada M3 atas dan kaninus

Konsul dari bagian ortodonsia :


Sering kali diperlakukan pencabutan gigi premolar (sehat
dan posisi normal) atau gigi malposisi, gigi impaksi

Konsul dari bagian prostodonsia :


Gigi dapat dalam keadaan supraklusi, infraklusi, tilting,
goyang, menyulitkan path on insertion, dsb.
Konsul dari bagian konservasi :
Gigi dengan keadaan apeks dan periapikal yang masih
baik tetapi karies terlalu besar dan tidak memungkinkan
untuk konservasi.
5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding
Foto Dental Foto
7. Pemeriksaan Penunjang
Panoramic
Alveolektomi :
- Isolasi daerah kerja

8. Tata Laksana : - Anatesi blok / infiltrasi anastesi


- Pembuatan flap (mucoperiosteal flap)
- Pembuangan / penghalusan tulang
- Pembersihan tulang dan luka
- Penutupan flap dan penjahitan
9. Edukasi

Advitam : dubia adbonam


10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator

15. Kepustakaan
Bandung, Juli 2016
Ketua Komite Medik SMF Jiwa

dr. Leony Widjaja Sp.KJ dr. Leony Widjaja Sp.KJ


Pembina TK I NIP. 196410301992032001 Pembina TK I NIP. 196410301992032001

Karumkit RS Bhayangkara Sartika Asih

dr. Hisbulloh Huda Sp.PD


Kombes Pol NRP. 66070549
POLRI DAERAH JAWA BARAT
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

EXOSTOSIS
Exostosisi adalah tonjolan pada tulang alveolus
pada maksila dan mandibula dengan rasa sakit
1. Pengertian (Definisi) bila ditekan.
Exostosis biasanya terjadi karena kerusakan
tulang alveolar setelah pencabutan.

2. Anamnesis

Intra oral tampak tonjolan tulang tajam pada


procesus alveolaris setelah proses pencabutan
3. Pemeriksaan Fisik
gigi. Tonjolan pada tulang alveolus ini bila
ditekan akan terasa sakit.

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding Osteoma, torus palainus/mandibula.

7. Pemeriksaan Penunjang Foto Dental

8. Tata Laksana Alveolektomi : - Isolasi daerah kerja


- Anatesi blok / infiltrasi
anastesi
- Pembuatan flap
(mucoperiosteal flap)
- Pembuangan / penghalusan
tulang
- Pembersihan tulang dan luka
- Penutupan flap dan
penjahitan
9. Edukasi

Advitam : dubia adbonam


10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator outcome

15. Kepustakaan

Bandung, Juli 2016


Ketua Komite Medik SMF Jiwa

dr. Leony Widjaja Sp.KJ dr. Leony Widjaja, SpKJ


Pembina TK I NIP. 196410301992032001 Pembina TK I NIP. 196410301992032001

Karumkit RS Bhayangkara Sartika Asih

dr. Hisbulloh Huda Sp.PD


Kombes Pol NRP. 66070549
POLRI DAERAH JAWA BARAT
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

GINGIVITIS
Peradanagan gusi yang disebabkan oleh faktor lokal atau
1. Pengertian (Definisi)
faktor sistemik.
2. Anamnesis
1. Perubahan warna gingival dari pink merah kebiruan
2. Konsistensi dari kenyal lunak
3. Pemeriksaan Fisik 3. Interdental papil membulat
4. Permukaan licin dan mengkilat
5. Halitosis
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
1. Untuk gingivitis akut adalah gingival abses, ANUG,
gingivitis AIDS, Herpetic gingivostomatitis, gingivitis
oleh karena : defisiensi nutrisi atau vitamin, kelainan
sistemik DM, Leukemia, Anemia dan penyakit kulit.
Obat-obatan dilantin.
6. Diagnosis Banding
2. Untuk gingivitis yang dipengaruhi hormonal :
gingivitis puberty, gingivitis kehamilan, gingivitis
menopause, gingivitis oral kontrasepsi
3. Untuk gingivitis sedang atau hebat : periodontitis
marginalis kronis dini
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Tatalaksana
Perawatan Awal : 1. DHE
2. Pemberian resep bila diperlukan (kasus akut,
proteksi penyakit jantung)
3. Scaling supra dan sub gingival
4. Pemolesan
5. Root planning
6. Koreksi restorasi berlebih
7. Menumpat karies servical
8. Melakukan splinting
9. Pemberian obat kumur
10. Evaluasi 1 minggu

Perawatan Darurat : Insisi untuk gingival abses


Perawatan Bedah 1. Anastesi local
Gingivektomi : 2. Menentukan letak dasar poket
3. Memotong gingival
4. Membersihkan jaringan granulasi dan sisa-sisa
jaringan nekrotik
5. Irigasi saline
6. Penutupan dengan pack
7. Control 1 minggu
9. Penyulit
10. Edukasi
(Hospital Health Promotion)

11. Indikator Medis

12. Lama Perawatan


Ad vitam : dubia adbonam
13. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
14. Penelaah Kritis
15. Konsultasi
16. Kepustakaan

Bandung, Juli 2016


Ketua Komite Medik SMF Jiwa

dr. Leony Widjaja Sp.KJ dr. Leony Widjaja Sp.KJ


Pembina TK I NIP. 196410301992032001 Pembina TK I NIP. 196410301992032001

Karumkit RS Bhayangkara Sartika Asih

dr. Hisbulloh Huda Sp.PD


Kombes Pol NRP. 66070549
POLRI DAERAH JAWA BARAT
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

IMPAKSI
Impaksi adalah gigi yang mengalami kesukaran / kegagalan
erupsi yang disebabkan oleh malposisi, kekurangan tempat
1. Pengertian (Definisi)
atau dihalang-halangi oleh gigi lain, tertutup tulang yang
tebal dan / atau jaringan lunak di sekitarnya.
2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding

7. Pemeriksaan Penunjang

8. Tatalaksana

9. Edukasi (Hospital Health


Promotion)

Ad Vitam : dubia adbonam


10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis

14. Indikator Medis


15. Kepustakaan

Bandung, Juli 2016


Ketua Komite Medik SMF Jiwa

dr. Leony Widjaja Sp.KJ dr. Leony Widjaja Sp.KJ


Pembina TK I NIP. 196410301992032001 Pembina TK I NIP. 196410301992032001

Karumkit RS Bhayangkara Sartika Asih

dr. Hisbulloh Huda Sp.PD


Kombes Pol NRP. 66070549
POLRI DAERAH JAWA BARAT PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
BIDANG KEDOKTERAN
POLRI DAN BARAT
DAERAH JAWA KESEHATAN
RUMKITBIDANG
BHAYANGKARA TK II SARTIKA
KEDOKTERAN ASIH BANDUNG
DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

PERIODONTITIS

1. Pengertian ( Definisi) Peradanagan jaringan periodonsium yang lebih


dalam yang merupakan kelanjutan dari peradangan
gingival.
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik 1. Perubahan warna gingival dari pink merah
kebiruan
2. Konsistensi dari kenyal lunak
3. Interdental papil membulat
4. Permukaan licin dan mengkilat
5. Berdarah waktu probing
6. Normal : pocket gingival terletak pada CEJ
poket > 3 mm
7. Halitosis
8. Loss of attachment
9. Mobility
10. Kerusakan membrane periodontal dan tulang
alveolar
4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja
1. Periodontitis marginalis akut
Abses periodontal
Trauma periodontal primer
Periodontitis AIDS
ANUG lanjut
6. Diagnosis Banding 2. Periodontitis marginalis sederhana
3. Periodontitis marginalis kompleks :
Trauma periodontal sekunder
Periodontitis prepubertal
Juvenile periodontitis
Rapidly progressive periodontitis
7. Pemeriksaan Penunjang Radiologis
8. Tata Laksana
Perawatan Awal : 1. DHE meliputi pemeberian disclosing agent,
teknik dan cara membersihkan gigi (sikat gigi,
flossing), pengendalian plak di rumah, pola
makan (jenis, frekuensi, komposisi, konsistensi
makanan), menghilangkan kebiasaan buruk,
anjuran kunjungan berkala, anjuran perawatan
gigi rutin.
2. Pemberian resep bilamana diperlukan (kasus
akut dan proteksi penyakit jantung).
3. Scaling supra dan sub gingival
4. Root planning
5. pemolesan
6. Penyesuaian oklusi sederhana bila perlu
7. Melakukan splin sementara bila perlu
8. Evaluasi hari ke 5 7

Perawatan Darurat : Insisi untuk periodontal abses

Perawatan Bedah : Kuretage, prosedur :


- Perawatan awal
- Anastesi lokal
- Membuka flap (mucoperiosteal flap)
- Mengkuret jaringan granulasi dan jaringan
nekrotik dari dinding poket dan sementum
- Irigasi dengan larutan saline
- Flap dikembalikan dan ditekan selama 5 menit
dan kemudian dijahit
- Ditutup dengan pack
- Kontrol 1 minggu, buka pack dan angkat jahitan.
9. Edukasi

Ad vitam : dubia adbonam


10. Prognosis Ad Sanationam : dubia adbonam
Ad Fungsionam : dubia adbonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis


14. Indikator (outcome)

15. Kepustakaan
Bandung,.....................................................
Mengetahui :
Ka. KOMITE MEDIK Ka. SMF Jiwa

dr. LEONY WIDJAJA, SpKJ dr. LEONY WIDJAJA, SpKJ


PEMBINA TK I / 196410301992032001 PEMBINA TK I / 196410301992032001

Menyetujui,
KARUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

dr. HISBULLOH HUDA, SpPD


KOMBES POL NRP 66070549
POLRI DAERAH JAWA BARAT
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

PULPITIS IREVERSIBLE
1. Pengertian (Definisi) Pulpitis irreversible adalah suatu radang pada pulpa gigi
yang ringan (baru terjadi) atau yang berlangsung lama,
ditandai dengan nyeri spontan terutama bila terkena
rangsang dingin.
Nyeri tajam, menyengat, berlangsung cepat, dapat hilang
dan timbul kembali secara spontan, serta secara terus
menerus. Nyeri timbul akibat perubahan temperatur,
2. Anamnesis
terutama dingin, manis dan asam. Kavitas dalam
mencapai pulpa atau karies dibawah tumpatan lama, atau
gigi baru saja mengalami trauma (fraktur mahkota).

3. Pemeriksaan Fisik Dilakukan anamnesa, klinis, visual dan vitalitas.

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja

Pulpitis awal / reversible (bedanya pada symptom nyeri


6. Diagnosis Banding
spontan).

7. Pemeriksaan Penunjang Foto Rontgen Periapikal.

Perawatan endodontik disesuaikan dengan keadaan gigi,


yaitu gigi dengan apeks terbuka dan gigi apeks tertutup.
Pada dewasa muda dengan apek yang belum
terbentuk sempurna dilakukan pulpotomi formokresol
menunggu apeksogenesis. Pada gigi dewasa
dilakukan perawatan saluran akar dan dilanjutkan
restorasi yang sesuai.
8. Tata Laksana 1. Pulpotomi
Devitalisasi
Pengambilan jaringan pulpa sebatas ruang pulpa
Desinfeksi gigi dilakukan dengan Rotation of
Medication menggunakan Rockles dan
Cresophen
Aplikasi cresophate pada ruang pulpa
Tumpatan tetap.
2. Pulkpektomi
Devitalisasi
Preparasi
Kavitas
Pengukuran panjang kerja
Pulpotomi pulpa
Extirpasi saluran akar
Preparasi saluran akar dan irigasi
Desinfeksi SA dengan Rotation of Medication
menggunakan Rockles dan Cresophen
Pengisian SA dengan Guttap point dan
endometason
Tumpatan tetap.
9. Edukasi
Ad vitam : Dubia ad bonam
10. Prognosis Ad sanam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
13. Penelaah Kritis
14. Indikator (Outcome)
15. Kepustakaan
Bandung,.....................................................
Mengetahui :
Ka. KOMITE MEDIK Ka. SMF Jiwa

dr. LEONY WIDJAJA, SpKJ dr. LEONY WIDJAJA, SpKJ


PEMBINA TK I / 196410301992032001 PEMBINA TK I / 196410301992032001

Menyetujui,
KARUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

dr. HISBULLOH HUDA, SpPD


KOMBES POL NRP 66070549
POLRI DAERAH JAWA BARAT
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

PUPITIS REVERSIBEL

Radang pulpa ringan sampai sedang akibat rangsangan,


1. Pengertian (Definisi)
radang dapat sembuh setelah rangsangan dihilangkan.
Nyeri tajam terjadi singkat tetapi tidak spontan, tidak
terus menerus. Nyeri hilang setelah rangsangan hilang
2. Anamnesis
berupa panas/dingin, asam/manis. Rangsangan dingin
lebih nyeri dari pada panas.

3. Pemeriksaan Fisik

4. Kriteria Diagnosis

5. Diagnosis Kerja

6. Diagnosis Banding Pulpitis akut / pulpitis kronis


7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan vitalitas pulpa dan radiografikperiapikal
Menghilangkan penyebab.
Tumpatan tetap dengan GIC / Komposit dengan pelapis
Ca (OH)2 atau Fuji VII Bila kavitas dalam dilakukan
pulpcapping indirect / direct dan tumpatan tetap.
8. Tata Laksana Perawatan :
1. Kali kunjungan jika kavitas tidak dalam
2. Kunjungan untuk kavitas yang dalam (evaluasi post
pulp capping, kunjungan berikutnya dilakukan
penumpatan).
9. Edukasi
Ad vitam : Dubia
10. Prognosis Ad sanam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis


14. Indikator (Outcome)

15. Kepustakaan

Bandung,.....................................................
Mengetahui :
Ka. KOMITE MEDIK Ka. SMF Jiwa

dr. LEONY WIDJAJA, SpKJ dr. LEONY WIDJAJA, SpKJ


PEMBINA TK I / 196410301992032001 PEMBINA TK I / 196410301992032001

Menyetujui,
KARUMKIT BHAYANGKARA TK II SARTIKA ASIH BANDUNG

dr. HISBULLOH HUDA, SpPD


KOMBES POL NRP 66070549

Anda mungkin juga menyukai