Kesetimbangan Fasa Uap Cair
Kesetimbangan Fasa Uap Cair
Kesetimbangan Fasa Uap Cair
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
B. Tujuan percobaan :
1. Untuk menentukan Relative volatility berdasarkan komponen.
2. Untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap relative volatility.
C. Latar Belakang
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik
seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas.
Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs.
Untuk sistem satu komponen, persamaan Clausius dan Clausisus Clapeyron
menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan dengan perubahan suhu.
Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal mengikuti hukum Raoult.
Larutan non elektrolit nyata (real) akan mengikuti hukum Henry. Sifat sifat
koligatif dari larutan dua komponen akan dibahas pada bab ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Gibbs,
c p .......................................... (3.1)
c = jumlah komponen
p = jumlah fasa
P P 1/ 2
H2 O2
KP
P H 2O
............................................. (3.2)
Perubahan fasa dari padat ke cair dan selanjutnya menjadi gas (pada
tekanan tetap) dapat dipahami dengan melihat kurva energi bebas Gibbs terhadap
suhu atau potensial kimia terhadap suhu.
Gambar 3.2. Kebergantungan energi Gibbs pada fasa fasa padat, cair dan
gas terhadap suhu pada tekanan tetap
Lereng garis energi Gibbs ketiga fasa pada gambar 3.2. mengikuti persamaan
G S ............................................ (3.3)
T P
Nilai entropi (S) adalah positif. Tanda negatif muncul karena arah lereng yang
turun. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Sg > Sl > Ss.
c. Persamaan Clapeyron
Bila dua fasa dalam sistem satu komponen berada dalam kesetimbangan,
kedua fasa tersebut mempunyai energi Gibbs molar yang sama. Pada sistem yang
memiliki fasa dan ,
G = G .................................................. (3.4)
Jika tekanan dan suhu diubah dengan tetap menjaga kesetimbangan, maka
dG = dG ................................................ (3.5)
G G G G
dP dT dP dT ............... (3.6)
P T T P P T T P
V dP S dT V dP S dT .............................. (3.7)
dP S S S
........................................... (3.8)
dT V V V
H
Karena S ..............................................................
T
(3.9)
dP S
maka .............................................................
dT TV
(3.10)
URAIAN PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan. Tahapan pertama, yaitu melakukan
eksperimen untuk memperoleh data kesetimbangan uap-cair (VLE) dan uap-cair-
cair (VLLE) pada kondisi 101.3 kPa. Tahap Kedua melakukan eksperimen untuk
memperoleh data kesetimbangan cair-cair (LLE) pada kondisi 101.3 kPa. Tahap
ketiga, perhitungan korelasi kesetimbangan uap-cair, uap-cair-cair dan cair -cair
untuk sistem biner dari parameter interaksi untuk mendapatkan koefisien aktivitas
masing-masing komponen. Tahap keempat adalah membandingkan hasil
eksperimen ini dengan korelasi.
B.Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Aquades
2. n-Butanol p.a 99% (MERCK)
3. Isobutanol p.a 99% (MERCK)
Penelitian kesetimbangan uap-cair-cair ini menggunakan 2 Penelitian
diawali dengan memasukkan campuran dengan komposisi tertentu ke dalam
boiler (B), seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 . Sebelum larutan
dipanaskan, kondensor (C) dialiri air pendingin terlebih dahulu. Setelah sistem
siap, larutan dipanaskan dengan heater hingga mendidih. Dalam tabung
kesetimbangan, fase liquida dan fase uap akan terpisah. Bagian liquida akan
terpisah dan jatuh menuju lubuk liquid (L), yang kemudian akan diambil sebagai
sampel fase liquid. Apabila dalam lubuk liquid tersebut terjadi 2 fase maka antara
fase atas dan fase bawah dipisahkan langsung menggunakan syringe dan interface
antara fase atas dan bawah dibuang. Fase atas maupun fase bawah dicek
komposisinya, apabila komposisi fase atas dan fase bawah konstan maka sampel
pada fase liquid sudah dapat digunakan. Sedangkan fase uap akan menuju
kondensor, mengembun dan jatuh ke dalam lubuk uap (V). Selanjutnya fase
sampel uap dan liquid dianalisa menggunakan gas chromatography (GC).
Penelitian kesetimbangan cair- cair ini dilakukan untuk mendapatkan
sampel kesetimbangan cair-cair dalam fase organik dan fase aqueous. Penelitian
ini menggunakan equilibrium cell yang dilengkapi dengan jaket pemanas untuk
menjaga suhu agar tetap konstan serta magnetik stirer untuk membuat larutan
teraduk sempurna. Equilibrium cell ini juga dilengkapi dengan pipa kapiler untuk
mengkondisikan tekanan atmosfer. Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa
equilibrium cell yang terangkai dengan waterbath tipe gyromax 92 yang
dilengkapi dengan kontroller dan termokopel.
BAB III
A. Metoda
Larutan Metanol
H2O
B. Materi
Prosedur kerja :
1. Buat larutan metanol dengan kadar yang diinginkan (42 %) Periksa semua
peralatan apakah sudah baik dan siap digunakan.
2. Setelah semua larutan dan peralatan selesai dipersiapkan masukkan larutan
tersebut kedalam still-pot sebanyak 300 cc.
3. Alirkan air pendingin kedalam kondensor kemudian diikuti pengaliran
listrik dengan menekan switch H1 dan H2 ( arus listrik jangan dibiarkan
mengalir apabila still-pot sedang kosong).
4. Bila pendingin sudah berlangsung dan condensat telah tertampung, operasi
ini dibiarkan terus sampai berkali-kali sampai selama 1 jam.
5. Ambil sampel dari hasil destilasi dan dari still pot kira-kira 10 cc untuk
masing-masing. Kemudian dianalisa untuk mengetahui Indeks refraktive
atau kerapatan. Kemudian dengan cara yang sama lakukan percobaan
dengan membuka stopcock k2 dan K3 secara berurutan.
6. Percobaan diulangi dengan memasukkan larutan berikutnya dengan kadar
yang berbeda-beda secara berturut-turut.hasil pengamatan percobaan
isikan kedalam lembar data.
C. Gambar Percobaan
BAB IV
DATA PENGAMATAN
A. Analisa Data
1.1
1
MF =
1.1 2.2
+
1 2
1.0,79
32
0,42 =
1.0,79 (3001).1
+
32 18
1.0,79
32
0,42 =
1.0,79 (3001).1
+
576 576
1.0,79
32
0,42 =
14,22.1 (960032).1
+
576 576
0,791 576
0,42 =
32 960017,78 v1
455,04 V1
0,42 =
(307200 568,96. V1)
129024-238,96.v1 = 455,04 V1
129024 = 694.V1
V1 = 129024/694
V1 = 185,9135 ml
V2 = 300 - V1
V2= 114,0865 ml
yA + y B = 1
Destilat
YA + YB = 1 YA + YB = 1
YB = 1 YA YB = 1 - YA
YB = 1- 0,820 YB = 1- 0,775
YB = 0,18 YB = 0,225
Untuk K II
YA + YB = 1
YB = 1 - YA
YB = 1- 0,790
YB = 0,21
XA + X B = 1
Residu
XA + XB = 1 XA + XB = 1
XB= 1 0,585 XB= 1 0,585
XB= 0,415 XB= 0,415
Untuk K II
XA + XB = 1
XB= 1 0,535
XB= 0,465
YA/XB
= YB/XA
Untuk K I
YA/XB
=
YB/XA
0,820/0,415
= 0,18/0,585
1,9759
= 0,3076
= 6,4236
Untuk K II
YA/XB
= YB/XA
0,790/0,465
=
0,21/0,535
1,6989
= 0,3925
= 4,3284
Untuk K III
YA/XB
= YB/XA
0,775/0,48
= 0,225/0,52
1,6145
= 0,4326
= 3,7320
t
A-B = 8,9 [(TA+TB)]
t
A-B = 8,9 [(TA+TB)]
35,5 K
= 8,9 [(342K+346K )]
35,5
= 8,9 [ 688 ]
= 8,9 (0,05159)
= 0,4591
Untuk K II
Temp. Atas = 70oC + (273 OK) = 343 OK
Temp. Atas = 74oC + (273 OK) = 347 OK
t
A-B = 8,9 [(TA+TB)]
35,5 K
= 8,9 [(343K+347K )]
35,5
= 8,9 [ 690 ]
= 8,9 (0,0514)
= 0,4574
Untuk K III
35,5 K
= 8,9 [(345K+346K )]
35,5
= 8,9 [ 691 ]
= 8,9 (0,0513)
= 0,4565
B. Tabulasi Data
KESIMPULAN
Dengan diketahui nya harga Relative volatility dari suatu larutan maka
dapat juga diketahui hubungan antara mole fraksi dalam fasa uap dan mole
fraksi dalam fasa cair dan komponen-komponen yang terdapat pada
larutan.
Untuk mengetahui keseimbangan fasa uap-cair dari suatu larutan biner
dapat dinyatakan dari Relative volatilitynya.
DAFTAR PUSTAKA