Defisiensi Vitamin A
Defisiensi Vitamin A
Defisiensi Vitamin A
DEFISIENSI VITAMIN A
Dosen Pembimbing
dr. Supriyanto, Sp.A
Disusun Oleh:
Rizqi Husni Mudzakkir G4A015132
2017
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
DEFISIENSI VITAMIN A
Disusun Oleh:
Rizqi Husni Mudzakkir G4A015132
Pembimbing,
A. Latar Belakang
Vitamin A adalah nutrisi esensial yang diperlukan untuk
retinol dalam darah kurang dari 20 g/dl masih mencapai 0,8% (West,
2003).
Penyebab defisiensi vitamin A terutama adalah kurangnya intake
Sekitar 150 juta anak lainnya menghadapi resiko yang meningkat untuk
hingga kebutaan, maka sangat perlu dikaji lebih lanjut penyakit ini oleh
tenaga kesahatan.
B. Tujuan
Tujuan dari referat ini diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui definisi defisiensi vitamin A
2. Untuk mengetahui epidemiologi defisiensi vitamin A
3. Untuk mengetahui etiologi defisiensi vitamin A
4. Untuk mengetahui patomekanisme defisiensi vitamin A
5. Untuk mengetahui cara diagnosis dan diagnosis banding defisiensi
vitamin A
6. Untuk mengetahui tatalaksana defisiensi vitamin A
7. Untuk mengetahui prognosis dan komplikasi defisiensi vitamin A
terdapat dalam hepar. Hal ini dikarenakan vitamin A akan terus dipakai
2014).
Defisiensi vitamin A adalah suatu kondisi saat cadangan Vitamin
gangguan fungsi sel retina yang dalam jangka waktu lama dapat
B. Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A dapat dibedakan atas preformed vitamin A
seperti daging, susu dan olahannya (mentega dan keju), kuning telur,
hati ternak dan ikan, minyak ikan (cod, halibut, hiu) (Barasi, 2009).
Provitamin A atau korotenoid umumnya bersumber pada sayuran
berdaun hijau gelap (bayam, singkong, sawi hijau), wortel, waluh (labu
C. Metabolisme Vitamin A
Saat dikonsumsi, provitamin A (beta karoten) akan dilepaskan dari
usus halus, karena bentuk ini akan mudah diserap. Kira-kira 50-90 %
retinol yang telah dicerna akan diserap melalui usus halus dan diangkut,
protein (RBP), suatu protein pengangkut spesifik yang diurai oleh hati.
asam retinoik yang akhirnya terikat pada satu set faktor transkripsi di
dalam nukleus. Retinol intraseluler di jaringan perifer juga bisa
cadangan yang terbatas itu. Jika simpanan retinol hati sangat tinggi,
anak secara umum. Anak dengan defisiensi protein dan malnutrisi berat
simpanan di hati tinggi. Selain itu, bila hati dalam keadaan sakit, tidak
D. Fungsi Vitamin A
Fungsi vitamin A adalah pada fungsi penglihatan mata, yaitu ketika
jaringan retinol kehilangan vitamin A, fungsi sel rod (batang) dan sel
(Joko, 2002):
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Vitamin A
(Joko, 2002)
E. Epidemiologi
WHO menyatakan bahwa terdapat lebih dari 250 juta anak di
(17,3%) dan Pasifik Barat (14%) (West, 2003). Saat ini prevalensi
di Indonesia saat ini sudah lebih baik. Pada survey yang dilakukan pada
beberapa lokasi. Anak usia lebih muda dan berat badan lebih rendah
dan 60 % dari yang buta ini akan meninggal dalam beberapa bulan.
jumlah penduduk atau setara dengan 3 juta orang. Jumlah ini jauh lebih
tinggi dibanding Bangladesh (1%), India (0,7 %), dan Thailand (0,3 %).
persalinan, atau masa nifas, ibu yang mendapat kapsul vitamin A hanya
F. Etiologi
Penyebab defisiensi vitamin A pada anak antara lain adalah sebagai
memadai,
2. Pemberian ASI dengan jumlah yang tidak memadai dan jangka
akut
vitamin A seperti lemak, protein, seng, dan zat gizi lain akibiat
albumin.
7. Pemberian makanan pelengkap yang tidak sesuai waktunya (seperti
G. Faktor risiko
1. Faktor sosial budaya lingkungan dan pelayanan kesehatan (Depkes
RI, 2003):
a. Ketersediaan pangan sumber vitamin A
b. Pola makan dan cara makan
c. Masa paceklik atau rawan pangan
d. Adanya pandangan tabu terhadap makanan sumber vitamin A
e. Sarana pelayanan kesehatan sulit dijangkau
f. Keadaan darurat (bencana alam, perang, dll.)
2. Faktor keluarga (Depkes RI, 2003):
a. Pendidikan orang tua rendah
b. Tingkat sosioekonomi rendah
c. Jumlah anak terlalu banyak
d. Pola asuh kurang perhatian
3. Faktor individu (Depkes RI, 2003):
a. Jenis kelamin laki-laki
b. Usia prasekolah (<5 tahun)
c. Berat badan lahir rendah (BBL <2,5 Kg) dan bayi premature
A, dll.)
i. Kurangnya frekuensi kunjungan ke posyandu
H. Patomekanisme
Defisiensi vitamin A adalah suatu penyakit sistemik yang
keranisasi pada saluran napas dan saluran kemih serta perubahan epitel
besar tidak terlihat, maka perubahan ini tidak memberikan suatu dasar
yang kuat untuk diagnosis klinik spesifik. Oleh karena itu, diantara
dalam situasi cahaya yang redup atau rendah, sedangkan sel kerucut
macam sel ini. Perbedaannya terletak pada jenis protein yang terikat
pada retinol. Pada sel batang, bentuk aldehid dari vitamin A (retinol)
(McCullough, 2009).
Pada tahap selanjutnya, terjadilah gangguan pada proses
epitelialisasi conjunctiva. Mata akan terlihat kering, kusam, tidak
waktu lama, kornea yang kering akan melunak dan berwarna putih,
I. Manifestasi Klinis
dalam keadaan normal sel epitel mensekresi mukus yang berguna sebagai
akan tetapi manifestasi klinis yang pertama kali terjadi pada orang yang
2003).
Perubahan yang terjadi pada organ selain mata terjadi akibat adanya
terjadi pada kulit yang dapat membuat kulit pada tungkai bawah bagian
depan dan lengan atas bagian belakang tampak kering dan bersisik
ringan bisa muncul pada kadar vitamin A dibawah 0,7 mo/L (200
g/dL), akan tetapi lebih sering ditemui pada kadar lebih rendah lagi,
yaitu 0,35 mo/L (100 g/dL). Risiko gangguan metabolism zat besi
WHO, yang terlihat dalam tabel berikut ini (Budiono, 2013; Oetama,
2008):
dalam masyarakat.
kornea
d. Bisa terjadi perforasi kornea
kornea
d. Bisa terjadi perforasi kornea
Gambar 2.9 Keratomalacia X3B (Budiono, 2013).
2013)
folikel rambut yang biasanya terdapat pada ekstremitas bagian dorsal dan
J. Diagnosis
1. Anamnesis
melihat pada sore hari atau terdapat kelainan bentuk pada matanya.
bokong. Selain itu, bisa juga ditemukan adanya diare, infeksi saluran
2013):
1. Identitas Pasien
Data awal yang perlu didapat antara lain adalah nama, umur,
bisa melihat pada sore hari, atau kelainan pada mata, diare, batuk
4. Pelayanan kesehatan
5. Pola makan
saluran pernafasan
h. Pemeriksaan abdomen untuk melihat apakah ada tanda-tanda
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan serum retinol, menurun jika hasilnya < 20 ug/dl.
c. Pemeriksaan serum karotennoid, menurun jika hasilnya < 500
ug/L
d. Pemeriksaan albumin, biasanya < 2.5 ug/dl pada penderita
xeroftalmia
e. Tes adaptasi gelap (Ilyas, 2005)
Ferrer, 2007)
g. Uji schirmer untuk menilai kuantitas air mata (Budiono, 2013)
1) Uji Schirmer I dilakukan tanpa anestesi topikal, ujung kertas
dihilangkan.
i. Pemeriksaan stabilitas film air mata (Tear Film Break Up Time,
Pada tes ini akan positif didapatkan sel epitel yang rusak
yang kecil yang dapat dipulas dan daerah tersebut akan tampak
j. Flourescein test untuk melihat daerah erosi dan luka pada epitel
k. Bengal rose 1% test untuk melihat adanya epitel kornea mati yang
(Ilyas, 2005)
K. Diagnosis Banding
1. Retinitis pigmentosa
Retinitis pigmentosa merupakan kelainan autosomal resesif,
retina terutama sel batang dan atrofi saraf optic, menyebar tanpa
(Ilyas, 2005).
Gejalanya sukar melihat di malam hari selain lapang pandang
epitel retina, arteri menciut, sel dalam badan kaca dan papil
meradang atau terjadi iritasi, maka sekitar bercak degenerasi ini akan
1. Pencegahan
A dan provitamin A
2. Pemberian kapsul vitamin A
kadar vitamin A dalam tubuh dan memperbaiki kadar zat yang dapat
(Sediaoetama, 2006).
a. Energi
Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein
2006).
c. Lemak
Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal.
(Sediaoetama, 2006).
e. Bentuk makanan
Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel saluran cerna juga
7. Rujukan
M. Prognosis
Prognosis pasien yang mengalami defisiensi vitamin A tergantung
pada gejala yang telah dialami pasien. Pada Xeroftalmia di mata, gejala
2003).
N. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami
terjadi gangguan refraksi mata. Selain itu, gangguan pada retina pun
3. Malnutrisi
Malnutrisi terjadi karena adanya penyakit infeksi (diare,
yang biasanya tidak mau makan jika dalam kondisi sakit. Hal ini
memiliki case fatality rate lebih dari 1%. Pasien ini harus diterapi
sosioekonomi lain.
4. Patomekanisme defisiensi vitamin A secara umum adalah gangguan
tatalaksana medikamentosa
8. Prognosis tergantung kecepatan, ketepatan tindakan serta tingkat
keparahan penyakit
9. Komplikasi defisiensi vitamin A bermacam-macam, baik sistemik
DAFTAR PUSTAKA
Oetama, S. 2008. Vitamin dalam Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi
Jilid I. Jakarta. Dian Rakyat. 2008. Hal. 111-112
Ostler, B. H., 2004. Disease of The Eye & Skin: A color Atlas. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.