Referat Eksisi Kista Ductus Tyroglossus
Referat Eksisi Kista Ductus Tyroglossus
Referat Eksisi Kista Ductus Tyroglossus
dijumpai di daerah leher berkisar 2-4% dari seluruh massa leher. Secara histologis
kista ini memiliki epitel kolumnar seperti di daerah dasar lidah. Terletak pada
bagian tengah/sentral dari leher, biasa dijumpai pada anak-anak namun juga dapat
baru dijumpai saat dewasa setelah kista membesar dan penderita merasa
terganggu.1,2,3,4
sangat besar dapat menyulitkan saat menelan atau terjadi sumbatan jalan
nafas.1,2,3,5,6
sebagai prosedur Sistrunk. Eksisi dari korpus tulang hioid dengan kista pertama
kali diusulkan oleh Schlange pada tahun 1893 (dengan rekurensi 20 persen), tetapi
pada tahun 1920 Sistrunk menjabarkan pertama kali prosedur definitif pada eksisi
kista duktus tiroglosus dengan pengangkatan bagian tengah dari tulang hioid
disertai duktus hingga dasar dari lidah. Tehnik sistrunk dapat menurunkan
1
EMBRIOLOGI DUKTUS TIROGLOSSUS
endokrin pertama yang terbentuk dalam embrio. Pada akhir minggu keempat
gestasi, primordium kelenjar tiroid tumbuh sebagai suatu massa kecil solid
endoderm yang berproliferasi pada foramen caecum yang terletak pada pertemuan
2/3 lidah anterior dan 1/3 lidah posterior. Setelah kopula terbentuk melalui fusi
pada kaudalnya melalui mesenkim pada bagian anteromedial dari arkus faringeus
ketiga dan empat. Kopula menjadi tertutupi oleh eminensia hipofaringeus. Pada
dasarnya bagian faring dari lidah berasal dari bagian sefalad eminensia
Gambar 1.(a) Ilustrasi gambaran pembentukan duktus tiroglossus pada embrio (b)
ilustrasi gambaran perjalanan duktus tiroglosus paten yang berjalan mulai dari foramen
caecum menuju kelenjar tiroid. Kista dapat terbentuk sepanjang jalan ini. 4 (Diambil dari
Chou et al, 2013)
Anlage dari tiroid seringkali turun ventral dari tulang hioid yang sedang
tumbuh dan kartilago laring pada leher dengan tetap berhubungan pada foramen
caecum melalui duktus tiroglossus. Meskipun demikian sebanyak 30% kasus
duktus dapat terletak posterior dari hioid, lokasi yang mempunyai implikasi
penting pada terapi kista duktus tiroglossus. Pada akhir minggu ke-5 kelenjar
tiroid telah terbagi dihubungkan dengan ismus dan duktus tiroglossus mulai atrofi.
Kelenjar tiroid mencapai posisi akhir inferior dari kartilago krikoid pada gestasi
minggu ke-7 dan duktus tiroglossus normalnya mengalami involusi komplit antara
minggu ke-7 dan 10. Pada 50% individu, sisa dari duktus tiroglossus bertahan
sebagai lobus piramidalis dari tiroid dengan proyeksi ke superior. Patensi dari
kista duktus tiroglossus. Pada studi yang dilakukan Horisawa dkk, kista duktus
kemudian bersatu menjadi satu duktus ventral dari tulang hioid pada bagian
kranial (Gambar 2). Pada evaluasi perjalanan duktus superior dari tulang hioid
dindingnya terdapat jaringan kelenjar saliva atau kelenjar tiroid. Epitel skuamous
berlapis cenderung melapisi kista yang berada dekat dengan foramen caecum
sedangkan epitel acinar tiroid melapisi kista yang berada dekat dengan kelenjar
tiroid. Sekresi oleh lapisan epitel setelah infeksi lokal berulang atau inflamasi
dapat berakumulasi membentuk kista duktus tiroglosus (Gambar 3).11,16,17,18
Gambar 3. Kista duktus tiroglosus pada anak usia 8 tahun. 20 (Diambil dari
Bojanovic et al ,2016)
EPIDEMIOLOGI
sekitar 62% dari penderita tersebut dapat memiliki jaringan tiroid ektopik
fungsional. Sebanyak 70% terdiagnosis saat masa kecil dan 7% terdiagnosis pada
saat dewasa. Neoplasma maligna jarang sekali muncul pada kista duktus
papiler yang berasal dari tiroid (85-95% kasus) atau karsinoma sel skuamous (5%
kasus) atau anaplastik dan karsinoma sel Hurtle. Karena kista duktus tiroglossus
seringkali terdiagnosis pada kelompok usia anak-anak, hanya sebagian kecil kista
GAMBARAN KLINIS
massa kistik di tengah leher bagian atas. Massa ini seringkali tidak memberikan
gejala tetapi dapat sedikit mengalami nyeri tekan. Sering sebelumnya pasien
mengalami atau sedang menderita infeksi saluran pernapasan atas. Tidak jelas
adanya kista pada leher yang telah ada sebelumnya. Kista dapat muncul dimana
saja sepanjang duktus tiroglossus mulai dari foramen caecum pada dasar lidah
hingga level cekungan suprasternal (Gambar 4). Pada sebagian besar kasus kista
terletak pada atau sedikit dibawah tulang hyoid berdekatan dengan membran
tirohioid. Kista yang terletak di bawah membran tirohioid jarang terjadi. Hanya
ada dua laporan kasus, satu tentang kista yang mencapai cekungan suprasternal
dan satu lagi kista yang terletak dalam mediastinum superior turun hingga arkus
aorta. Kista yang terletak pada lokasi dalam seperti ini dapat menyebabkan
dapat terletak lebih lateral dan bahkan hingga lateral dari kartilago tiroid (lebih
sering pada sebelah kiri). Kista umumnya menjaga hubungan yang dekat dengan
hioid, membran tirohioid atau kartilago tiroid. Secara klasik kista duktus
tiroglossus bergerak ke atas dengan menelan atau protrusi dari lidah, menjelaskan
adanya hubungan yang erat dengan hioid atau kompleks laring. Bila kista
berukuran besar, hubungan yang erat dari kista dengan kartilago tiroid dapat
tidak melakukan invasi maka tindakan rekonstruksi tidak diperlukan paska eksisi
leher terbanyak, diikuti dengan kista dermoid. Kista dermoid dan kista sebasea
termasuk tulang hioid bila dibandingkan dengan kista duktus tiroglossus. Kista
brankial dapat mirip dengan kista duktus tiroglossus bila terletak lebih medial.
Kista brankial sering memiliki asosiasi dengan saluran sinus atau fistula
sementara kista duktus tiroglossus tidak. Lipoma terletak superfisial dan memiliki
batas yang tidak jelas. Penyebab lain dari massa pada garis tengah leher termasuk
nodul tiroid, hipertrofi lobus piramidalis dari tiroid, limfadenopati pada garis
tengah, tumor kelenjar liur yang terletak di medial, kista sebasea dan malformasi
limfatik.23
PEMERIKSAAN PENUNJANG
meliputi kolloid, makrofag, limfosit, neutrofil, dan sel kolumnar bersilia, tetapi
Pencitraan (Imaging)
tiroid.23,30,31,32
CT
dengan kontras merupakan modalitas pencitraan yang dipilih (Gambar 5). Pada
berbatas jelas dengan atenuasi cairan homogen dikelilingi oleh tepi dengan
diagnosis dari kista duktus tiroglossus dengan menjelaskan hubungan yang dekat
antara kista dengan tulang hioid namun juga memberikan informasi mengenai
Pada pemeriksaan MRI karakteristik air dapat dinilai (gelap pada T1- dan
Ultrasonografi (USG)
USG merupakan modalitas yang sangat berguna pada kelenjar tiroid dan
dapat menunjukkan sifat kistik pada kista duktus tiroglossus tetapi tidak dapat
Pencitraan dengan USG menunjukkan massa dengan batas jelas, dinding tipis,
anechoic atau hypoechoic dengan penyangatan akustik posterior pada garis tengah
leher anterior. Adanya infeksi dapat mengubah gambaran kista duktus tiroglossus
pada USG; dapat terlihat penebalan dinding dan hilangnya gambaran hypoechoic.
TERAPI
dari kista bersamaan dengan ekstensinya hingga dasar lidah. Hal ini dilakukan
dengan cara pengangkatan serta bagian tengah dari tulang hioid yang dikenal
dengan prosedur Sistrunk, dinamai setelah dokter Walter Ellis Sistrunk yang
atau inflamasi saat datang. Pembedahan harus dihindari pada saat fase inflamasi
akut untuk mencegah rekurensi. Kista duktus tiroglossus terinfeksi harus ditangani
infeksi sembuh. Bila infeksi telah berhenti seutuhnya pasien dapat menjalani
prosedur Sistrunk elektif. Insisi drainase hanya boleh dilakukan pada kasus abses
menyebabkan seeding dari sel duktus keluar dari kista sehingga menyebabkan
pilihan antibiotika yang diberikan sesuai kuman mulut terbanyak yaitu spesies
streptokokus dan bakteri anaerob mulut. Bila memungkinkan kultur dapat diambil
dengan aspirasi jarum halus untuk pemeriksaan pengecatan gram, kultur aerob dan
anaerob, pengecatan jamur dan kultur, pengecatan tahan asam dan kultur
Mycobacterium.8
flora mulut. Kasus ringan dapat diberikan antibiotik oral seperti cephalosporin
(500 mg/125 mg per oral tiap 8 jam) atau klindamisin (600 mg per oral tiap 8
jam). Pada kasus yang lebih berat, pemberian cefazolin dikombinasi dengan
PEMBEDAHAN
Persiapan Preoperatif
tiroid ektopik. Sebanyak 57% pasien kista duktus tiroglosus memiliki jaringan
apakah pasien kista duktus tiroglossus memiliki jaringan tiroid pada lokasi
merupakan hal yang esensial karena dapat terlibat dengan penyakit tiroid jinak
atau ganas. Jaringan tiroid ektopik dapat membingungkan dengan kista duktus
USG, dan scan tiroid untuk melihat fungsi jaringan tiroid tambahan.23,30,41
Prosedur Sistrunk
Operasi standar dari kista duktus tiroglossus adalah eksisi kista dan bagian
tengah tulang hioid secara kontinyu dan eksisi bagian tengah jaringan dari hioid
keatas menuju foramen caecum, suatu operasi yang disebut prosedur Sistrunk.
Arborisasi aspek superior dari saluran tiroglossus pada dan di atas tulang hioid
dapat terjadi dan mungkin menjadi penyebab rekurensi. Rekurensi paska prosedur
Sistrunk jarang terjadi. Pada kasus rekurensi, pengulangan dari prosedur Sistrunk
atau prosedur Sistrunk extended dapat dilakukan. Eksisi dari kista dilakukan
dengan membuat cuff dari jaringan sekitar dan strap muscle untuk mencegah
bocornya kista yang mempunyai implikasi terhadap rekurensi kista dan untuk
membantu mengurangi ukuran kista dan pada kasus tertentu dapat membantu
identifikasi karsinoma kista duktus tiroglossus bila bagian yang solid dapat
Pasien diposisikan terlentang dengan leher ekstensi. Insisi dilakukan sesuai lokasi
dari massa yang teraba mengikuti lipatan kulit leher atas. Panjang insisi dibuat
agar cukup untuk dilakukan eksisi dari kista dan memberikan akses menuju tulang
hioid. Massa yang teraba ditunjukkan pada Gambar 6. Insisi dibuat diatas massa
pada level membran tirohioid. Insisi diperdalam melewati platisma kemudian flap
fasia servikalis profunda. Diseksi pada jaringan lunak sekitar kista duktus
(Gambar 7).43
Kista yang besar memiliki dinding tipis dan rentan untuk robek pada saat
(Gambar 8). Tulang hioid yang berdekatan dengan kista ditelanjangi dari otot-
otot yang menempel dengan electrocautery (Gambar 9). Sepertiga tengah tulang
hioid diangkat menggunakan pemotong tulang menyisakan cornua pada sisi kanan
dan kiri (Gambar 10). Saluran tiroglossus biasanya berjalan di garis tengah pada
aspek posterior dan terlihat pada pemeriksaan CT preoperatif. Setelah tulang hioid
diangkat, bagian tersebut dipegang menggunakan klem Ellis dan ditarik dengan
halus untuk melihat jaringan lunak yang menempel pada massa kistik.43
Gambar 8. Strap muscles infrahioid
disibak.43 (Diambil dari Shah J P et al,
2012)
Pada tahap ini, pencarian dari saluran duktus tiroglossus harus dilakukan
dengan teliti dan diikuti ke arah sefalad sejauh mungkin (Gambar 11). Setelah
kaudal dan saluran tiroglossus diikuti ke atas pada muskulatur dasar lidah jika
membran tirohioid dan bagian tengah dari ruang preepiglotis yang terlihat karena
pengangkatan bagian tengah tulang hioid. Drain penrose kecil diletakkan pada
lapangan operasi dan dikeluarkan pada ujung insisi. Lapangan operasi ditutup
dengan dua lapis menggunakan benang 3-0 absorbable jahitan interrupted pada
platisma dan benang 5-0 non-absorbable untuk kulit. Drain dilepas ketika cairan
serosanguin sudah minimal. Jahitan kulit dapat dilepas pada akhir minggu
pertama.43
Gambar 11. Kista ditarik ke arah kaudal.43 (Diambil dari Shah J P et al, 2012)
Gambar 12. Lapangan operasi paska eksisi kista.43 (Diambil dari Shah J P et al, 2012)
Sistrunk klasik tidak membahas bagian infrahioid dari duktus tiroglossus. Selain
itu, duktus tiroglossus bukan merupakan suatu struktur tabung yang lurus tetapi
juga memiliki potensi arborisasi ekstensif pada semua level. Dua fakta penting
buku ajar. Maka dari itu operasi yang lebih komprehensif harus meluas ke lateral
dari wilayah duktus utama meliputi bongkahan jaringan dari bagian infrahioid.
Eksisi yang lebih luas ini dianjurkan untuk menangani kasus rekurensi.44,45,46
Insisi kulit horizontal biasanya dibuat pada level ismus dari tiroid, tetapi
lokasi tepat ditentukan oleh pembengkakan atau fistula di kulit yang harus
dilibatkan pada eksisi. Diseksi dilanjutkan ke bawah menuju ismus dari kelenjar
tiroid diantara strap muscle (Gambar 13). Dimulai dari aspek superior ismus,
bongkahan jaringan yang berisi sisa saluran dan bagian medial strap muscle yang
berdekatan dieksisi berlanjut ke atas ke arah kista dan tulang hioid (Gambar 14).
Kista dieksisi secara kontinyu dengan tulang hioid sepertiga tengah. Diseksi en
bloc berlanjut meliputi jaringan hioid meluas ke superior hingga sisa duktus
tiroglossus pada sekitar dasar submukosa lidah. Diameter jaringan yang diambil
ditentukan dengan melibatkan cuff yang lebar dari jaringan normal di sekitar
saluran yang terlihat. Idealnya dasar dari lidah tidak boleh ditembus (Gambar
15). Kedalaman diseksi adalah hingga bidang pretrachea. Diseksi en bloc penting
untuk memastikan tidak ada sisa duktus yang tertinggal. Drain dipertahankan di
operasi sistrunk ulang dan diseksi luas leher sentral. Tujuan dari prosedur ini
adalah eksisi komplit dari duktus tiroglossus mulai dari kelenjar tiroid menuju
dasar lidah superior dan posterior dari tulang hioid. Metode ini meliputi
pengangkatan jaringan en bloc dari lokasi ini untuk mencakup saluran duktus
tiroglossus yang bervariasi. Karena terjadi perdebatan antar ahli bedah dalam hal
jumlah jaringan sekitar mengelilingi sisa duktus tiroglossus yang harus diambil,
maka beberapa variasi prosedur untuk kista duktus tiroglossus rekuren telah
diusulkan.47,48
memberikan akses langsung terhadap jaringan diantara tulang hioid dan foramen
jumlah jaringan yang dapat diprediksi pada area ini. Dengan metode ini ahli bedah
menghindari cedera pada struktur normal (contoh, arteri dan nervus lingualis,
nervus hipoglossus, dll). Prosedur ini memberikan eksisi terarah dari bagian
tengah jaringan muskular untuk diangkat dari tulang hyoid melalui foramen
caecum.47
orofaring pada foramen caecum (Gambar 16). Benang permanen ukuran besar
dilewatkan melalui jarum spinal dan ujung benang diambil transoral. Jarum
benang dipotong, sebuah bantalan terdiri dari potongan kateter karet merah ditali
pada benang yang berada dalam mulut, yang kemudian ditarik ke dalam cavum
oral melalui traksi dari benang bagian transkutan. Ujung bebas dari benang sisi
oral dibiarkan panjang agar bisa ditempelkan di wajah untuk melepas bantalan
benang sebagai alat traksi, muskulatur dasar lidah dapat ditarik langsung menuju
lapangan operasi. Traksi dari benang dijaga agar tetap tegang. Eksisi komplit 1-
1.5 cm bagian tengah dari muskulatur dasar lidah dapat dilakukan disekitar
benang secara kontinyu dengan mukosa foramen caecum untuk mengangkat sisa
penutupan eversi mukosa. Sisa defek paska pembedahan ditutup lapis demi lapis.47
mengalami arborisasi di atas dan di bawah tulang hioid. Hal ini dapat
yang digunakan tidak cukup luas karena cabang-cabang dari duktus ke lateral,
superfisial atau profunda dari spesimen pembedahan masih tersisa. Selain itu
terdapat beberapa laporan duktus tiroglossus memiliki deviasi saluran dari garis
tengah. Bukti histologi yang persuasif terhadap saluran yang multipel dan adanya
Central neck dissection dibatasi ke lateral oleh sisi medial dari otot
sternokleidomastoid, inferior oleh kelenjar tiroid dan superior oleh dasar lidah.
Spesimen diseksi leher meliputi bagian tengah dari tulang hioid, strap muscle
limfonodi (Gambar 18). Setelah specimen central neck dissection diambil, bagian
yang tersisa dari kompartemen anterior leher adalah lapisan fascia pretrachea di
membran tirohyoid dan ruang preepiglotis. Sarung karotis dan isinya tidak
Gambar 18. Foto operasi dari spesimen en bloc central neck dissection.
Spesimen menempel pada dasar lidah di atas skeletonized trachea dan
laring.49 (Diambil dari Kim M et al, 1999)
Gambar 19. Gambaran anatomi cross-sectional dari isi en bloc central neck
dissection beserta kompartemen dari fasia pada level cincin trachea
pertama.49 (Diambil dari Kim M et al, 1999)
elips dibuat mengelilingi bekas insisi transversal lama meliputi saluran fistula
(jika ada). Flap subkutan tebal dielevasi ke arah superior beberapa sentimeter di
atas tulang hioid dan inferior sedikit di bawah kartilago krikoid. Otot sternohioid
dan sternotiroid dipotong pada level krikoid dan diseksi dalam dimulai dari fasia
pretrakeal sefalad dari kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid dipreservasi dan diretraksi
sefalad hingga superfisial dari kartilago krikoid dan tiroid. Hati-hati dalam
preservasi otot krikotiroid dan jangan sampai masuk ruang krikotiroid. Sefalad
dari cekungan tiroid, fasia di atas ruang preepiglottis diidentifikasi. Pada level
tulang hioid, seringkali didapatkan jaringan parut tebal antara spesimen dengan
superior kelenjar tiroid hingga level tulang hioid. Setelah spesimen central neck
dissection diangkat, leher ditutup dengan mendekatkan fascia dari tepi atas
kartilago tiroid ke muskulatur dasar lidah kemudian memasang drain Penrose dan
dapat menyebabkan defek kosmetik. Hasil estetik pada anak-anak lebih bagus
jaringan lunak yang hilang. Pengangkatan dari strap muscle juga dapat
pertimbangan terapi mengenai luasnya eksisi jaringan sekitar pada penyakit yang
sebagian besar jinak ini tetap menjadi perdebatan. Rekurensi disebabkan oleh
eksisi inkomplit, khususnya pada daerah hioid dan suprahioid tetapi dapat juga
duktus tiroglossus dan sinus harus diperhatikan dalam menangani kasus rekuren.
Prosedur Sistrunk mungkin tidak dapat mengangkat secara komplit semua duktus
yang mengalami arborisasi karena eksisi anterior yang terbatas. Mickel dan
Callatera pertama kali mengenali pentingnya eksisi dari semua saluran dan
melakukan wide anterior neck dissection pada empat pasien dengan kista duktus
tiroglossus rekuren.46,49,52,53
Operasi dimulai dengan pasien posisi terlentang dan leher ekstensi. Insisi
transversal dibuat pada level kista. Bila terdapat sinus pada kulit , insisi elips luas
subplatisma dibuat ke arah superior hingga level tulang hioid dan inferior hingga
cekungan sternum. Diseksi dimulai dari inferior dengan melepaskan otot otot
bidang di bawah fascia pretrakeal di atas trakea, kelenjar tiroid, kartilago krikoid
dan tiroid, dan membran tirohioid kemudian berlanjut superior menuju tempat
menempelnya otot sternohioid pada tulang hioid. Otot tirohioid turut disertakan
dalam diseksi ini. Batas lateral diseksi adalah batas lateral otot sternohioid. Bila
pada operasi sebelumnya belum dieksisi, bagian tengah tulang hioid sepanjang 3
memberikan tekanan ke bawah pada lidah melalui kavum oris dan jaringan
berbentuk wedge direseksi dari pangkal lidah dengan melibatkan foramen caecum.
Spesimen diangkat secara en bloc, bila terdapat saluran sinus maka spesimen
harus melibatkan kulit bentuk elips yang diinsisi bersamaan dengan platisma dan
dissection. Sebuah drain diletakkan dan leher ditutup dua lapis dengan
juga melaporkan jaringan parut dan dermatitis local sebagai sequelae jangka
panjang pada anak-anak. Tension pada daerah menutupnya kulit juga merupakan
hal yang harus diwaspadai terutama bila dilakukan eksisi elips luas dari kulit pada
yang paling efisien untuk kista duktus tiroglossus karena efisiensi biaya,
kemudahan akses, dan tidak invasif. Setelah menyingkirkan adanya kelenjar tiroid
yang memanfaatkan kartilago tiroid, membran tirohioid dan ruang hioid posterior
sebagai daerah acuan untuk menghasilkan prosedur yang sistematis, terutama bagi
primer tetap merupakan tantangan bagi ahli bedah. Rekurensi paling sering
daerah dasar lidah. Sebagai konsekuensi, eksisi lokal yang diperluas atau eksisi
46. Patel N.N., Hartley B.E. & Howard D.J. Management of thyroglossal tract
disease after failed Sistrunks procedure. J. Laryngol. Otol. 2003; 117: 7102
47. Perkins J, Inglis F, Sie K et al. Recurrent Thyroglossal Duct Cyst: a 23-Year
Experience and a New Method for Management. Ann Otol Rhinol Laringol
2006; 115:850-6
48. Ducic Y,Chou S, Drkulec J, Ouellette H, Lamothe A. Recurrent thyroglossal
duct cysts: a clinical and pathologic analysis. Int J Pediatr Otorhinolaryngol
1998;44:47-50
49. Kim M, Pawel B, Isaacson G. 1999. Central Neck Dissection for the
Treatment of Recurrent Thyroglossal Duct Cyst in Childhood. Otolaringol
Head Neck Surg 1999;121:543-7
50. Hollinshead WH. Anatomy for surgeons the head and neck. 3rd ed.
Philadelphia: Harper & Row Publishers; 1982. p. 271-8.
51. Netter HF. Atlas of human anatomy. West Caldwell (NJ): CIBA Geigy
Medical Education; 1989. p. 21-7
52. Oneil L, Gunaratne D, Cheng A, Riffat F. 2016. Wide Anterior Neck
Dissection for Management of Recurrent Thyroglossal Duct Cyst in Adults. J
Laringol Otol 2016; 130 (Suppl. S4) S41-4
53. Mickel RA, Calcaterra TC. Management of recurrent thyroglossal duct cysts.
Arch Otolaryngol 1983;109:346