KAPSUL
KAPSUL
KAPSUL
Oleh :
Nandan Gilang C 122210101001
Prima Nanda P 122210101107
Mirzatus Solicha 132210101047
Amelia Kusuma D 142210101009
Fitri Fauziah 142210101102
Adelia Anastasy D 152210101050
Ikhar Ridho D 152210101091
Meranti Bekti Pertiwi 152210101117
Ivonne Savira S 152210101124
Fadhilah Rachman 162210101111
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
SEJARAH KAPSUL
Kapsul, dari bahasa Latin, capsula, kotak kecil. Kapsul telah digunakan sejak abad
19. Banyak sediaan baru diciptakan agar obat lebih enak dikonsumsi. Sediaan yang paling
diminati adalah kapsul kali di perkenalkan oleh F.A.B .Mothes , mahasiswa dan Dublanc,
seorang farmasis. Paten mereka diperoleh pada tahun 1838. Pada tahun 1839 di Paris, Garot
menciptakan produk salut lapis tipis, pil salut gelatin. Pada tahun 1846 famasis paris lainnya
J.C. Lebhubby mematenkan kapsul 2 bagian yang sampai saat ini masih digunakan. Dan pada
tahun 1847 kapsul keras diperkenalkan oleh Murdock dari Inggris.
DEFINISI KAPSUL
Menurut farmakope Indonesia Edisi IV, sediaan kapsul adalah campuran kering bahan
obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk
pemakaian luar. Kapsul (FI,III) adalah bentuk sediaan obat terbungkus cangkang keras dan
lunak. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai (Depkes RI, 1995).
Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak.
Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan cepat segera
diabsorbsi (diserap) usus.
Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacammacam bahan obat
dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien.
Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada
pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.
Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan
penguapan
Menurut FI ed. III, Kapsul disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, sebaiknya diberi
zat pengering dan diletakkan ditempat yang sejuk. Cangkang kapsul keras kelihatannya keras,
tetapi sebenarnya masih mengandung air dengan kadar 10-15% (FI ed. IV dan FI ed. V) dan
12-16% menurut literatur lain. Bila disimpan ditempat yang lembab, cangkang kapsul akan
melunak dan lengket satu sama lain serta sukar dibuka karena kapsul dapat menyerap air dari
udara yang lembab. Sebaliknya, bila disimpan ditempat yang terlalu kering, kapsul itu akan
kehilangan kandungan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah.
1. Mengandung campuran eitecticum (memiliki titik lebur lebih rendah daripada titik
lebur semula pada zat yang dicampur) sehingga menyebabkan kapsul rusak atau
lembek. Hal ini diatasi dengan menambahkan baha yang inert pada masing-masing
bahan, baru kedua bahan dicampurkan.
2. Mengandung zat yang higroskopis. Serbuk yang mudah mencair seperti KI, NaI,
NaNO2 akan merusak dinding kapsul sehingga mudah rapuh karena meresap air dari
cangkang kapsul. Sehingga penambahan bahan inert dapat menghambat proses ini.
3. Serbuk yang mempunyai bobot jenis ringan atau berbentuk kristal harus digerus
terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam kapsul.
4. Bahan cairan kental dalam jumlah sedikit dapat dikeringkan dengan menambahkan
bahan inert baru dimasukkan ke dalam kaspul.
2. Waktu Hancur :Memenuhi syarat FI, jika waktu hancurnya tidak lebih dari 15 menit.
3. Keseragaman Sediaan : Terdiri atas keragaman bobot untuk kapsul keras dan keseragaman
kandungan untuk kapsul lunak.
4. Uji Disolus : Dilakukan untuk kapsul gelatin keras.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.1979.Farmakope Indonesia III.Departemen Kesehatan RI.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV .Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Indonesia, D. K.1979. Farmakope Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Indonesia, D. K.1994. Farmakope Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Indonesia, D. K.2014. Farmakope Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Syamsuni, H.2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Penerbit Kedokteran
EGC.
Syamsuni, A.2007. Ilmu Resep.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Syamsuni, H. A.2013.Ilmu Resep.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC