Makalah Parpol
Makalah Parpol
Makalah Parpol
Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 6
C. Tujuan......................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................7
A. Pengertian Partai Politik..................................................................... 7
B. Badan Hukum Partai Politik.............................................................. 13
C. Fungsi Partai Politik dan Negara Hukum........................................ 14
D. Sejarah Partai Politik.......................................................................... 18
BAB V PENUTUP 58
A. Kesimpulan 58
B. Saran 59
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penguasa akan hak warga Negara untuk berbeda pendapat. Bahkan partai
kekokohan partai politik yang dimiliki. Partai politik, sebaiknya hanya dapat
keberadaan suatu partai politik dalam suatu sistem politik akan dapat
yang menjadi titik perhatian disini adalah untuk dapat berkompetisi secara
1
Oleh karena itu, sistem kepartaian yang baik sangat menentukan
ini tentu berkaitan erat dengan dinamika pertumbuhan tradisi dan kultur
Tentu saja, partai politik adalah merupakan salah satu saja dari
samping partai politik, bentuk ekspresi lainnya terjelma juga dalam wujud
politik yang demokratis, efektif sekaligus stabil adalah antara lain sebagai
berikut: Pertama, melalui proses Pemilu yang luber; Kedua, bersifat bebas
2
maupun militer; Ketiga, berakar dan mendapat dukungan luas dari
dijadikan patokan dalam melihat kepartaian pada masa Orde Baru. Seperti
yang diketahui bersama, partai-partai hasil fusi dibawah Orde Baru adalah
kebebasan yang di atur dalam Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 yang
mengeluarakan pendapat.
3
orang. Pembentukan partai partai politik baru pun bermunculan setelah
umum tahun 1999. Hal ini terbukti dengan hadirnya 48 partai politik yang
tahun 1945. Pada pemilihan umum tahun 2004 ini, jumlah partai politik
yang ikiut berpartipasi hanya berjumlah 24 saja. Jumlah ini setengah dari
jumlah partai yang ikut pada pemilihan umum pada tahun 1999. Hal ini
diri dengan partai politik lain yang memiliki persamaan ideologi, visi, dan
terdapat pula partai politik lain yang bubar yang disebabkan adanya
tidak perlu lagi menggabungkan diri lagi dengan partai politik lainnya untuk
4
Telah dijelaskan diatas bahwa partai politik merupakan hal yang
Artinya dalam menciptakan Negara demokrasi yang kuat dan kokoh maka
harus di tunjang dengan partai politik yang berkualitas. Maka jika hal ini di
harapkan maka partai politik tidak boleh banyak jumlahnya. Oleh karena
itu, dalam menuju pemilihan umum jangan melihat dari kuantitas partai
aktualisasi diri bagi pendiri partai politik itu. Jika hal ini terjadi maka partai
partai itu.
berserikat itu sendiri yang telah diatur dalan UUD 1945. Oleh karena itu,
pembubaran partai politik yang adil antara pribadi pendiri partai politik
dalam hal ini warga Negara Indonesia dan pemerintah sebagai penguasa.
5
B. Rumusan Masalah
yang di teliti seperti yang tertuang dalam rumusan masalah berikut ini :
Politik?
penguatan Demokrasi. ?
C. Tujuan
Negara.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. PARTAI POLITIK
Partai politik terdiri dari 2 (dua) kata yaitu partai dan politik.
Partai sendiri bersal dari bahasa latin yaitu partie yang bermakna
dari sestem itu dan melaksanakan tujuan itu. Sehingga partai politik
Negara baik secara lansung maupun tidak lansung serta ikut pada
7
Pengertian partai politik telah banyak dikemukakan oleh para ahli
dengan melihat partai politik dari sudut teori dan praktek di setiap Negara.
tersebut, namun tujuan yang ingin dicapai oleh partai politik tersebut
politik adalah:
8
Defenisi partai politik juga di kemukakan oleh, Sigmund Neumann
perwakilan rakyat.
demokratis.
9
politik merupakan asosiasi warga Negara yang karena itu partai politik
politik tesebut tidak dapat beranggotakan dari badan hukum yang lain.
Oleh karena itu, yang dapat menjadi anggota partai politik tersebut adalah
mendefenisikan :
memperoleh kekuasaan dengan dua cara yaitu dengan ikut serta dalam
detat).
Secara umum partai politik antara lain adalah suatu kelompok yang
Mc Andrews, 1986:16).
11
yang berusaha agar kemauan politiknya dilaksanakan, karena ini hanya
berbeda antara satu dengan yang lainnya namun secara umum partai
12
B. Badan Hukum Partai Politik
dalam suatu kesatuan yang tidak dapat dibagi itu,tetapi juaga sebagai
Adapun teori yang dikemukakan oleh A. Brinz dan F.J Van der
merupakan badan yang mempunyai hak atas kekayaan tertentu yang tidak
dimiliki oleh setiap subjek manusia manapun yang dibentuk untuk tujuan
hukum.
hukum adalah badan yang mempunyai harta yang berdiri sendiri yang
13
C. Fungsi Partai Politik dan Negara Hukum
diatur secara tegas dalam Pasal 11 Bab V UU No.2 Tahun 2011 tentang
agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan
bernegara;
masyarakat ;
kesejahtraan dan
keadilan gender.
dewasa.
14
generasi berikutnya.
Pada partai politik, peran sebagai salah satu alat asosiasi politik
turut aktif dalam kegiatan politik dan menjadi anggota politik. Dalam hal ini
dalam bidang politik untuk menjadi anggota partai politik untuk selanjutnya
dikader oleh partai dengan harapan dapat berprestasi dalam bidang politik
sebagainya,
policy).
Fungsi ini pada umumnya dilakukan oleh partai politik yang tidak
Oleh karena itu, partai-partai yang kalah tersebut biasanya berlakon dalam
stu wadah untuk berlakon sebagai oposisi. Partai oposisi ini, pada
17
D. Sejarah Partai Politik
Awalnya, Partai Politik lahir di negara-negara di Eropa Barat
merdeka.
Kehadiran partai politik pada masa permulaan merupakan
Muhammad Yamin.
Di luar dewan rakyat ada usaha untuk mengadakan
di Indonesia.
19
Masa pendudukan Jepang
Masyumi, PNI, NU dan PKI. Masa tahun 1950 sampai 1959 ini
(Nasional, Agama dan Komunis) yang diwakili oleh NU, PNI dan
PKI. Pada masa Demokrasi Terpimpin ini nampak sekali bahwa PKI
pemenang partai diikuti oleh 3 partai politik besar yaitu NU, Parmusi
partai politik. Empat partai politik Islam, yaitu : NU, Parmusi, Partai
Politik.
komunis/otoriter.
Contoh: Kuba, China, Korea Selatan
2 Dwipartai
Di negara yang menganut sistem ini, ada 2 partai dalam
suatu negara
Contoh: Amerika
Pemerintah
Republik Oposisi
Demokrat
22
3 Multipartai
Ada banyak partai politik dalam satu negara. Biasanya
Agama
Contoh: Masyumi, Nadhatul Ulama, Partai Bulan
bubar.
24
2. Berdasarkan sikap anggota partai
a. Radikal
Yaitu Partai Politik yang ingin melakukan perubahan
reformasi.
c. Konservatif
Partai politik yang tidak ingin melakukan perubahan,
ada.
d. Status Quo
Partai politik yang juga tidak ingin melakukan
dengan Penguasa.
e. Reaksioner
Yaitu partai politik yang ingin melakukan perubahan,
masa lalu.
25
3. Berdasarkan fungsi
a. Kader
Yaitu partai politik yang merekrut anggota politik
mempunyai sejarah cukup panjang meskipun juga belum cukup tua. Bias
Indonesia yang dinamis dan sedang berubah. Jika kapasitas dan kinerja
partai politik dapat ditingkatkan, maka hal ini akan berpengaruh besar
karena itu, peran partai politik perlu ditingkatkan kapasitas, kualitas, dan
26
baru bermunculan. Hal ini tampak dari banyaknya partai politik yang
mendaftarkan diri untuk mengikuti pemilu 1999 yang mencapai 141 partai
mendaftar di Departemen Hukum dan Ham menjadi 209 partai politik. Hal
partai politik relative mudah. Oleh krena itu banyaknya partai politik yang
Seperti yang nampak di hadapan mata, saat ini peran partai politik
kondisi partai politik saat ini tidak ubahnya sebagai "ladang", untuk
anggota partai politik, maupun para wakil rakyat yang membuat Undang-
27
dari sebuah mekanisme politik alias sistem politik yang membuat partai -
partai politik mau tidak mau berlaku demikian. Biaya pemilu yang mahal,
Partai Politik menentukan bahwa Partai politik didirikan dan dibentuk oleh
Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dengan akte
Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28E ayat (3) yang berbunyi bahwa
28
setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat .
dimaksud oleh Pasal 28E ayat (3) juncto Pasal 28 UUD 1945 tersebut
aspirasi atas ide-ide yang dislurkan dengan cara kerja sama dengan orang
29
Adapun syarat-syarat pembentukan partai politik yang diatur dalam
Partai Politik menentukan bahwa Partai politik didirikan dan dibentuk oleh
Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dengan akte
di dirikan dan dibentuk dan didirikan oleh paling sedikit 30(tiga puluh)
warga Negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun
atau sudah menikah dari setiap provensi pada undang undang terdahulu
cukup dengan 50 orang saja sementara pada revisi baru ini menjadi 30
orang setiap provinsi atau Setiap Partai Politik Harus mewakili 75 persen
31
pembatasan partai politik baru mengantisipasi membengkaknya jumlah
politik dari Menkumham di tahun 2008. Termasuk juga semua perpol yang
memiliki wakil di DPR RI. Kewajiban atas ketentuan ini dilakukan dengan
2,5 tahun sebelum hari H pemilu. ( saat ini parpol yang berbadan hukum
berjumlah 74 parpol)
32
kesempatan kepada semua partai politik untuk menyiapkan diri lebih awal
mendaftarkan pada Kementrian hukum dan ham sesuai pasal 2 ayat (1a)
yang berbunyi partai politik sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
didaftarkan oleh paling sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang mewakili
seluruh pendiri partai politik dengan akta notaries dan tentunya untuk
dasar 1945 pada pasal 27 dengan tegas menyatakan bahwa semua orang
konvensi hak politik perempuan pada 1952 dan telah di rativikasi oleh DPR
33
diskriminasi hak ini telah dilaksanakan pada pemilu 1955, sebelum
dapat dipilih untuk semua badan elektif yang diatur dengan hukum
pasal 65 (1): setiap partai politik peserta pemilu dapat mengajukan calon
asas dan tujuan partai politik. Asas partai politik dan cirinya tidak boleh
34
bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3. Asas dan cirri partai politik sebagaimana dimaksud
ayat (1) dan ayat (2) merupakan penjabaran dari Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
dalam pasal 10 ayat (1), ayat (2),dan ayat (3) UU No. 2 Tahun 2011
36
H. Fungsi dan peran partai politik dalam rangka menguatkan
pelaksanaan demokrasi.
37
kuat dan teratur, maka semua golongan dan asosiasi yang
ini.
38
Ajaran Negara berdasarkan atas hukum mengandung asensi
Negara dan pemerintah untuk tunduk pada hukum (subject to the law).
Tak ada kekuasaan di atas hukum (under the rule of law). Dalam
wenagan.
rakyat. Hal ini karena kata demokrasi berasal dari Negara Yunani yang
terdiri dari 2 (dua) kata yaitu demos yang berarti rakyat dan cratein yang
berarti kekuasaan .
asasi tersebut.
luas.
pecah dapat di konsilidasikan dalam satu front). Oleh karena itu, proses
Oleh karena itu, harus ada langkah-langkah kongkret yang harus dimulai
dari hari ini sampai dengan pemilihan umum periode selanjutnya di tahun
2019.
Berikut ini adalah beberapa gagasan penulis bagi partai politik untuk
memperoleh simpati masyarakat/rakyat pada pemilu tahun 2019 :
41
Sebagai salah satu institusi demokrasi yang memegang peranan penting
dalam proses demokrasi, maka partai politik harus dapat menempatkan
posisinya secara aktif dan kreatif dalam rangka menjalankan fungsi dan
tugasnya sebagai representation of idea. Partai politik, bersama-sama
dengan institusi demokrasi lainnya seperti lembaga eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan pers, harus secara konsisten melaksanakan tugas dan
fungsi-fungsinya baik pada masa persiapan pemilihan umum (pre election)
maupun pada masa setelah pemilihan umum (post election).
Pada masa sebelum pemilihan umum sampai dengan pelaksanaan
pemilihan umum partai politik bertugas untuk memperoleh suara
sebanyak-banyaknya untuk memperoleh jumlah kursi yang banyak di
lembaga legislatif pada semua tingkatan, mulai dari DPR RI, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Sedangkan pada masa pasca
pemilihan umum sampai dengan pelaksanaannya di periode selanjutnya,
partai politik idealnya tetap harus melakukan kegiatan-kegiatan yang
diarahkan pada tujuan organisasi dan mempersiapkan diri untuk
menghadapi pemilihan umum di periode selanjutnya.
Berikut adalah salah satu gambaran mengenai tindakan/hal-hal yang
harus dilakukan jajaran struktural partai terhadap suatu
fakta/kejadian/issue di masyarakat:
Di Desa A, Kecamatan B, yang menjadi wilayah Kabupaten C pada
Provinsi D ditemukan salah satu warga masyarakat yang mengalami GIZI
BURUK. Terhadap situasi demikian, maka jajaran struktural di tingkat
DESA harus mengadakan komunikasi dengan jajaran pengurus Desa yang
bersangkutan melalui Kepala Desa (karena Desa merupakan walah satu
wilayah yang otonom) untuk membicarakan solusi mengenai
permasalahan yang terjadi di tingkat Desa tersebut. Jika di tingkat Desa
tidak menemukan solusi berarti, maka jajaran struktural parpol di tingkat
Desa/Kelurahan langsung memberikan laporan resmi atas situasi yang
terjadi di desa tersebut kepada jajaran struktural di tingkat Kecamatan,
atau lazim disebut Pengurus Anak Cabang. Di tingkat Kecamatan,
pengurus PAC partai melakukan komunikasi dengan jajaran pimpinan
Kecamatan melalui Camat untuk mencari solusi atas situasi GIZI BURUK
42
yang dialami oleh warga Desa A yang menjadi bagian wilayah Kecamatan
B. Jika di tingkat Kecamatan dicapai suatu penyelesaian, maka
penyelesaian tidak dilanjutkan pada tingkat Kota/Kabupaten, namun
proses penyelesaian tetap dilaporkan kepada jajaran pengurus di tingkat
Kota/Kabupaten dan Provinsi. Namun jika pada tingkat Kecamatan tidak
ditemukan solusi atas permasalahan tersebut, maka penyelesaian
dilanjutkan ke tingkat Kota/Kabupaten melalui Walikota/Bupati beserta
jajaran instansi yang terkait di tingkat administrasi pemerintahan
Kota/Kabupaten, dan seterusnya sampai tingkat Provinsi atau bahkan
sampai tingkat nasional.
Kegiatan-kegiatan parpol di atas harus dilakukan oleh :
1. Seluruh jajaran struktural partai politik pemenang pemilu legislatif
dan/atau pemilihan presiden (beserta koalisi parpol pendukungnya);dan
bahkan
2. Seluruh jajaran struktural Partai politik yang kalah dalam pemilu legislatif
dan pilpres sehingga menempatkan diri menjadi OPOSISI.
Bagi parpol yang menang, maka seluruh jajaran struktural partai menjadi
pendukung utama dari Pelaksana Fungsi Eksekutif (pemerintah) yang
berasal dari parpolnya, dengan kata lain menjadi pengawas dan
pendorong pelaksanaan program-program pemerintah yang notabene
berasal dari kader-kader partainya.
Sedangkan bagi parpol yang berkedudukan sebagai OPOSISI, maka
jajaran struktural partai di berbagai tingkatan menjadi lembaga
penyeimbang dan bahkan menjadi kelompok penekan yang mengawasi
kinerja pemerintah (eksekutif) yang berkuasa dalam suatu periode
tertentu. Menjadi OPOSISI bukan hanya terdapat di dalam Lembaga
Legislatif saja, namun juga dilakukan dalam konteks pelaksanaan
kekuasaan eksekutif.
Sebagai suatu unsur utama dalam kehidupan demokrasi,maka OPOSISI
merupakan TUGAS bagi parpol yang berbeda haluan dan pandangan
dengan parpol pemenang pemilu. Karena merupakan suatu tugas,maka
OPOSISI harus secara LOYAL dan AKTIF melakukan PENGAWASAN dan
dalam situasi yang memang memungkinkan harus menjadi pendukung
utama dari program pemerintah berkuasa bila suatu program atau
kebijakan publik tersebut memang layak atau harus untuk didukung.
43
Dalam konteks ini sebenarnya PARTAI POLITIK memiliki fungsi yang
sangat luas dan seharusnya mempengaruhi kehidupan sosial politik di
suatu negara demokrasi. Partai politik dengan kekuatan warga
partai/konstituen dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah (pemerintah
dalam arti sebagai pemegang kekuasaan eksekutif, salah satu fungsi
dalam trias poilitica yang dikemukakan Rosseau), dan bahkan kebijakan
lembaga legislatif melalui kader-kader partai yang duduk di dalamnya,
selama hal tersebut didasarkan pada KEMASLAHATAN SELURUH
RAKYAT atau didasarkan pada KEPENTINGAN RAKYAT.
Dari uraian singkat di atas, maka nampak bahwa partai politik memiliki
peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Karena fungsi yang sangat strategis tersebut maka sudah menjadi suatu
keharusan bagi satiap partai politk untuk melakukan perbaikan-perbaikan
dari berbagai sisi, salah satu diantaranya adalah perbaikan dari aspek
struktural partai agar setiap jajaran struktural partai menempatkan dirinya
secara aktif sebagai bagian utuh dari sistem politik dan sistem
kemasyarakatan secara holistik, sehingga di masa yang akan datang
partai politik akan menjadi suatu lembaga;saluran;sarana;wadah;tempat
bagi rakyat untuk berkeluh kesah mengenai segala permasalahan yang
terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara dan dapat
menjadi saluran komunikasi dengan berbagai pihak dalam kehidupan
nyata.
Salah satu hal penting dalam perbaikan fungsi struktural internal partai
adalah dengan mewajibkan seluruh PIMPINAN PARPOL pada berbagai
tingkatan struktural untuk selalu TURUN kepada masyarakat dan selalu
berhubungan dengan masyarakat, tanpa terkecuali. Dari mulai tingkat
yang paling atas sampai jajaran struktural parpol yang paling bawah,
tentunya berdasarkan jenjang kepengurusan yang ada, struktur yang
berada di tingkat yang paling bawah akan selalu berhadapan dengan
masyarakat secara langsung. Hal itu berkaitan dengan
WILAYAH/TERITORIAL yang luasnya tidak terlalu besar dengan jumlah
masyarakat yang tidak terlalu banyak juga. Namun jajaran struktural parpol
yang di level atas pun harus secara aktif terjun di tengah-tengah
masyarakat untuk memperkuat kerja jajaran struktural di level bawah.
Reward and punishment dari parpol menjadi sangat penting dalam hal ini.
44
Harus disadari bahwa dalam konteks TERITORIAL/WILAYAH administrasi
struktural partai, jajaran struktural yang lebih tinggi tidak memiliki
kemampuan untuk mengelola konstituen partai secara langsung,
kemampuan tersebut dimiliki oleh jajaran struktural yang paling bawah.
Kemampuan jajaran sruktural yang paling bawah dalam melakukan
pengelolaan TERITORIAL dan PERSONEL (konstituen) menjadi sangat
penting dibandingkan jajaran struktural di tingkat Kota / Kabupaten dan
level di atasnya, karena mereka bersinggungan langsung dengan
konstituen orang-per orang.
Dalam situasi seperti itu maka jajaran struktural berdasarkan kewenangan
yang dimilikinya melalui AD/ART Partai dan/atau Peraturan Organisasinya
wajib melakukan pembinaan-pembinaan TERITORIAL & PERSONEL
(Konstituen) terhadap jajaran struktural di tingkat bawah. Secara kongkret
adalah bahwa jajaran struktural di tingkat PROVINSI harus melakukan
PEMBINAAN-PEMBINAAN secara terus menerus kepada jajaran
struktural di tingkat KOTA/KABUPATEN, dan diteruskan kepada tingkat
KECAMATAN,DESA/KELURAHAN,serta RT/RW. Begitu pula sebaliknya,
dari tingkat RT/RW secara berjenjang melakukan pelaporan-pelaporan
kegiatan kepada tingkat DESA/KELURAHAN,KECAMATAN,KOTA/KAB,
dan PROVINSI.
Tentunya hal-hal yang disebutkan di atas akan sulit untuk terwujud jika
tidak diikuti dengan proses rekrutmen kader-kader pimpinan partai yang
obyektif. Untuk itu, maka tahap selanjutnya yang harus dilakukan untuk
memperbaiki fungsi-fungsi struktural internal partai adalah dengan
melakukan mekanisme rekrutmen yang obyektif dalam rangka memilih dan
menetapkan kader-kader pimpinan partai yang memenuhi kualifikasi yang
telah ditentukan, khususnya di tingkat jajaran struktural
RT/RW,DESA/KELURAHAN, dan KECAMATAN karena mereka lah yang
bersinggungan langsung dengan masyarakat di wilayahnya masing-
masing.
Intinya, SEMUA PENGURUS HARUS TURUN KE MASYARAKAT MULAI
SAAT INI SAMPAI 5 TAHUN KE DEPAN, menginventarisasi segala potensi
dan kendala yang ada di masyarakat, dan harus ditetapkan sanksi
organisasi bagi pengurus yang melanggarnya di berbagai tingkatan
struktural.
45
Hal tersebut berlaku pula bagi anggota Legislatif terpilih di tingkat DPR RI,
DPRD PROVINSI, & DPRD KAB/KOTA, mereka pun wajib untuk kembali
membangun daerah yang menjadi DAERAH PEMILIHANNYA (wilayah
penghitungan suara) ketika melakukan kampanye pada masa pemilu.
Kewajiban tersebut diwujudkan dengan intensitas kehadiran anggota
legsilatif di daerah pemilihannya, dan mereka harus selalu berkoordinasi
dengan jajaran struktural di tiap tingkatan wilayah.
46
Yang menjadi kunci keberhasilan program/kegiatan ini adalah unsur
PERSONIL dalam hal ini kader partai, khususnya di jajaran pengurus
struktural, apakah yang bersangkutan mau untuk melaksanakan kegiatan
ini. Yang dibutuhkan adalah kemauan dari jajaran pimpinan parpol untuk
TURUN kepada masyarakat, untuk itu maka proses rekrutmen jajaran
pimpinan parpol menjadi salah satu UNSUR PENTING dalam upaya
pembesaran dan penguatan partai.
Dalam catatan berikutnya akan dibahas mengenai strategi-strategi
pemenangan pemilu untuk tahun 2019 dalam konteks pengelolaan
TERITORIAL dan PERSONIL bagi parpol
47
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
Partai Politik sudah diatur dan sudah direncanakan sedemikian
politik. Namun, untuk membangun sebuah partai politik pun, juga sudah
politik dapat berjalan dengan efektif dan baik. Menjamurnya partai politik di
Indonesia.
Dan semoga, dengan dibuatnya makalah ini dapat membangkitkan
48
3.2. Saran
Seharusnya kaderisasi dilihat dari segi kualitas. Karena bila dilihat dar segi
kuantitas, atau hal materiil, hal tersebut tidak akan berguna karena yang
secara berlebihan, bila tidak, bisa jadi terjadi hal anarkis antar partai
politik, dan hal tersebut tentunya tidak diinginkan oleh rakyat. Fungsi partai
49
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Achmad. 2002. Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis Dan
Sosiologis). Jakarta: P.T TokoAgung
Bari, Abdul. 2005. Pemilu & Partai Politik Di Indonesia. Jakarta: Pusat
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia
50