Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Profitabilitas
Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Profitabilitas
Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Profitabilitas
PENDAHULUAN
(Siallagan dan Machfoedz, 2006). Salah satu upaya untuk mencapai tujuannya,
pembuatan produk kemudian dijual guna memperoleh profit yang besar. Untuk
tinggi. Pengukuran tingkat efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi, dapat dilakukan dengan
Brigham, 1991).
1
profitabilitas, perusahaan dapat menentukan langkah untuk mengatasi masalah-
masalah dan meminimalisir dampak negatif yang timbul. Semua faktor yang
hutang (DiPietre et.al, 1997). Semua itu terangkum dalam Du Pont System.
aktiva dengan rasio laba / profit margin atas penjualan dan menunjukkan
yang cukup besar dalam menentukan seberapa besar laba yang akan diperoleh
melakukan produksi, maka semakin besar biaya yang harus dikeluarkan oleh
perputaran dari beberapa faktor yang ada, akan berpengaruh terhadap biaya yang
2
Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur memerlukan
perhatian yang lebih terhadap pengelolaan aktiva lancarnya agar lebih efisien. Hal
ini karena proporsi aktiva lancar perusahaan manufaktur biasanya lebih dari
separuh total aktivanya. Tingkat aktiva lancar yang lebih besar daripada
pengembalian atas investasi (ROI). Akan tetapi, perusahaan dengan jumlah aktiva
kekurangan dan kesulitan dalam mempertahankan operasi yang lancar (Van Horne
kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga
namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada
perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat kemungkinan yang lebih besar
lain pihak ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak
likuiditas serta seberapa besar modal kerja yang dialokasikan perusahaan untuk
3
operasi perusahaan, dapat digunakan rasio lancar atau yang lebih dikenal dengan
current ratio.
penjualan dari produknya dari tahun ke tahun. Brigham dan Houston (2006)
pada tahun yang akan datang. Bila penjualan ditingkatkan, maka aktiva pun harus
ditambah sedangkan di sisi lain, jika perusahaan tahu dengan pasti permintaan
produknya, perusahaan akan dapat mengatur jadwal jatuh tempo utangnya agar
sesuai dengan arus kas bersih di masa mendatang. Akibatnya, laba akan dapat
Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi
modal kerja. Pengukuran efisiensi modal kerja umumnya diukur dengan melihat
perputaran modal kerja (working capital turnover). Jika perputaran modal kerja
semakin tinggi maka semakin cepat dana atau kas yang diinvestasikan dalam
modal kerja kembali menjadi kas, hal itu berarti keuntungan perusahaan dapat
lebih cepat diterima. Makin pendek periode perputaran modal kerja makin cepat
perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggi dan perusahaan makin efisien
4
Rajan dan Zingales (2001) dalam Hadri kusuma (2005) menyebutkan
bahwa menurut teori critical, semakin besar skala perusahaan maka profitabilitas
juga akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertentu ukuran perusahaan
menentukan ukuran perusahaan. Dengan adanya sumber daya yang besar, maka
perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva
tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas
pangsa pasar.
Houston (2006) memiliki tiga implikasi penting, yaitu: Pertama, jika investasi
oleh pemegang saham tidak mencukupi, maka perusahaan dapat tetap beroperasi
dengan cara berhutang dan dengan begitu para pemegang saham masih tetap
Kedua, kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan
kecil dari total pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada
kreditur. Ketiga, jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar. Sementara itu Sawir
5
pada masa-masa suram. Jika perusahaan menggunakan lebih banyak hutang
dibanding modal sendiri maka tingkat solvabilitas akan menurun karena beban
bunga yang harus di tanggung juga meningkat. Hal ini akan berdampak terhadap
menurunnya profitabilitas.
dan Nasr (2007) disebutkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara
profitabilitas.
ROA. Namun hasil dari penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Falope dan Ajilore (2009) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh
sebagai berikut :
6
2. Apakah pertumbuhan penjualan (Growth) berpengaruh terhadap
profitabilitas (ROA)?
(ROA)?
(ROA)?
profitabilitas (ROA).
profitabilitas (ROA).
7
1.4 Manfaat Penelitian
Indonesia.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang telah
Falope dan Ajilore (2009) meneliti tentang manajemen modal kerja dan
menggunakan sampel pada lima puluh perusahaan di Nigeria yang bergerak pada
bidang non-keuangan yang listing di Nigerian Stock Exchange pada periode 1996-
ROA. Penelitian ini menyarankan bahwa manajer dapat menciptakan nilai bagi
pemegang saham mereka jika perusahaan mengelola modal kerja mereka dengan
cara yang lebih efisien dengan mengurangi jumlah dari piutang usaha dan
9
yang digunakan antara lain Account Receivable Period (ACRP), Inventory Period
(INVP), Cost Conversion Cycle (CCC), Size, Growth, Leverage, Fixed Financial
Assets (Fix). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Dari penelitian
ini diketahui bahwa ACRP dan INVP berpengaruh negatif terhadap ROA.
pengaruh negatif terhadap ROA. Namun CCC, Size dan Fix tidak berpengaruh
Raheman dan Nasr (2007) meneliti tentang manajemen modal kerja dan
sampel dari 94 perusahaan Pakistan yang terdaftar di Bursa Efek Karachi selama 6
tahun pada periode 1999-2004. Penelitian ini menggunakan analisis regresi dan
korelasi. Rasio hutang, ukuran perusahaan (diukur dari segi logaritma alami
penjualan) dan aset keuangan terhadap total aktiva telah digunakan sebagai
variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang
kuat antara variabel manajemen modal kerja dan profitabilitas perusahaan. Ini
berarti bahwa jika siklus konversi kas meningkat maka akan mengakibatkan
positif bagi pemegang saham dengan mengurangi siklus konversi kas ke tingkat
minimum mungkin. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan
negatif signifikan antara likuiditas dan profitabilitas. Selain itu ada hubungan
positif antara ukuran perusahaan dan profitabilitas. Ada juga hubungan negatif
yang signifikan antara hutang yang digunakan oleh perusahaan dan profitabilitas.
10
Hernawati (2007) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh efisiensi
barang konsumsi yang sudah go public di BEI periode tahun 2002-2005. Sampel
yang diteliti meliputi WCT (Working Capital Turnover), CR (Current Ratio), dan
DTA sebagai variabel bebas dan ROI sebagai variabel terikat. Data diperoleh
melalui data sekunder dari BEI dan dianalisis menggunakan regresi berganda.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa efisiensi modal kerja, likuiditas, dan
terhadap profitabilitas.
leverage dan efisiensi modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan
parsial hanya variabel leverage yang tidak berpengaruh positif terhadap variabel
profitabilitas.
public di BEJ. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu likuiditas, tingkat
hutang, efisiensi modal kerja, tingkat kecukupan kas, tingkat perubahan hutang
11
ratio, efisiensi modal kerja menggunakan rasio working capital turnover (WCT),
tingkat kecukupan kas menggunakan cash ratio, tingkat perubahan hutang lancar
ini adalah semua perusahaan yang bergerak dibidang sektor industri automotive
and allied products yang terdaftar di BEJ, yaitu sebanyak 18 perusahaan. Metode
analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linier berganda. Hasilnya
kerja, tingkat kecukupan kas (cash ratio), perubahan hutang lancar diduga
(ROI) industri automotive and allied product tahun 2000-2003. Sedangkan secara
simultan terbukti mempunyai pengaruh yang signifikan dan secara parsial terbukti
(Ang,1997). Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return On
Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak
terhadap total aktiva (James Van Horne dan John M. Wachowicz, 2009). Secara
12
Menurut James Van Home dan John M. Wachowicz (2009:215) bahwa
net profit margin maupun rasio perputaran aktiva tidak dapat memberikan
lain:
adalah :
13
2. ROA dapat dipergunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan
ROA juga memiliki beberapa kelemahan seperti yang dijabarkan oleh Munawir
aktiva tetap.
harga jual, sementara itu beberapa komponen biaya masih dinilai dengan
harga distorsi.
14
3. Manajer divisi mungkin mengambil investasi yang menguntungkan
maupun jasa. Modal kerja harus selalu dalam keadaan berputar selama perusahaan
tersebut maka unsur-unsur dari modal kerja adalah aktiva jangka pendek yang
terdiri dari:
1. Kas
Kas merupakan rekening giro ditambah dengan mata uang. Kas adalah
aktiva yang paling liquid, selain itu kas juga merupakan aktiva yang tidak
15
meminimalkan jumlah kas pada titik dimana kas tersebut cukup untuk
2. Sekuritas
surat berharga dalam bentuk fisik (warkat) yang mempunyai nilai uang
yang dapat diperdagangkan di pasar uang dan atau pasar modal. Selain
diperjualbelikan sebagai cadangan bagi akun kas. Jika kas yang dimiliki
kurang dari yang diperlukan, maka sekuritas tersebut dapat dijual untuk
3. Persediaan
16
akan menimbulkan biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya
tersebut antara lain adalah biaya sewa gudang, biaya perawatan, biaya
persediaan juga akan menimbulkan resiko yang cukup tinggi yaitu resiko
hilang, resiko rusak, dll. Untuk meminimalkan biaya dan resiko, banyak
4. Piutang
Piutang merupakan hak untuk menerima sejumlah kas pada waktu yang
akan datang karena kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Piutang
persekot dalam kontrak pembelian, dll. Jumlah piutang yang dimiliki oleh
perputaran piutang akan semakin rendah dan jika syarat pembayaran ketat
17
Syarat pembayaran piutang memang bagai pisau bermata dua,
karena makin tinggi perputaran piutang berarti makin efisien modal yang
1. Konsep Kuantitatif
yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai
dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu
yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah
2. Konsep Kualitatif
besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar.
dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk
karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva
pengertian ini sering disebut modal kerja memo (non working capital).
18
3. Konsep Fungsional
a. Besarnya kas
b. Besarnya persediaan
tergolong dalam modal kerja potensial dan sebagian dana yang ditanamkan
19
2.3.2 Jenis Modal Kerja
Menurut Riyanto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu :
modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga
kontinuitas usahanya.
b. Modal kerja normal (normal working capital) adalah modal kerja yang
2. Modal Kerja Variabel (variable working capital) yaitu modal kerja yang
ini dibagi:
b. Modal kerja siklis (cyclical working capital) adalah modal kerja yang
diketahui sebelumnya.
Menurut Sartono (2001:385) bahwa semakin lama periode antara saat pengeluaran
kas sampai penerimaan kembali, maka kebutuhan modal kerja akan semakin
20
besar. Modal kerja meningkat disebabkan karena sumber-sumbernya lebih besar
kerja (sources of working capital). Sumber-sumber dari modal kerja atau unsur-
sebagai berikut :
3. Bertambahnya modal
Modal kerja selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan
modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas diinvestasikan
dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi menjadi kas.
Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya atau makin
komponen dari modal kerja tersebut. Untuk menilai keefektifan modal kerja dapat
digunakan ratio antara total penjualan dengan jumlah working capital turnover.
21
penjualan yang dapat diperoleh perusahaan (dalam jumlah rupiah) untuk tiap
rupiah modal kerja. Formulasi dari Working capital turnover (WCT) adalah
sebagai berikut :
Penjualan
WCT = ( Utang Lancar Aktiva Lancar)
(Sawir,2001:129)
2.4 Likuiditas
segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki
oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari
segera harus dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu
22
harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan
keuangan pada saat ditagih. Sehingga dapat disimpulkan bahwa likuiditas adalah
likuiditas suatu perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat megetahui
petunjuk, apakah perusahaan yang mendapat kredit itu kira-kira akan mampu
kembali atau pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar
perbandingan itu menunjukan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui
sekiranya pada suatu ketika dilakukan likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata
hasilnya dibawah nilai dari yang tercantum di neraca, namun masih tetap akan
terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam
Current ratio yang tinggi maka makin baiklah posisi para kreditor, oleh
karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu akan
23
dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan perusahaan
ditinjau dari sudut pemegag saham suatu current ratio yang tinggi tak selalu
paling menguntungkan, terutama bila terdapat saldo kas yang kelebihan dan
Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak mengandung
risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi kadang-kadang sutau
menggunakan aktiva lancar sangat efektif. Yaitu bila saldo disesuaikan dengan
sampai pada tingkat maksimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung dari
besarnya perusahaan dan terutama dari jumlah uang yang diperlukan untuk
memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya rasio
tergantung pada beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang umum tidak dapat
kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan sebagai titik tolak untuk
mengadakan penelitian atau analisa yang lebih lanjut. Current ratio ini
perusahaan dengan current ratio yang tinggi bukan merupakan jaminan bahwa
perusahaan mampu membayar utang yang sudah jatuh tempo karena proporsi atau
24
distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah
persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan
over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar
current ratio kurang dari 2:1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar
turun misalnya sampai lebih dari 50% maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan
hanya didasarkan pada prinsip hati-hati. Pedoman current ratio 200% bukanlah
pedoman mutlak. Adapun formulasi dari current ratio (CR) adalah sebagai
berikut:
Aktiva Lancar
Current Ratio = Utang Lancar
2.5 Leverage
resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi pinjaman atau kreditur.
Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan panjang menanggung biaya
bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah kredit dari bank dan lembaga
keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman berbunga semakin kecil pula
dari segi beban bunga, perusahaan tersebut lebih efisien operasi bisnisnya.
Apabila beban biaya operasional yang lain wajar, dengan beban bunga pinjaman
25
kecil diharapkan profitabilitas perusahaan meningkat (Sutojo dan Kleinsteuber,
2004:37).
sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Menurut Sawir
(2001:18) untuk mengukur seberapa besar perbandingan total utang dengan total
Total Utang
Rasio leverage = Total Aktiva
penjualan yang dilakukan harus didukung dengan harta atau aktiva dan bila
Menurut Hadri Kusuma (2005), ada tiga teori yang secara implisit menjelaskan
26
a. Teori teknologi, yang menekankan pada modal fisik, economies of scale,
Weston dan Brigham (1991) menyatakan bahwa suatu perusahaan besar dan
go public akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Karena kemudahan untuk
lebih besar untuk memperoleh dana yang sangat diperlukan untuk melaksanakan
dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu ukuran perusahaan (firm size) digunakan
perusahaan. Dalam penelitian ini Size / skala perusahaan diukur dari jumlah Total
27
2.7 Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini mencakup rasio-rasio keuangan yang
penjualan
Current ratio merupakan salah satu likuiditas, yaitu rasio yang bertujuan untuk
resiko yang akan ditanggung pemegang saham juga semakin kecil (Ang, 1997).
Rasio ini mekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan
terjadinya gagal bayar. Semakin besar rasio lancar, maka menunjukkan semakin
ini menunjukkan perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi
aktiva lancar. Penempatan dana yang terlalu besar pada sisi aktiva memiliki dua
efek yang sangat berlainan. Di satu sisi, likuiditas perusahaan semakin baik.
tambahan laba, karena dana yang seharusnya digunakan untuk investasi yang
28
berbanding terbalik dengan profitabilitas. Maksudnya, semakin tinggi likuiditas
rendah.
Perusahaan manufaktur tidak akan berjalan tanpa adanya sistem penjualan yang
kemungkinan naik atau turunnya penjualan pada tahun yang akan datang. Bila
penjualan ditingkatkan, maka aktiva pun harus ditambah sedangkan di sisi lain,
hasil dari tagihan piutangnya, serta jadwal produknya, perusahaan akan dapat
mengatur jadwal jatuh tempo utangnya agar sesuai dengan arus kas bersih di masa
29
mendatang. Akibatnya, laba akan dapat dimaksimalkan.(Horne dan Wachowicz,
2009).
signifikan terhadap ROA. Dari uraian diatas, dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut:
adalah adanya efisiensi modal kerja yang dapat dilihat dari perputaran modal kerja
yang dimiliki dari asset kas di investasikan dalam komponen modal kerja sampai
saat kembali menjadi kas. Efisiensi modal kerja dapat dilihat dari perputaran
dimulai dari saat kas dinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat
kembali menjadi kas. Makin pendek periode peputaran modal kerja makin cepat
perputarannya, sehingga modal kerja semakin tinggi dan perusahaan makin efisien
Pengelolaan manajemen modal kerja yang baik dapat dilihat dari efisiensi
modal kerja. Pengukuran efissiensi modal kerja umumnya diukur dengan melihat
perputaran modal kerja (working capital turnover). Jika perputaran modal kerja
semakin tinggi maka semakin cepat dana atau kas yang diinvestasikan dalam
modal kerja kembali menjadi kas, hal itu berarti keuntungan perusahaan dapat
lebih cepat diterima. Hasil penelitian Dani (2003) menyatakan bahwa perputaran
30
modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, sehingga
Rajan dan Zingales (2001) dalam Hadri kusuma (2005:85) menyebutkan bahwa
menurut teori critical, semakin besar skala perusahaan maka profitabilitas juga
akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertentu ukuran perusahaan akhirnya
ukuran perusahaan. Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan
dapat melakukan investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga
memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar.
menutup biaya yang keluar pada saat proses produksi. Dengan begitu, laba
Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Falope dan Ajilore (2009)
31
2.7.5 Pengaruh Leverage terhadap Profitabilitas
Menurut Van Horne (2009: 221), semakin tinggi rasio debt to total asset, semakin
melakukan pendanaan aktiva dari hutang. Dengan adanya risiko gagal bayar,
maka biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ini
semakin besar.
besar rasio ini, menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus ditanggung
menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Dari uraian diatas, dapat
Pada dasarnya penelitian ini menggunakan rasio rasio keuangan seperti yang
current ratio, perputaran modal kerja, pertumbuhan penjualan, size, dan leverage
sebagai variabel independen. Penilaian ini tentunya sangat diperlukan oleh banyak
pihak selain untuk pemerintah juga penting manajemen dan para pemegang
saham. Analisis return to asset merupakan salah satu alat atau cara yang paling
32
umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Dari analisis
suatu justifikasi bahwa current ratio memiliki pengaruh terhadap return on asset
perusahaan yang disebabkan oleh aktiva beresiko, maka tinggi rendahnya nilai
seberapa besar profit yang akan diterima perusahaan. Size berpengaruh terhadap
Dengan adanya sumber daya yang besar, maka perusahaan dapat melakukan
investasi baik untuk aktiva lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi
permintaan produk. Hal ini akan semakin memperluas pangsa pasar sehingga
penjualan yang semakin meningkat, perusahaan dapat menutup biaya yang keluar
33
asset. Apabila semakin besar ratio ini, maka menunjukkan semakin besar biaya
CURRENT RATIO
(CR)
PERTUMBUHAN PENJUALAN
(GROWTH)
(WCT) (ROA)
UKURAN PERUSAHAAN
(SIZE)
LEVERAGE
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
34
BAB III
METODE PENELITIAN
1999).
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar
memiliki rasio profitabilitas (ROA) yang tinggi, hal ini berarti perusahaan dalam
menggunakan sampel yang relatif baru dan rentang tahun penelitian yang panjang,
diharapkan hasil penelitian akan lebih relevan untuk memahami kondisi yang
35
3.2.2 Penentuan Sampel
ini yaitu:
rokok.
periode 2014-2015.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal
dari Laporan Keuangan perusahaan sampel yang diperoleh dari Bursa Efek
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
36
dipublikasikan oleh BEI melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD)
Penelitian ini melibatkan enam variabel yang terdiri atas satu variabel terikat
(dependen) dan lima variabel bebas (independen). Variabel bebas tersebut adalah:
(Sartono, 2001: 122). Dalam Penelitian ini profitabilitas diproksi dengan Return
On Assets (ROA).
merupakan rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada (Ang,
1997). Return On Asset (ROA) atau yang sering disebut juga Return On
Investment (ROI) diperoleh dengan cara membandingkan laba bersih setelah pajak
terhadap total aktiva. Secara matematis ROA dapat dirumuskan sebagai berikut:
Return On Asset =
37
3.4.2 Current Ratio (CR)
memenuhi kewajiban yang harus segera dipenuhi atau dengan kata lain untuk
aktiva lancarnya (rasio lancar menunjukkan angka dibawah 1), maka perusahaan
lancarnya terlalu tinggi, maka sebuah perusahaan dikatakan kurang efisien dalam
mengurus aktiva lancarnya. Adapun formulasi dari Current Ratio (CR) adalah
sebagai berikut :
Current Ratio =
38
3.4.4 Perputaran Modal Kerja (WCT)
Ratio ini menunjukan hubungan antara modal kerja dengan penjualan akan
jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir, 2002). Formulasi dari
WCT =
( )
asset yang dimiliki. Untuk memberikan kriteria yang pasti mengenai ukuran suatu
3.4.6 Leverage
Rasio utang merupakan rasio antara total utang (total debts) baik untuk utang
jangka pendek dan utang jangka panjang terhadap total aktiva baik aktiva lancar
maupun aktiva tetap dan aktiva lainnya (Mamduh 2003:40). Untuk mengukur
seberapa besar perbandingan total hutang dengan total aset, digunakan rumus :
Lev =
39
3.5 Metode Analisis
Untuk menguji model pengaruh dan hubungan variabel bebas yang lebih dari dua
(pangkat kuadrat terkecil biasa). Inti metode OLS adalah mengestimasi suatu
Keterangan :
Y = profitabilitas (ROA)
= konstanta
= koefisien parameter
CR = current ratio
Lev = leverage
40
3.5.2 Pengujian Hipotesis
adalah antara nol dan satu. Nilai R yang kecil berarti kemampuan variabel-
dependen.
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan
ke dalam model.
variabel bebas atau independent (X) terhadap variabel terikat atau variabel
dependent (Y). Uji F dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang
1) Jika Fhitung < Ftabel, maka model regresi tidak fit (hipotesis ditolak).
41
2) Jika Fhitung > Ftabel, maka model regresi fit (hipotesis diterima).
Uji F dapat juga dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output hasil
regresi menggunakan SPSS dengan significance level 0,05 ( = 5%). Jika nilai
signifikansi lebih besar dari maka hipotesis ditolak, yang berarti model regresi
tidak fit. Jika nilai signifikan lebih kecil dari maka hipotesis diterima, yang
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
1) Jika thitung < ttabel, maka variabel independen secara individual tidak
2) Jika thitung > ttabel, maka variabel independen secara individual berpengaruh
masing variabel pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan significance
level 0,05 ( = 5%). Jika nilai signifikansi lebih besar dari maka hipotesis
ditolak (koefisien regresi tidak signifikan), yang berarti secara individual variabel
dependen. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari maka hipotesis diterima
42
3.5.3 Uji Asumsi Klasik
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
Cara untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi secara normal atau tidak
distribusi normal. Metode yang lebih andal adalah dengan melihat normal
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data
Assymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 maka residual terdistribusi secara normal.
Sebaliknya bila hasil uji tersebut menunjukkan bahwa Assymp. Sig. (2-tailed)
kurang dari 0,05 maka residual tidak terdistribusi secara normal (Ghozali,
2005:112).
43
3.5.3.2 Uji Multikolonieritas
adanya korelasi antar variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
Inflation Factor, yaitu dengan melihat nilai VIF pada tabel coefficients. Pengujian
multikolonieritas adalah dengan melihat apakah nilai VIF pada model tersebut
lebih besar dari 10 atau tidak. Model dikatakan terjadi multikolonieritas bila nilai
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal
ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena gangguan pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Model regresi yang baik
44
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Salah satu cara untuk mendeteksi ada
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi ada atau
pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED di mana sumbu y adalah y
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN INTERPRETASI
Bursa Efek Indonesia merupakan salah satu bursa tempat dimana orang
memperjual belikan efek di Indonesia. Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya melakukan pengabungan usaha yang secara efektif
dengan nama baru yang kini berubah menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada
14 Desember 1912 Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh Vereeniging Oost-
efek) dan langsung memulai perdagangan, Setelah lama vakum karena perang
kemerdekaan dan berbagai masalah internal, bursa efek kembali diaktifkan pada
10 Agustus 1977 dengan nama Bursa Efek Jakarta yang dijalankan Badan
Pada 13 Juli 1992, BEJ diprivatisasi dengan dibentuknya PT. Bursa Efek Jakarta.
sempat jatuh ke sekitar 300 poin pada saat-saat krisis & kerusuhan kala itu di era
memasuki tahun 2000 milenium, BEJ mencatat rekor tertinggi barunya pada awal
tahun 2006 setelah mencapai level 1.500 poin berkat adanya sentimen positif dari
2004 ini sekaligus membuat BEJ menjadi salah satu bursa saham dengan kinerja
46
Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Indonesia mulai beroperasi. Bursa Efek
Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange (IDX) merupakan bursa
hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa Efek Surabaya
menggabung Bursa Efek Jakarta sebagai pasar saham dengan Bursa Efek
System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang digunakan
sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah digantikan dengan
sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX. Bursa Efek Indonesia
pergerakan harga saham melalui media cetak dan elektronik. Satu indikator
pergerakan harga saham tersebut adalah indeks harga saham. Saat ini, BEI
mempunyai tujuh macam indeks saham dan tanggal tersebut di tetapkan sebagai
masuk dalam setiap sektor. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham terpilih yang
47
saham syariah. Indeks Papan Utama (MBX) dan Papan Pengembangan (DBX),
indeks yang didasarkan pada kelompok saham yang tercatat di BEI yaitu
Tabel 4.1
Kriteria Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur sektor makanan & minuman 16
2 Perusahaan manufaktur sektor farmasi 9
3 Perusahaan manufaktur sektor rokok 4
4 Memiliki nilai pertumbuhan penjualan negatif -8
5 Mengalami kerugian -1
Total Sampel 20
Sumber : www.idx.co.id
Tabel 4.2
Daftar Perusahaan Sampel Penelitian
48
14 DVLA PT Daya Varia Laboratoria, Tbk Farmasi
15 INAF PT Indofarma, Tbk Farmasi
16 KAEF PT Kimia Farma, Tbk Farmasi
17 KLBF PT Kalbe Farma, Tbk Farmasi
18 SCPI PT Merck Sharp Dohme Pharma, Tbk Farmasi
19 SQBB PT Taisho Pharmeutical Tbk Farmasi
20 TSPC PT Tempo Scan Pacifik Tbk Farmasi
Sumber : www.idx.co.id
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari Return On Asset (ROA) pada tahun
2014-2015 :
Tabel 4.3
Return On Assets
49
23 ICBP 2014 2.531.681 24.910.211 0,10
24 INDF 2014 5.146.323 85.938.885 0,06
25 JPFA 2014 384.846 15.730.435 0,02
26 MYOR 2014 409.824.768.594 10.291.108.029.334 0,04
27 ROTI 2014 188.577.521.074 2.142.894.276.216 0,09
28 SKLT 2014 16.900 331.575 0,05
29 STTP 2014 123.465 1.700.204 0,07
30 ULTJ 2014 283.360.914.211 2.917.083.567.355 0,10
31 DVLA 2014 80.929.476 1.236.247.525 0,07
32 INAF 2014 1.164.824.606 1.248.343.275.406 0,001
33 KAEF 2014 236.531.070.864 2.968.184.626.297 0,08
34 KLBF 2014 2.121.090.581.630 12.425.032.367.729 0,17
35 SCPI 2014 104.166.113 1.317.314.767 0,08
36 SQBB 2014 164.808.009 459.352.720 0,36
37 TSPC 2014 584.293 5.592.730 0,10
38 GGRM 2014 5.395.293 58.220.600 0,09
39 HMSP 2014 10.181.083 28.380.630 0,36
40 WIIM 2014 131.081 1.334.545 0,10
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai ROA tertinggi pada tahun
2014 adalah (0,36) yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode SQBB, sedangkan
perusahaan dengan kode INAF adalah perusahaan yang memiliki nilai ROA
terendah, yakni (0,001). Rata-rata ROA untuk taun 2015 adalah (0,10). ROA
tertinggi pada tahun 2015 adalah (0,32) yang dimiliki oleh perusahaan dengan
kode SQBB, sedangkan perusahaan dengan kode INAF adalah perusahaan yang
memiliki nilai ROA terendah, yakni (0,004). Rata-rata ROA untuk tahun 2015
adalah (0,10). Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa nilai ROA stagnan
50
4.2.3 Current Ratio
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari Current ratio pada tahun 2014-2015 :
Tabel 4.4
Current Ratio
51
33 KAEF 2014 2.040.430.857.906 854.811.681.427 2,39
34 KLBF 2014 8.120.805.370.192 2.385.920.172.489 3,40
35 SCPI 2014 1.052.936.822 429.723.052 2,45
36 SQBB 2014 366.091.435 83.717.824 4,37
37 TSPC 2014 3.714.701 1.237.332 3,00
38 GGRM 2014 38.532.600 23.783.134 1,62
39 HMSP 2014 20.777.514 13.600.230 1,53
40 WIIM 2014 999.717 439.446 2,27
Sumber : www.idx.co.id
2014 adalah (5,18) yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode DVLA, sedangkan
terendah, yakni (1,18). Rata-rata CR untuk taun 2014 adalah (2,35). CR tertinggi
pada tahun 2015 adalah (6,57) yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode HMSP,
sedangkan perusahaan dengan kode SKLT adalah perusahaan yang memiliki nilai
Tabel 4.5
Pertumbuhan Penjualan
52
6 MYOR 2015 14.818.730.635.847 14.169.088.278.238 0,05
7 ROTI 2015 2.174.501.712.899 1.880.262.901.697 0,16
8 SKLT 2015 745.100 681.400 0,09
9 STTP 2015 2.544.278 2.170.464 0,17
10 ULTJ 2015 4.393.932.684.171 3.916.789.366.423 0,12
11 DVLA 2015 1.306.098.136 1.103.821.775 0,18
12 INAF 2015 1.621.898.667.657 1.381.436.578.115 0,17
13 KAEF 2015 4.860.371.483.524 4.521.024.379.760 0,08
14 KLBF 2015 17.887.464.223.321 17.368.532.547.558 0,03
15 SCPI 2015 2.260.571.967 965.818.287 1,34
16 SQBB 2015 514.708.068 497.501.571 0,03
17 TSPC 2015 8.181.481.867.179 7.512.115.037.587 0,09
18 GGRM 2015 70.365.573 65.185.850 0,08
19 HMSP 2015 89.069.306 80.690.139 0,10
20 WIIM 2015 1.839.419 1.661.533 0,11
21 ADES 2014 578.784 502.524 0,15
22 AISA 2014 5.139.974 4.056.735 0,27
23 JPFA 2014 24.458.880 21.412.085 0,14
24 ICBP 2014 30.022.463 25.094.681 0,20
25 INDF 2014 63.594.452 55.623.657 0,14
26 MYOR 2014 14.169.088.278.238 12.017.837.133.337 0,18
27 ROTI 2014 1.880.262.901.697 1.505.519.937.691 0,25
28 SKLT 2014 681.400 567.000 0,20
29 STTP 2014 2.170.464 1.694.935 0,28
30 ULTJ 2014 3.916.789.366.423 3.460.231.249.075 0,13
31 DVLA 2014 1.103.821.775 1.101.684.170 0,002
32 INAF 2014 1.381.436.578.115 1.337.498.191.710 0,03
33 KAEF 2014 4.521.024.379.759 4.348.073.988.385 0,04
34 KLBF 2014 17.368.532.547.558 16.002.131.057.048 0,09
35 SCPI 2014 965.818.287 407.088.731 1,37
36 SQBB 2014 497.501.571 426.436.344 0,17
37 TSPC 2014 7.512.115 6.854.889 0,10
38 GGRM 2014 65.185.850 55.436.954 0,18
39 HMSP 2014 80.690.139 75.025.207 0,08
40 WIIM 2014 1.661.533 1.588.022 0,05
Sumber : www.idx.co.id
tertinggi pada tahun 2014 adalah (1,37) yang dimiliki oleh perusahaan dengan
53
kode SCPI, sedangkan perusahaan dengan kode DVLA adalah perusahaan yang
tertinggi pada tahun 2015 adalah (1,34) yang dimiliki oleh perusahaan dengan
kode SCPI, sedangkan perusahaan dengan kode INDF adalah perusahaan yang
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari perputaran modal kerja pada tahun 2014-
2015:
Tabel 4.6
Perputaran Modal Kerja
54
14 KLBF 2015 8.748.491.608.702 2.365.880.490.863 17.887.464.223.321 0,36
15 SCPI 2015 1.261.500.998 989.115.069 2.260.571.967 0,12
16 SQBB 2015 365.446.619 102.270.152 514.708.068 0,51
17 TSPC 2015 4.304.922.144.352 1.696.486.657.073 8.181.481.867.179 0,32
18 GGRM 2015 42.568.431 24.045.086 70.365.573 0,26
19 HMSP 2015 29.807.330 4.538.674 89.069.306 0,28
20 WIIM 2015 988.814 341.706 1.839.419 0,35
21 ADES 2014 240.896 156.900 578.784 0,15
22 AISA 2014 3.977.086 1.493.308 5.139.974 0,48
23 JPFA 2014 8.709.315 4.916.448 24.458.880 0,16
24 ICBP 2014 13.603.527 6.230.997 30.022.463 0,25
25 INDF 2014 40.995.736 22.681.686 63.594.452 0,29
26 MYOR 2014 6.508.768.623.440 3.114.337.601.362 14.169.088.278.238 0,24
27 ROTI 2014 420.316.388.535 307.608.669.233 1.880.262.901.697 0,06
28 SKLT 2014 167.419 141.425 745.100 0,03
29 STTP 2014 799.430 538.631 2.544.278 0,10
30 ULTJ 2014 1.642.101.746.819 490.967.089.226 3.916.789.366.423 0,29
31 DVLA 2014 925.293.721 178.583.390 1.103.821.775 0,68
32 INAF 2014 782.887.635.406 600.565.585.352 1.381.436.578.115 0,13
33 KAEF 2014 2.040.430.857.906 854.811.681.427 4.521.024.379.759 0,26
34 KLBF 2014 8.120.805.370.192 2.385.920.172.489 17.368.532.547.558 0,33
35 SCPI 2014 1.052.936.822 429.723.052 965.818.287 0,65
36 SQBB 2014 366.091.435 83.717.824 497.501.571 0,57
37 TSPC 2014 3.714.701 1.237.332 7.512.115 0,33
38 GGRM 2014 38.532.600 23.783.134 65.185.850 0,23
39 HMSP 2014 20.777.514 13.600.230 80.690.139 0,09
40 WIIM 2014 999717 439446 1661533 0,34
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai WCT tertinggi pada tahun
2014 adalah (0,68) yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode DVLA, sedangkan
perusahaan dengan kode SKLT adalah perusahaan yang memiliki nilai WCT
terendah, yakni (0,03). Rata-rata WCT untuk tahun 2014 adalah (0,28). WCT
tertinggi pada tahun 2015 adalah (0,57) yang dimiliki oleh perusahaan dengan
kode DVLA, sedangkan perusahaan dengan kode SKLT adalah perusahaan yang
memiliki nilai WCT terendah, yakni (0,04). Rata-rata WCT untuk tahun 2015
55
adalah (0,27). Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa terjadi penurunan
perputaran modal kerja sepanjang tahun 2014-2015, hal ini berarti bahwa efisiensi
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari ukuran perusahaan pada tahun 2014-
2015 :
Tabel 4.7
Ukuran Perusahaan
56
26 MYOR 2014 10.291.108.029.334 29,96
27 ROTI 2014 2.142.894.276.216 28,39
28 SKLT 2014 331.575 12,71
29 STTP 2014 1.700.204 14,35
30 ULTJ 2014 2.917.083.567.355 28,70
31 DVLA 2014 1.236.247.525 20,94
32 INAF 2014 1.248.343.275.406 27,85
33 KAEF 2014 2.968.184.626.297 28,72
34 KLBF 2014 12.425.032.367.729 30,15
35 SCPI 2014 1.317.314.767 21,00
36 SQBB 2014 459.352.720 19,95
37 TSPC 2014 5.592.730 15,54
38 GGRM 2014 58.220.600 17,88
39 HMSP 2014 28.380.630 17,16
40 WIIM 2014 1.334.545 14,10
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai SIZE tertinggi pada tahun
2014 adalah (30,15) yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode KLBF,
sedangkan perusahaan dengan kode SKLT adalah perusahaan yang memiliki nilai
SIZE terendah, yakni (12,71). Rata-rata SIZE untuk tahun 2014 adalah (20,41).
SIZE tertinggi pada tahun 2015 adalah (30,25) yang dimiliki oleh perusahaan
dengan kode KLBF, sedangkan perusahaan dengan kode SKLT adalah perusahaan
yang memiliki nilai SIZE terendah, yakni (20,84). Rata-rata SIZE untuk tahun
2015 adalah (21,23). Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa nilai SIZE
57
4.2.7 Leverage
Tabel 4.8
Leverage
58
33 KAEF 2014 1.157.040.676.384 2.968.184.626.297 0,39
34 KLBF 2014 2.607.556.689.283 12.425.032.367.729 0,21
35 SCPI 2014 1.361.171.539 1.317.314.767 1,03
36 SQBB 2014 90.473.777 459.352.720 0,20
37 TSPC 2014 1.460.391 5.592.730 0,26
38 GGRM 2014 24.991.880 58.220.600 0,43
39 HMSP 2014 14.882.516 28.380.630 0,52
40 WIIM 2014 488.154 846.390 0,58
Sumber : www.idx.co.id
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai DER tertinggi pada tahun
2014 adalah (1,45) yang dimiliki oleh perusahaan dengan kode SKLT, sedangkan
perusahaan dengan kode SQBB adalah perusahaan yang memiliki nilai DER
terendah, yakni (0,20). Rata-rata DER untuk tahun 2014 adalah (0,54). DER
tertinggi pada tahun 2015 adalah (1,28) yang dimiliki oleh perusahaan dengan
kode SKLT, sedangkan perusahaan dengan kode HMSP adalah perusahaan yang
memiliki nilai DER terendah, yakni (0,16). Rata-rata DER untuk tahun 2015
variabel yang telah diolah dan diukur dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai
59
Tabel 4.9
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa jumlah sampel awal adalah 40,
kemudian diketahui terdapat satu data outlier dan harus dikeluarkan dari sampel,
sehingga jumlah sampel adalah 39. Nilai tertinggi untuk variabel profitabilitas
profitabilitas 0,096. Nilai tertinggi untuk variabel Current Ratio adalah 6,57
sedangkan nilai terendahnya adalah 1,18, rata-rata untuk variabel Current Ratio
adalah 2,41. Nilai tertinggi untuk variabel Sales Growth adalah 1,37 sedangkan
nilai terendahnya dalah 0,00, rata-rata variabel Sales Growth 0,184. Nilai tertinggi
terendahnya dalah 0,03, rata-rata variabel Working Caputal Turnover 0,283. Nilai
tertinggi untuk variabel SIZE adalah 30,25 sedangkan nilai terendahnya dalah
12,71, rata-rata variabel SIZE 20,91. Nilai tertinggi untuk variabel Leverage
adalah 1,45 sedangkan nilai terendahnya dalah 12,71, rata-rata variabel Leverage
0,521.
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang digunakan dalam
penelitian ini. Hal ini dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat untuk
60
dipergunakan dalam penelitian ini. Adapun uji asumsi klasik yang dilakukan
autokorelasi.
Uji normalitas digunakan ntuk menguji data yang berdistribusi normal, yaitu
jika signifikansi variabel dependen memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05.
Gambar 4.1
Grafik Normal Plot
Histogram
Dependent Variable: Y
12
10
8
Frequency
Mean =9.94E-16
Std. Dev. =0.932
0 N =39
-3 -2 -1 0 1 2 3
Tabel 4.10
Hasil Uji Normalitas
Unstandardiz
ed Residual
N 39
Normal Parameters a,b Mean ,0000000
St d. Dev iation ,05484816
Most Ext reme Absolute ,169
Dif f erences Positiv e ,169
Negativ e -,126
Kolmogorov -Smirnov Z 1,055
Asy mp. Sig. (2-tailed) ,216
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated f rom dat a.
61
Berdasarkan grafik histogram uji normalitas serta tabel kolmogorov
smirnov di atas, diketahui bahwa kurva tepat berada di tengah dan nilai Asymp.
Sig (2-tailed) adalah 0,216 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa uji
normalitas terpenuhi.
independen, atau dengan kata lain setiap variabel independen dijelaskan oleh
untuk melihat apakah ada kolinearitas dalam penelitian ini. Batas nilai VIF yang
diperkenankan adalah maksimal sebesar 10. Jadi nilai VIF yang lebih besar dari
10 menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai VIF dapat dilihat dalam
Tabel 4.11
Uji Multikolinearitas
Coeffi cientsa
Unstandardized St andardized
Coef f icients Coef f icients Collinearity Statistics
Model B St d. Error Beta t Sig. Tolerance VI F
1 (Constant) ,042 ,067 ,629 ,534
X1 ,041 ,012 ,636 3,430 ,002 ,471 2,124
X2 ,031 ,041 ,117 ,759 ,454 ,680 1,471
X3 -,019 ,079 -,042 -,237 ,814 ,511 1,957
X4 -,001 ,002 -,097 -,682 ,500 ,804 1,244
X5 -,039 ,051 -,155 -,756 ,455 ,383 2,610
a. Dependent Variable: Y
< 10 dan nilai tolerance < 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa uji
multikolinearitas terpenuhi.
62
4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas
yang lain. Pengujian ini dapat dilakukan dengan berbagai uji yang dilakukan. Di
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
studentized.
Gambar 4.3
Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Y
3
Regression Standardized Predicted
2
Value
-1
-2
-2 0 2 4
Dengan melihat gambar 4.3 di atas dapat dilihat bahwa pada model regresi
ini titik-titik menyebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal
63
4.3.2.4 Uji Autokorelasi
Tabel 4.12
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Change Statistics
Adjusted St d. Error of R Square Durbin-
Model R R Square R Square the Estimate Change F Change df 1 df 2 Sig. F Change Wat son
1 ,682a ,466 ,385 ,05886 ,466 5,749 5 33 ,001 1,981
a. Predictors: (Const ant), X5, X4, X2, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan uji asumsi klasik yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa data
dalam penelitian ini terdistribusi dengan normal. Oleh karena itu data yang
Tabel 4.13
Analisis Regresi Berganda
Coeffi cientsa
Unstandardized St andardized
Coef f icients Coef f icients Collinearity Statistics
Model B St d. Error Beta t Sig. Tolerance VI F
1 (Constant) ,042 ,067 ,629 ,534
X1 ,041 ,012 ,636 3,430 ,002 ,471 2,124
X2 ,031 ,041 ,117 ,759 ,454 ,680 1,471
X3 -,019 ,079 -,042 -,237 ,814 ,511 1,957
X4 -,001 ,002 -,097 -,682 ,500 ,804 1,244
X5 -,039 ,051 -,155 -,756 ,455 ,383 2,610
a. Dependent Variable: Y
64
Sumber: SPSS Data diolah
ROA = 0,042 + 0,636 CR + 0,117 SG -0,042 WCT -0,097 SIZE -0,155 DER + e
1. Nilai konstanta sebesar 0,042 berarti bahwa tanpa adanya pengaruh CR,
SG, WCT, SIZE, dan DER maka akan terjadi peingklatan profitabilitas
hingga mencapai nilai sebesar 0,042, atau dengan kata lain jika variabel
sebesar 0,117.
65
5. Variabel SIZE menunjukkan arah pengaruh yang negatif namun tidak
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Change Statistics
Adjusted St d. Error of R Square Durbin-
Model R R Square R Square the Estimate Change F Change df 1 df 2 Sig. F Change Wat son
1 ,682a ,466 ,385 ,05886 ,466 5,749 5 33 ,001 1,981
a. Predictors: (Const ant), X5, X4, X2, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
berarti 38,5% variasi profitabilitas dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima
variabel independen CR, SG, ECT, SIZE, dan DER), sedangkan sisanya (100% -
66
4.2.4.2 Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji F ini dilakukan untuk menguji apakah model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model yang layak (fit) atau tidak. Pada tabel berikut dapat dilihat hasil
Tabel 4.15
Uji Signifikansi Simultan
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,100 5 ,020 5,749 ,001a
Residual ,114 33 ,003
Total ,214 38
a. Predictors: (Const ant), X5, X4, X2, X3, X1
b. Dependent Variable: Y
Dari hasil regresi di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi F adalah
(0,001) yang berarti bahwa < (0,05). Kemudian nilai F hitung adalah (5,749)
yang berarti > F tabel (2,60). Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa H0 diterima dan H1 ditolak yang kemudian dapat diartikan bahwa secara
simultan CR, SG, ECT, SIZE, dan DER berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas
2,49 5,749
Gambar 4.4
Grafik Uji F
67
4.2.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
yang digunakan dalam penelitian ini terhadap variabel dependen secara parsial
(Ghozali, 2005: 87). Uji t dilakukan untuk menguji hipotesis 1 sampai dengan
hipotesis 5.
Tabel 4.16
Uji Hipotesis Parsial (Uji t)
Coeffi cientsa
Unstandardized St andardized
Coef f icients Coef f icients Collinearity Statistics
Model B St d. Error Beta t Sig. Tolerance VI F
1 (Constant) ,042 ,067 ,629 ,534
X1 ,041 ,012 ,636 3,430 ,002 ,471 2,124
X2 ,031 ,041 ,117 ,759 ,454 ,680 1,471
X3 -,019 ,079 -,042 -,237 ,814 ,511 1,957
X4 -,001 ,002 -,097 -,682 ,500 ,804 1,244
X5 -,039 ,051 -,155 -,756 ,455 ,383 2,610
a. Dependent Variable: Y
dan nilai t tabel adalah (2,03). Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa t
hitung variabel CR > t tabel dan nilai signifikansinya < (0,05). Berdasarkan
terhadap profitabilitas.
68
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi variabel
dan nilai t tabel adalah (2,03). Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa t
hitung variabel SG < t tabel dan nilai signifikansinya > (0,05). Berdasarkan hasil
terhadap profitabilitas.
0,759 2,03
-2,03
Gambar 4.4
Grafik Uji t Variabel Sales Growth
WCT adalah adalah (0,814). Sedangkan t hitung untuk variabel WCT adalah (-
0,237), dan nilai t tabel adalah (-2,03). Berdasarkan hasil tersebut, diketahui
bahwa t hitung variabel WCT < t tabel dan nilai signifikansinya > (0,05).
69
-0,237
-2,03 2,03
Gambar 4.4
Grafik Uji t Variabel Working Capital Turnover
SIZE adalah adalah (0,500). Sedangkan t hitung untuk variabel SIZE adalah (-
0,682), dan nilai t tabel adalah (-2,03). Berdasarkan hasil tersebut, diketahui
bahwa t hitung variabel SIZE < t tabel dan nilai signifikansinya > (0,05).
-0,682
-2,03 2,03
Gambar 4.4
Grafik Uji t Variabel SIZE
DER adalah adalah (0,455). Sedangkan t hitung untuk variabel DER adalah (-
0,756), dan nilai t tabel adalah (2,03). Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa
t hitung variabel DER < t tabel dan nilai signifikansinya > (0,05). Berdasarkan
70
hasil tersebut diketahui bahwa variabel DER dinyatakan tidak berpengaruh
-0,756
-2,03 2,03
Gambar 4.4
Grafik Uji t Variabel DER
Profitabilitas
ternyata sesuai dengan penelitian Andayani, dkk (2016). Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh (Van Horne dan Wachowicz,
besar persentase utang yang dimiliki, perusahaan dapat mencegah terjadinya gagal
bayar. Semakin besar rasio lancar, maka menunjukkan semakin besar kemampuan
mememnuhi kewajiban jangka pendek yang baik yang dimiliki oleh perusahaan
71
menjadi penanda bahwa perusahaan tidak mengalami masalah likuditas sehingga
investor dan kreditur akan tertarik karena merasa risiko cenderung rendah,
Profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Sales
profitabilitas. Hasil ini ternyata sesuai dengan penelitian Barus dan Leliana
(2013).
bersih yang dilakukan oleh perusahaan dapat mendorong semakin tingginya laba
profitabilitas perusahaan. Hal ini sejalan dengan ukuran dari sebuah perusahaan.
samping itu, dengan semakin besarnya ukuran dari sebuah perusahaan, maka
perusahaan memiliki kesempatan untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih luas
72
4.4.3 Working Capital Turnover Berpengaruh Positif dan Signifikan
Terhadap Profitabilitas
terhadap profitabilitas. Hasil ini ternyata sesuai dengan penelitian Reimeinda, dkk
(2016). Menurut Sartono (2001:385) bahwa semakin lama periode antara saat
pengeluaran kas sampai penerimaan kembali, maka kebutuhan modal kerja akan
semakin besar.
perputaran modal kerja (working capital turnorver period) dimulai saat kas
diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi
menjadi kas. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputarannya
perputaran modal kerjanya tergantung kepada berapa lama periode perputaran dari
800), rasio perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja
tahun pengamatan adalah adanya peningkatan penjualan, yang berarti bahwa ada
73
neto yang positif terhadap modal kerja. Manajemen harus dapat merencanakan
dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Hal ini dikarenakan jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana akan
Profitabilitas
Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel SIZE
lebih besar dalam menghasilkan laba yang menjadi tolak ukur kinerja perusahaan.
Namun pada kondisi yang dialami oleh perusahaan sampel, selama tahun
sepanjang tahun 2014-2015, yang berati bahwa jumlah asset juga mengalami
dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengahsilkan laba lebih besar dari tahun
sebelumnya ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini terbukti dengan
Profitabilitas
74
Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
serta pembagian resiko usaha antara pemilik perusahaan dan para pemberi
pinjaman atau kreditur. Sebagian pos utang jangka pendek, menengah dan
panjang menanggung biaya bunga. Contoh utang dengan beban bunga adalah
kredit dari bank dan lembaga keuangan yang lain. Semakin kecil jumlah pinjaman
berbunga semakin kecil pula beban bunga kredit yang ditanggung perusahaan.
Dengan demikian dipandang dari segi beban bunga, perusahaan tersebut lebih
efisien operasi bisnisnya. Apabila beban biaya operasional yang lain wajar,
pembiayaan aktiva. Weston dan Brigham (2010; 141) menyatakan bahwa leverage
yang tinggi mengindikasikan risiko yang juga tinggi, karena hutang selalu
75
mengkonversi kasnya menjadi menjadi modal kerja yang pada akhirnya
76
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan interpretasi yang telah dijelaskan pada bab
sedangkan sisanya, yakni 61,5% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
2. Secara simultan diketahui bahwa CR, SG, WCT, SIZE, dan DER
profitabilitas.
5.2 Saran
sebagai berikut:
77
memasukkan variabel lain seperti EPS untuk mengukur profitabilitas, serta
78
DAFTAR PUSTAKA
79
Indriantoro, Nur dan Bambang, Supomo (1999). Metodologi Penelitian
Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi 1. Yogyakarta:
BPFE
Rajan, Raghuram G and Zingales, Luigi. 2001. "The Influence of the Financial
Revolution on the Nature of Firms," CRSP working papers 525, Center
for Research in Security Prices, Graduate School of Business,
University of Chicago.
80
Sukirno S. 2004. Makroekonomi: Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Rajawali
Press. Jakarta
81
82