Pedoman Dots Revisi
Pedoman Dots Revisi
Pedoman Dots Revisi
DOTS-TB
TIM DOTS-TB
RUMAH SAKIT CAHYA KAWALUYAN
DAFTAR ISI
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa karena atas kuasa-Nya
maka pedoman Tim DOTS-TB di RS. Cahya Kawaluyan dapat disusun dengan baik.
Dalam rangka berperan aktif dalam program pencegahan dan penanggulangan penyakit
DOTS-TB di Indonesia maka Rumah Sakit Cahya Kawaluyan membentuk tim khusus DOTS-TB
yang nantinya berperan dalam pelayanan rawat jalan bagi pemeriksaan dan penanganan medis
pasien DOTS-TB serta melakukan koordinasi/kerjasama dengan rumah sakit jejaring lainnya.
Tentunya akan ada pemasalahan, kendala dan kekurangan dalam pelayanan DOTS-TB
nantinya, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan perbaikan, sumbangan pemikiran,
masukan serta kritikan yang bersifat membangun.
Akhir kata kami mengharapkan semoga pedoman ini dapat bermanfaat untuk kemajuan
RS. Cahya Kawaluyan.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
1. Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan rantai
penularan, serta mencegah terjadinya Multidrug Resistance (MDR).
2. Meningkatkan mutu pelayanan pada pasien tuberkulosis dengan strategi
DOTS
3. Tuberkulosis tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia
B. TUJUAN KHUSUS
1. Sebagai pedoman manajerial dalam program penanggulangan TB di Rumah
Sakit Cahya Kawaluyan dengan menggunakan strategi DOTS.
2. Sebagai indikator mutu penerapan Standar Pelayanan Rumah Sakit (SPRS)
Cahaya Kawaluyan dalam program penanggulangan TB melalui akreditasi.
3. Sebagai salah satu alat ukur kinerja bagi Rumah Sakit Cahya Kawaluyan
dalam penanggulangan TB melalui indikator Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit (SPM-RS).
BAB IV
PENGERTIAN
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut.
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
Risiko penularan
Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru
dengan BTA negatif.
Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection
(ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar
1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. ARTI di
Indonesia bervariasi antara 1-3%. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin
negatif menjadi positif.
BAB V
KEBIJAKAN
PENGORGANISASIAN
DIREKTUR
SEKRETARIS
ANGGOTA
Elisabeth Widiyati, AMK
Nabila Putri Ayudyarini, AM.PK
Natalia
Josef Drajat Adiyanto, AM.Rad
Oki Dwi Priyanti, AMK
Indah Susilawati, AMK
Novri Ani Hot Damai, AM.Keb
Yusi Susanti, AM.AK
Iim Wahyuningsih, AM.Keb
BAB VII
KEGIATAN
I. Tatalaksana Pasien TB
a. Penemuan tersangka TB
Penemuan merupakan langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB.
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan
kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan
kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
Strategi penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dan promosi aktif. Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unti kesehatan dan didukung dengan penyuluhan secara aktif
baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuan
tersangka pasien TB.
Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif yang
menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya. Penemuan secara aktif dari rumah ke
rumah, dianggap tidak cost efektif.
b. Diagnosis
Dibagi menjadi 2 macam diagnosis yaitu :
Diagnosis TB paru
Pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasi. Semua suspek TB
diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS).
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu
menunjukkan aktifitas penyakit.
Diagnosis TB ekstra paru
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain- lainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
a. Pengobatan
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
Prinsip pengobatan
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut :
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan
Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan lanjutan.
i. Tahap awal (intensif)
Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar
pasien TB BTA positif menjadi BTA negative (konversi).
ii. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh
kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Panduan OAT yang digunakan
i. WHO dan IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
merekomendasikan paduan OAT standar, yaitu :
a. Kategori 1, terdiri dari :
2HRZE/4H3R3
2HRZE/4HR2HRZE/6HE
b. Kategori 2 :
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
2HRZES/HRZE/5HRE
c. Kategori 3 :
2HRZ/4H3R3
2HRZ/4HR
2HRZ/6HE
ii. Panduan OAT yang digunakan oleh Program nasional Penanggulangan TB di
Indonesia
a. Kategori 1 : 2HRZE/4(RH)3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien baru yaitu :
Pasien baru TB paru positif
Pasien TB paru BTA negative foto thoraks positif
Pasien TB ekstra paru
b. Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya, yaitu :
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (Default)
Disamping kedua kategori ini, disediakan panduan OAT sisipan yaitu : HRZE dan OAT Anak
yaitu : 2HRZ/4HR. Paket obat ini sama seperti panduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama 28 hari.
Berat Badan
Tahap Intensif tiap hari selama 28 hari RHZE (150/75/400/275)
30 37 kg 2 tablet 4KDT
38 54 kg 3 tablet 4KDT
55 70 kg 4 tablet 4KDT
71 kg 5 tablet 4KDT
Parameter 0 1 2 3
Jumlah
Laporan keluarga,
Tidak BTA negatif atau
Kontak TB BTA positif
jelas tidak tahu, BTA
tidak jelas
Positif ( 10
mm, atau 5
Uji tuberkulin negatif mm pada
keadaan
imunosupresi)
Batuk 3 minggu
Pembengkakan
tulang / sendi Ada
panggul, lutut, pembengkakan
falang
Normal/
Foto toraks
tidak Suggestif TB
toraks
jelas
Jumlah
Apabila dijumpai skor > 6 maka anak didiagnosa TB (dengan skor maksimal 13). Berat
badan dinilai pada saat pasien datang (momen opname).
Batuk dan pemeriksaan Thorak bukan merupakan hal yang utama dalam pendiagnosaan
TB pada anak. Batuk dimasukkan dalam skoring setelah penyebab batuk lain disingkirkan
misalnya asthma, sinusitis.
Diagnosa dengan system skoring ini ditentukan oleh dokter. Batuk dimasukkan dalam
skor setelah penyebab batuk lain disingkirkan misalnya : asthma, sinusitis. Jika dijumpai
sklofuloderma (TB pada kelenjar dan kulit) pasien dapat langsung didiagnosa TB.OAT pada
kategori anak yaitu 2RHZ/4RH. OAT diberikan setiap hari pada tahap intensif dan tahap
lanjutan. OAT harus disesuaikan dengan berat badan anak.
Berat badan (kg) 2 bulan tiap hari RHZ (75/50/150) 4 bulan tiap hari RH (75/50)
Catatan :
Anak dengan berat badan 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet
OAT harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah, tetapi dapat digerus sesaat sebelum
diminum
Hasil
Tipe Pasien TB Tahap Pengobatan Pemeriksaan Tindak Lanjut
Dahak
Pengobatan
Negatif
diselesaikan
Pengobatan diganti
Positif dengan OAT Kategori 2
mulai dari awal.
Teruskan pengobatan
Negatif
dengan tahap lanjutan.
Pengobatan
Negatif
diselesaikan
Akhir Pengobatan (AP)
Rujuk ke unit pelayanan
Positif
spesialistik.
III. Kegiatan Penunjang
a. Promosi
b. Kemitraan
Kemitraan dalam program ini merupakan upaya untuk melibatkan berbagai sector yaitu
pemerintah, swasta, legislative, organisasi pengusaha dan organissasi pekerja, kelompok
media massa, organisasi profesi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan
Tinggi/ kelompok akademisi, organisasi keagamaan, organisasi internasional, dan sector
lain terkait.
Tujuan kemitraan ini adalah sebagai upaya percepatan penanggulangan tuberkulosis
secara efektif, efisien, dan berkesinambungan.
Prinsip-prinsip dasar kemitraan :
- Kesetaraan
Bahwa setiap mitra kerja dalam program penanggulangan tuberkulosis patut
dihormati dan diberi pengakuan dalam hal kemampuan dan nilai-nilai yang dimiliki
mereka serta memberikan kepercayaan penuh kepada masing-masing mitra dalam
program penanggulangan tuberkulosis.
Keterbukaan
Dalam kemitraan harus saling percaya dan terbuka dalam pelaksanaan program.
Kedua belah pihak harus mempunyai keyakinan bahwa mereka melakukan perjanjian
dengan terbuka dan jujur dalam pelaksanan program penanggulangan tuberkulosis.
Saling menguntungkan
Hubungan kemitraan harus saling menguntungkan masing-masing pihak dalam
kerjasama yang dijalin.
Langkah-langkah dalam kemitraan
- Indentifikasi
- Sosialisasi tentang program pengobatan TB
- Penyamaan persepsi
- Pembentukan komitmen
- Pengaturan peran
- Komunikasi intensif
- Pelaksanaan Kegiatan
- Pemantauan dan Penilaian
c. Penelitian
Tujuan penelitian adalah memberikan informasi yang dapat digunakan oleh
pengelola program untuk meningkatkan kinerja program, serta dapat membantu
pengelola program untuk memilih alternative kegiatan, mengenali serta memanfaatkan
peluang dan menentukan alternative pemecahan masalah secara efektif dan efisien
dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki.
BAB VIII
METODA
2. Semua pelaksanaan kegiatan pelayanan pasien DOTS-TB di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan
berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang berlaku di Rumah Sakit Cahya
Kawaluyan
3. Pencatatan dan pelaporan serta evaluasi pelayanan DOTS-TB di Rumah Sakit Cahya
Kawaluyan dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pelayanan.
4. Pelaksanaan rujukan pasien DOTS-TB ke Rumah Sakit rujukan sesuai dengan MOU yang
disepakati.
BAB IX
Alur pelaporan pelayanan adalah pelaporan yang dilakukan oleh tim pelayanan DOTS-TB
kepada jajaran manajemen rumah sakit dan dinas kesehatan. Dengan tujuan untuk
mengidentifikasi pasien TB di Rumah Sakit Cahya Kawaluyan.
Monitoring dan evaluasi pelayanan HIV-AIDS oleh tim RS dilakukan 1x per tahun:
4. Melaporkan hasil monitoring dan evaluasi pelayanan kepada Direktur Rumah Sakit
Cahya Kawaluyan.
BAB XI
PENUTUP