Proposal Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

1.

JUDUL PENELITIAN

Rancang Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro Kapasitas 300


watt Menggunakan Kincir Air (Unjuk Kerja Kincir Air dengan Variasi Sudu
Pengarah pada Rancang Bangun PLTMH Kapasitas 300 Watt).

2. PENDAHULUAN
Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada kebutuhan energi listrik
yang semakin bertambah. Menurut Badan Pusat Statistrik Nasional peningkatan
jumlah penduduk di Indonesia meningkat sebesar 1,38 % setiap tahun dan
konsumsi energi listrik pada tahun 2013 2050 diproyeksikan akan meningkat
sebesar 6,6% pertahun (Ahmad Yani, 2016). Namun permasalahan yang terjadi
saat ini adalah terbatasnya supply listrik bagi masyarakat, terutama di daerah yang
sulit mendapatkan pasokan listrik dari PLN.
Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, telah banyak dilakukan
penelitian mengenai pemanfaatan energi baru terbarukan. Pemanfaatan energi air
sebagai pembangkit listrik menjadi salah satu solusi yang berpotensi untuk
diaplikasikan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Farel Hasiholan pada tahun
2008, debit aliran air terjun yang dapat membangkitkan energi listrik dari 0,8 10
m3/s. Berdasarkan data perairan Badan Lingkungan Hidup provinsi Sumatera
Selatan, debit aliran air terjun rata-rata 1 10 m3/s yang tersebar di 30 titik air
terjun yaitu 22 lokasi air terjun didaerah Ogan Komering Ulu, 3 lokasi air terjun
didaerah Pagar Alam, 3 lokasi air terjum didaerah Lahat, dan 2 lokasi air terjun
didaerah Empat Lawang (Hairudin, 2016).
Menurut data statistik ketenagalistrikan bahwa di provinsi Sumatera Selatan
belum ada pemanfaatan energi air terjun menjadi energi listrik untuk dikonsumsi
oleh masyarakat. Melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian untuk
memanfaatkan dan mengembangkan energi jatuh air terjun menjadi energi listrik
yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi masalah kelistrikan masyarakat yang
tinggal disekitar air terjun (Hairudin, 2016).
Air merupakan salah satu sumber daya yang dapat menghasilkan energi,
terutama energi listrik yaitu dengan cara mengubah energi potensial menjadi
energi kinetik dan dari energi kinetik diubah menjadi energi mekanik. Energi
air dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan memanfaatkan energi
potensial jatuh air dan kecepatan aliran air (Luther Sule, 2014). Untuk
mengkonversi energi tersebut menjadi energi listrik diperlukan alat penggerak
pengonversi energi yaitu menggunakan kincir air. Kecepatan aliran air langsung
menabrak sudu yang dapat menyebabkan kincir berputar sehingga terjadi
perubahan energi kinetik dan potensial air menjadi energi mekanik, kemudian
digunakan untuk menggerakan generator menjadi energi listrik.
Menurut penelitian yang telah dilakukan Cokorda Papti, energi listrik yang
dihasilkan rancang bangun PLTMH secara aktual berbeda jauh dengan energi
listrik yang didapat secara desain. Penelitian tersebut memiliki kelemahan yaitu
desain sistem pemipaan yang kurang tepat sehinga menyebabkan besarnya head
loss pada pompa. Selain itu, pompa yang digunakan tidak sesuai dengan
spesifikasi yang tertera. Dari permasalahan tersebut peneliti berkeinginan untuk
merancang bangun prototype PLTMH yang memanfaatkan energi kinetik dan
energi potensial air, kemudian mengkonversikannya menjadi energi lisrik dengan
judul studi komprehensif rancang bangun PLTMH dengan Kapasitas 500 Watt.

3. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pendahuluan diatas, kesalahan dalam menentukan
desain PLTMH akan mengakibatkan rendahnya energi listrik yang dihasilkan.
Untuk mengetahui apakah desain yang diterapkan efektif dalam menghasilkan
energi listrik yang maksimal, maka perlu dilakukan suatu kajian secara
menyeluruh terhadap kinerja alat dengan meninjau persentase kesalahan antara
energi listrik yang dihasilkan secara aktual terhadap energi listrik yang didapatkan
secara desain sehingga permasalahan yang akan dihadapi peneliti yaitu berapakah
persentase kesalahan yang dihasilkan rancang bangun PLTMH terhadap energi
listrik yang dihasilkan secara aktual dengan energi listrik yang didapatkan secara
desain.
4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Mikro hidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik
yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber
daya (resources) penghasil listrik adalah yang memiliki kapasitas aliran dan
ketinggian tertentu serta instalasi. Pembangkit listrik mikro hidro dapat
menggunakan tenaga air pada saluran irigasi dan sungai atau air terjun alam,
dengan cara memanfaatkan tinggi terjunan (head, dalam m) dan jumlah debit
airnya (m3/detik). Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari
instalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik. (Menik Windarti, 2014)
Klasifikasi umum pembangkit listrik tenaga air dapat dilihat pada tabel 1
dibawah ini:
Tabel 1. Klasifikasi Pembangkit Listrik Tenaga Air
Tipe Kapasitas (kW)
Mikro Hidro < 100
Mini Hidro 101-2.000
Small Hidro 2.001-25.000
Large Hidro >25.000
Sumber: Teacher Manual Diploma Hydro Power

Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pembangkit listrik tenaga mikro hidro
(PLTMH) merupakan pembangkit listrik tenaga air yang memiliki kapasitas
dibawah 100 kW. PLTMH bisa menjadi salah satu alternatif penyediaan energi
listrik yang ramah lingkungan (clean energy) yang dapat menjangkau daerah-
daerah yang sulit mendapatkan listrik. (Very Dwiyanto, 2015)
Biasanya mikro hidro dibangun berdasarkan adanya air yang mengalir di
suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah kapasitas
mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity)
sedangan beda ketinggian daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah
head. Mikro hidro juga dikenal sebagai white resources dengan terjemahan
bebasnya yaitu energi putih. Sebab instalasi pembangkit listrik seperti ini
mengunakan sumber daya yang disediakan oleh alam dan ramah lingkungan.
Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang menjadi
tempat air mengalir. Perkembangan teknologi sekarang maka energi aliran air
beserta energi dari pengaruh perbedaan ketinggian dengan daerah tertentu (tempat
instalasi yang akan dibangun) akan dapat diubah menjadi energi listrik
(Subandono A, 2012).
Mikro hidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin
dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dengan
ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi, air
tersebut akan menabrak turbin dimana turbin akan menerima energi air tersebut
dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputarnya poros turbin.
Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator dengan
mengunakan kopling. Dari generator akan dihasilkan energi listrik yang akan
masuk ke sistem kontrol arus listrik, sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau
keperluan lainnya (beban) (Subandono A, 2012).
Peningkatan kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah pedesaan di sejumlah
negara, sebagian untuk mendukung industri-industri dan sebagian untuk
menyediakan penerangan di malam hari. Kemampuan pemerintah yang terhalang
oleh biaya yang tinggi untuk perluasan jaringan listrik, membuat mikro hidro
memberikan sebuah alternatif ekonomi ke dalam jaringan. Hal ini dikarenakan
skema mikro hidro yang mandiri dapat menghemat dari jaringan transmisi, karena
skema perluasan jaringan tersebut biasanya memerlukan biaya peralatan dan
pegawai yang mahal (Stevi Nathanael Wenes, 2015).
Potensi sumber daya air yang melimpah di Indonesia karena banyak
terdapatnya hutan hujan tropis, membuat kita harus bisa mengembangkan potensi
ini, karena air adalah sebagai sumber energi yang dapat terbarukan dan alami.
Bila hal ini dapat terus dieksplorasi, konversi air menjadi energi listrik sangat
menguntungkan bagi negeri ini. Di Indonesia telah terdapat banyak sekali
PLTMH dan waduk untuk menampung air, tinggal bagaimana kita dapat
mengembangkan PLTMH menjadi lebih baik lagi dan lebih efisien (Stevi
Nathanael Wenes, 2015).

4.2 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)


PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah air
yang jatuh (debit) perdetik yang ada pada saluran air/air terjun. Energi ini
selanjutnya menggerakkan turbin, kemudian turbin dihubungkan dengan generator
untuk menghasilkan listrik. Hubungan antara turbin dengan generator dapat
menggunakan jenis sambungan sabuk (belt) ataupun sistem gear box. Jenis sabuk
yang biasa digunakan untuk PLTMH skala besar adalah jenis flat belt sedangkan
V-belt digunakan untuk skala di bawah 20 kW selanjutnya listrik yang dihasilkan
oleh generator ini dialirkan ke rumah-rumah dengan memasang pengaman.
(Daniel, 2012).
Hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah PLTMH adalah
menyesuaikan antara debit air yang tersedia dengan besarnya generator yang
digunakan, jangan sampai generator yang dipakai terlalu besar atau terlalu kecil
dari debit air yang ada. Potensi daya mikro hidro dapat dihitung dengan
persamaan:
= (Teacher Manual Diploma Hydro Power)

Dimana:
= massa jenis zat cair (kg/m3)
P = Daya yang dibangkitkan PLTMH (Watt)
g = gravitasi (9,81 m/s2)
Q = Debit aliran Air (m3/s)
H = beda ketinggian (m)
= efisiensi sistem PLTMH, efisiensi sistem PLTMH umumnya 0,85
4.3 Kincir Air
Kincir air didefiniskan sebagai peralatan mekanis berbentuk roda (wheel),
dengan sudu (bucket atau vane) pada sekeliling tepi-tepinya yang diletakkan pada
poros vertikal dengan fluida air sebagai fluida kerjanya (Juneidy Morong, 2016).
Air yang mengalir ke dalam dan ke luar kincir tidak mempunyai tekanan
lebih, hanya tekanan atmosfir. Kecepatan air yang mengalir ke dalam kincir
haruslah besar, sebab bila kecepatannya besar maka dorongan pada sudu-sudu
turbin semakin besar.
Menurut Junaedy Morong, tinggi air jatuh yang bisa digunakan kincir air
berkisar antara 0,1 m sampai 12 m (roda kincir yang besar), dan kapasitas airnya

0,05 m3/s sampai 5 m3/s. Air yang menabrak sudu-sudu runner kincir air hanya

mempunyai tekanan atmosfir.


Kincir air atau turbin air dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk sudu
kincir dalam mengubah energi jatuh air menjadi energi mekanik dan dapat juga
diklasifikasikan berdasarkan sistem aliran arah air pendorong yaitu titik darimana
air akan mendorong sudu kincir.
Klasifikasi kincir atau turbin air berdasarkan bentuk sudu kincir dalam
mengubah energi jatuh air menjadi energi mekanik yaitu bentuk sudu turbin
bucket dan bentuk sudu rata kincir. Untuk lebih jelas mengenai klasifikasi bentuk
sudu dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

(a) Kincir sudu Bucket (b) Kincir sudu Plat rata

Gambar 1. Klasifikasi Bentuk sudu turbin


(Sumber: Danillo Cappechi, 2013:13)
Bentuk sudu kincir bucket merupakan bentuk sudu kincir yang mengubah
seluruh energi air yakni energi potensial dan kinetik menjadi energi mekanik
putaran turbin, contoh dari jenis kincir atau turbin ini yaitu Pelton (Djoko
Lunanto, 2012). Kincir Pelton merupakan kincir air yang memiliki sudu kincir
berbentuk mangkok atau sendok. Fluida air ditransportasikan melalui nozel
dengan kecepatan tertentu yang mana sudu tersebut dapat menampung sejumlah
air yang telah ditabrakan kedalam sudu (Amazon, 2016). Kincir sudu rata
merupakan kincir air yang memiliki sudu kincir berbentuk plat datar atau rata.
Fluida air ditransportasikan melalui nozel dengan kecepatan tertentu yang mana
fluida tersebut menabrak sudu kincir yang menyebabkan kincir berputar.
Dalam merancang desain kincir air dapat digunakan persamaan yakni:
A. Kincir Sudu Mangkok
Untuk menghitung perancangan desain kincir air sudu mangkok dapat
digunakan persamaan sebagai berikut:
1. Energi Potensial Air
Energi potensial air adalah energi yang memanfaatkan jatuh air dari
ketinggian tertentu. Untuk menghitung energi potensial air dapat ditentukan
mengunakan persamaan dibawah ini:
= (1)
Dimana:
Ep = Energi Potensial (Joule)
m = massa air (kg)
g = gaya gravitasi (m/s2)
h = beda ketinggian (m)

2. Energi Kinetik Air (Ek)


Potensi energi air selain memanfaatkan energi air jatuh, energi air juga dapat
diperoleh dari aliran kecepatan air datar. Dalam hal ini energi yang tersedia
merupakan energi kinetik (Yusri, 2004). Untuk menghitung energi kinetik air
dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
1
= 2 2 (2)
Dimana:
Ek = Energi Kinetik (Joule)
m = massa aliran air (kg)
v = kecepatan aliran air pada penampang pipa (m/s)

3. Luas Penampang Pipa


Untuk menghitung luas penampang pipa dapat digunakan persamaan sebagai
berikut:
1
= 4 4 (3)

Dimana:
A = Luas penampang pipa (m2)
d = diameter dalam pipa (m)

4. Kecepatan Aliran Air


Untuk menghitung kecepatan aliran air dapat digunakan persamaan sebagai
berikut (Ceri Steward Poea, 2013):
= 2 (4)
Dimana:
v = kecepatan aliran air (m/s)
g = gravitasi (m/s2)
h = beda ketinggian (m)
kc = Konstanta koefisien nosel (0,96)

5. Debit Air
Untuk menghitung jumlah debit air yang mengalir dapat digunakan
persamaan sebagai berikut:
1
= 4 2 (5)

Dimana:
Q = Debit aliran air (m3/s)
d = diameter nozel air (m)
v = kecepatan aliran air (m/s)

6. Jarak Antar Sudu


Untuk menghitung jarak antar sudu kincir dapat digunakan persamaan
sebagai b
erikut (Sihombing, 2009):

= (6)

= 0,13
Dimana:
l = Jarak antar sudu turbin (m)
D = Diameter kincir (m)
= sudut kemiringan sudu

7. Kecepatan Keliling Kincir Mangkok


Untuk menghitung kecepatan keliling kincir dapat digunakan persamaan
sebagai berikut (Ceri Steward Poea, 2013):
= (2)1/2 (7)
Dimana:
U = kecepatan keliling kincir (m/s)
g = gravitasi (m/s2)
H = ketinggian jatuh (m)
ku = Konstanta koefisien keliling runner (0,45)

8. Jumlah Putaran Kincir Mangkok


Untuk menghitung jumlah putaran kincir dapat digunakan persamaan sebagai
berikut (Ceri Steward Poea, 2013):
60
= (8)

Dimana:
n = jumlah putaran kincir (rpm)
U = Kecepatan keliling (m/s)
D = Diameter luar kincir

9. Kecepatan Spesifik Kincir Mangkok


Untuk menghitung jumlah putaran kincir dapat digunakan persamaan sebagai
berikut,(Pfleiderer and Petermann, 1986):

= (9)
3/4
Dimana:
ns = kecepatan spesifik kincir (rpm)
n = jumlah putaran kincir (rpm)
Q = Debit aliran keluar nosel (m3/s)
H = ketinggian jatuh (m)

10. Torsi Kincir Mangkok


Untuk menghitung torsi kincir dapat digunakan persamaan sebagai berikut
(Sularso dan Sugo, 1997) :
2
( ) ( )
1000 60
= (10)
102

= 9,74105

Dimana :
Pd = Daya Poros Kincir (W)
n = jumlah putaran (rpm)
T = Torsi Kincir (N.m)

11. Gaya Tangensial Aliran


Untuk menghitung jumlah gaya tangensial aliran kincir dapat digunakan
persamaan sebagai berikut:

= (11)

Dimana:
F = Gaya Tangensial (N)
T = Torsi Kincir (N.m)
r = jari-jari kincir (m)

12. Energi Mekanik Kincir.


Untuk menghitung energi mekanik kincir dapat digunakan persamaan sebagai
berikut, (Finnemore dan Franzini, 2006):
2
= (12)
60
Dimana:
Pmk = Daya mekanik Kincir (W)
T = Torsi kincir (N.m)
n = jumlah putaran kincir (rpm)

13. Energi Generator


Untuk menghitung jumlah energi generator dapat digunakan persamaan
sebagai berikut, (Juneidy Morong, 2016):
1
= 2 (13)

14. Energi Listrik


Untuk menghitung energi listrik yang dihasilkan dapat digunakan persamaan
sebagai berikut:
PListrik = V.I (14)
Dimana :
PListrik = Energi Listrik (W)
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)

B. Kincir Sudu Rata


. Untuk menghitung perancangan desain kincir air sudu rata dapat
digunakan persamaan sebagai berikut:
1. Energi Potensial Air
Energi potensial air adalah energi yang memanfaatkan jatuh air dari
ketinggian tertentu. Untuk menghitung energi potensial air dapat ditentukan
mengunakan persamaan dibawah ini:
= (1)
Dimana:
Ep = Energi Potensial (Joule)
m = massa air (kg)
g = gaya gravitasi (m/s2)
h = beda ketinggian (m)

2. Energi Kinetik Air (Ek)


Potensi energi air selain memanfaatkan energi air jatuh, energi air juga dapat
diperoleh dari aliran kecepatan air datar. Dalam hal ini energi yang tersedia
merupakan energi kinetik (Yusri, 2004). Untuk menghitung energi kinetik air
dapat digunakan persamaan sebagai berikut:
1
= 2 2 (2)

Dimana:
Ek = Energi Kinetik (Joule)
m = massa aliran air (kg)
v = kecepatan aliran air pada penampang pipa (m/s)

3. Luas Penampang Pipa


Untuk menghitung luas penampang pipa dapat digunakan persamaan sebagai
berikut:
1
= 4 4 (3)

Dimana:
A = Luas penampang pipa (m2)
d = diameter dalam pipa (m)
4. Kecepatan Aliran Air
Untuk menghitung kecepatan aliran air dapat digunakan persamaan dalili
Toricelli sebagai berikut (Streeter,1994):

= 2 (4)
Dimana:
v = kecepatan aliran air (m/s)
g = gravitasi (m/s2)
h = beda ketinggian (m)

5. Debit Air
Untuk menghitung jumlah debit air yang mengalir dapat digunakan
persamaan sebagai berikut:
= . (5)
Dimana:
Q = Debit aliran air (m3/s)
A = Luas penampang pipa yang dialiri air (m2)
v = kecepatan aliran air (m/s)

6. Kecepatan Keliling Kincir


Untuk menghitung kecepatan keliling kincir dapat digunakan persamaan
sebagai berikut (Nababan, 2012):
.
= (6)
2

Dimana:
U = kecepatan keliling kincir (m/s)
v = kecepatan aliran (m/s)
a = kemiringan sudu

7. Jumlah Putaran Kincir


Untuk menghitung jumlah putaran kincir dapat digunakan persamaan sebagai
berikut (Ceri Steward Poea, 2013):
60
= (7)

Dimana:
n = jumlah putaran kincir (rpm)
U = Kecepatan keliling (m/s)
D = Diameter Luar kincir

8. Gaya Tangensial Aliran


Untuk menghitung jumlah gaya tangensial aliran kincir dapat digunakan
persamaan sebagai berikut:
= . (8)

=

2
=
60
Dimana:
F = Gaya Tangensial (N)
m = massa kincir (kg)
= percepatan tangensial

9. Daya poros kincir sudu rata


Untuk menghitung energi mekanik kincir dapat digunakan persamaan sebagai
berikut, (Danny Siahaan, 2009:22):
1
2 2
8
= (9)

Dimana:
mt = massa turbin (kg)
Dpt = Diameter poros turbin (m)
pt = Kecepatan putaran poros (rpm)
Ppt = Daya Poros kincir (W)
10. Energi Mekanik Kincir.
Untuk menghitung energi mekanik kincir dapat digunakan persamaan sebagai
berikut:
= . (10)
= .
Dimana:
Pmk = energi mekanik kincir (Watt)
T = Torsi (N.m)
= kecepatan tangensial

11. Energi Generator


Untuk menghitung jumlah energi generator dapat digunakan persamaan
sebagai berikut, (Juneidy Morong, 2016):
1
= 2 (11)

13. Energi Listrik


Untuk menghitung Energi listrik yang dihasilkan dapat digunakan persamaan
sebagai berikut:
PListrik = V.I (12)
Dimana :
PListrik = Energi Listrik (W)
V = Tegangan (V)
I = Arus (A)

4.3.1 Klasifikasi Kincir Air


Kincir air digerakkan oleh tenaga aliran arah air dengan kecepatan yang
tinggi sehingga dapat menyebabkan terdorongnya sudu-sudu kincir air. Klasifikasi
kincir air berdasarkan aliran arah tembak fluida pada sudu kincir yaitu Undershot,
Overshoot, dan Breastshot (Stevi Nathanael Wenes, 2015).
1. Undershoot
Kincir air dengan arah aliran Undershot bekerja bila air yang mengalir
menghantam dinding sudu yang terletak pada bagian bawah dari kincir air.
Tipe ini cocok dipasang pada perairan dangkal pada daerah yang rata. Tipe ini
disebut juga dengan vitruvian. Disini aliran air berlawanan dengan arah
sudu yang memutar kincir.
Keuntungan:
a. Membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penempatan.
b. Konstruksi lebih sederhana
c. Lebih ekonomis
d. Mudah untuk dipindahkan
Kerugian:
a. Efisiensi kecil (25%-70%)
b. Daya yang dihasilkan relatif kecil

Untuk melihat gambar kincir air arah aliran undershot dapat dilihat pada
gambar 2 berikut:

Gambar 2. Kincir Air Arah Aliran Undershot


(Sumber: Stevi Nathanael Wenes, 2015)
2. Breastshot
Sedangkan kincir air tipe breastshot adalah tipe kincir air yang aliran air
pendorongnya menabrak sudu pada bagian tengah kincir. Kincir air Breastshot
merupakan perpaduan antara tipe overshot dan undershot dilihat dari energi
yang diterimanya.
Keuntungan:
a. Tipe ini lebih efisiensi dari tipe udershot
b. Dibandingkan tipe overshot tinggi jatuhnya lebih pendek
c. Dapat diaplikasikan pada sumber air aliran rata
Kerugian:
a. Sudu-sudu dari tipe ini tidak rata seperti tipe undershot (lebih rumit)
b. Diperlukan pada arus aliran rata
c. Efisiensi lebih kecil daripada tipe overshot (20% - 75%)

Untuk melihat gambar kincir air tipe breastshot dapat dilihat pada gambar
3 berikut:

Gambar 3. Kincir Air arah aliran Breastshot


(Sumber: Stevi Nathanael Wenes, 2015)

3. Overshot
Kincir air Overshot bekerja bila air yang mengalir ke dalam bagian sudu
sisi bagian atas dan karena gaya berat air roda kincir berputar. Kincir air
overshot paling banyak digunakan dibandingkan dengan jenis kincir air yang
lain.

Keuntungan:
a. Tingkat efisiensi yang tinggi dapat mencapai 85 %
b. Tidak membutuhkan aliran yang deras.
c. Konstruksi yang sederhana
d. Mudah dalam perawatan
e. Teknologi yang sederhana mudah diterapkan di daerah yang terpencil.
Kerugian:
a. Karena aliran air berasal dari atas maka biasanya reservoir air atau
bendungan sir memerlukan investasi lebih banyak
b. Tidak dapat untuk mesin putaran tinggi
c. Membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penempatan.

Untuk melihat gambar kincir air tipe overshot dapat dilihat pada gambar 4
berikut:

Gambar 4. Kincir Air Arah Aliran Overshot


(Sumber: Stevi Nathanael Wenes, 2015)

4.4 Konsep Dasar Pompa


4.4.1 Pengertian Fluida
Fluida didefinisikan sebagai zat atau substansi yang akan mengalami
deformasi secara berkesinambungan apabila terkena gaya geser (gaya tangensial)
sekecil apapun. Berdasarkan mampu mampatnya fluida dibagi menjadi 2 yaitu
compressible fluid dan incompressible fluid. Berdasarkan sifat alirannya fluida
dibagi menjadi 3 yaitu aliran laminer, transisi dan turbulen. Berdasarkan
hubungan antara laju deformasi dan tegangan gesernya fluida dibagi menjadi 2
yaitu Newtonian fluid dan non-newtonian fluid. Berdasarkan gaya yang bekerja
pada fluida dan gerakannya, fluida dibagi 2 yaitu fluida statis dan dinamis.
4.4.2 Pengertian Debit
Debit/kapasitas merupakan volum fluida yang dapat dialirkan per satuan
waktu. Pengukuran dari kapasitas dilakukan dengan menggunakan venturimeter,
orifice, pitottube dan lain-lain. Satuan dari kapasitas (Q) adalah m3/s, liter/s, atau
ft3/s.

4.4.3 Pengertian Head


Head didefinisikan sebagai energi per satuan berat fluida. Satuan dari head
(H) adalah meter atau feet fluida. Di dalam pompa, head diukur dengan cara
menghitung beda tekanan total antara pipa isap dan pipa tekan, bila pengukuran
dilakukan pada ketinggian yang sama. Menurut persamaan Bernoulli, terdapat tiga
macam head dari sistem instalasi aliran, yaitu head kecepatan, head potensial dan
head tekanan, sebagai berikut:
a. Head tekanan adalah perbedaan head yang disebabkan perbedaan tekanan
statis (head tekanan) fluida pada sisi tekan dan sisi isap.
b. Head kecepatan adalah perbedaan antara head kecepatan zat cair pada sisi
tekan dengan head kecepatan zat cair pada sisi isap.
c. Head potensial / elevasi adalah perbedaan ketinggian antara fluida pada sisi
tekan dengan ketinggian fluida pada sisi isap.

4.4.4 Pengertian Pompa


Pompa adalah jenis mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan
fluida melalui pipa dari satu tempat ke tempat lain. Dalam menjalankan fungsinya
tersebut, pompa mengubah energi mekanik poros yang menggerakkan sudu-sudu
pompa mejadi energi kinetik dan tekanan pada fluida.
Spesifikasi pompa dinyatakan dengan jumlah fluida yang dapat dialirkan
per satuan waktu (kapasitas) dan energi angkat (head) dari pompa.
a. Kapasitas (Q)
Merupakan volum fluida yang dapat dialirkan persatuan waktu. Dalam
pengujian ini pengukuran dari kapasitas dilakukan dengan menggunakan
venturimeter. Satuan dari kapasitas (Q) adalah m3/s, liter/s, atau ft3/s.
b. Putaran (n)
Putaran adalah putaran poros (impeler) pompa, dinyatakan dalam satuan rpm.
Putaran diukur dengan menggunakan tachometer.
c. Torsi (T)
Torsi didapatkan dari pengukuran gaya dengan menggunakan dinamometer,
kemudian hasilnya dikalikan dengan lengan pengukur momen (L). Satuan dari
torsi adalah Nm.
d. Daya (P)
Daya dibagi menjadi dua macam, yaitu daya poros yang merupakan daya dari
motor listrik, serta daya air yang dihasilkan oleh pompa. Satuan daya adalah
Watt.
e. Efisiensi ( )
Merupakan perbandingan antara daya air yang dihasilkan dari pompa, dengan
daya poros dari motor listrik.

4.4.5 Klasifikasi Pompa


Menurut prinsip kerjanya, pompa diklasifikasikan menjadi dua macam,
yaitu:
a. Positive Displacement Pump
Merupakan pompa yang menghasilkan kapasitas yang intermittent, karena
fluida ditekan di dalam elemen-elemen pompa dengan volume tertentu. Ketika
fluida masuk, langsung dipindahkan ke sisi buang sehingga tidak ada
kebocoran (aliran balik) dari sisi buang ke sisi masuk. Kapasitas dari pompa
ini kurang lebih berbanding lurus dengan jumah putaran atau banyaknya gerak
bolak-balik pada tiap satuan waktu dari poros atau engkol yang
menggerakkan. Pompa jenis inimenghasilkan head yang tinggi dengan
kapasitas rendah. Pompa ini dibagi lagi menjadi:
1. Reciprocating Pump (Pompa Torak)
Pada pompa ini, tekanan dihasilkan oleh gerak bolak-balik translasi dari
elemen-elemennya, dengan perantaran crankshaft, camshaft, dan lain-
lainnya. Pompa jenis ini dilengkapi dengan katup masuk dan katup buang
yang mengatur aliran fluida keluar atau masuk ruang kerja. Katup-katup
ini bekerja secara otomatis dan derajat pembukaannya tergantung pada
fluida yang dihasilkan. Tekanan yang dihasilkan sangat tinggi, yaitu lebih
dari 10 atm. Kecepatan putar rendah yaitu 250 sampai 500 rpm. Oleh
karena itu, dimensinya besar dan sangat berat. Pompa ini banyak dipakai
pada pabrik minyak dan industri kimia untuk memompa cairan kental, dan
untuk pompa air ketel pada PLTU. Skema pompa torak ditunjukkan pada
gambar 5.

Gambar 5. Skema pompa torak.


(Sumber: Sularso, 2006)

2. Rotary Pump
Tekanan yang dihasilkan dari pompa ini adalah akibat gerak putar dari
elemen-elemennya atau gerak gabungan berputar. Prinsip kerjanya adalah
fluida yang masuk ditekan oleh elemen-elemen yang memindahkannya ke
sisi buang kemudian menekannya ke pipa tekan. Karena tidak memiliki
katup-katup, maka pompa ini dapat bekerja terbalik, sebagai pompa
maupun sebagai motor. Pompa ini bekerja pada putaran yang tinggi
sampai dengan 5000 rpm atau lebih. Karena keuntungan tersebut, pompa
ini banyak dipakai untuk pompa pelumas dan pada hydraulic power
transmission. Pompa yang termasuk jenis ini adalah:
a. Gear Pump (Pompa Roda Gigi)
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya dua buah roda gigi
berpasangan yang terletak dalam rumah pompa akan menghisap dan
menekan fluida yang dipompakan. Fluida yang mengisi ruang antar gigi
ditekan ke sisi buang. Akibat diisinya ruang antar sisi tersebut maka
pompa ini dapat beroperasi. Aplikasi dari pompa ini adalah pada sistem
pelumasan, karena pompa ini menghasilkan head yang tinggi dan debit
yang rendah. Contoh pompa roda gigi terdapat pada gambar 6.

Gambar 6. Pompa Roda Gigi.


Sumber: Sularso, 2006

b. Pompa Piston
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya selubung putar
menyebabkan piston bergerak sesuai dengan posisi ujung piston di atas
piring dakian. Fluida terhisap ke dalam silinder dan ditekan ke saluran
buang akibat gerakan naik turun piston. Fungsi dari pompa ini adalah
untuk pemenuhan kebutuhan head tingi dan kapasitas rendah. Skema
pompa piston ditunjukkan pada gambar 7.
Gambar 7. Skema pompa piston.
(Sumber: Sularso, 2006)
b. Dynamic Pump
Merupakan pompa yang ruang kerjanya tidak berubah selama pompa bekerja.
Untuk merubah kenaikan tekanan, tidak harus mengubah volume aliran fluida.
Dalam pompa ini terjadi perubahan energi, dari energi mekanik menjadi
energi kinetik, kemudian menjadi energi potensial. Pompa ini memiliki
elemen utama sebuah rotor dengan suatu impeler yang berputar dengan
kecepatan tinggi. Yang termasuk di dalam jenis pompa ini adalah pompa
aksial dan pompa sentrifugal, antara lain:
1. Pompa Aksial
Prinsip kerja dari pompa ini adalah berputarnya impeler akan menghisap
fluida yang dipompakan dan menekannya ke sisi tekan dalam arah aksial.
Pompa ini cocok untuk aplikasi yang membutuhkan head rendah dan
kapasitas tinggi, seperti pada sistem pengairan. Contoh pompa aksial
terdapat pada gambar 8.

Gambar 8. Pompa aksial


(Sumber: Sularso, 2006)
2. Pompa Sentrifugal
Elemen pokok dari pompa ini adalah sebuah rotor dengan sudu-sudu yang
berputar pada kecepatan tinggi. Fluida yang masuk dipercepat oleh
impeler yang menaikkan tekanan maupun kecepatannya, dan melempar
fluida keluar melalui volute atau rumah siput. Pompa ini digunakan untuk
memenuhi kebutuhan head medium sampai tinggi dengan kapasitas aliran
medium. Dalam aplikasinya, pompa sentrifugal banyak digunakan untuk
proses pengisian air pada ketel dan pompa rumah tangga.
Secara garis besar, pompa bekerja dengan cara mengubah energi mekanik
dari poros yang menggerakkan sudu-sudu pompa, kemudian menjadi
energi kinetik dan tekanan pada fluida. Demikian pula pada pompa
sentrifugal, agar bisa bekerja pompa membutuhkan daya dari mesin
penggerak pompa. Berputarnya impeler menyebabkan tekanan vakum
pada sisi isap pompa, akibatnya fluida yang mengalir terhisap masuk ke
dalam impeler. Di dalam impeler, fluida mendapatkan percepatan
sedemikian rupa dan terkena gaya sentrifugal, sehingga fluida mengalir
keluar dari impeler dengan kecepatan tertentu. Kecepatan keluar fluida ini
selanjutnya akan berkurang dan berubah menjadi energi tekanan di dalam
rumah pompa. Besarnya tekanan yang timbul tergantung pada besarnya
kecepatan fluida.
Bagian-bagian dari pompa sentrifugal, sebagai berikut:
a. Rumah Pompa
Rumah pompa memiliki beberapa fungsi, antara lain:
1. Berfungsi sebagai pengarah fluida yang dilemparkan impeler.
Akibat gaya sentrifugal yang menuju pompa tekan, sebagian energi
kinetik fluida diubah menjadi tekanan.
2. Menutup impeler pada penghisapan dan pengiriman pada ujung
dan sehingga berbentuk tangki tekanan.
3. Memberikan media pendukung dan bantalan poros untuk batang
torak dan impeler.
Gambar 9. Penampang memanjang pompa sentrifugal
(Sumber: Sularso, 2006)

b. Poros Pompa
Sebagai penerus putaran pengerak kepada impeler dan pompa. Poros
pompa dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Poros pompa datar atau horizontal
2. Poros pompa tegak atau vertical
c. Cincin Penahan Keausan atau Cincin Perapat (Waring Ring)
Untuk mencegah keausan rumah pompa dan impeler pada sambungan
yang bergerak (running joint), maka dipasang cincin penahan keausan
(waring ring) yang disebut juga cincin rumah pompa atau cincin
perapat.
d. Bantalan Poros
Bantalan yang banyak dipakai pada pompa sentrifugal adalah bantalan
anti gesek, selongsong, rol bola, dan bantalan kingsbury. Bantalan anti
gesek dapat berupa baris tungal atau ganda. Bantalan rol banyak
dipakai untuk poros pompa berukuran besar.
e. Selongsong Poros
Berfungsi utuk mencegah kebocoran udara ke dalam pompa bila
beroperasi dengan tinggi isap (suction lift) dan untuk mendistribusikan
cairan perapat secara merata di sekeliling ruang cincin (anular space)
antara lubang peti dan permukaan selongsong poros. Selongsong poros
disebut juga sangkar perapat atau cincin lantern. Selongsong poros ini
menerima cairan yang bertekanan dari pompa atau sumber tersendiri
lainnya. Kadang-kadang digunakan minyak gemuk sebagai medium
perapat apabila cairan yang bersih tidak tersedia atau tidak dapat
dipakai (pompa air kotor).
f. Peti Gasket
Berfungsi untuk mencegah udara bocor ke dalam rumah pompa bila
tekanan di dalamnya berada di bawah tekanan atmosfer.
g. Perapat Poros (Perapat Mekanis)
Digunakan untuk mencegah kebocoran di sekeliling poros. Perapat
poros ini juga dipakai apabila peti gasket tidak dapat mencegah
kebocoran secara maksimal. Permukaan perapat tegak lurus terhadap
poros pompa dan biasanya terdiri dari dua bagian yang dihaluskan dan
dilumasi. Perapat poros dibedakan menjadi dua, yaitu jenis dalam dan
jenis luar. Jenis luar dipakai apabila cairan yang dipompa berpasir dan
tidak diinginka adanya kebocoran pada peti gasket. Jenis dalam
digunakan untuk cairan yang mudah menguap.

4.4.6 Karakteristik Instalasi Pompa Seri dan Pompa Paralel


A. Pompa Seri
Instalasi pompa yang disusun seri bertujuan untuk memperoleh fluida
dengan nilai head tekanan yang sangat tinggi dengan kapasitas fluida yang
rendah. Grafik pada gambar 10 menunjukkan bahwa head total yang tinggi pada
pompa yang tersusun seri diperoleh dengan menjumlahkan head pompa 1 dengan
head pompa 2, sebagai berikut:

Htotal = H1 + H2
Gambar 10. Operasi seri dari pompa dengan karakteristik berbeda
Sumber: Sularso (2000:95)

B. Pompa Paralel
Instalasi pompa yang disusun paralel bertujuan untuk memperoleh fluida
dengan kapasitas yang tinggi namun head tekanan yang diperoleh rendah. Pada
gambar 11 didapatkan kapasitas (Q) aliran yang tinggi diperoleh dengan cara
menjumlahkan kapasitas aliran pompa 1 (Q1) dengan kapasitas aliran pompa 2
(Q2), sebagai berikut:

Qtotal= Q 1 + Q2

Gambar 11. Operasi paralel dari pompa dengan karakteristik berbeda


Sumber: Sularso (2000:94)
4.5 Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling terhubung
satu sama lain secara hidrolis. Sehingga perubahan di satu bagian pipa akan
menyebabkan pengaruh pada bagian-bagian lain pada jaringan. Pengaruh ini
dapat dideteksi dari segi perubahan tekanan dalam pipa. Sistem perpipaan terdiri
dari pipa, katup (valves), alat penyambung (fittings) yang berfungsi untuk
mengalirkan zat cair dari satu tempat ke tempat yang lain. Aliran terjadi karena
adanya perbedaan tinggi tekanan dikedua tempat yang disebabkan oleh adanya
perbedaan elevasi muka air atau karena digunakannya pompa. (Wiliam G. Ovens,
1977).
Pipa merupakan saluran tertutup berpenampang lingkaran yang digunakan
untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh. Fluida yang dialirkan
melalui pipa bisa berupa zat cair atau gas. Secara umum karakteristiknya
ditentukan berdasarkan material (bahan) penyusunnya. Ukuran diameter pipa
didasarkan pada diameter Nominal antara diameter luar (OD) atau diameter
dalam (ID). (Wiliam G. Ovens, 1977).
Valve merupakan sistem perpipaan yang berfungsi menutup, mengalirkan,
mengisi, atau mengalihkan suatu fluida yang mengalir di dalam pipa. Adapun
cara pengoperasian valve dapat dilakukan secara manual, otomatis, atau
kombinasi dari keduanya. Untuk pemilihan material valve pada sistem perpipaan
telah diatur dalam ASME 16.34. (Wiliam G. Ovens, 1977).
Fittings merupakan komponen sistem perpipaan yang membuat perubahan
arah jalur pipa, perubahan diameter jalur pipa dan percabangan pipa. Fitting
merupakan komponen-komponen pipa yang berkaitan dengan penyambungan,
baik pipa dengan pipa, dan pipa dengan peralatan seperti elbow dan tee. Elbow
adalah jenis fitting yang dipa
sangkan pada pipa pada saat pipa akan berobah arah perjalanannya.
Sedangkan tee adalah sebuah komponen yang mempunyai tujuan untuk membagi
aliran fluida dalam pipa menjadi dua arah atau sebaliknya menggabungkan dua
aliran fluida menjadi satu didalam pipa selanjutnya. (Wiliam G. Ovens, 1977).
4.6 Nozel
Nozel adalah alat atau perangkat yang dirancang untuk mengontrol arah atau
karakteristik dari aliran fluida (terutama untuk meningkatkan kecepatan) saat
keluar (atau memasuki) sebuah ruang tertutup atau pipa. Sebuah nozzle sering
berbentuk pipa atau tabung dari berbagai variasi luas penampang, dan dapat
digunakan untuk mengarahkan atau memodifikasi aliran fluida (cairan atau gas).
Nozel sering digunakan untuk mengontrol laju aliran, kecepatan, arah, massa,
bentuk, dan / atau tekanan dari aliran yang muncul. Kecepatan nozzle dari fluida
meningkat sesuai energi tekanannya. Prinsip utama penggunaan nozel untuk
fluida air atau tak mampat menggunakan prinsip hukum kontinuitas yaitu
kekekalan massa.

Gambar 12. Air nozzle


Klasifikasi jenis-jenis nozel air sebagai berikut:
1. Nozel jet
Nozel jet memiliki diameter yang lebih besar dan tekanan yang lebih rendah
pada bagian input dari pada bagian output yang memiliki diameter lebih kecil dan
tekanan yang lebih besar akibat pengecilan diameter.
2. Nosel Magnetik
Magnetic nozel juga telah diusulkan untuk beberapa jenis penggerak, di mana
aliran plasma diarahkan oleh medan magnet, bukan dinding yang terbuat dari
materi padat.
3. Nosel Spray
Nozel spray memiliki prinsip kerja yang hampir sama dengan nozel jet
namun memiliki diameter yang lebih kecil dan terjadi perluasan aliran output
fluida atau memecah aliran fluida (aerosol).
4.7. Alternator
4.7.1. Pengertian Alternator
Alternator adalah peralatan elektromekanis yang mengkonversikan energi
mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Pada prinsipnya, generator listrik
arus bolak-balik disebut dengan alternator.
4.7.2.Bagian Komponen Alternator dan Fungsinya
Bagian komponen alternator antara lain adalah cover
alternator,pulley,bearing,regulator,brush holder,dioda dan rotor coil yang masing
masing komponen memiliki fungsinya sendiri sendiri.
1. Cover Alternator : memiliki fungsi sebagai wadah dari seluruh komponen
dalam alternator dengan bentuk berlubang,lubang ini pun memiliki fungsi
utama sebagai pendingin agar mesin tidak terbakar,rusak,overheating.
2. Pulley alternator : Adalah sebuah roda yang nantinya dihubungkan dengan
belt sehingga pulley berputar memutar rotor coil didalamnya.
3. Bearing : pada alternator terdapat beberapa bearing yang fungsinya adalah
untuk dudukan ujung ujung rotor coil sebagai tumpuan berputar. Bila
komponen ini sampai rusak biasanya tanda yang umum adalah munculnya
bunyi berisik di bagian alternator layaknya bunyi tikus yang mencicit.
4. Regulator : memiliki fungsi utama sebagai Pengatur tegangan output
/ tegangan yang dihasilkan oleh alternator agar selalu tetap sehingga bila
rpm mesin naik setinggi langit sekalipun tegangan yang keluar ini masih
tetap. Bila komponen ini sampai rusak tanda umum yang terjadi adalah
rusaknya beberapa peralatan listrik pada mobil,rusaknya Aki dan lain
sebagainya.
5. Dioda : berfungsi sebagai penyearah arus bolak bali yang dihasilkan oleh
alternator menjadi tegangan searah yang kemudian akan didistribusikan ke
komponen yang membutuhkan listrik,termasuk salah satunya adalah Aki
tadi.
6. Rotor Coil : Adalah sebuah gulungan atau lilitan yang memiliki fungsi
mengubah energi magnetik menjadi energi listrik yang kemudian diolah dan
disalurkan menuju brush - dioda - dan seterusnya.

4.7.3. Prinsip Kerja Alternator


Pada alternator ditandai dengan tidak adanya magnet tetap, dengan
demikian alternator harus diberikan arus listrik awal agar tercipta medan magnet.
Bagian yang berputar pada alternator disebut rotor coil atau field coil yang
sekaligus sebagai pembangkit medan magnet bila coil tersebut dialiri arus.
Sedangkan bagian yang diam disebut Stator coil atau armature coil. Armature coil
inilah yang kemudian akan mengeluarkan arus listrik bila field coil berputar. Flux
yang melalui stator coil akan berubah perlahanlahan seperti berikut:

Gambar 13. Skema Kerja Alternator


Sumber : http://blandong.com/prinsip-kerja-alternator/

Ketika rotor diputar searah jarum jam, maka induksi gaya gerak listrik akan
maksimum pada 90 dan 270 serta akan minumum pada 180 dan 360, dengan
demikian arus listrik selalu berbeda polaritas setiap 180. Polaritas yang demikian
ini disebut dengan arus bolak-balik atau Alternating Current.
4.7.4. Jenis-Jenis Alternator

Jenis-jenis alternator adalah sebagai berikut :


1. Brushed
Alternator brushed yaitu alternator yang menggunakan brush yang menjadi
media untuk menghantarkan arus ke field coil alternator.
2. Brushless
Alternator brushless yaitu alternator yang tidak menggunakan brush untuk
media menghantarkan arus ke field coil alternator,tetapi dengan mengubah
kontruksi alternator sehingga field coil tidak ikut berputar dengan rotor
sedangkan yang ikut berputar dengan rotor adalah kutub magnet (inti
besinya saja).
3. Bearing test
Selalu gantilah bearing ketika melakukan overhaul alternator.Jika
penggantian front bearing disegel pada satu sisi saja, buka sisi terdekat kipas
saja. Jika penggantian rear bearing disegel pada satu sisi saja, buka sisi yang
jauh dari kipas.
4. Brush test
Yakinkan bahwa panjang brush lebih dari 7/32 (5,25 mm).Ganti jika
perlu.
Lepas brush dari regulator, pasang brush baru.Cegah jangan sampai timah
masuk ke dalam brush lead. Brush harus bebas meluncur dalam brush
holder dengan tekanan spring normal 10-14 OZS (283-397 g).

5. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari rancang bangun PLTMH antara lain:
a. Mendapatkan prototype Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
b. Mendapatkan kondisi optitimun sudu pengarah untuk daya yang dihasilkan
PLTMH
c. Menganalisa komponen peralatan mesin konversi energi pada rancang bangun
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro.
d. Mendapatkan kinerja efisiensi dari kincir air tipe sudu lengkung.
6. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang akan diperoleh setelah penelitian ini selesai adalah sebagai
berikut:
a. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang prototype
pembangkit listrik tenaga mikro hidro.
b. Dapat dijadikan judul praktikum di laboratorium Mesin Konversi Energi bagi
mahasiswa Jurusan Teknik Kimia khususnya Teknik Energi.
c. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat di daerah dengan potensi
energi fosil rendah bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro dapat
digunakan sebagai pengganti bahan bakar fosil sebagai sumber listrik.

7. METODOLOGI PENELITIAN
7.1. Pendekatan Desain Fungsional
Pada pendekatan ini rancang bangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro
yang dibuat berdasarkan kegunaan masing-masing alat. Air yang dialirkan melalui
pompa dengan kapasitas tertentu akan disalurkan menuju turbin. Turbin yang
digunakan adalah tipe crossflow yang merupakan turbin bertekanan kecil dengan
injeksi tangensial dari putaran kipas dengan poros horizontal.
Aliran air yang mengalir melalui pintu masuk pipa akan dialirkan menuju
pipa pesat (nozzel) sebagai pengatur aliran yang kemudia air tersebut akan
menumbuk turbin dimana turbin akan menerima energi air dan mengubahnya
menjadi energi mekanik dikarenakan adanya perputaran poros turbin yang
berlawanan sehingga memberikan effisiensi tambahan. Poros yang berputar
tersebut kemudian ditransmisikan ke generator. Dari generator akan dihasilkan
energi listrik yang akan disimpan pada batre (accu) dengan daya yang dihasilkan
sebesar 300 watt yang akan digunakan untuk menghidupkan lampu indikator dan
menghidupkan pompa.
7.2 Pendekatan Desai Struktural

Gambar 14. Desain Turbin Tipe Crossflow dengan Sudu Lengkung

Gambar 15. Skema Rancang Bangun PLTMH


Desain 3D Prototype Pemangkit Listrik Tenaga Mikro-Hydro

Gambar 16. Tampak Atas

Gambar 17. Tampak Depan


Gambar 18. Tampak Belakang

Gambar 19. Tampak Samping Kanan


Gambar 20. Tampak Samping Kiri

Secara umum rancangan alat terdiri dari instrumentasi berupa bak


penampungan dengan bahan plat baja yang berkapasitas 0.25 m3 dengan dimensi
panjang 1 m, lebar 0.5 m dan tinggi 0.5 yang diposisikan pada bagian bawah
turbin. Sedangkan pompa yang terletak pada sisi samping atas dari bak
penampung adalah pompa jenis jet pump dengan debit 0.035 m3/s .

7.3 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu pembuatan alat dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017,
sedangkan waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan April sampai
Juni 2017 di Laboratorium Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

7.4 Alat dan Bahan


7.4.1 Bahan Yang Digunakan
1. Air
2. Resin
3. Katalis

7.4.2 Alat Yang Digunakan


1. Mesin Gerinda 1 buah
2. Jet Pump 1 buah
3. Mesin Las 1 buah
4. Sistem Kontrol manual 1 buah
5. Multitester 1 buah
6. Tachometer 1 buah
7. Elektroda 2 kg
8. Profil L 2 batang
9. Kapur Besi 1 kotak
10. Batu Gerinda Biasa 3 buah
11. Batu Gerinda Potong 6 uah
12. Pipa PVC 1 2 batang
13. Pipa Baja Tebal 8 mm 1 batang
14. Valve 2 buah
15. Elbow 2 buah
16. Bak Penampung 1 buah
17. Pulley 2 buah
18. V-belt 1 buah
19. Alternator 1 buah
20. Inverter 1 buah
21. Lampu 20 watt 1 buah
22. Sendok Doll 2 lusin
23. Roda Sepeda 1 buah
24. Bearing 4 buah

7.5 Prosedur Percobaan


7.5.1 Pembuatan alat rancang bangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro kapasitas 300 watt
A. Tahap persiapan
1. Menyiapkan bahan bahan untuk membuat rancang bangun
PLTMH.
2. Membuat rangka dan tempat dudukan keseluruhan alat PLTMH serta
sistem kontrol manual untuk mengontrol keberlangsungan proses.
3. Memasang roda pada rangka PLTMH agar mudah dipindahkan.

B. Tahap Pembuatan Kincir


1. Mempersiapkan satu buah vleg sepeda bekas dengan diameter 20 cm
yang akan digunakan sebagai roda kincir.
2. Mempersiapkan sudu-sudu kincir yakni berupa 16 sendok stainless
steel
3. Memasang sudu-sudu tersebut sesuai dengan jenis kincir yang
digunakan.
4. Memasang poros AS dan bearing atau bantalan pada bagian rongga
sepeda sebagai beban putaran kincir air.
C. Tahap Pemasangan Instalasi rancang bangun PLTMH
1. Mempersiapkan bahan bahan yang digunakan untuk merangkai
alat.
2. Mempersiapkan bak penampung yang diletakkan pada bagian bawah
pompa.
3. Memasang instalasi pemipaan yang duhubungkan dengan pompa
serta nozzel pada rancang bangun PLTMH.
4. Memasang kincir air, alternator dan instrumen pelangkap rancang
bangun PLTMH lainnya.
5. Memasang sistem kontrol manual dan metering pengukur daya yang
dihasilkan.
6. Memasang lampu indikator sebagai indikasi adanya daya yang
dihasilkan.

7.5.2 Prosedur percobaan rancang bangun PLTMH


1. Mempersiapkan rancang bangun PLTMH.
2. Menghubungkan stop kontak instrument ke aliran listrik.
3. Memutar switch ON/OFF untuk menghidupkan rancang bagun PLTMH.
4. Membuka dan mengatur bukaan valve sesuai keperluan percobaan.
5. Membuka dan mengatur valve nozzle sesuai keperluan percobaan.
6. Membuka dan memasang nozzle dengan nozzle sudut yang berbeda.
7. Membuka dan memasang turbin dan kincir air sesuai keperluan percobaan.
8. Mengamati dan mencatat hasil percobaan yang telah dilakukan.
9. Proses ini dilakukan berulang-ulang pada tiap variabel yang dibutuhkan
yang diukur pada kurun waktu tertentu.
10. Setelah pengukuran percobaan dari berbagai variabel selesai, menutup
semua valve yang terbuka, kemudian memutar switch ON/OFF untuk
mengakhiri operasi dan mencabut stop kontak untuk memutus aliran
listrik.
11. Melakukan analisa dari data percobaan yang telah dilakukan.

7.6 Data Pengamatan


Data proses prototype PLTMH
Sudu Putaran
Waktu Debit Tegangan Arus
Pengarah turbin
(menit) (L/min) (Volt) (Ampere)
(rpm)
10
15
20

8. JADWAL PELAKSANAAN
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2017
di Laboratorium Jurusan Teknik Kimia Program Studi Teknik Energi Politeknik
Negeri Sriwijaya. Adapun jadwal kegiatan tersebut dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan
Uraian Bulan
Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli
Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Pengajuan
Judul
Pelaksanaan
Pembuatan
Alat
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Penyusunan
Laporan
Pembuatan
Artikel
Ilmiah
Pengumpulan
Lapran
Seminar
Laporan

9. RINCIAN BIAYA

Tabel 3. Biaya Alat dan Bahan


No Material Kuantitas Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Batu gerinda
6 pcs 3.000 18.000
potong
2 Batu gerinda biasa 3 pcs 11.500 34.500
3 Elektroda 1 box 65.000 65.000
4 Profil L 40 mm x 4
2 pcs 76.600 153.200
mm x 6 m
5 Kapur besi 1 box 14.000 14.000
6 Alternator 1 unit 600.000 600.000
7 Pompa 1 unit 1.300.000 1.300.000
8 Lampu 20 watt 2 pcs 20.000 40.000
9 Pipa PVC 1 2 pcs 20.000 40.000
10 Pipa baja 1 pcs 50.000 50.000
11 Valve 2 pcs 6.000 12.000
12 Elbow 2 pcs 3.000 6.000
13 Bak penampung 1 unit 100.000 100.000
14 Pulley 4 pcs 50.000 200.000
15 V-belt 2 pcs 25.000 50.000
16 Inverter 1 pcs 150.000 150.000
17 Multitester 1 pcs 100.000 100.000
18 Tachometer 1 pcs 300.000 300.000
19 Sendok doll 24 pcs 4.200 100.000
20 Roda Sepeda 1 pcs 50.000 50.000
21 Bearing 4 pcs 35.000 35.000
Sub Total 3.477.700

Tabel 4. Biaya Transportasi


Transportasil Jumlah (Rp)
Pembelian Alat 100.000
Sub Total 100.000

Tabel 5. Biaya Lain-Lain


No Material Kuantitas Harga satuan (Rp) Jumlah (Rp)
1 Kertas A4 70 gram 3 rim 35.000 105.000
2 Tinta Print 3 buah 25.000 75.000
3 Spidol Putih 1 buah 25.000 25.000
4 Jilid Proposal 4 buah 3000 12.000
5 Jilid Laporan Akhir 6 buah 30.000 180.000
Sub Total 397.000
Tabel 6. Rekapitulasi Biaya
Transportasil Jumlah (Rp)
Biaya Alat dan Bahan 3.477.700
Biaya Transportasi 100.000
Biaya Lain-Lain 397.000
Sub Total 3.974.700
DAFTAR PUSTAKA

Hadiyanto, R., & Bakri, F. (2013). Rancang Bangun Prototipe Portable Mikro
Hydro Menggunakan Turbin Tipe Cross Flow, 19(1), 1925.

Irawan, D.,& Metro, M. (n.d.). Pembuatan turbin mikrohidro tipe cross-flow


sebagai pembangkit listrik di desa bumi nabung timur, 3(116), 712.

Suharsono. 2004. Kincir Air Pembangkit Listrik. PT Penebar Swadaya, Jakarta.

White, Frank., Hariandja., Manahan. 1986. Mekanika Fluida (Terjemahan). Edisi


I, Erlangga, Jakarta.

Yusri, Aidil Z, Asmed. 2004. Analisa Daya dan Putaran Kincir Air Tradisional
Sebagai ALternatif Sumber Daya Penggerak. Jurnal Teknik Mesin,
Politeknik Negeri Padang, Vol 1, No 2. Padang

Anda mungkin juga menyukai