Laporan Praktek Konservasi Tanah Dan Air Di Kabupaten Garut

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktek KONSERVASI TANAH DAN AIR DI KABUPATEN GARUT

Laporan Praktek KTA ekha

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang
dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila
tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk
irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang.

Penerapan teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil teknis dan kimiawi. Penerapan
teknik vegetaif berupa penanaman vegetasi tetap, budidaya tanaman lorong, strip rumput dan lainlain,
penerapan sipil teknis berupa pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, teras, saluran
pembuagan air, sumur resapan, embung, parit buntu (rorak), perlindungan kanan kiri tebing sungai dan
lainlain, serta penerapan teknik kimiawi berupa pemberian mulsa, bitumen zat kimia.

Pada kenyataannya semakin banyak terjadi degradasi lahan dan air yag disebabkan oleh banyak faktor
yang dapat menyebabkan rusaknya atau berkurangnya kualitas dan kuantitas suatu tanah dan air yang
dapat berdampak buruk pada lingkungan kita bahkan dapat menyebabkan suatu bencan alam seperti
longsor yang merupakan bentuk dari erosi.

Salah satu kegiatan dalam menyelamatkan lahan dari tingkat erosi yang tinggi adalah penerapan teknik
konservasi tanah dan air disamping kegiatan reboisasi, penghijauan, pemeliharan dan pengayaan
tanaman. Konservasi tanah dan air merupakan upaya untuk penggunaan lahan sesuai dengan syarat
syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dan air mempunyai tujuan
utama untuk mempertahankan tanah dan air dari kehilangan dan kerusakannya. Oleh karena itu
dilakukan praktek ini yaitu pembuatan sedimentasi bambu sebagai salah satu upaya konservasi tanah
dan air pada Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin.

B. Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari praktek konservasi tanah dan air ini yaitu :

1. Memberikan pengetahuan lapangan sehingga mahasiswa mampu menerapkan pengetahuan teori


secara langsung.

2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa melalui kegiatan interaksi dan aplikasi
langsung berbagai pengetahuan yang diperoleh mahasiswa selama belajar di bangku kuliah.
3. Melatih mahasiswa untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah serta menganalisis
pengetahuan untuk kemudian diterapkan di lapangan.

Sedangkan kegunaan dari praktek ini yaitu mahasiswa dapat memahami dan mengetahui teknik-teknik
konservasi tanah dan air sehingga dapat mengaplikasikannya pada kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi KTA

Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai
dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 2000), dikatakan selanjutnya bahwa konservasi
tanah tidaklah berarti penundaan atau pelarangan pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis
penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah berhubungan erat dengan
konservasi air. Setiap perlakuan yang diberikan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan
usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air. Salah satu tujuan konservasi tanah
adalah meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapat
ditoleransikan merupakan masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke
dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk melestarikan
sumberdaya alam.

Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang
dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila
tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk
irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang.

Konservasi tanah pada umumnya terdapat di berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada
perbandingan panjang kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah menyusut. Lalu terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan pada konservasi air dalam rangka pengontrolan erosi dimana
kemiringan tanah yang telah ditentukan dalam persen dan panjang kemiringan tanah yang disebut
dengan s ystem cropping.

Usahapokokdalampengawetantanahdan air meliputi (Zulrasdi et, al. 2005):

1. Pengelolaan lahan

Sesuai kemampuan lahan

Mengembalikan sisa-sisa tanaman ke dalam tanah

Melindungi lahan dari ancaman erosi dengan menanam tanaman penutup tanah
Penggunaan mulsa.

2. Pengelolaan Air

Pengelolaanairadalahusaha-usaha pengembangan sumberdaya air dalam hal :

Jumlah air yang memadai

Kwalitas air

Tersediaairsepanjangtahun

3. Pengelolaan Vegetasi

Pengelolaanvegetasipadahutantangkapan air maupun pemeliharaan vegetasi sepanjang aliran sungai,


dapat ditempuh dengan cara:

Penanaman dengan tanaman berakar serabut seperti: bambu yang sangat dianjurkan di
pinggiransungai,kemudiandiikutidengan rumput makanan ternak seperti: Rumput
gajah,RumputSetaria,RumputRaja,dan lain-lainsebagainya. Penanaman ini dimaksudkanuntuk
penghalangterjadinya erosi pada tanah.

Penanamantanamansemusimuntuklahan yangtidakmemilikikemiringan

Pembuatanteras. Bilapadalahantersebut terdapat kemiringan, maka perlu dibuat teras.

B. Teknik Konservasi Tanah dan Air

Degradasi lahan dapat terjadi lantaran masyarakat cenderung mengeksploitasi lahan-lahan pertanian
dan mengakibatkan penambangan pada tanah. perubahan teknologi atau intensifikasi penggunaan
lahan bahkan bisa menggantikan pepohonan dan vegetasi yang berakar dalam dengan tanaman bahan
makanan yang berakar dangkal sehingga tanah mudah tererosi. sementara itu laju pembentukan
kembali tanah dan lapisan permukaan yang tererosi sangat lamban sehingga degradasi lahan nyaris
tidak dapat tergantikan kembali secara cepat. konsep laju kehilangan lapisan permukaan digunakan
sebagai pendekatan degradasi lahan. laju erosi diantaranya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :

tingkat erosivitas atau faktor curah hujan.

sifat fisik tanah

kemiringan lahan dan pannjang lansekap

karakteristik tanaman penutup tanah dan manajemen usaha tani.

Untuk daerah yang berpendapatan rendah atau tidak ada mempunyai alternatif mata pencaharian lain
yang memadai, eksploitasi lahan pertanian yang berlebihan justru akan meningkatkan kecenderungan
degradasi lahan. hal yang perlu dicatat adalah apabila intensifikasi penggunaan lahan kering lebih
banyak berlangsung pada lahan yang kemiringan curam dan tanpa menghiraukan aspek konservasi,
konsekuensi pada degradasi lahan akan semakin besar.

Untuk menanggulangi fenomena degradasi lahan adopsi teknologi konservasi masih ditentukan oleh
faktor-faktor keterkaitan antara tingginya tingkat degradasi lahan dan tingkat keuntungan usaha tani
pada suatu lahan dan tingkat kemiringan yang berbeda. pada keadan ekstrim, para petani akan mau
mengadopsi teknologi konservasi hanya jika terdapat manfaat ekonomi dari kegiatan tersebut.
kemungkinan ekstrim lainnya adalah masyarakat petani sayuran dilereng-lereng bukit yang jelas-jelas
mempunyai kecenderungan degradasi lahan yang sangat tinggi mungkin saja enggan mengadopsi
teknologi konservasi jika penghasilan dari usaha tani sayuran itu tidak terpengaruh oleh degradasi lahan.

Beberapa rekomendasi makro yang mungkin dapat secara efektif untuk menurunkan tingkat degradasi
lahan adalah upaya-upaya yang mengarah pada penurunan derajat intensifikasi penggunaan lahan,
pengurangan tekanan penduduk, dan peningkatan serta pemantapan strategi yang mampu
meningkatkan pendapatan petani. selain itu juga penerapan teknologi konservasi yang ramah
lingkungan dan murah serta aplikatif adalah salah satu jalan mengurangi laju erosi/ degradasi lahan.

Salah satu kegiatan dalam menyelamatkan lahan dari tingkat erosi yang tinggi adalah penerapan teknik
konservasi tanah dan air disamping kegiatan reboisasi, penghijauan, pemeliharan dan pengayaan
tanaman. Konservasi tanah dan air merupakan upaya untuk penggunaan lahan sesuai dengan syarat
syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dan air mempunyai tujuan
utama untuk mempertahankan tanah dan air dari kehilangan dan kerusakannya melalui pengendalian
erosi, sedimentasi dan banjir sehingga lahan dan air dapat dimanfaatkan secara optimal dan lestari
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Penerapan teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil teknis dan kimiawi. Penerapan
teknik vegetaif berupa penanaman vegetasi tetap, budidaya tanaman lorong, strip rumput dan lainlain,
penerapan sipil teknis berupa pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, teras, saluran
pembuagan air, sumur resapan, embung, parit buntu (rorak), perlindungan kanan kiri tebing sungai dan
lainlain, serta penerapan teknik kimiawi berupa pemberian mulsa, bitumen zat kimia (soil conditioner).

Teknologi yang diterapkan pada setiap macam penggunaan tanah akan menentukan apakah akan
didapat penggunaan dan produksi yang lestari pada sebidang tanah. Metode konservasi tanah dan air
dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu:

a. Metode vegetatif

Metode vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan miring dengan menggunakan tanaman sebagai
sarana konservasi tanah (Seloliman, 1997). Tanaman penutup tanah ini selain untuk mencegah atau
mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan
organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.

Metode vegetatif untuk konservasi tanah dan air termasuk antara lain: penanaman penutup lahan
(cover crop) berfungsi untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengenai permukaan tanah,
menambah kesuburan tanah (sebagai pupuk hijau), mengurangi pengikisan tanah oleh air dan
mempertahankan tingkat produktivitas tanah (Seloliman, 1997).

Penanaman rumput kegunaannya hampir sama dengan penutup tanah, tetapi mempunyai manfaat lain,
yakni sebagai pakan ternak dan penguat terras. Cara penanamannya dapat secara rapat, barisan
maupun menurut kontur.

Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berbentuk mulsa atau pupuk hijau. Dengan
mulsa maka daun atau batang tumbuhan disebarkan di atas permukaan tanah, sedangkan dengan
pupuk hijau maka sisa-sisa tanaman tersebut dibenamkan ke dalam tanah (Arsyad, 1989).

Syarat-syarat dari tanaman penutup tanah, antara lain:

1. Dapat berkembang dan daunnya banyak.

2. Tahan terhadap pangkasan.

3. Mudah diperbanyak dengan menggunakan biji.

4. Mampu menekan tanaman pengganggu.

5. Akarnya dapat mengikat tanah, bukan merupakan saingan tanaman pokok.

6. Tahan terhadap penyakit dan kekeringan.

7. Tidak berduri dan bersulur yang membelit.

Selain dengan penanaman tanaman penutup tanah (cover crop), cara vegetatif lainnya adalah:

1. Tanaman dengan lajur berselang-seling, pada kelerengan 6 10 % dengan tujuan:

Membagi lereng agar menjadi lebih pendek.

Dapat menghambat atau mengurangi laju aliran permukaan.

Menahan partikel-partikel tanah yang terbawa oleh aliran permukaan.

2. Menanam secara kontur (Countur planting), dilakukan pada kelerengan 15 18 % dengan tujuan
untuk memperbesar kesempatan meresapnya air sehingga run off berkurang.

3. Pergiliran tanaman (crop rotation).

4. Reboisasi atau penghijauan.

5. Penanaman saluran pembuang dengan rumput dengan tujuan untuk melindungi saluran pembuang
agar tidak rusak.

b. Metode mekanik
Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik
seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air
di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman,
1997).

Termasuk dalam metode mekanik untuk konservasi tanah dan air di antaranya pengolahan tanah.
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan pokok pengolahan tanah
adalah menyiapkan tempat tumbuh bibit, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan
sisa-sisa tanaman dan memberantas gulma (Arsyad, 1989).

Pengendalian erosi secara teknis-mekanis merupakan usaha-usaha pengawetan tanah untuk


mengurangi banyaknya tanah yang hilang di daerah lahan pertanian dengan cara mekanis tertentu.
Sehubungan dengan usaha-usaha perbaikan tanah secara mekanik yang ditempuh bertujuan untuk
memperlambat aliran permukaan dan menampung serta melanjutkan penyaluran aliran permukaan
dengan daya pengikisan tanah yang tidak merusak.

Pengolahan tanah menurut kontur adalah setiap jenis pengolahan tanah (pembajakan, pencangkulan,
pemerataan) mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan jalur tumpukan tanah yang searah
kontur dan memotong lereng. Alur-alur tanah ini akan menghambat aliran air di permukaan dan
mencegah erosi sehingga dapat menunjang konservasi di daerah kering. Keuntungan utama pengolahan
tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan yang memungkinkan
penyerapan air dan menghindari pengangkutan tanah. Oleh sebab itu, pada daerah beriklim kering
pengolahan tanah menurut kontur juga sangat efektif untuk konservasi ini.

Pembuatan terras adalah untuk mengubah permukaan tanah miring menjadi bertingkat-tingkat untuk
mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan serta menampungnya agar lebih banyak air yang
meresap ke dalam tanah melalui proses infiltrasi (Sarief, 1986). Menurut Arsyad (1989), pembuatan
terras berfungsi untuk mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan
dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan oleh tanah, dengan demikian erosi
berkurang.

c. Metode kimia

Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah
terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan
pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah
sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).

Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap stabilitas agregat
tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa tersebut tahan terhadap mikroba tanah.
Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan
tanaman semusim pada tanah liat yang berat (Arsyad, 1989).
Penggunaan bahan-bahan pemantap tanah bagi lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang baru
dibuka sesunggunya sangat diperlukan mengingat:

Lahan-lahan bukaan baru kebanyakan masih merupakan tanah-tanah virgin yang memerlukan banyak
perlakuan agar dapat didayagunakan dengan efektif.

Pada waktu penyiapan lahan tersebut telah banyak unsur-unsur hara yang terangkat.

Pengerjaan lahan tersebut menjadi lahan yang siap untuk kepentingan perkebunan, menyebabkan
banyak terangkut atau rusaknya bagian top soil, mengingat pekerjaannya menggunakan peralatan-
peralatan berat seperti traktor, bulldozer dan alat-alat berat lainnya.

Teknologi Usaha tani Konservasi

Pada dasarnya usahatani konservasi merupakan suatu paket teknologi usahatani yang bertujuan
meningkatkan produksi dan pendapatan petani, serta melestarikan sumberdaya tanah dan air pada DAS-
DAS kritis (Saragih, 1996), akan tetapi penyerapan teknologi tersebut masih relatif lambat disebabkan
antara lain :

1. Besarnya modal yang diperlukan untuk penerapannya (khususnya untuk investasi bangunan
konservasi

2. Kurangnya tenaga penyuluh untuk mengkomunikasikan teknologi tersebut kepada petani

3. Masih lemahnya kemampuan pemahaman petani untuk menerapkan teknologi usahatani kon-servasi
sesuai yang diintroduksikan

4. Keragaman komoditas yang diusahakan di DAS-DAS kritis

5. Terbatasnya sarana/prasarana pendukung penerapan teknologi usaha tani konservasi

Hal-hal tersebut diatas menunjukkan bahwa teknologi usahatani konservasi yang ada sekarang ini masih
belum memadai sehingga perlu dicari teknologi yang lebih sesuai melalui kegiatan :

1. Penelitian komponen-komponen teknologi yang dapat mendukung paket teknologi usahatani


konservasi

2. Penelitian pengembangan teknologi yang sudah ada guna memodifikasi teknologi tersebut sesuai
dengan kondisi agrofisik dan sosial ekonomi wilayah setempat

Tehnik konservasi tanah seperti pembuatan kontur, teras, penanaman dalam strip, penanaman penutup
tanah, pemilihan pergiliran tanah yang cocok, penggunaan pupuk yang tepat, dan drainase dalam
literatur sering dijabarkan sebagai tehnik yang melindungi atau memperbaiki tanah pertanian secara
keseluruhan, akan tetapi perlu ditekankan bahwa tehnik-tehnik tersebut dapat efektif apabila
penggunaan lahannya sudah cocok. Tidak ada agroteknologi yang memungkinkan tanaman dapat
tumbuh dengan baik dan tidak ada tehnik konservasi yang dapat mencegah erosi kalau kondisi tanahnya
tidak cocok untuk pertanian (Sinukaban, 1989). Dalam tulisan ini dibahas beberapa agroteknologi dapat
diterapkan petani di lahan pertaniannya. Beberapa diantaranya merupakan traditional wisdom, atau
kearifan lokal yang menjadi sumber pertanian berkelanjutan sekarang ini.

Agroforestry dalam upaya Konservasi Tanah dan Air

Menurut Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, Prof Dr. Ir. Muhjidin Mawardi MEng, bahwa
terdapat paling tidak empat faktor utama yang menentukan keberhasilan rekayasa konservasi tanah dan
air, yaitu sifat-sifat fisik tanah dan lahan, sifat hujan, interaksi antara hujan dengan tanah dan lahan yang
menghasilkan air limpasan permukaan dan infiltrasi, serta simpanan air dalam tanah. (Ujianto,2006).

Agroforestry dalam konservasi tanah dan air adalah bagaimana pengaruh kondisi vegetasi suatu
hamparan lahan didalam mengatur tata air memperbaiki kesuburan lahan. Bagaimana perpaduan pola
tanam dan kolaborasi antar macam kegiatan ekonomi yang berbasis agroforestry yang mengarah
perbaikan kondisi lingkungan, sehingga manfaat multi fungsi dapat dirasakan.

Pengaruh tutupan pohon terhadap aliran air adalah dalam bentuk (Noordwijk, et al. 2004 ) :

1. Intersepsi air hujan. Selama kejadian hujan, tajuk pohon dapat mengintersepsi dan menyimpan
sejumlah air hujan dalam bentuk lapisan tipis air.

2. Waterfilm pada permukaan daun dan batang yang selanjutnya akan mengalami evaporasi sebelum
jatuh ke tanah. Banyaknya air yang dapat diintersepsi dan dievaporasi tergantung pada indeks luas daun
(LAI), karakteristik permukaan daun, dan karakteristik hujan. Intersepsi merupakan komponen penting
jika jumlah curah hujan rendah, tetapi dapat diabaikan jika curah hujan tinggi. Apabila curah hujan
tinggi, peran intersepsi pohon penting dalam kaitannya dengan pengurangan banjir.

3. Daya pukul air hujan. Vegetasi dan lapisan seresah melindungi permukaan tanah dari pukulan
langsung tetesan air hujan yang dapat menghancurkan agregat tanah, sehingga terjadi pemadatan
tanah. Hancuran partikel tanah akan menyebabkan penyumbatan pori tanah makro sehingga
menghambat infiltrasi air tanah, akibatnya limpasan permukaan akan meningkat. Peran lapisan
seresah dalam melindungi permukaan tanah sangat dipengaruhi oleh ketahanannya terhadap
pelapukan; seresah berkualitas tinggi (mengandung hara, terutama N tinggi) akan mudah melapuk
sehingga fungsi penutupan permukaan tanah tidak bertahan lama.

4. Infiltrasi air. Proses infiltrasi tergantung pada struktur tanah pada lapisan permukaan dan berbagai
lapisan dalam profil tanah. Struktur tanah juga dipengaruhi oleh aktivitas biota yang sumber energinya
tergantung kepada bahan organic (seresah di permukaan, eksudasi organik oleh akar, dan akar-akar
yang mati). Ketersediaan makanan bagi biota (terutama cacing tanah), penting untuk mengantisipasi
adanya proses peluruhan dan penyumbatan pori makro tanah.

5. Serapan air. Sepanjang tahun tanaman menyerap air dari berbagai lapisan tanah untuk mendukung
proses transpirasi pada permukaan daun. Faktor faktor yang mempengaruhi jumlah serapan air oleh
pohon adalah fenologi pohon, distribusi akar dan respon fisiologi pohon terhadap cekaman parsial air
tersedia. Serapan air oleh pohon diantara kejadian hujan akan mempengaruhi jumlah air yang dapat
disimpan dari kejadian hujan berikutnya, sehingga selanjutnya akan mempengaruhi proses infiltrasi
dan aliran permukaan. Serapan air pada musim kemarau, khususnya dari lapisan tanah bawah akan
mempengaruhi jumlah air tersedia untuk aliran lambat (slow flow).

6. Drainase lansekap. Besarnya drainase suatu lansekap (bentang lahan) dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain kekasaran permukaan tanah, relief permukaan tanah yang memungkinkan air
tinggal di permukaan tanah lebih lama sehingga mendorong terjadinya infiltrasi, tipe saluran yang
terbentuk akibat aliran permukaan yang dapat memicu terjadinya aliran cepat air tanah (quick flow).

BAB III

KEADAAN UMUM LOKASI HUTAN PENDIDIKAN BENGO-BENGO

1. Letak, Luas dan Status Hutan Pendidikan

Kawasan Hutan Pendidikan UNHAS terletak di jalan poros Makassar-Bone dengan jarak kurang lebih 65
km dari pusat ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar atau sekitar 34 km dari pusat ibukota
Kabupaten Maros. Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat ataupun
kendaraan roda dua dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam dari kota makassar.

Secara administratif, sebagian besar kawasan Hutan Pendidikan UNHAS yang memiliki luas 1300 ha
berada di wilayah Desa Limampoccoe, Kec Cenrana Kab Maros. Ditinjau dari segi astronomis kawasan
hutan pendidikan Unhas terletak pada posisi antara 1194433 - 1194617 BT dan 04587 -
050030 LS, dengan ketinggian antara 300 1100 m dari permukaan laut. Kawasan hutan pendidikan
unhas merupakan bagian dari kawasan Hutan Bulusaraung yang berada dalam Resort Polisi Hutan (RPH)
Bengo, bagian Hutan Lebbo Tengae, sub dinas kehutanan.

2. Penyebaran Vegetasi

Penutupan vegetasi hutan pendidikan unhas terdiri atas hutan tanaman hasil reboisasi pada tahun
1970/1971 dengan jenis tanaman pinus merkusii dan acacia auriculoformis. Sebelum adanya proyek
reboisasi, di wilayah hutan ini telah ditanami Pinusmerkusii seluas 407 ha, Acacia auriculoformis seluas
407 ha dan Swietenia mahagony seluas 235,5 ha.

Disamping hutan tanaman terdpat pula hutan alam pada bagian selatan dan barat seluas 521 ha atau
sekitar 40 % dari luas hutan pendidikan. Jenis yang paling banyak ditemui dalam hutan alam adalah
Kemiri , Nyatoh, Mangga, Lento-lento, Jabon, Jambu-jambuan, Campag, Ficus, dan beberapa jenis dari
Family Moraceae, Dipterocarpaceae dan lain-lain. Hutan alam ini sudah banyak mengalami kerusakan
akibat penebangan liar oleh penduduk disekitarnya untuk kepentingan kayu bakar dan kayu
pertukangan.

Pada daerah bergelombang sampai landai didominasi oleh tumbuhan bawah seperti rumput-
rumputan. Pada bagian selatan wilayah hutan pendidikan yang ditumbuhi oleh tanaman mahoni dan
pinus banyak dijumpai tanaman Lantana camara, Paku-pakuan dan lain-lain.
Pada kawasan yang dikelola oleh masyarakat didominasi oleh vegetasi seperti Kemiri, Aren, Bambu,
Melinjo, Pangi, Cokelat, Kopi, Pinang, Mangga dan bahkan terdapat tegakan Eboni seluas 5 ha yang
dikelola masyarakat di dalam kawasan hutan pendidikan, yakni di kompleks hutan Pallanro desa
Rompegading.

3. Pemukiman didalam Areal Hutan Pendidikan

Hutan Pendidikan UNHAS terkait dengan desa-desa hutan yang secara administratif berada di tiga
wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Cenrana, Kecamatan Camba dan Kecamatan Mallawa. Desa-desa
yang berbatasan langsung dengan Hutan Pendidikan UNHAS adalah desa-desa di wilayah Kecamatan
Cenrana dimana wilayah inti hutan pendidikan berada, sedangkan desa-desa di dua kecamatan lainnya
merupakan wilayah plasma utama dari hutan pendidikan unhas.

Berdasarkan hasil inventarisasi yang dilakukan pada tahun 2002, diketahui terdapat beberapa
pemukiman dan areal usaha tani masyarakat yang terdapat di dalam kawasan hutan pendidikan yaitu
kawasan Mallento sebanyak 17 KK, kawasan Salima sebanyak 10 KK dan kawasan Makkarua sebanyak 4
KK.

Daerah tempat kami melakukan kerjasama terdapat banyak aren. Namun hasil aren di wilayah tersebut
hanya mereka gunakan membuat tuak. Sehingga denganadanya inovasi baru, yakni aren dijadikan
sebagai cuka. Diharapkan dapat menjadi peluang usaha bagi masyarakat di daerah tersebut, sehingga
dengan demikia, akan meningkatkan pendpatan masyarakat disekitar wilayah tersebut.

BAB IV

METODOLOGI PELAKSANAAN

A. Waktu Dan Tempat

Praktek lapang Konservasi Tanah dan Air dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2011 pukul 10.00 WITA di
salah satu sungai pada Hutan Pendidikan Bengo-Bengo Universitas Hasanuddin, Kec. Cenrana, Kab.
Maros.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktek ini adalah :

1. Bambu

2. Parang

3. Linggis

4. Meteran

5. Tali rapiah
6. Alat tulis menulis

7. Kamera digital

C. Metode Praktek

Metode yang digunakan pada pembuatan bangunan penahan sedimen ini adalah Cek Dam yaitu
bendungan kecil dengan konstruksi sederhana yang dibuat pada alur jurang untuk mengendalikan aliran
permukaan dan sungai kecil yang berasal dari daerah tangkapan di atasnya. Sebenarnya untuk erosi
parit (gully erotion) ada dua metode yang biasa digunakan adalah metode anyaman yaitu dari bambu
dan metode kedua adalah dengan metode pagar seperti yang dilaksanakan.

Langkah pertama yang dilakukan pada pembuatan bangunan penahan sedimen ini adalah memotong
bambu sepanjang 1,5 m dan ditancapkan ke tanah dengan jarak yang cukup rapat. Setelah itu dipasang
bambu yang secara melintang sepanjang 1 m sesuai dengan lebar parit pada setiap pertemuan bambu .

Persiapan

Alat dan bahan, untuk membuat penahan yang aplikatif bahan yang dibutuhkan adalah bambu

Persiapan lapangan untuk membuat terjunan. Persiapan pembuatan bangunan terjunan yang
dilakukan adalah : Pemancangan patok-patok untuk menentukan letak pemasangan, jarak antara dua
patok disesuaikan dengan lebar bidang olah teras kedua sisi.

Pembuatan

Pembuatan bangunan penahan

Melakukan kegiatan memotong dan membelah bambu

Pemasangan bambu disusun mulai dari bawah dengan kedua ujungnya dimasukan ke dalam bagian
kanan kiri dinding SPA dan dengan bilah bambu yang tegak lurus terhadap bambu yang melintang dan
dipasak ke dalam tanah sedalam 50 cm.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut ini merupakan hasil praktek yang telah dilakukan meliputi :

1. Kondisi awal sungai

Lebar Sungai = 1,7 m

Tinggi Sungai = 1,5 m


Sebelum dilakukan teknik kenservasi tanah dan air yaitu dengan
pembuatan sedimentasi bambu, air yang mengalir pada sungai
tersebut agak lancar karena aliran air pada sungai tersebut
terhambat oleh adanya batu-batuan pada sungai.

2. Kondisi akhir
setelah dilakukan
KTA

Setelah dilakukan teknik konservasi tanah dan air


yaitu pembuatan sedimentasi bambu melintang pada
daerah aliran sungai, maka akan
menghambat/memperlambat laju aliran sungai
sehingga air akan cenderung masuk ke dalam tanah.

B. Pembahasan

Sebelum dilakukan teknik konservasi tanah dan air laju


aliran air sungai cenderung lambat karena dihambat
oleh adanya batu-batuan yag ada pada sungai
tersebut. Teknik konservasi tanah dan air yang akan dilakukan yaitu pembuatan sedimentasi bambu
melintang untuk menghambat laju aliran air sungai.

Pembuatan sedimentasi pada salah satu daerah aliran sungai Hutan Pendidikan Bengo-Bengo
merupakan suatu upaya konservai tanah dan air. Ukuran sungai pada daerah yang telah dibuat
sedimentasi bambu melintang tersebut yaitu tinggi 1,5 m dan lebar 1,7 m. Dengan adanya sedimentasi
bambu tersebut maka tujuan yang dimaksud pembuatannya dalam hal konservasi tanah dan air yaitu

a. Menurunkan laju aliran permukaan (run-off).

Diharapkan dengan dibangunnya sedimentasi bambu didaerah tersebut maka air yang ada pada daerah
aliran sungai tersebut tertahan dan menyebabkan penurunan aliran permukaan tanah sehingga dapat
meresap ke dalam tanah.

b. Meningkatkan infiltrasi.

Dengan masuknya air hujan pada sungai tersebut tersebut, maka dapat dikatakan mempertinggi
infiltrasi yang akan dapat menambah ketinggian muka air tanah. Air tanah inilah yang nantinya sangat
bermanfaat bagi warga masyarakat dimusim kemarau.

c. Mengurangi evaporasi.

Air hujan yang jatuh langsung di permukaan tanah apabila tanah tidak mampu menyerap air maka akan
timbul genangan genangan air yang akan terevaporasi dan menguap tanpa sempat meresap kedalam
tanah.
d. Penyeimbang neraca hidrologi.

Dengan semakin banyaknya air yang masuk kedalam tanah maka akan memperkecil rasio cadangan air
antara musim penghujan dan kemarau.

Sedangkan manfaat yag dapat diperoleh dalam pembuatan sedimentasi bambu tersebut yaitu :

1. Meningkatkan ketersediaan air daerah dibawahnya.

2. Mengurangi resiko kekeringan di musim kemarau dan bahaya banjir di musim penghujan, khususnya
untuk daerah hilir.

3. Menyeimbangkan neraca hidrologi agar rasio perbedaan antara musim hujan dan kemarau tidak
terlalu tajam.

4. Meningkatkan resapan air ke dalam tanah (infiltrasi).

5. Mengurangi sedimentasi dan fluktuasi debit air sungai.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada beberpa teknik konservasi yang
dapat dilakukan salah satunya yaitu dengan pembuatan sedimentasi bambu pada daerah aliran sungai.

Adapum manfaat dari pembuatan sedimentasi bambu itu yaitu meningkatkan ketersediaan air daerah
dibawahnya, mengurangi resiko kekeringan di musim kemarau dan bahaya banjir di musim penghujan,
khususnya untuk daerah hilir, menyeimbangkan neraca hidrologi agar rasio perbedaan antara musim
hujan dan kemarau tidak terlalu tajam, meningkatkan resapan air ke dalam tanah (infiltrasi), dan
mengurangi sedimentasi dan fluktuasi debit air sungai.

B. Saran

Pada praktek lapang yang dilakukan para mahiswa/praktikan selain didampingi oleh asisten, hendaknya
juga didampingi oleh para dosen. Selain itu dalam melakukan/menerapkan teknik konservasi tanah dan
air hendaknya memperhatikan faktor lingkungan lokasi seperti kedaan fisik tanah/air untuk melakukan
teknik konservasi yang cocok pada daerah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Metode Konservasi Tanah dan Air. Diakses


melalui http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/metode-konservasi-tanah-dan-air.htmlpada 3 Juni
2011 pukul 20.00 WITA.
Anonim. 2011. Teknik Konservasi Tanah dan Air. Diakses melalui http://infront.web.id/394/teknik-
konservasi-tanah-dan-air/ pada 3 Juni 2011 pukul 20.00 WITA.

Anonim. 2011. Konservasi Tanah dan Air. Diakses


melalui http://4antum.wordpress.com/2009/12/16/konservasi-tanah-dan-air/ pada 3 Juni 2011 pukul
20.00 WITA.

Arsyad, Soemitro. 1989. Konservasi Tanah dan Air, Presentasi Workshop Agroforestry 2004, Fakultas
Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Noordwijk, Meine van, et al. 2004. Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan Fungsi Hidrologi
Daerah Aliran Sungai (DAS). Download www.worldagroforestrycentre.org

Sarif, 1986. Efektifitas Vegetatif Dalam Konservasi Tanah Dan Air Pada Suatu Das, Makalah Pengantar
Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. www.tumoutou.net

Seloliman. 1997. Agroforestry for Upland Husbandry : a Farmers Friendly. Presentasi Workshop
Agroforestry 2004, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Ujianto, Bambang, 2006. Faktor Penentu Rekayasa Konservasi Tanah dan Air. Suara Merdeka
Cybernews. Jakarta.

Zulrasdi. Noer,.Sjofjendi, 2005. Pertanian di Daerah Aliran Sungai, Lembaga Informasi Pertanian, BPPT
Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai