Bab 2 Kondisi Rona Lingkungan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )

Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)


Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

BAB

2.1 INFORMASI KEGIATAN


Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kantor
Pemerintahan Provinsi Jawa Timur yang meliputi Kantor Dinas Sosial Provinsi Jawa
Timur; Kantor Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur; dan
Gedung PKK Provinsi Jawa Timur merupakan gedung aset Pemerintah Provinsi Jawa
Timur. Lokasi perkantoran ini terletak di Jl. Gayung Kebonsari No. 56, Kelurahan
Gayungan; Kecamatan Gayungan; Kota Surabaya; Provinsi Jawa Timur yang
digunakan untuk aktivitas kegiatan perkantoran SKPD Provinsi Jawa Timur.

2.2 KONDISI FISIK ALAMIAH


Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur dengan luas wilayah
33.048 Ha, terletak diantara 79' - 721' Lintang Selatan dan 11236' - 11254' Bujur
Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara dan timur,
Kabupaten Sidoarjo di sebelah selatan dan Kabupaten Gresik di sebelah barat.

Secara topografi, sebagian besar (25.919,04 Ha) merupakan dataran rendah


dengan ketinggian 3 - 6 meter di atas permukaan laut pada kemiringan kurang dari
3%, sebagian lagi pada sebelah barat (12,77%) dan sebelah selatan (6,52%)
merupakan daerah perbukitan landai dengan ketinggian 25 - 50 meter diatas
permukaan laut dan pada kemiringan 5 - 15%.

Secara administrasi pemerintahan, Kota Surabaya dikepalai oleh Walikota.


Jumlah kecamatan yang ada di Kota Surabaya sebanyak 31 kecamatan dengan
jumlah kelurahan sebanyak 160 kelurahan yang terbagi atas 1.405 Rukun Warga
(RW) dan 9.271 Rukun Tetangga (RT).

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-1
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

2.2.1 IKLIM
Iklim walaupun tidak termasuk dalam kelompok dampak penting hipotetik, tetapi
berperan sebagai data pendukung untuk memprakirakan dampak yang akan terjadi.
Kondisi klimatologi Kota Surabaya secara makro memiliki kesamaan dengan beberapa
wilayah lain di Indonesia yang berada di bagian selatan garis katulistiwa. Iklim di wilayah
ini dipengaruhi oleh perbedaan yang signifikan antara musim hujan dan kemarau. Musim
hujan berlangsung antara bulan November sampai April dan musim kemarau berlangsung
antara bulan Mei dan Oktober. Bulan November sampai Februari, musim angin dari utara
menjadi sebab naiknya curah hujan tinggi selama musim hujan. Angin pasat dari arah
tenggara membawa udara yang lebih dingin dari Australia selama musim kemarau.

2.2.2 TOPOGRAFI
Sebagian besar Kota Surabaya secara topografis memiliki ketinggian tanah antara
0 - 10 meter (80,72%) yang menyebar di bagian timur, utara, selatan, dan pusat kota. Pada
daerah pantai ketinggiannya berkisar antara 1 - 3 meter di atas permukaan air laut. Pada
wilayah lain memiliki ketinggian 10-20 meter dan 20 meter di atas permukaan laut yang
umumnya terdapat pada bagian barat kota yaitu di Kecamatan Pakal, Lakarsantri,
Sambikerep dan Tandes.

2.2.3 GEOLOGI
Kondisi geologi Kota Surabaya terdiri dari Daratan Alluvium, Formasi Kabuh,
Formasi Pucangan, Formasi Lidah, Formasi Madura, dan Formasi Sonde, yang secara detail
dapat dilihat pada Tabel 2.1. Adapun wilayah perairan Surabaya berdasarkan kondisi fisik
dan lingkungannya, tidak berada pada jalur sesar aktif ataupun berhadapan langsung
dengan samudera sehingga relatif aman dari bencana alam.

Tabel 2.1 Kondisi Geologi Kota Surabaya


JENIS KARAKTERISTIK LOKASI

1. Daratan Memiliki kandungan kerakal, kerikil, lempung, Meliputi bagian utara, selatan,
Alluvium dan pecahan cangkangan fosil. timur, menyusur kearah pesisir
pantai.
2. Formasi Kandungan batu pasir dan kerikil, berwarna Kec. Rungkut, Wonocolo,
Kabuh kelabu tua, berbutir kasar, berstruktur Tenggilis Mejoyo, Wiyung,
perairan dan silang siur, konglomerat, terpilah Karangpilang, Lakarsantri,
buruk, kemas terbuka dan struktur lapisan Tandes, Sukomanunggal,
bersusun Benowo dan Dukuh Pakis.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-2
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

JENIS KARAKTERISTIK LOKASI

3. Formasi Kandungan batu pasir dan tufan berlapis baik, Kec. Dukuh Pakis, Tandes
Pucangan berstruktur perairan dan silang siur, kaya akan Sawahan, Lakarsantri,
fosil dan plankton. Sukomanunggal, Benowo,
Wiyung, Karangpilang, Gubeng.

4. Formasi Kandungan batu lempung biru dan lempung Kec. Wonokromo, Dukuh Pakis,
Lidah pasiran, kenyal, pejal, keras bila kering, lensa Sawahan, Lakarsantri,
tipis, dan miskin fosil. Karangpilang, dan Wiyung.
5. Formasi Lapisan permukaan atas : Kandungan Terletak di Kecamatan Benowo
Madura gamping terumbu, putih, pejal berongga yang berbatasan dengan
halus, berlapis buruk, mengandung foram Kabupaten Gresik.
dan pecahan ganggang, warna tanah
kecoklatan atau kehitaman.
Lapisan permukaan bawah; kandungan
gamping kapuran, sangat ringan, agak
keras, pejal, mengandung molusca, foram
an pecahan ganggang, berwarna putih
kekuningan.
6. Formasi Terdiri dari napal tufan, diatome dan setempat Terletak di perbatasan
Sonde bintal, gampingan serta berwarna kekuningan. Kecamatan Lakarsantri dengan
Kabupaten Gresik
Sumber : RTRW Kota Surabaya Tahun 2007

2.2.4 MORFOLOGI
Kondisi morfologi Kota Surabaya pada umumnya didominasi oleh dataran rendah
80,72% dengan luas 25.919,04 Ha dengan ketinggian 3-8 m LWS dan sisanya merupakan
perbukitan yang terletak di Wilayah Surabaya Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan
(6,52%), yang dapat dijelaskan sebagai berikut ini :

1 Dataran rendah meliputi wilayah Surabaya Timur, Utara dan Selatan memiliki
kemiringan < 3% dan terletak pada ketinggian < 10m dari permukaan laut. Dataran
rendah ini terbentuk dari endapan alluvial sungai dan endapan pantai;

2 Bagian tengah Kota Surabaya terbentuk oleh endapan Sungai Brantas beserta
cabangcabang sungainya dan endapan Sungai Rowo. Endapan Sungai Brantas
berasal dari letusan gunung-gunung berapi yang berada di hulu dan beberapa
rombakan sebelumnya. Endapan ini biasanya berupa pasir (0,075 mm -0.2 mm) dan
kerikil (2 mm 75 mm);

3 Bagian timur dan utara sampai sepanjang Selat Madura dibentuk oleh endapan pantai
yang masuk ke daratan sampai 5 km. Endapan pantainya terdiri dari lempung lanau
dan lempung kelanauan, sisipan tipis tipis yang pada umumnya mengandung banyak
kepingan kerang di beberapa tempat.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-3
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

2.2.5 HIDROLOGI
Kondisi hidrologi Kota Surabaya tidak berbeda dengan daerah di sekitarnya. Selain
didukung oleh air tanah, Kota Surabaya didukung dengan beberapa sungai yang
mengalirinya, serta dukungan dari sumber-sumber mata air. Satu hal yang mungkin
membedakan yaitu keberadaan bozem/waduk yang banyak terdapat di beberapa wilayah
di Kota Surabaya. Gambaran kondisi hodrologi Kota Surabaya dapat digambarkan sebagai
berikut :

1. Kalimas

Kalimas ini merupakan sungai utama yang berada di Kota Surabaya yang berasal dari
Sungai Brantas dan mengalir melalui Kota Mojokerto. Di kota ini, Sungai Brantas
terbagi menjadi dua yakni Sungai Porong dan Sungai Surabaya yang dimensinya lebih
kecil. Di Wonokromo Sungai Surabaya terpecah menjadi dua anak sungai yaitu Sungai
Kalimas dan Sungai Wonokromo. Sungai Kalimas mengalir ke arah pantai utara
melewati tengah kota, sedangkan Sungai Wonokromo ke arah pantai timur dan
bermuara di selat Madura. Secara administratif, terdapat 8 kecamatan yang dilalui
oleh Sungai Kalimas, yang meliputi Kecamatan Wonokromo, Kecamatan Tegalsari,
Kecamatan Gubeng, Kecamatan Genteng, Kecamatan Bubutan, Kecamatan Pabean
Cantikan, Kecamatan Krembangan, dan Kecamatan Semampir. Wilayah Kelurahan
yang dilalui oleh Kalimas sebanyak 15 Kelurahan, yang meliputi Kelurahan Ngagel,
Kelurahan Darmo, Kelurahan Keputran, Kelurahan Gubeng, Kelurahan Pacarkeling,
Kelurahan Genteng, Kelurahan Embong Kaliasin, Kelurahan Ketabang, Kelurahan Alon-
alon Contong, Kelurahan Bongkaran, Kelurahan Krembangan Utara, Kelurahan
Nyamplungan, Kelurahan Perak Utara, Kelurahan Krembangan Selatan dan Kelurahan
Ujung.

Sungai Kalimas mengalir ke arah utara Kota Surabaya dari Pintu Air Ngagel sampai
kawasan Tanjung Perak memiliki bentuk sungai yang meliuk dan sebagian melurus,
khususnya di bagian utara. Lebar penampang permukaan sungai bervariasi antara 20 -
35 meter. Bagian terlebar terdapat di Kelurahan Ngagel dengan lebar sungai sekitar 35
meter yaitu di dekat pintu air. Di daerah ini kondisi air termasuk paling bersih
sehingga di sini air sungai banyak dimanfaatkan oleh warga sekitar sungai untuk
mandi dan cuci (aktivitas MCK). Untuk lebar sungai tersempit terdapat di Kelurahan
Bongkaran yaitu di dekat Jalan Karet dan Jalan Coklat dengan lebar sekitar 20 meter.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-4
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Kedalaman Sungai Kalimas menurut data di Perum Jasa Tirta adalah antara 1 sampai 3
meter. Sedangkan kedalaman air antara 1 sampai 2 meter pada saat air laut pasang.
Kedalaman sungai yang paling dalam berada pada kawasan Monkasel sampai kawasan
Genteng.

Secara relatif, ketersediaan ruang terbuka hijau di sekitar Sungai Kalimas tidak Iuas.
Lokasi yang efektif berupa Ruang Terbuka Hijau adalah di Kawasan Ngagel (Taman
Wisata dan sebagian sempadan Sungai) dan di Taman Prestasi di Kawasan Genteng.

Beberapa keadaan lingkungan yang dapat menggambarkan kondisi (kualitas)


lingkungan di kawasan Sungai Kalimas, adalah sebagai berikut :

a. Kualitas Air Sungai

Menurut hasil penetitian Laboratorium Perum Jasa Tirta, Kualitas air Sungai
Kalimas tidak mencapai tingkat C. Dibandingkan dengan kualitas air sungai yang
berada di alur Sungai Brantas lainnya (di luar kota Surabaya), kualitas air di
Sungai Kalimas termasuk yang paling buruk. Kondisi tersebut tidak terlepas dari
kontribusi sampah dan Iimbah yang dibuang ke Sungai Kalimas. Beberapa sumber
buangan tersebut adalah, kegiatan rumah tangga, pasar, saluran drainase
(buangan dari rumah sakit, hotel, dli) dan kegiatan non rumah tangga disekitar
Sungai Kalimas.

b. Keberadaan Air Asin

Pertemuan antara air sungai (tawar) dengan air taut (asin) di Sungai Kalimas,
sebenarnya berada di Kawasan Kayoon (terdapat pintu air). Namun karena daya
dorong air tawar terhadap air taut di kawasan tersebut menyebabkan terjadinya
kondisi seperti berikut : air Sungai Kalimas yang tawar dapat dirasakan mulai
Ujung selatan (kawasan Ngagel) sampai kawasan Monkasel. Air Sungai yang mulai
terasa asin berada di alur antara Monkasel sampai Peneleh. Air Payau terdapat
mulai kawasan Peneleh sampai kawasan Jembatan Merah atau Jembatan Petekan.
Sedangkan air sungai yang benar-benar berupa air laut (asin) berada di kawasan
mulai Jembatan Petekan hingga ke laut.

c. Endapan atau Lumpur di Sungai

Secara umum pada semua area atau alur Sungai Kalimas terdapat lumpur.
Endapan atau Iumpur yang berada di Sungai Kalimas rata-rata memiliki
kedalaman sekitar 1 meter. Sumber lumpur tersebut selain karena karakter fisik

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-5
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Sungai Kalimas, juga berasal dari Sungai Surabaya dan Saluran Drainase kota
( Iewat saluran Darmo dan Saluran Dinoyo).

d. Lingkungan kumuh

Beberapa kawasan di sekitar atau di tepian Sungai Kalimas, yang kondisinya


kumuh adalah di kawasan Dinoyo, Gemblongan, sekitar Akhmad Jais, dan di
kawasan utara. Kekumuhan tersebut di samping berupa fisik bangunan rumah
yang tidak permanen (seadanya), ukuran bangunan yang kecil, kepadatan
bangunan yang tinggi, juga bangunan tersebut dibangun di atas badan air dengan
buangan rumah tangga yang langsung ke badan air.

Fungsi utama Sungai Kalimas pada saat ini adalah sebagai tempat pembuangan air
dari saluran drainase yang ada di wilayah kota Surabaya, terutama yang berada di
bagian tengah. Penggunaan air sungai sebagai sumber air baku relatif tidak besar,
yaitu oleh kegiatan industri di kawasan Ngagel (IGLAS) dan untuk kegiatan di
Kawasan Perak (Pelindo).

2. Sungai Surabaya

Sungai Surabaya sebagai salah satu dari tiga sungai yang mengalir di Kota Surabaya
merupakan sumber daya alam dengan potensi air tawar cukup besar. Saat ini, Sungai
Surabaya mulai memperlihatkan indikasi adanya tekanan yang berlebihan terhadap
ekosistemnya. Tentu saja akibat pemanfaatan yang tidak mengedepankan konsep
keberlanjutan. Bantaran Sungai Surabaya juga telah beralih ke sejumlah fungsi lahan.
Mulai dari permukiman padat, sampai ratusan industri berskala kecil sampai besar.

Sungai Surabaya yang mengalir dari DAM Mlirip Mojokerto sampai DAM Jagir
Surabaya, sepanjang 41 km, berperan panting bagi kehidupan masyarakat, khususnya
yang tinggal di Kota Surabaya. Ini disebabkan air Sungai Surabaya merupakan pasokan
utama sumber air baku PDAM yang melayani Iebih dari tiga juta penduduk Surabaya.
Tidak hanya itu, Sungai Surabaya juga memberikan peranan panting bagi masyarakat
yang tinggal di bantarannya, termasuk masyarakat industri yang memanfaatkan air
sungai sebagai salah satu komponen dalam proses produksinya. Saat tekanan
terhadap Sungai Surabaya oleh keberadaan berbagai Iimbah kegiatan yang ada di
bantaran dan hulunya makin meningkat, maka dapat dipastikan kesehatan
masyarakat Surabaya sebagai pengkonsumsinya pun akan terancam.

Disinyalir saat ini, terdapat Iebih dari 250 industri pada DAS Brantas, yang salah satu
subnya adalah Sungai Surabaya. Besarnya jumlah industri ini, mengilustrasikan betapa

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-6
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

besar tekanan terhadap Sungai Surabaya. Sementara itu, tidak banyak industri yang
dilengkapi fasilitas pengolah Iimbah memadai, sehingga memanfaatkan Sungai
Surabaya sebagai tempat membuang Iimbahnya.

3. Sungai Wonokromo

Sungai Wonokromo merupakan salah satu anak Sungai Brantas yang mengalir di Kota
Surabaya, terletak di sepanjang JI. Jagir Wonokromo. Jaman dahulu, konon Sungai
Wonokromo berair jernih, sehingga banyak juga dimanfaatkan masyarakat untuk
MCK, atau sekedar berenang. Namun sayang, akibat pencemaran air Sungai
Wonokromo berwarna keruh, dan saat ini Pemerintah Kota Surabaya telah memulai
membersihkan Sungai Wonokromo. Di sungai ini juga terdapat Pintu Air peninggalan
Penjajah Belanda yang saat ini masih dipergunakan untuk pengaturan debit air Sungai
Wonokromo. Letak pintu air tersebut tepat di sebelah Stasiun Kereta Api Wonokromo
dan PDAM Surabaya. Air dari Sungai Wonokromo juga diolah menjadi Air PDAM dan
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Surabaya.

2.3 KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


2.3.1 SOSIAL
Jumlah penduduk Kota Surabaya sampai dengan tahun 2012 adalah sebanyak
3.125.576. jiwa. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tambaksari yaitu
242.735 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan
Bulak, yaitu 41.742 jiwa. Komposisi penduduk kota Surabaya pada tahun 2012
berdasarkan jenis kelamin meliputi 1.566.072 jiwa penduduk laki-laki (50,105%) dan
1.559.504 jiwa penduduk perempuan (49,895%). Komposisi penduduk Kota Surabaya
pada tahun 2012 berdasarkan kelompok usia dapat dijelaskan bahwa proporsi terbanyak
adalah pada kelompok usia 15 sampai dengan 64 tahun (2.250.805 jiwa) selanjutnya
kelompok usia kurang dari 15 tahun (684.385 jiwa) dan kelompok usia diatas 64 tahun
(190.386 jiwa).

Berdasarkan jenis pekerjaan dapat dijelaskan bahwa penduduk kota Surabaya


pada umumnya bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 880.945 jiwa. Komposisi
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan
terbesar penduduk kota Surabaya adalah SMA/sederajat sebanyak 947.216 jiwa,
kemudian Sekolah Dasar (SD)/sederajat sebanyak 620.394 jiwa dan lulus Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebanyak 428.521 jiwa.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-7
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, 2013

Rasio ketergantungan (dependency ratio) adalah perbandingan antara jumlah


penduduk usia dibawah 15 tahun ditambah dengan jumlah penduduk usia diatas 64 tahun
(usia belum produktif dan usia tidak produktif) dibandingkan dengan jumlah penduduk
usia 15-64 tahun yang merupakan usia produktif. Semakin tingginya rasio ketergantungan
menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif.

Tingkat ketergantungan Kota Surabaya mengalami kenaikan, hal ini tercermin dari
jumlah penduduk usia tidak produktif sebesar 874.770 pada tahun 2012 dibandingkan
dengan jumlah penduduk usia produktifnya sebesar 2.250.805 sehingga rasio

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-8
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

ketergantungan sebesar 0,39. Sedangkan pada tahun 2011, rasio ketergantungan Kota
Surabaya sebesar 0,38 yaitu dari jumlah penduduk usia tidak produktif sebesar 834.668
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia produktif yang mencapai 2.189.653 orang.
Data tersebut menunjukkan bahwa setiap 100 orang yang berusia kerja mempunyai
tanggungan sebanyak 39 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi.

Dalam rangka peningkatan akses dan mutu pelayanan pendidikan, Pemerintah


Kota Surabaya telah melakukan berbagai macam program dan kegiatan di bidang
pendidikan baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Adapun indikator
yang menunjukkan hasil kinerja bidang pendidikan pada jalur non formal adalah angka
melek huruf. Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya
sehari-hari. Angka melek huruf ini dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan
program pemberantasan buta huruf, menunjukkan kemampuan penduduk di suatu
wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai media serta menunjukkan kemampuan
untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis.

Pada tahun 2012 telah ada peningkatan penduduk dengan kelulusan pendidikan
sarjana dan pasca sarjana. Yaitu dengan rasio 0,11 dibandingkan dengan tahun 2011
dengan rasio 0.10. Fakta ini mencerminkan bahwa sudah ada peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan tinggi dalam peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia. Pada tahun 2012, angka melek huruf di Kota Surabaya 100% yang artinya bahwa
seluruh penduduk usia 15 tahun ke atas sudah dapat membaca dan menulis. Angka ini
berhasil dipertahankan dari tahun 2011 dimana angka melek hurufnya juga sudah
mencapai 100%.

Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan indikator daya serap


penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. APM merupakan indikator yang
melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar di jenjang pendidikan yang yang
sesuai dengan standar usia siswa di jenjang tersebut. APM pada tahun 2012 mengalami
peningkatan baik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK. Pada tahun 2012,
APM SD/MI menjadi 93,97% dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 93,02%. APM
SMP/MTs juga mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 92,63% dibandingkan
tahun 2011 yang hanya sebesar 90,26%. Hal tersebut juga sama dengan capaian APM
SMA/MA/SMK yang pada tahun 2012 meningkat menjadi 87,77% dibandingkan tahun
2011 yang sebesar 85,77%.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2-9
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

2.3.2 EKONOMI
2.3.2.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya menunjukkan kinerja yang positif, dan
mampu menjadi pendorong bagi perekonomian provinsi maupun nasional. Stabilitas
kemanan serta proyek-proyek infrastruktur yang secara intensif dibangun oleh
Pemerintah Kota Surabaya menjadi insentif meningkatnya pertumbuhan ekonomi di kota
ini. Pada tahun 2011, Surabaya mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 7,56% atau lebih
tinggi dari pertumbuhan ekonomi provinsi (7,22%) dan nasional (6,5%). Di tahun 2012
catatan pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya (7,62%) kembali lebih tinggi daripada Jawa
Timur (7,27%) dan Nasional (6,23%).

Sejalan dengan perekonomian nasional, kinerja ekonomi Kota Surabaya juga


sangat baik yang dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi dan nilai PDRB. PDRB
Kota Surabaya yang dihitung berdasarkan harga konstan di tahun 2011 sebesar
Rp94.471.049,66 juta. Kemudian pada tahun 2012 nilai PDRB ADHK meningkat mencapai
Rp101.671.633,57 juta.

Ditinjau dari kontribusi ekonominya, sektor perdagangan hotel dan restoran


(PHR) masih menjadi kontributor utama pembentuk PDRB Kota Surabaya. Sektor lainnya
yang juga memberi peranan besar pada PDRB adalah sektor industri pengolahan serta
sektor pengangkutan dan komunikasi. Kontribusi dari ketiga sektor ekonomi tersebut
sepanjang tahun 2012 mencapai 76,21%. Sektor lainnya yang memiliki peningkatan
kontribusi adalah sektor listrik, gas dan air bersih. Data selengkapnya ditunjukkan pada
tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kota
Surabaya Tahun 2011-2012
2011 2012
No Sektor
Juta (Rp) % Juta (Rp) %
1 Pertanian 77.663,11 0,08 78.013,26 0,08
2 Pertambangan dan 6.511,14 0,01 6.743,23 0,01
Penggalian
3 Industri Pengolahan 20.223.278,64 21,41 21.421.547,93 21,07
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.089.362,01 2,21 2.188.117,38 2,15
5 Konstruksi 6.316.849,86 6,69 6.782.238,21 6,67
6 Perdagangan, Hotel dan 40.371.150,00 42,73 44.011.461,26 43,29
Restoran
7 Pengangkutan dan 11.122.674,38 11,77 12.054.700,61 11,86
Komunikasi

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2 - 10
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

2011 2012
No Sektor
Juta (Rp) % Juta (Rp) %
8 Keuangan, Persewaan dan 6.153.536,23 6,51 6.613.389,33 6,50
Jasa Perusahaan
9 Jasa-Jasa 8.110.024,29 8,58 8.515.422,36 8,38
PDRB 94.471.049,6 100,0 101.671.633,57 100,0
6 0 0
Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka, Tahun 2013

Peningkatan nilai PDRB ADHK Kota Surabaya sejalan dengan peningkatan nilai
PDRB yang dihitung berdasarkan harga berlaku (ADHB). Jika angka PDRB ADHB tahun
2011 sebesar Rp 235.034.299,43 juta maka nilai kumulatif PDRB hingga akhir tahun 2012
sebesar Rp 264.335.620,09 juta atau meningkat 12,47% dibandingkan tahun 2011.

Tabel 2.4 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota
Surabaya Tahun 2011-2012
2011 2012
No Sektor
Juta (Rp) % Juta (Rp) %
1 Pertanian 185.468,17 0,08 192.395,48 0,07
2 Pertambangan dan 12.418,13 0,01 13.582,50 0,01
Penggalian
3 Industri Pengolahan 51.188.301,93 21,78 57.379.281,61 21,71
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 7.689.908,93 3,27 8.070.853,58 3,05
5 Konstruksi 16.218.469,27 6,90 18.154.474,45 6,87
6 Perdagangan, Hotel dan 103.172.404,53 43,90 117.525.130,35 44,46
Restoran
7 Pengangkutan dan 23.724.728,63 10,09 26.887.741,57 10,17
Komunikasi
8 Keuangan, Persewaan dan 14.176.899,89 6,03 16.032.979,68 6,07
Jasa Perusahaan
9 Jasa-Jasa 18.665.699,96 7,94 20.079.180,87 7,60
PDRB 235.034.299,4 100,0 264.335.620,09 100,0
3 0 0
Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka, Tahun 2013

Posisi Surabaya sebagai kota perdagangan dan jasa semakin terlihat dari besarnya
kontribusi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dalam PDRB Kota Surabaya. Hal
ini terlihat pada tahun 2012 dimana peranan sektor PHR dalam PDRB ADHB Kota
Surabaya mencapai 44,46%. Selain itu sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan peranannya semakin meningkat setiap tahun.
Kontribusi dari masing-masing sektor tersebut di tahun 2012 ini mencapai 10,17% dan
6,07%. Jumlah peranan dari ketiga sektor tersebut hingga saat ini mencapai 60,70%. Hal
ini juga menandakan aktivitas bidang jasa yang makin menguat di Kota Surabaya.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2 - 11
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Di sisi lain, industri pengolahan perlahan-lahan mulai menurun kontribusinya,


namun tetap menjadi sektor tertinggi kedua dalam pembentukan PDRB Kota Surabaya
dengan nilai kontribusi sebesar 21,71%.

Ditinjau dari PDRB perkapitanya, pada tahun 2011 nilainya sebesar Rp 31,24
juta/jiwa/tahun. Kemudian di tahun 2012 jumlahnya menjadi Rp 32,53 juta/jiwa/tahun
dikarenakan adanya penambahan penduduk dari 3,02 juta jiwa (2011) menjadi 3,13 juta
jiwa. Peningkatan nilai PDRB perkapita ini secara umum menandakan adanya tingkat
pendapatan masyarakat yang lebih baik, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kota
Surabaya yang masih cukup tinggi.

2.3.2.2 PEKERJAAN UMUM


Jalan merupakan salah satu prasarana transportasi yang penting dalam
mendukung kelancaran berlalu lintas. Untuk itu Dinas PU Bina Marga dan Pematusan
berupaya melakukan perbaikan dan pemeliharaan jalan untuk menjaga kondisi jalan agar
tetap baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.21, panjang jalan kondisi baik mengalami
peningkatan pada tahun 2011 sebesar 1.381,995 km bertambah menjadi 1.386,276 km
pada tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2011 panjang jalan kewenangan kota sebesar
1.426,645 km menjadi 1.427,754 km pada tahun 2012. Pertambahan panjang seluruh
jalan tersebut disebabkan adanya pembangunan jalan aksesibilitas untuk
mendistribusikan volume kendaraan secara merata sehingga memperlancar arus lalu
lintas. Jumlah kendaraan di Kota Surabaya mengalami peningkatan dari tahun 2011
sebanyak 1.645.212 unit menjadi 1.800.415 unit pada tahun 2012 sehingga rasio panjang
jalan terhadap jumlah kendaraan mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 0,91
menjadi 0,84 pada tahun 2012.

Kondisi topografi Kota Surabaya terdiri atas perbukitan di bagian barat, relatif
rendah di pantai sisi utara dan timur serta daerah datar di sisi selatan. Untuk itu saluran
drainase perlu pemeliharaan yang baik sehingga air tidak menggenangi jalan yang dapat
mengakibatkan dampak kerusakan jalan. Hal ini dapat memperparah kemacetan di
beberapa ruas jalan. Panjang drainase kondisi baik tahun 2011 sebesar 319.881,73 km
sedangkan pada tahun 2012, panjang drainase kondisi baik menjadi 24 sebesar 320.842
km. Di beberapa lokasi, masih terdapat saluran drainase yang belum terkoneksi dengan
baik, untuk itu perlu pembangunan dan pemeliharaan saluran drainase secara berkala
sehingga mampu meningkatkan kinerja sistem jaringan drainase.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2 - 12
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Pada tahun 2012, luasan wilayah genangan di Kota Surabaya mengalami


penurunan menjadi sebesar 1.613,48 ha dibandingkan luasan wilayah genangan pada
tahun 2011 sebesar 2.213 ha. Penurunan luasan wilayah genangan disebabkan karena
pada tahun 2012 Pemerintah Kota Surabaya berupaya mengembangkan sistem drainase
secara terpadu dengan memaksimalkan fungsi drainase sebagai saluran pematusan air
hujan dan menambah jumlah pompa untuk mempercepat mengurangi lama genangan.

2.3.2.3 KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan struktur komposisi angkatan kerja Kota Surabaya, golongan umur
yang paling dominan terletak pada umur antara 25-29 tahun dan 30-34 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa, komposisi angkatan kerja di Kota Surabaya masih cukup sehat
karena didominasi oleh golongan umur yang masih produktif sebagaimana tabel berikut.

Tabel 2.5 Rasio Penduduk Yang Bekerja Kota Surabaya Tahun 2011-2012
2011 2013
Golongan Angkatan Kerja Angkatan Kerja
No
Umur Mencari Jumlah Mencari Jumlah
Bekerja Bekerja
Pekerjaan Pekerjaan
1 15-19 38.308 19.541 57.849 47.417 12.669 60.086
2 20-24 150.595 17.615 168.210 148.843 29.061 177.904
3 25-29 222.722 14.322 237.044 183.459 9.305 192.764
4 30-34 174.884 5.896 180.780 212.481 6.664 219.145
5 35-39 198.765 6.071 204.836 182.378 3.156 185.534
6 40-44 162.757 2.516 165.273 176.096 2.084 178.180
7 45-49 158.996 3.605 162.601 117.430 1.964 119.394
8 50-54 108.766 3.558 112.324 120.366 1.964 122.330
9 55-59 97.332 1.010 98.342 74.589 5.130 79.719
10 60+ 86.068 1.820 87.888 84.621 - 84.621
Jumlah 1.399.19 75.954 1.475.14 71.997 1.419.66
3 7 1.347.680 7
Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka, 2013

Rasio tingkat partisipasi angkatan kerja di Kota Surabaya mengalami penurunan


dari sebesar 0,69 di tahun 2011 menjadi 0,66 di tahun 2012, dengan komposisi jumlah
penduduk usia 15 tahun keatas dan jumlah angkatan kerja justru mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan banyaknya angkatan kerja yang memilih melanjutkan pendidikan di
tingkat yang lebih tinggi sebelum masuk ke dunia kerja.

Jumlah pencari kerja yang difasilitasi dan berhasil ditempatkan oleh Dinas Tenaga
Kerja pada tahun 2012 sebanyak 2.974 orang mengalami penurunan dibandingkan dengan

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2 - 13
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

tahun 2011 yaitu sebanyak 3.568 orang. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan yang
cukup signifikan dari sisi permintaan lowongan pekerjaan pada pasar kerja formal, akibat
peningkatan yang cukup signifikan dari segi upah pegawai.

Tingkat pengangguran terbuka di Kota Surabaya mengalami penurunan dari


5,15% pada tahun 2011 menjadi 5,07% pada tahun 2012. Hal ini selain ditopang oleh
semakin tumbuhnya wirausaha mandiri, juga disebabkan banyaknya pengangguran yang
meneruskan pendidikan yang lebih tinggi sebelum masuk dunia kerja.

Tabel 2.6 Angka Partisipasi Angkatan Kerja, Pencari Kerja yang Difasilitasi dan
Ditempatkan serta Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Surabaya Tahun
2011 2012
No Uraian 2011 2012
1 Angka Partisipasi Angkatan Kerja
- Angkatan Kerja 15 Tahun Keatas 1.475.147 1.419.667
- Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun Keatas 2.152.931 2.147.116
- Rasio Angkatan Kerja 0,69 0,66
2 Pencari Kerja yang Difasilitasi dan
Ditempatkan
- Jumlah Pencari Kerja yang Difasilitasi 3.568 2.974
dan Berhasil Ditempatkan
- Jumlah Pencari Kerja yang Difasilitasi 6.985 6.081
3 Tingkat Pengangguran Terbuka
- Jumlah Penganggur Terbuka Usia 75.954 71.997
Angkatan Kerja
- Jumlah Penduduk Angkatan Kerja 1.475.147 1.419.667
- Tingkat Penganggur an Terbuka (%) 5,15 5,07
Sumber : Kota Surabaya Dalam Angka, 2013

2.3.3 BUDAYA
Pemerintah Kota Surabaya dalam rangka mendukung bidang kepariwisataan
banyak mengadakan kegiatan festival seni dan budaya,baik yang diselenggarakan oleh
pemerintah kota maupun pihak swasta. Pada tahun 2011 sebanyak 442 festival seni dan
budaya yang diselenggarakan di Kota Surabaya dan pada tahun 2012 meningkat menjadi
493 festival seni dan budaya.

Adapun sarana yang disediakan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam mendukung
perkembangan kesenian berupa gedung/tempat yang dapat digunakan oleh masyarakat
untuk menyelenggarakan kegiatan kesenian/berekspresi pada tahun 2012 terdapat 10
tempat yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan kesenian / berekspresi antara lain
Gedung Merah Putih; Gedung Nasional Indonesia; Pendopo Agung di THP Kenjeran;

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2 - 14
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Panggung musik di THP Kenjeran; Gedung serba guna di UPTD Ampel; Gedung Ludruk di
UPTD THR; Gedung Srimulat di UPTD THR; Gedung Pringgodani di UPTD THR; Pendopo
Utama di UPTD THR; dan Teater terbuka di UPTD THR.

Kota Surabaya melakukan upaya dalam bentuk pemberian penetapan terhadap


benda, situs, kawasan sebagai cagar budaya dan pengawasan terhadap benda, situs,
kawasan cagar budaya agar jika ada proses renovasi tidak sampai merubah bentuk aslinya.
Adapun jumlah benda, situs dan kawasan yang dilindungi dan dilestarikan oleh
Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 2,78% yaitu
180 pada tahun 2011 menjadi 185 pada tahun 2012.

2.4 KESEHATAN MASYARAKAT


Dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, pembangunan
pendidikan dan kesehatan terus ditingkatkan. Di bidang kesehatan, pelayanan kesehatan
dan gizi berkualitas bagi ibu dan anak perlu diperluas cakupannya mengingat aspek
kesehatan ibu dan bayi merupakan salah satu indikator pembangunan daerah yang
relevan dengan target Millenium Develepment Goals (MDGs) yang harus dipenuhi pada
tahun 2015. Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dan gizi berkualitas bagi ibu dan bayi antara lain dengan revitalisasi dan
pengembangan posyandu sebagai ujung tombak pelayanan preventif dan promotif bagi ibu
hamil dan bayi. Dalam kurun waktu sepanjang tahun 2012, terdapat penambahan jumlah
posyandu yang sebelumnya berjumlah 2.794 posyandu menjadi 2.808 posyandu.
Peningkatan ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
peningkatan pelayanan kesehatan khususnya bagi ibu dan bayi.

Kondisi sarana prasarana kesehatan di Kota Surabaya pada tahun 2012


menunjukkan adanya sejumlah perkembangan. Beberapa perkembangan tersebut antara
lain meningkatnya jumlah pukesmas pembantu (pustu) yang dinaikkan statusnya menjadi
puskesmas induk, dengan jumlah 4 (empat) unit. Dengan demikian total jumlah
puskesmas di Kota Surabaya meningkat dari semula 58 unit menjadi 62 unit. Selain itu
terdapat juga peningkatan poliklinik sebesar 82 unit atau meningkat dari semula 190
poliklinik menjadi 272 poliklinik. Peningkatan tersebut cukup tinggi karena mencapai
43% dari jumlah poliklinik yang ada. Peningkatan sarana kesehatan, baik publik maupun
swasta diharapkan dapat mendukung upaya percepatan pemerataan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas di Kota Surabaya.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2 - 15
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Kondisi peningkatan jumlah sarana prasarana kesehatan seperti puskesmas dan


poliklinik juga diikuti dengan pertumbuhan rumah sakit di Kota Surabaya, dimana pada
tahun 2012 terdapat 4 (empat) rumah sakit swasta baru yang beroperasi di Kota Surabaya.
Penambahan jumlah rumah sakit ini diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan pelayanan
kesehatan lanjutan bagi seluruh masyarakat di Kota Surabaya. Dilihat dari rasio, terdapat
peningkatan dari semula 0,0185 di tahun 2011 menjadi 0,0192 pada tahun 2012.
Sementara itu, ketersediaan dokter di Kota Surabaya pada tahun 2012 juga menunjukkan
peningkatan dibanding tahun 2011. Peningkatan ini diharapkan dapat meningkatkan
persebaran tenaga kesehatan di seluruh wilayah Kota Surabaya. Secara rasio perbandingan
jumlah penduduk dengan jumlah dokter, maka terdapat peningkatan dari semula 1,60 di
tahun 2011 menjadi 1,71 di tahun 2012. Selengkapnya kondisi pelayanan kesehatan di
Kota Surabaya Tahun 2011 2012 pada tabel berikut ini.

Tabel 2.7 Kondisi Pelayanan Kesehatan di Kota Surabaya Tahun 2011 2012
No Uraian 2011 2012
1 Posyandu
- Jumlah Posyandu 2.794 2.808
- Jumlah Balita 203.773 204.951
- Rasio Posyandu per 1.000 penduduk 13,71 13,70
2 Jumlah Penduduk 3.024.321 3.125.576
3 Puskesmas
- Jumlah Puskesmas 58 62
- Rasio Puskesmas per 1.000 penduduk 0,019 0,020
4 Poliklinik
- Jumlah 190 272
- Rasio Poliklinik per 1.000 penduduk 0,063 0,087
5 Pustu
- Jumlah 64 60
- Rasio Pustu per 1.000 penduduk 0,021 0,019
6 Rumah Sakit Umum (Pemerintah) 2 2
7 Rumah Sakit Jiwa/Paru dan Penyakit 2 2
Khusus Lainnya Milik Pemerintah
8 Rumah Sakit AD/AU/AL/POLRI 7 7
9 Rumah Sakit Daerah 2 2
10 Rumah Sakit Swasta 43 47
11 Rasio Rumah Sakit per 1.000 penduduk 0,0185 0,0192
12 Jumlah Dokter 4.835 5.343
13 Rasio Dokter per 1.000 penduduk 1,60 1,71
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Surabaya, 2013

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2 - 16
D O K U M E N E VA L U A S I L I N G K U N G A N H I D U P ( D E L H )
Kegiatan Perkantoran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kantor Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Status kesehatan dan gizi masyarakat Kota Surabaya secara umum terus
menunjukkan kemajuan signifikan yang ditandai dengan meningkatnya Angka Harapan
Hidup (AHH) dan menurunnya angka prevelansi balita gizi buruk. Beberapa capaian
indikator program kesehatan yang dicapai pada tahun 2012 antara lain meningkatnya
capaian AHH yang biasa digunakan sebagai indikasi peningkatan derajat kesehatan
masyarakat menjadi 71,63 tahun dari tahun 2011 yang sebesar 71,33 tahun.

Kondisi kesehatan gizi masyarakat juga menunjukkan peningkatan yang positif


dengan ditandai oleh menurunnya angka prevalensi gizi buruk balita menjadi 0,38% dari
tahun sebelumnya sebesar 0,64%.

L A P O R A N P E N DA H U LUA N 2 - 17

Anda mungkin juga menyukai