Bab 2 & 3 Studi Banjir Subang
Bab 2 & 3 Studi Banjir Subang
Bab 2 & 3 Studi Banjir Subang
Sebelah Utara
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Karawang
Sebelah Timur
Indramayu
: Laut Jawa
: Kabupaten Bandung Barat
: Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten
: Kabupaten Sumedang dan Kabupaten
orang (20 %), buruh 9,997 orang (18%), Peagawai negeri 1.110 orang (0,2%),
jasa 6,110 orang (11%) dan lainya 5,554 orang (0,1 %). Adapun apabila
dilihat dari tingkat pendidikannya, penduduk kecamatan Pamanukan dapat
dibagi menjadi penduduk yangh belum sekolah 6,675 orang (11%), belum
tamat SD 7.220 orang (13 %), tamat SD 7.320 orang (13 %), SLTP 16.662
orang (30 %), SLTA 12.219 orang (22%), perguruan tinggi 2.777 orang (5%)
2.2.2 Kondisi Ekonomi
Pembinaan keuangan desa diarahkan pada upaya peningkatan
pendayagunaan potensi keuangan dewasa terutama yang bersumber dari
APBDes. Keberadaan APBD di kecamatan Pamanukan pada tahun 2012
sebagai berikut
a. Geomorfologi
Lokasi daerah studi merupakan daerah dataran rendah/ pedataran pantai
utara Subang, dimana secara umum morfologi topografi pantai utara Jawa
Barat merupakan suatu daerah dataran dengan lebar dataran yang
bervariasi. Secara rinci endapan yang terdapat di pantai utara Jawa Barat.
- Endapan Kipas Aluvial
Endapan ini umumnya terbentuk dari hasil vulkanik terdiri dari lempung,
pasir campur kerikil, daya dukung tinggi, nilai keterusan terhadap air kecil
sampai sedang .
-
Endapan Sungai
Endapan ini disusun oleh pasir sampai kerikil, lepas daya dukung terhadap
pondasi sedang sampai besar, permeabilitas besar, dapat bertindak sebagai
akuifer, diatas endapan ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai
daerah permukiman , hal ini bisa dimaklumi karena kumudahan untuk
memperoleh air.
-
timur, merupakan daerah pesawahan dan tambak garam. Satuan ini berumur
Holosen.
Endapan pematang Pantai (Qbr) Terdiri dari pasir kasar hingga halus dan
lempung, banyak mengandung cangkang moluska, penyebaran satuan ini
membentuk pematang-pematang yang tersebar didaerah pantai dengan
bentuk yang sejajar satu sama lain, di daerah daerah antara lain SadariSungai Buntu, di sekitar Pondok Bali dan disekitar Genteng terus ke pantai
timur Delta Cipunegara, beberapa ada yang memancar dari satu titik (apek),
tinggi pematang ada yang mencapai 5 meter. Ketebalan satuan ini berkisar
25 50 meter. Pematang pantai ini merupakan daerah permukiman dan
lokasi jalan jalur/ jalan raya. Satuan ini berumur Holosen.
Endapan Dataran Banjir (Qaf), terdiri dari lempung pasiran, lempung
humusan dan lempung lanauan, berwarna abu-abu kecoklatan sampai
kehitaman, satuan ini menutup satuan yang lebih tua ditandai dengan
adanya bidang erosi. Tebal satuan ini lebih kurang 120 meter, berumur
holosen melampar luas sampai ke Cirebon dan Arjawinangun . Endapan Rawa
( Qac), terdiri dari pasir halus, cangkang kerang moluska dan koral kemudian
juga mengandung sisa tumbuhan, endapan permukaan ini terdapat di sekitar
pesisir pantai mulai dari Sungai Buntu sampai Eretan dengan ketebalan 5
hingga 10 meter, berumur holosen/kuarter.
c. Stratigraf.
Berdasarkan peta geologi Jawa dan Madura yang diterbitkan oleh Direktorat
Geologi Bandung tahun 1963, maka stratigrafi daerah lokasi studi tersusun
oleh endapan Aluvioum yang berumur holosen dan endapam fasies gunung
api yang berumur plistosen.
2.4.2 Struktur Geologi
Dilokasi daerah studi dan sekitarnya tidak dijumpai adanya strukutur geologi
regional, baik struktur patahan maupun lipatan, sehingga kondisi tanahnya
relatif stabil.
2.4.3 Kegempaan
Berdasarkan peta zona kegempaan untuk pekerjaan desain bangunan air
yang diterbitkan oleh DPMA atau Balitbang Air, Lokasi daerah studi terletak
pada zona kegempaan dengan koefisien zona 1,56 jika rencana bangunan
pengendali banjirdiletakan pada batuan dasar dengan anggapan periode
ulang 20 tahun, maka percepatan gempa perencanaan adalah sebesar
88,698 gal, koefisien gempa adalah 0,090. Jika rencana bangunan pengendali
banjir diletakan pada aluvium dengan anggapan periode ulang 20 tahun,
maka percepatan gempa perencanaan adalah sebesar 147,296 gal, dengan
koefisien kegempaan adalah sebesar 0,150.
2.5. Kondisi Hidroklimatologi
2.5.1 Klimatologi
Seperti wilayah Indonesia lainnya, iklim di pesisir Jawa barat bagian utara
dipengaruhi oleh angin muson yang mengakibatkan dua musim, yaitu musim
timur dan musim barat. Informasi iklim dan cuaca pada setiap wilayah pesisir
pantai utara Jawa Barat masih terbatas, namun hasil studi diwilayah pantai
utara, angin umumnya berasal dari barat laut (29,35 %), timur laut (22,01 %)
dan Utara (18,32 %), (Pemerintah Kabupaten Indramayu, 1996). Kecepatan
angin umumnya (41,35 %) bertiup dengan kisaran 3-5 m/det, sedangkan
(0,62%) kecepatan angin sangat lemah yaitu < 1 m/det yang dapat
diklasifikasikam pada kondisi teduh, musim barat terjadi pada bulan
Desember sampai bulan Februari. Bulan Juni sampai bulan Agustus
merupakan puncak musim timur dimana angin umumnya (30 40%) bertiup
dari arah timur laut dengan kecepatan 3 6 m/det.
Musim kemarau terjadi pada bulan Mei September, sedangkan musim hujan
pada bulan Oktober - April. Intensitas curah hujan tahunan berbeda untuk
setiap kawasan, ada kecenderungan makin tinggi ke arah selatan. Besarnya
curah hujan tahunan antara 1000 1500 mm/tahun. Temperatur rata-rata
bulanan di daerah studi berkisar antara 27,1C 30,9C, sedangkan
kelembaban udara berkisar antara 69% - 95% dan sinar matahari berkisar
antara 29 % - 71 %, sedangkan kecepatan angin bertiup adalah 56 Km/hari
110 Km/hari.
2.5.2 Data Curah Hujan
Hasil survey pendahuluan yang telah dilaksanakan didapat data curah hujan
selama 10 tahun, disepanjang DAS Cigadung terdapat 3 stasiun hujan ,
diantaranya :
-
Data curah hujan pada masing masing stasiun akan ditampilkan pada tabel
dibawah..
BAB III
SURVEY DAN ANALISIS
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
Pengukuran
3.3.1 Pemasanngan patok Kayu, Bench Mark (BM) dan Control Point
(CP)
Salah satu kegiatan survey topografi adalah pengukuran pengikatan untuk
mendapatkan titik-titik referensi posisi horizontal dan vertikal.
Sebagai titk pengikatan dalam pengukuran topografi dibuat Bench Mark (BM)
dibantu dengan Control Point (CP) yang dipasang secara teratur dan mewakili
kawasan secara merata. Kedua jenis titik ikat ini mempunyai fungsi yang sama,
yaitu untuk menyimpan data koordinat (X,Y) dan ketinggian /elevasi (Z).
3.3.2 Pengukuran Poligon
Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan, yaitu
jarak dan sudut jurusan.
Pada pelaksanaan pekerjaan, pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan
pita ukur 100 m, tingkat ketelitian hasil penguuran jarak dengan menggunalan
pita ukur, sangat bergantung kepada :
-
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan dengan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse
net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM . Penentuan
posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran
beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi.
T = (8D) mm
(D = jarak antar 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satuan Km)
Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar vertikal diolah dengan
menggunakan spreadsheet sebagaimana kerangka horizontalnya. Dari hasil
pengolahan tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok
terhadap bench mark acuan. Ketinggian relatif tersebut pada proses selanjutnya
akan dikoreksi dengan pengikatan terhadap elevasi muka air laut paling surut
(Lowest Low Water Level LLWL), yang dihitung sebagai titik ketinggian nol (+
0,00).
3.3.4 Pengamatan Azimut Matahari
Disamping untuk mengetahui arah/azimuth awal, pengamatan matahari
dilakukan untuk tujuan sebagai berikut :
-
3.3.7 Penggambaran
Pernggambaran terdiri dari :
-