Laporan PKL Gardu Induk Kebon Agung
Laporan PKL Gardu Induk Kebon Agung
Laporan PKL Gardu Induk Kebon Agung
BAB I
PENDAHULUAN
GBHN 1993 menggariskan Strategi Pembangunan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan, dengan
mengoptimalkan segala sumber daya yang ada di masyarakat secara terpadu dan terarah.
Kualitas pendidikan perlu disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan
perkembangan pembangunan. Perlu pula terus dikembangkan kerja sama antara dunia pendidikan
dengan dunia usaha/industri dalam rangka ikut peduli memberikan pendidikan dan pelatihan untuk
menambah kebutuhan tenaga kerja yang cakap dan terampil bagi pembangunan, sehingga tercipta
keterpaduan dengan perencanaan tenaga nasional. (TAP. MPR.RI. No.11/MPR/1993 Bab IV, Subbid
Pendidikan butir d )
Menjadi lembaga pendidikan professional dalam jaringan pendidikan global, dengan reputasi dibidang ilmu
pengetahuan dan teknologi terapan.
Sadar akan terdapatnya saling ketergantungan yang tak tapat dihindari antara pendidikan professional
disatu pihak dan dunia usaha/industri dilain pihak.
Berdasarkan KEPMEN 232 dan Kurikulum Program Studi Teknik Listrik Tahun 2003, bahwa dalam rangka
meningkatkan mutu dan dan evaluasi Pendidikan Politeknik dengan tuntutan pasar kerja, Kebijaksanaan
Politeknik adalah melaksanakan Praktek Kerja lapangan, untuk itu setiap mahasiswa wajib
melaksanakan dan merupakan mata kuliah.
UU.RI. Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional.
Bertambahnya kebutuhan akan tenaga listrik setiap tahun sesuai dengan berkembangnya
teknologi menuntut agar manusia berusaha menyediakan tenaga listrik yang handal. Secara umum
pembangkit tenaga listrik di Indonesia terdiri dari :
PLTA ( pembangkit listrik tenaga air ).
PLTU ( pembangkit listrik tenaga uap).
PLTP ( pembangkit listrik tenaga panas bumi ).
PLTG ( pembangkit listrik tenaga gas ).
PLTD ( pembangkit listrik tenaga diesel ).
PLTN ( pembangkit listrik tenaga nuklir ) rencana jangka panjang.
PLTGU ( pembangkit listrik tenaga gas dan uap ).
Secara umum pengelolaan tenaga listrik terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Pembangkit adalah Tempat yang berfungsi untuk membangkitkan tenaga listrik atau memproduksi energi
listrik.
2. Transmisi adalah Suatu saluran yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan tinggi dari
pembangkit ke Gardu Induk atau konsumen.
3. Distribusi Beban adalah Pengguna atau pemakai energi listrik dengan klasifikasi Industri atau
perumahan.
Masing-masing bagian tersebut mempunyai ruang lingkup tersendiri dan dalam pelaksanaanya
satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Untuk penyaluran energi listrik dari Pembangkit atau Gardu Induk ke konsumen yang jarak
jangkauanya dekat tidak masalah. Akan tetapi konsumen yang terletak jauh dari Pembangkit atau Gardu
Induk akan mengalami masalah, yaitu akan mengalami penurunan kwalitas tegangan pada
pendistribusianya. Dengan penurunan kualitas tegangan tersebut penyaluran daya listrik kekonsumen
yang jauh dari lokasi Pembangkit atau Gardu Induk maka perlu dianaikkan tegangannya. Adapun media
yang effective dan effisien untuk menaikan tegangan tersebut dipasang Capasitor Bank.
Jaringan untuk penyaluran daya listrik bertegangan tinggi pada lokasi yang jauh disebut jaringan
transmisi. Di Indonesia khususnya didaerah Jawa telah beroperasi sistem transmisi tegangan tinggi 150
KV dan tegangan ekstra tinggi 500 kV. Conductor transmisi yang dipergunakan pada 150 KV dan 500
KV dari jenis alumunium type ACSR untuk transmisi dan type AAC untuk sarana switch gear Gardu
Induk, dan ada yang menggunakan kabel tanah sebagai sarana transmisi pada umumnya di tengah
perkotaan. Ditinjau dari segi biaya pembangunan dan pemeliharaan jika terjadi kerusakan atau
gangguan, saluran udara lebih murah dibandingkan saluran kabel tanah dengan jumlah energi dan
panjang saluran yang sama.
Gardu induk juga merupakan sarana penampung dan penghubung beberapa pembangkit
listrik dan Gardu Induk dengan membentuk suatu sistem interkoneksi. Dengan keberadaan system
interconnection yang difasilitasi dengan beberapa Gardu Induk dan didukung dengan beberapa
pembangkit, maka pengendalian dan penyaluran energi listrik akan lebih sulit, akan tetapi frequensi
pemadaman yang disebabkan oleh perbaikan atau pemeliharaan peralatan listrik atau gangguan dapat
diperkecil, sehingga menjadi lebih handal. Apabila ada salah satu pembangkit sedang dalam
pemeliharaan atau mengalami gangguan dalam menyalurkan tenaga listrik pada gardu induk maka
pembangkit lain dalam satu sistem intekoneksi akan menggantikan untuk menyalurkan tenaga listrik
pada gardu induk tersebut. Sehingga konsumen tidak merasa dirugikan oleh pihak PLN.
1.5 BATASAN MASALAH
Agar tidak terjadi kesalah pahaman tentang isi laporan ini, maka kami membatasi materi yang dipelajari
selama PKL, diantaranya:
Pengertian Gardu Induk (GI)
Konfigurasi instalasi di GI Kebonagung
Peralatan yang terpasang pada GI Kebonagung
Fungsi masing-masing peralatan GI Kebonagung
Adapun sistematika pembahasan pada laporan PKL di GI Kebonagung adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang : latar belakang, tujuan, batasan masalah dan sistematika
pembahasan.
Bab II Teori Dasar, yang berisi tentang : Gardu Induk kebonagung, Klasifikasi gardu induk dan fungsi dari
gardu induk, dan pelayan dari Gardu IndukKebonagung.
Bab III Peralatan GI Kebonagung, yang berisi tentang : Peralatan di Switch yard, Peralatan di Control
Building, peralatan K3 yang ada dikebongung.
Bab IV Penutup, yang berisi tentang : Kesimpulan.
BAB II
GAMBARAN UMUM GARDU INDUK KEBONAGUNG
Gardu Induk Kebonagung terletak di Desa Kebonsari Kecamatan Sukun di. Jl S. Supriadi No.
10 kota Malang. Gardu Induk Kebonagung termasuk typegardu konvesional yang dibangun tahun
1976 dan beroperasi pada tanggal 12 januari 1978 yang melayani beban Distribusi daerah malang
selatan dan sekitarnya. Pengelolaan dan pengendalian serta tanggungjawab operasional oleh PT. PLN
(Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali area Region Jawa Timur dan Bali Unit
Pelayanan Transmisi Malang.
2.3 DASAR TEORI
Gardu induk boleh dikatakan sebagai rumah beban karena Gardu induk merupakan penyalur
energi listrik kepemakai energi listrik. Adapun gardu induk dapat diklasifikasikan menurut jenis
pemasanganya adalah sebagai berikut:
1. Gardu induk pasangan luar ( Conventional )
Peralatan Utama bertegangan tinggi dipasang diluar, sedangkan saranapengukuran (metering) ,
proteksi (relay) dan monitoring signal (annuciator) berada agak berjauhan tepatnya di ruang
control dan ruang proteksi serta ruang rectifier dan batteray, misalnya yang terletak diluar meliputi
Transformator Distribusi 150/20 kV atau Transformator IBT (interbus transformer) 150/70 kV berikut
sarana peralatan pendukungnya meliputi PMT, PMS, CT, PT/CVT , LA dll.Sedangkan sarana yang
sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan cuaca misalkan Panel control / relay termasuk
didalamya terdapat batere beserta rectifiernya sebagai supply sumber DC untuk konsumsi Proteksi dan
indicator indicator sebagai signal Informasi penempatanya di dalam gedung.
2. Gardu induk pasangan dalam
Biasanya didesain atau dibagun ditengah perkotaan yang memilki lahan sangat terbatas. Dari
pertimbangan tersebut sudah barang tentu sangat membutuhkan biaya yang sangat besar dan harus
didukung dengan tehnologi yang specific serta modern. Perampingan switch gear dan sarana tegangan
tingginya diapplykasikan dengan GIS ( Gas Insulation Substation) dengan media isolasinya memakai gas
SF6. System pengamananya pun juga super mewah, mengingat besarnya resiko kebocoran isolasi,
maka sekecil apapun potensi kelainan pada peralatan dipasang peralatan multi sensor dengan prediksi
akan mampu mendeteksi dan mencegah meluasnya kerusakan terhadap peralatan Gardu Induk.
Penjagaan serta kebersihan ruangan merupakan syarat utama yang harus memperoleh perhatian dan
perlakuan maksimal.
Tidak banyak yang dapat kami ulas tentang keberadaan gardu induk pasangan dalam ini
mengingat substansi dari PKL kami hanya di Gardu Induk Kebonagung. namun demikian penjelasan dari
bapak pembimbing sudah sangat membantu kami untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami
tentang Gardu induk pasangan dalam.
3. Gardu Induk jenis setengah pasang luar
Adalah Gardu Induk yang sebagian peralatan tegangan tingginya terpasang didalam gedung.
Gardu Induk jenis ini dipakai bermacam macam corak dengan pertimbangan efisiensi tempat,
pencegahan polusi danpencegahan dari luar (binatang dan benda asing )
4. Gardu Induk pasang bawah tanah
Adalah Gardu Induk yang semua peralatan terpasang dalam bangunan bawah tanah. Alat
pendinginnya biasanya terletak diatas tanah. Kadang kadang ruang kontrolnya juga diatas tanah.
Biasanya Gardu Induk jenis ini digunakan di daerah dimana lahan / lokasi suli didapat (perkotaan yang
sangat padat).
5. Gardu Induk Jenis ( Portable ) Mobil
Gardu Induk jenis ini biasanya digunakan hanya dalam kondisi darurat, misalkan
mengatasi gangguan di suatu Gardu Induk, guna mencegah pemadaman yang
berkepanjangan. Gardu Induk ini tidak dipakai secara luas, melainkan sebagai transformator atau
peralatan penghubung yang mudah dipindah pindahkan yang umum kita lihat penempatanya di atas
kereta atau truck .
Dalam aplikasinya Gardu Induk Kebonagung merupakan gardu induk konvesional yang dimana
semua peralatan tegangan tingginya berada diluar ruangan (outdoor) dan hanya beberapa peralatan
yang didalam ruangan seperti, panel control, panel rele, dll. Di GI Kebonagung menggunakan system
double busbar, hal ini dikarenakan system double busbar jauh lebih handal karena system double busbar
mendapat suplai dari busbar (line) yang berbeda. System double busbar ini sangat baik ketika terjadi
gangguan, pemeliharaan dan manuver beban sebab suplai tidak akan terputus karena suplai lainya
masih dapat mensuplai.
Kita lihat seperti dalam gambar: Jika bus bar A mengalami gangguan maka bus bar tersebut dapat
dipisahkan (isolasi) dari system dengan membuka breaker yang menghubungkan bus bar tersebut.
Walaupun bus bar A sudah dipisahkan, tenaga listrik akan tetap bisa disalurkan secara utuh. Hal ini juga
berlaku terhadap bus bar B jika bus bar tersebut mengalami gangguan. Bahkan jika ke 2 bus bar
mengalami gangguan, tenaga listrik masih bisa disalurkan walaupun breaker yang menghubungkan ke 2
bus bar tersebut di buka.
Pada gardu induk kebonagung mempunyai 5 buah trafo yaitu, 3 buah trafo IBT (inter Bus
Transformer) dan 2 buah trafo distribusi yang berfungsi untuk mensuplai kebutuhan pelanggan. Gardu
Induk Kebonagung juga melayani pelanggan JTM (20 kV), yaitu:
Trafo 4 yang didistribusikan menuju : Klayatan, Gadang, Pakisaji, Janti, Kol. Sugiono, MOG, Wagir dan
Bumiayu
Trafo 5 yang didistribusikan menuju : MATOS, Sitirejo dan Karang Duren
b) 70 kV
Peralatan utama dari GI Kebonagung terdiri dari 2 bagian yaitu peralatan yang terdapat di ruang
terbuka yang disebut dengan Switch yard dan peralatan yang diletakkan di ruang tertutup atau dalam
suatu gedung yang disebut dengan control building.
3.2.1.1. SUTT
Saluran udara tegangan tinggi atau yang biasa disebut SUTT adalah sarana penghantar diatas
tanah untuk mentransmisikan tegangan tinggi (70 kV, 150 kV) dari pusat pembangkit kegardu induk atau
dari GI ke GI.
Gambar 2. SUTT 150 kV
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu PMT agar dapat melakukan hal-hal diatas, adalah
sebagai berikut:
Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara terus-menerus.
Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun terhubung singkat tanpa
menimbulkan kerusakan pada pemutus tenaga itu sendiri.
Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi agar arus hubung singkat tidak
sampai merusak peralatan sistem, membuat sistem kehilangan kestabilan, dan merusak pemutus tenaga
itu sendiri
Berikut ini adalah jenis-jenis PMT atau Circuit Breaker yang ada pada Gardu Induk
Kebonagung berdasarkan pemadaman busur api :
1. PMT Minyak
Pada saat kontak dipisahkan, busur api akan terjadi didalam minyak, sehingga minyak menguap
dan menimbulkan gelembung gas yang menyelubungi busur api, karena panas yang ditimbulkan busur
api, minyak mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas hydrogen yang bersifat menghambat
produksi pasangan ion. Oleh karena itu, pemadaman busur api tergantung pada pemanjangan dan
pendinginan busur api dan juga tergantung pada jenis gas hasil dekomposisi minyak.
Gambar 8. Name plate dari PMT jenis pemadam busur api dengan menggunakan minyak (OCB)
Keterangan :
1. Tegangan Pengenal 72 kV
3. Frekuensi Pengenal 50 Hz
12. No. Seri : 76. 1417 (Polehan I) dan 76.1418 (Polehan II)
Keterangan :
Pada PMT jenis media pemadam busur api dengan menggunakan minyak digerakkan melalui pneumatic
yang dilengkapi dengan kompresor udara.
Kompresor bekerja secara otomatis, apabila tekanan udara dibawah nominal (14,8 kg/cm 2g), dan
kompresor akan mati bila tekanan udara lebih dari 15,8 kg/cm 2g.
PMT ini juga dilengkapi dengan indicator berupa lampu berwarna, dimana bila lampu indicator menyala
hijau bertanda PMT sedang dalam keadaan lepas, sebaliknya bila lampu indicator menyala merah berarti
PMT sedang dalam keadaan masuk.
Gambar 10. Pemadaman busur api pada pemutus daya udara hembus
Tetapi pada saat ini gardu induk Kebonagung sudah tidak menggunakan PMT ABB dengan media
udara hembus dan compressor ini hanya digunakan untuk peralatan yang mnggunakan operating
mechanism peunumatic.
Gambar 12.Compressor
Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan yang
tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini bergerak menuju anoda,
elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi.
Akibatnya, tidak ada penambahan elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata
lain, busur api dapat dipadamkan.
Gambar 14. Saklar PMT vakum
Sebagai isolasi listrik, gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan
kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Sifat lain dari gas SF6 ialah mampu
mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak
menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka.
Gambar 17.PMT 150 kV Trafo 2 dengan media pemadam busur api SF6