Faktor Penyebab Kedatangan Tentara Sekutu Ke Indonesia
Faktor Penyebab Kedatangan Tentara Sekutu Ke Indonesia
Faktor Penyebab Kedatangan Tentara Sekutu Ke Indonesia
Belanda masih ingin mengusai Indonesia sebab merasa bahwa Indonesia adalah
miliknya. Sehingga dia melakukan berbagai upaya guna mendapatkan kembali Indonesia,
termasuk melalui perlawanan dan meja perundingan. Sejak 10 Februari 1946 telah terjadi
perundingan antara Indonesia-Belanda sebelum selanjutnya terjadi perundingan
pendahuluan mengenai gencatan senjata Indonesia-Belanda pada tanggal 7 Oktober 1946
sebelum selanjutnya terjadi perundingan Linggarjati.
Penyebab datangnya tentara Belanda ke Indonesia adalah merebut daerah-daerah
perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak.
Namun sebagai kedok untuk dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini
sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan
Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H. J. van Mook menyampaikan pidato radio yang
menyatakan bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggarjati. Pada saat
itu jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan persenjataan
yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara
Australia.
Dua kali agresi militer yang dilancarkan oleh Belanda terhadap Indonesia, sempat
membuat keberadaan negara Indonesia melemah. Tapi bangsa Indonesia menjawabnya
dengan tetap melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia,
terutama menempuh jalur diplomasi dan kekuatan militer.
PERANAN DUNIA INTERNASIONAL
DALAM KONFLIK INDONESIA-BELANDA
Pada tanggal 25 Maret 1947 Indonesia dan Belanda mendatangani persetujuan Linggarjati.
Namun hubungan antara Indonesia dengan Belanda semakin memburuk karena Belanda
melakukan pelanggaran terhadap persetujuan Linggarjati dan perjanjian gencatan dengan
melancarkan agresi militer terhadap pemerintahan Indonesia pada tanggal 21 Juli 1947.
Tanggal 29 Juli 1947 pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan dari
Singapura sumbangan Palang merah Malaya kepada Indonesia ditembak oleh pesawat
Belanda di Yogyakarta. Gugur dalam peristiwa ini di antaranya komodor Muda Udara A.
Adjsutjipto dan komodor Muda Udara Dr. Abdurrahman Saleh.
Tanggal 31 Juli 1947 India dan Australia mengajukan masalah Indonesia-Belanda kepada
dewan keamanan PBB. Dalam sidangnya tanggal Agustus 1947 dikeluarkan resolusi yang
mengajak kedua belah pihak untuk menghentikan tembak menembak, menyelesaikan
pertikaian melalui perwasitan (arbitase) atau dengan cara damai yang lain.
Untuk menindaklanjuti ajakan PBB Republik Indonesia menugaskan Sutan Syahrir & H.
Agus Salim sebagai duta yang berbicara dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Sutan
Syahrir menyatakan untuk mengakhiri konflik tersebut adalah dengan cara membentuk
komisi Pengawas dalam pelaksanaan resolusi dewan Keamanan, Penarikan pasukan
Belanda ke tempat kedudukan sebelum agresi militer, dan pembentukan komisi pengawas
gencatan senjata.
Berikut peran dunia Internasional dalam ikut menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda:
1. Peran PBB
a. Melalui KTN (KOMISI TIGA NEGARA)
Tanggal 21 Juli 1947 tentara Belanda secara resmi melakukan Agresi Militer
I terhadap Indonesia. Aksi militer Belanda tersebut menimbulkan reaksi dunia luar.
Di antara negara yang tampil mendukung Indonesia adalah Australia dan India.
Australia mendukung Indonesia karena Ingin menegakkan perdamaian dan
keamanan dunia sesuai dengan piagam PBB.
Sedangkan India mendukung Indonesia karena solidaritas sama-sama Bangsa
Asi juga senasib karena sebagai bangsa yang menentang penjajahan. Pada tahun
1946 Indonesia menawarkan bantuan padi sebanyak 500.000 ton untuk
disumbangkan kepada India yang sedang dilanda bahaya kelaparan, sebaliknya
India juga menawarkan Benang tenun, alat-alat pertanian, dan mobil.
Tanggal 25 Agustus 1947 PBB menerima usul Amerika Serikat tentang
komisi jasa-jasa Baik (Comitte Of Goods Offices). Komisi ini dikenal dengan
komisi Tiga Negara (KTN), yang terdiri atas:
1) Australia (diwakili oleh Richard C. Kirby), atas pilihan Indonesia
2) Belgia (diwakili oleh Paul Van Zeeland), Atas Pilihan Belanda
3) Amerika Serikat (diwakili oleh Dr. Frank Porter graham), atas pilihan Australia
dan Belgia.
Tanggal 27 Oktober 1947 KTN tiba di jakarta. KTN mengalami kesulitan
karena Indonesia maupun Belanda tidak mau bertemu diwilayah yang dikuasai
pihak lain. KTN berhasil mempertemukan keduanya dalam suatu perundingan
pada tanggal 8 Desember 1947 diatas Kapal perang Amerika Serikat Renville .
Perundingan ini dikenal dengan Perundingan Renville , dan ditandatangani pada
tanggal 17 Januari 1948.
b. Melalui UNCI (United Nations Comission for Indonesia)
Tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan serangan besar-besaran
terhadap ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta. Untuk penghentian Agresi
Militer II Belanda, PBB membentuk UNCI (United Nations Comission For
Indonesia) atau komisi PBB untuk Indonesia.
Melalui UNCI yang dipimpin oleh Merle Cochran berhasil
menyelenggarakan perundingan Roem-Royen yang ditandatangani pada tanggal 7
mei 1949. Perundingan Roem-Royen kemudian ditindaklanjuti dengan Konferensi
meja Bundar (KMB) di Den Haag Belanda. KMB ditandatangani pada tanggal 2
November 1949.
2. Peran KAA dan Resolusi Dewan PBB
Agresi Militer II yang dilancarkan Belnada Menimbulkan reaksi yang sangat
keras dari negara-negara di Asia-Afrika. Amaka atas prakarsa perdana mentri India
Pandit Jawaharlal Nehru dan perdana mentri Burma u Nu, pada tanggal 20-25 Januari
1949 diselenggarakan konferensi Asi di New Delhi yang dihadiri oleh utusan dari
negara-negara Afganistan, Australia, Burma (Myanmar), Sri Langka, Eithiopia, India,
Iran, Iraq, Libanon, Pakistan, Phlipina, Saudi Arabia, Suriah, dan Yaman. Wakil-wakil
dari Indonesia yang Hadir anatar lain: Mr. A.A. Maramios, Mr. Utojo, Dr. Sudarsono,
H. Rasjidi, dan Dr, Soemitro Djojohadikusumo. Tujuan dari konferensi tersebut adalah
untuk memberikan dukungan terhadap Indonesia dalam forum PBB.
Isi resolusi Konferensi Asia:
a. Pengembalian pemerintah Republik Indonesia Ke yogyakarta.
b. Pembentukan perintah ad intern yang memunyai kemerdekaan dalam politik luar
negeri, sebelum tanggal 15 maret 1949
c. Penarikan tentara Belanda dari seluruh Indonesia
d. Penyerahan kedaulatan kepada pemerintahan Indonesia serikat paling lambat
tanggal 1 Januari 1950.