Book Chapter Pendahuluan
Book Chapter Pendahuluan
Book Chapter Pendahuluan
BOOK CHAPTER
INTRODUCTION TO FORENSIC AND INVESTIGATIVE
ACCOUNTING
Dosen Pengampu: Agung Nur Probohudono, SE. M.Si., Ph.D., Ak.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Ariano NIM. F1316019
2. Luluk Lutfiana NIM. F1316069
3. Ricky Hardiyanto NIM. F1316084
4. Wisnu Aji NIM. F1316105
5. Yoga Parasdya NIM. F1316106
1|Page
Sekilas Tentang
Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
Dalam suatu audit secara umum maupun audit yang khusus untuk mendeteksi fraud,
auditor baik internal maupun eksternal berupaya melihat kelemahan-kelemahan
dalam sistem pengendalian intern terutama yang berkenaan dengan perlindungan
terhadap aset yang rawan akan terjadinya fraud. Berikut ini digambarkan hubungan
2|Page
antara audit, akuntansi, dan hukum yang didasarkan pada penelaahan sistem
pengendalian intern.
3|Page
Kecurangan??
Apa sih kecurangan? Main game pake walkthrough, pake gameshark, apa itu bisa
masuk kategori kecurangan? Main Greed Island dengan merebut kartu dari player
lain bukannya menyelesaikan quest khusus kartu tersebut apakah itu masuk kategori
kecurangan? Bagaimana jika melalui pertarungan yang fair?
4|Page
Terdapat berbagai definisi formal terkait kecurangan, namun barangkali definisi yang
paling umum adalah sebagai berikut:
Kecurangan merupakan suatu istilah yang umum dan mencakup segala macam
cara yang dapat digunakan dengan kelihaian tertentu, yang dipilih oleh seorang
individu untuk mendapatkan keuntungan dari pihak lain dengan melakukan
representasi yang salah. Tidak ada aturan baku dan tetap yang bisa dikeluarkan
sebagai proposisi umum dalam mendefinisikan kecurangan termasuk kejutan, tipu
muslihat, ataupun cara-cara licik dan tidak wajar yang digunakan untuk melakukan
penipuan. Batasan satu-satunya dalam mendefinisikan kecurangan adalah hal-hal
yang membatasi ketidakjujuran manusia.
Kecurangan adalah penipuan yang menyertakan elemen-elemen berikut:
1. Sebuah representasi mengenai sesuatu yang bersifat material,
2. Sesuatu yang tidak benar,
3. Dan secara sengaja dilakukan untuk kemudian,
4. Dipercaya dan ditindaklanjuti korban
5. Sehingga pada akhirnya korban menanggung kerugian
5|Page
Berbagai Jenis Kecurangan
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengelompokkan kecurangan
(fraud) ke dalam 3 kelompok besar yaitu corruption (korupsi), asset misappropriation
(penjarahan aset), serta fraudulent financial statement (laporan keuangan yang
dengan sengaja dibuat menyesatkan). Fraud menghancurkan pemerintahan maupun
bisnis. Fraud berupa korupsi lebih luas daya penghancurnya.
Adapun dalam Buku Akuntansi Forensik karangan Zimbelman dkk menyebutkan
jenis-jenis kecurangan sebagai berikut;
1. Kecurangan oleh pegawai merupakan jenis kecurangan yang paling umum
dimana para pegawai melakukan penipuan terhadap pemilik perusahaan tempat
mereka bekerja dengan cara mengambil aset perusahaan.
2. Kecurangan pemasok adalah jenis kecurangan yang dilakukan oleh pemasok/
tempat organisasi membeli barang atau jasa terhadap organisasi pembeli
barang/ jasa, misalnya pemberian tagihan yang berlebihan, menyediakan barang
dengan kualitas rendah atau jumlah yang lebih sedikit dari yang telah disepakati.
3. Kecurangan pelanggan dilakukan oleh pelanggan kepada organisasi penjual
ketika pelanggan tidak membayar atau membayar lebih sedikit barang yang
mereka beli atau mendapatkan barang yang lebih banyak dari semestinya.
4. Kecurangan manajemen/ laporan keuangan melibatkan manipulasi yang bersifat
menipu dalam laporan keuangan oleh manajemen puncak agar memberikan
kesan bahwa perusahaan terlihat baik.
5. Penipuan investasi adalah kecurangan yang dapat dilakukan oleh semua pihak
baik melalui internet maupun secara langsung dengan skema penjualan
investasi yang curang atau tidak bernilai kepada investor yang tidak menaruh
rasa curiga.
6. Kecurangan-kecurangan lainnya, yang juga dapat dilakukan semua pihak namun
tergantung situasi dimana setiap kali ada pihak yang mencoba mengambil
keuntungan dari kepercayaan orang lain untuk menipu atau melakukan
kecurangan terhadap orang tersebut.
6|Page
Survei Fraud Indonesia 2016 terhadap 229 data responden yang valid yang telah
dilakukan oleh ACFE Indonesia memperlihatkan data sebagai berikut:
1. Fraud yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah korupsi dengan
persentase 67%, 31% dari jumlah responden memilih asset
missappropriation, dan fraud berupa laporan keuangan sebanyak 2% dipilih
responden.
2. Fraud yang paling merugikan di Indonesia adalah korupsi dengan persentase
77%, asset missappropriation 19%, dan 4% responden memilih kecurangan
laporan keuangan.
3. Para responden di Indonesia menyatakan bahwa kerugian yang terbesar
adalah berasal dari tindak korupsi
Sumber: www.transparency.org
7|Page
Deteksi Fraud
Survei yang dilakukan ACFE Indonesia terhadap responden selanjutnya
memaparkan bahwa ada beberapa hal yang dapat membuat fraud terdeteksi,
diantaranya: melalui laporan, hasil audit eksternal, hasil audit internal, pemeriksaan
dokumen, lainnya, pengamatan dan monitoring, rekonsiliasi dari akun-akun,
penegakan hukum, review manajemen, pengakuan, kebetulan, dan pengawasan
oleh IT. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh ACFE Indonesia diketahui
bahwa para responden sepakat laporan menjadi media atau sarana utama
ditemukannya fraud di Indonesia, yang merupakan informasi dari pihak internal yaitu
karyawan perusahaan.
Sumber: http://acfe-indonesia.or.id/survei-fraud-indonesia/
8|Page
Perbedaan di antara kecurangan yang dilakukan terhadap organisasi dengan
kecurangan yang dilakukan atas nama organisasi
Dari jenis-jenis kecurangan di atas dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Kecurangan yang dilakukan terhadap organisasi diantaranya kecurangan oleh
pegawai, kecurangan pemasok, dan kecurangan pelanggan
2. Sedangkan kecurangan manajemen dan penipuan investasi biasanya dilakukan
atas nama organisasi
9|Page
Kasus Pidana Kasus Perdata
UU No. 19 Tahun Pasal 28 ayat Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa
2016 (UU ITE) (1) hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan
kerugian konsumen dalam Transaksi
10 | P a g e
UNDANG-UNDANG PERIHAL DEFINISI/ PENJELASAN
Elektronik.
11 | P a g e
Contoh Kasus Fraud Terkini di Indonesia
1 Juli 2009:
First Travel mengawali usahanya dari sebuah bisnis biro perjalanan wisata, di bawah
bendera CV First Karya Utama yang didirikan pada tanggal 1 Juli 2009.
Biro perjalanan First Travel pada awalnya hanya menawarkan layanan perjalanan
wisata domestik dan internasional untuk klien perorangan maupun perusahaan.
12 | P a g e
Awal 2011:
Baru pada tahun 2011, First Travel merambah bisnis perjalanan ibadah umroh di
bawah bendera PT First Anugerah Karya Wisata, dan berkembang pesat dari tahun
ke tahun.
28 Maret 2017:
Setelah 6 tahun berjalan, gelagat aneh dari First Travel mulai tercium. Adalah
Kementerian Agama yang pertama kali memantau bahwa ada yang aneh dari model
bisnis First Travel.
First Travel mendapat perhatian Kemenag setelah First Travel gagal
memberangkatkan jemaah umrah pada 28 Maret 2017 lalu. Dalam kejadian itu
jemaah diinapkan di hotel sekitar Bandara Soekarno Hatta.
18 April 2017
Kementerian Agama pun melakukan klarifikasi, investigasi, advokasi, hingga mediasi
dengan jemaah. Upaya klarifikasi pertama kali dilakukan pada 18 April 2017.
Jemaah merasa dirugikan karena di antara mereka ada yang sampai gagal 3 kali
berangkat umrah. Saat dimintai kejelasan, manejemen First Travel selalu berkelit.
Saat pertemuan itu juga, Kemenag langsung menanyakan kejelasan kasus ini ke
petinggi First Travel. Namun pihak manajemen tidak memberikan jawaban sama
sekali.
22 Mei 2017
Kementerian Agama mengundang pihak First Travel untuk mediasi dengan jemaah.
Mereka mengirimkan tim legal namun tidak dilanjutkan.
Masalahnya adalah karena tim legal First Travel tidak dibekali surat kuasa.
Di sisi lain di tanggal yang sama, 600 jemaah First Travel dari Jawa Timur mengadu
ke DPR. 600 jemaah dari Jawa Timur itu telantar di Ibu Kota selama empat hari dan
tak pernah tahu kapan akan diberangkatkan ke Tanah Suci.
Salah satunya Saiful. Pria yang bekerja sebagai kontraktor ini mengaku sedih karena
tak jadi berangkat ke Tanah Suci sesuai jadwal yang dijanjikan.
"Saya daftar dari tahun 2015, kan harus menunggu setahun. Lalu saya dijanjikan
berangkat pada bulan tiga tahun ini (Maret 2017-red)," ujar jamaah asal Surabaya ini
di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (22/5).
13 | P a g e
24 Mei 2017
Kemenag kembali memanggil First Travel pada 24 Mei 2017. Upaya ini pun gagal
karena pihak manajemen tidak hadir.
2 Juni 2017
Pada 2 Juni 2017, digelar mediasi antara pihak First Travel dengan sejumlah jemaah
dari Bengkulu. Untuk ke sekian kalinya manejemen First Travel tidak ada solusi yang
bisa diberikan.
10 Juli 2017
Hari itu merupakan terakhir kalinya upaya mediasi dilakukan. Lagi-lagi mediasi gagal
karena manajemen First Travel tidak hadir.
21 Juli 2017
Satuan Tugas Waspada Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memerintahkan PT
First Anugerah Karya Wisata untuk menghentikan penjualan paket promonya karena
ada indikasi investasi ilegal dan penghimpunan dana masyarakat tanpa izin.
First Travel juga tidak pernah menyampaikan data jamah yang mendaftar dan belum
diberangkatkan. Dokumen ini sudah diminta sejak empat bulan lamanya.
3 Agustus 2017
Kementerian Agama mencabut izin operasional First Travel. Pencabutan izin
dilakukan Kemenag karena First Travel telah melakukan pelanggaran undang-
undang tentang penyelenggaraan ibadah haji. Hal ini akhirnya menyebabkan jemaah
yang mengalami kerugian baik materi maupun immateril,
Pencabutan izin dilakukan karena PT First Anugerah Karya Wisata dinilai terbukti
telah melakukan pelanggaran Pasal 65 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Pelanggaran tersebut berupa tindakan penelantaran jemaah umrah yang
mengakibatkan gagal berangkat ke Arab Saudi, dan mengakibatkan timbulnya
kerugian materi dan immateril yang di alami jemaah umrah
14 | P a g e
9 Agustus 2017
Bareskrim Polri menetapkan direktur utama dan direktur First Travel Andika
Surachman dan Anniesa Desvitasari Hasibuan sebagai tersangka atas dugaan
penipuan dan melanggar UU ITE.
PEMBAHASAN KASUS:
Menurut beberapa pakar hukum kasus First Travel ini dikaitkan dengan model Skema Ponzi
(Ponzi Schemes), dimana para investor dijanjikan akan mendapatkan 100% pengembalian
modal yang telah ditanam hanya dalam jangka waktu 90 hari dan Ponzi benar-benar
menepati janji tersebut. Sebagai contoh perhitungan misalkan investor pertama menanam
modal 100 dolar, investor kedua menanam 200 dolar, dan investor ketiga menanam 150
dolar, maka dalam 90 hari uang milik investor pertama, kedua, dan ketiga jumlahnya akan
berlipat ganda menjadi masing-masing sebesar $200, $400, dan $300. Para penanam modal
tidak tahu menahu bisnis apa yang dilakukan oleh Ponzi, selama uang mereka benar-benar
bertambah mereka tidak mau ambil pusing dan mereka akan menanamkan kembali lebih
banyak modal. Padahal dalam kenyataannya Ponzi tidak melakukan bisnis apapun, dia
hanya mengembalikan uang $100 ditambah $100 milik investor pertama dari uang investor
kedua, sedangkan investor kedua menerima modal plus bunganya diambilkan dari investor
ketiga, keempat, dan seterusnya. Skema ini akan terus berjalan mulus selama tidak ada
intervensi dari pihak luar dan penegak hukum, serta selalu ada investor baru yang siap
menginvestasikan uangnya untuk digandakan dalam waktu 90 hari. Akan tetapi, di suatu
titik dimana tidak ada lagi investor baru, makan skema ini akan hancur dan terbongkar. Pada
kasus First Travel, skema ini diduga digunakan untuk membiayai jamaah yang mendaftar di
awal, menggunakan uang dari jamaah-jamaah gelombang selanjutnya. Dengan iming-iming
biaya umrah yang jauh lebih murah dari biro perjalanan haji dan umrah lain, mereka
mendapat jaminan akan selalu adanya investor/jamaah baru.
15 | P a g e
REFERENSI
16 | P a g e