Laporan Prakerin Udang Windu
Laporan Prakerin Udang Windu
Laporan Prakerin Udang Windu
DI SUSUN OLEH:
Nama:RAHMADANI
Nis:630.11
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Nis :630.11
Menyetujui:
Dra. Ponyem,MM
Pembina
Nip,196305021995122001
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga laporan sekolah ini dapat diselesaikan sedemikian rupa.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada pihak-pihak
yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian laporan ini:
masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan laporan ini baik dalam penulisan
maupun isi materi. Kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan di
masa yang akan datang. Semoga kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pembenihan udang sudah lama bekembang dan teknologinya telah dikuasai oleh sebagaian
besar masyarakat pembudidaya khususnya udang windu (panaeus monodon), tapi keterpurukan
budidaya udang windu hingga kini menjadi masalah serius bagi orang-orang yang mengelolah
hacthery pada waktu-waktu sebelumnya.
Manfaat:
- Meningkatnya usaha dan kemampuan taruna/i dalam menerapkan teknologi
produksi hacthery dan upaya meningkatkan komunity perikanan
- Terwujudnya pengalaman taruna/i dalam berinteraksi langsung dengan warga
lokasi hacthery dan masyarakat
- Terwujudnya motifasi taruna/i melakukan budidaya udang windu
Pompa air laut di gunakan untuk memompa air laut ke hatchery. Air laut tersebut di tarik
dengan menggunakan pipa 6 inci dengan panjang pipa dari laut ke hatchery lebih kurang 300 meter.
Pompa air lautdi BBAP Ujung Batee lokasi II berjumlah. Di ujung pipa tersebut diberi saringan masuk
pada waktu penarikan air laut.
No Spesifikasi Keterangan
1 Tipe dan ukuran CER 100-270
2 Produk no 02233947
3 Driver 15 kw
4 Speed Rpm 1460/m
5 Kapasitas 260 Mc/H02
6 Debit air 200 liter/detik
Air tawar yang digunakan di BBAP Ujung Batee lokasi II berasal dari sumber bor yang
berjumlah 2 buah dan memiliki salinitas 5 ppt. Air tawar digunakan untuk keperluan dalam
pemeliharaan udang. Selain itu juga digunakan untuk keperluan sehari-hari para pegawai ujung
batee.
C. Bak induk
Bak induk digunakan untuk pemeliharaan induk yang akan di pijahkan dan bak induk juga di
gunakan untuk tempat pemeliharaan induk yang sudah matang gonad. Bak induk berbentuk bulat
dan berkapasitas 10 ton yang terletak dalam ruangan.
D. Conikaltenk
Digunakan untuk tempat penetasan telur telur hingga menjadi nouplius.Conikaltank ini
memiliki volume 365 liter. Dengan setiap pengisian air di kurangi 10 cm berkurang airnya 50 liter.
Jadi setiap digunakan sebanyak 315 liter air.
E. Bak larva
Bak larva yang di gunakan yang berkapasitas dengan ukuran 11,35 ton air.
F. Blower
Blower sangat di perlukan dalam pembenihan udang windu ini, untuk menambah oksigen di
dalam air, blower yang digunakan di BBAP ujung batee lokasi II untuk menyuplai oksigen ke dalam
air blowernya sebayak 2 buah.
Sebelum air di aliri ke bak penyaringan air akan melewati watercoatyou send filter. Waterco
yang digunakan di BBAP ujung batee berjumlah 4 buah yang di pasang secara parallel. Tujuan itu di
pasang parallel untuk mendapatkan air yang bersih.
H. Bak penyaringan
Bak penyaringan di gunakan untuk menyaring air laut yang kemudian baru dimasukkan
kedalam bak reservoir (bak penampungan). Kegunaan dari bak reservoir antara lain:
Bak penampung di BBAP ujung batee lokasi II berjumlah 2 buah dengan kapasitas
masing-masing 450 ton air. Adapun tujuan dari bak penampung air antara lain:
J. Genset
Genset adalah alat berfungsi untuk menghasilkan tenaga listerik sebagai pengganti PLN
kalau mati. Adapun spesifikasi genset yang ada di BBAP ujung batee adalah sebagai berikut:
No Spesifikasi Keterangan
1 Tipe M127 (2.B)
2 Merk Perkins 3f3230
3 Frame Uc 1224614
4 Volt 380
5 Frekwensi 50 H2
6 Speed Rpm 1500/min
7 Phase 3
A. Sarana transportasi
Sarana transportasi yang ada di ujung batee lokasi II berjumlah buah yang masing-masing
fungsinya berbeda-beda.
B. Gudang
Gudang di gunakan untuk menyimpan pakan, obat-obatan, mesin, pompa, dan peralatan
lainnya.
Kebersihan bak memang peranan dalam usaha pembenihan udang windu. Proses
pembersihan bak dilakukan untuk mematikan mikrorganisme yang dapat mengganggu kehidupan
larva dalam bak tersebut. Menbersih kan bak dilakukan dengan menyikat seluruh bagian bak/
dinding dan dasar dengan deterjen dan dibilas dengan kaporit. Sebelumnya bak yang akan di
bersihkan, dikeringkan terlebih dahulu. Penggunaan kaporit dilakukan sesuai dengan kondisi bak,
apabila bak yang akan digunakan terlalu kotor maka kaporit tidak perlu digunakan. Setelah itu bak di
bilas degan air tawar sampai bersih.
Kondisi ruangan untuk pemeliharaan indik dengan suasana tenang ruang gelap dan
menggunakan bak beton yang berbentuk bulat yang berkapasitasnya 10 ton dan berwarna
biru. Pada bak tersebut ditutupi dengan terpal biru.
B. Persiapan pengairan
Kecerahan 28cm
PH 7,58,5
Salinitas 28-32 ppt
Kadar gas beracun <0,01 ppt
Bebas dari bahan pencemaran yang dapat menggangu larva dan turunya kualitas air
Setelah media pemiliharaan dipersiapankan kemudian dilakukan pengisian air laut sebayak 7
ton, pada saat pengisian air pada pipa pemasuk dipasang filter bar yang bertujuan untuk
mencegah masuknya zat-zat yang tidak diinginkan.
C. Persiapan instalasi pengudaraan
Syastem pengudaran yang digunakan adalah pengudaraan atas karana dianggap lebih
efektif/ efesien. Sebuah blower hanya sanggu mengudarai 100 ton air. Karena itu pengudaraan atas
Lebih bagus, terutama dari segi waktu dan ekonomi.
Induk yang ada dilokasi II BBAP ujung batee didatangkan dari Peureulak Aceh Timur.
Sebelum induk dilepaskan kedalam bak terlebih dahulu induk di lakukan karantina/ perlakuan
kusus. Seperti melakukan aklimatisasi suhu dan salinitas.
Dalam seleksi induk perlu di perhatikan syarat-syarat utama terhadap induk, sehungga kualitas
keturunan nanti dapat memberikan hasil yang baik induk yang siap di gunakan adalah induk yang
sudah memiliki criteria sebagai berikut:
Tabel 4. Criteria induk yang siap pakai dipembenihan udang windu di BBAP Ujung Batee.
Setelah induk dilakukan keranting, induk yang layak di pakai dimasukkan kedalam bak
pemeliharaan induk setelah induk di pindahkan selama satu sampai dua hari. Kemudian
dilakukan ablasi tujuan ablasi tersebut untuk memberikan hormon yang menghambat
kematangan gonat sehingga menghasilkan telur yang baru.
Ablasi di lakukan dengan cara memotong tangkai mata sebelah kanan yang terdapat hormon
penghambat kematangan telur dengan memasukkan indium dengan dosis 10 ppm selama 30
detik.
Seteleh dilakukan ablasi induk udang akan melakukan moulting (pergantian kulit) udang
windu sebelum melakukan pergantian kulit, dia akan mencari tempat persembunyian terlebih
dahulu tanpa melakukan aktifitas makan dan tidur. Dua hari kemudian bagian kepala mulai retak,
kemudian di lepas lepaskan dengan cara meloncat.
Setelah melakukan pergantian kulit, udang akan menghisap air sebayak-bayaknya, sehingga
tubuhnya terlihat membengkak untuk mengeraskan kulit barunya. Udang windu memerlukan gizi
yang cukup dan jumlah pakannya lebih bayak, proses pergantian kulit biasanya berlangsung 2 kali
dalam satu bulan saat pasang purnama dan pasang purbani.
Induk yang sudah matang gonat, dipindahkan ke dalam bak penetasan yang telah diberi
EDTA selama semalam.
3.7 Pemijahan
Induk udang pada tingkat III sudah dapat melepaskan telurnya sehingga perlu dipindahkan
ke dalam conicaltank yang yang telah diberi EDTA 3 gram. Induk akan mengeluarkan telur pada
malam hari dan pagi harinya induk harus di angkat untuk mencegah terjadinya pengisapan telur
kembali oleh induk. Telur yang ada pada bak spawning di acuk dua jam sekali untuk menghindari
telur agar tidak mengendap di dasar bak.
Tanda-tanda telur yang telah di lepaskan pada permukaan air akan tampak sisa-sisa jaringan
berwarna merah terapung . lalu telur yang telah dibuahi dilandai dengan terjadinya pembelahan sel
secara teratur, sedangkan yang tidak dbuahi ditanda dengan siplasmanya tetap berbentuk bulat
walaupun pemisahan telah nampak adanya terserang bakteri atau jamur.
Telur akan menetas dalam waktu 12 sampai 14 dan akan maenjadi nauplius, nauplius di
masukkan kedalam bak larva, sebelumnya dilakukan pemanenan nauplius dengan cara terlebih
dahulu aerasi dimatikan kemudiaan caranya seperti cahaya lampu agar nauplius
timbulkepermukaan, karena nauplius bersifat fototaksin positif. Kemudian nauplius yang ada di
dalam bak spawning diserok/ diseser dengan menggunakan saringan berukuran 150 mokron
kemudian nauplius tersebut dibilasi dengan larutan iodien yang diletekkan didalam ember degan
dosis 10 ppm yang dicampur degan air laut dengan berfungsi untuk menghindari terjangkitnya jamur
pada nauplius.
Kemudian nauplius dimasukkan kedalam ember berisi air untuk bilasan yang selanjutnya
akan dimasukkan kedalam bak larva. Bak pemeliharaan larva berbentuk segi empat yang mempunyai
kapasitas 12 ton. Sebelum di tebar di lakukan aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara
mengapungan ember dan kemudian di miringkan sedikit demi sedikit hingga nauplius akan keluar
dengan sendirinya.
Dalam pemeliharaan larva wadah yang di gunakan adalah bak yang terbuat dari beton
berkapasitas 12 ton berbentuk bersegi panjang dengan dinding berwarna biru dan berada pada
ruangan indor (Tertutup).Kegiatan persiapan di mulai setelah kegiatan produksi sampai panen
selesai.
Bak pemeliharaan di bersihkan dengan cara meyikat seluruh dinding bak dengan deterjen
hingga bersi. Lalu di bilas dengan air yang tawar dan di keringkan yang bertujuan agar seluruh bibit
penyakit tersisah akan mati.
Sterilisasi ruangan
Semua peralatan harus di jaga kebersihannya dan harus di sterilkan dari berbagai kontaminasi yang
mungkin di dapatkan dari pencucian peralatan yang tidak bersih .Sterilisasi peralatan yang di mulai
dari awal produksi dan akhir produksi. jenis peralatan seperti: airasi, batu airasi, bekerglas dan
sebagai berikutnya di rendam daiam permalin 100 ppm, dan kemudian di bilas dengan air tawar
hingga bersih.
Persiapan air
Air yg di gunakan adalah air laut yang telah melalui proses filtrasi sebelum di gunakan bak diisi
dengan air laut sampai posisi 7-8 ton air media pemeliharaan yang di berikan airasi dengan tujuan
meningkatkan kandungan oksigen terlarut yang berperan dalam proses metabolisme larva dan
mempercepat proses penguapan gas-gas beracun dari air pemeliharaan larva.
Sebelum nouplius di tebar terlebih dahulu dilakukan pengecekan kualitas air pemeliharaan.
Kualitas air yang disarankan untuk pemeliharaan larva udang adalah:
- Salinitas : 30 ppt
- Suhu : 27-32 c
- pH : 7,5-8,2
- Do : 5 ppm
- Aklinitas : 100 ppm
Kemudian di lakukan pengisian air sebelumnya, air yang masuk harus di saring terlebih dahulu
dengan filter bag pada pipa masuknya air.
Penebaran Nauplius
Penebaran nauplius di lakukan pada pase hari dengan tujuan agar lebih mudah bagi nauplius untuk
beradaptasi, dicelupkan kelarutan iodium 1-2 ppm, proses aklimatisasi dilakukan selama 10-15
menit, sebelum ember berisi naupli di masukkan ke dalam bak pemeliharaan larva terlebih dahulu di
siphon agar dengan tujuan untuk menjaga kemungkinan terjadinya stres pada naupli pada saat
beradaptasi pada lingkungannya yang baru. Naupli yang berada dalam ember tersebut di
adaptasikan kedalam bak kemudian ditebar kedalam bak secara perlahan-lahan.
C. Pemberian pakan udang dapat di berikan pada udang menjelang nauplius berubah menjadi zoea,
di kerenakan pada umur zoea udang tersebut sudah tidak memiliki kandungan kuning telurnya lagi di
dalam tubuh.
Penyakit adalah sel atau organ yang menumpang dari keadaan normal sehingga menggaggu
fungsi tubuh. Adapun jenis-jenis penyakit dapat dibagi 3 golongan, yaitu:
a. Virus
b. Bakteri
c. Parasit
Adapun dalam masa kami peraktek kerja lapangan, kami akan ada mendapatkan penyakit
yang meyerang udang hanya saja parasit yaitu. Jamur merah yang menempel pada dasar bak
dan peralatan lainnya yang terkontaminasi secara langsung.
Cara mencegah jamur tersebut hanya merendaam peralatan-peralatan yang terkena jamur
merah dengan kaporit.
3.10 PEMANENAN
Larva biasanya dipanen pada PL 12-15, pemanenan juga tergantung pada permintaan atau langsung
dipindahkan ke bak pertokolan. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara mengeluarkan bak yang
mana pada pipa goyang diletakkan saringan agar larva udang tidak lepas.
BAB.IV
A. Kesimpulan
B. Sarana
Kami harapkan panitia bagi pelaksanaan praktek dan pembimbim lapangan agar lebih
memperhatikan siswa/i dalam melaksanakan praktek
Untuk peningkatan kegiatan perlu diperhatikan persiapan yang mantap
Pakan yang diberikan untuk udang adalah berupa pakan yang berkualitas yang mengandung
protein yang tinggi. Dan frekuensi pemberian pakan secara teratur