Laporan Pemetaan
Laporan Pemetaan
Laporan Pemetaan
PENDAHULUAN
berkaitan dengan kondisi geologi yang berkembang dan bekerja di suatu daerah
untuk kehidupan masyarakat merupakan hal yang penting. Kondisi geologi ini
dapat dikaji dan dipelajari salah satunya dengan melakukan Pemetaan Geologi.
oleh penulis dari data-data dan informasi geologi secara jelas dan lengkap,
serta didukung oleh teori-teori geologi yang selama ini diperoleh sehingga
1
1.2 Maksud dan Tujuan
geomorfologi, dan geologi struktur pada daerah tersebut yang nantinya dapat
dijadikan hipotesis dalam penentuan serta analisis suatu daerah yang dipetakan
dan Evaluasi Geologi, yang menjelaskan tentang potensi geologi, baik yang
berkaitan dengan sumber daya alam maupun bencana alam di daerah tersebut
yang pada hasil akhirnya dapat disajikan dalam laporan pemetaan geologi.
barat timur.
2
Tabel 1.1 Koordinat Kavling 13 Blok 2
Lokasi Kavling
Kavling
Kabupaten Kecamatan Desa / Kelurahan
3
Kondisi geologi daerah penelitian ini telah dipelajari oleh para
lain:
Van Bemmelan (1949) dalam The Geology of Indonesia yang
BAB II
GEOMORFOLOGI REGIONAL
4
2.1. Fisiografi Jawa Tengah
Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah oleh van Bemmelen, (1949)
dibagi menjadi 6 zona fisiografi, yaitu: Dataran Aluvial Jawa Utara, Gunungapi
2.1).
Dataran Aluvial Jawa Utara, mempunyai lebar maksimum 40
5
singkapan batuan tertua berumur Oligosen-Miosen Bawah
selatan Jawa Barat dan Jawa Timur yang relatif lebih terjal.
Pegunungan Selatan Jawa memanjang di sepanjang pantai
Tengah.
Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona Depresi
6
Gambar 2.1 Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari
van Bemmelen, 1949).
1949).
7
konsep dasar geomorfologi bentuk bentang alam suatu daerah merupakan
termasuk bagian dari Cekungan Jawa Tengah Selatan yang terletak di bagian
membentang dari barat ke timur sepanjang 100 kilometer dan terbagi menjadi
dua bagian yang dipisahkan oleh Lembah Jatilawang yaitu bagian barat dan
Purworejo.
Pegunungan Serayu Selatan terletak di antara Zona Depresi Jawa
parameter parameter relief yang disusun oleh Van Zuidam (1983) (Tabel 2.1)
serta Hidartan dan Handaya (1994). Sedangkan untuk menentukan suatu stadia
daerah (Tabel 2.2) atau stadia sungai (Tabel 2.3) digunakan parameter
8
Satuan Relief Kelerengan Beda Tinggi (m)
(%)
Bentuk lahan asal marine, 6. Bentuk lahan asal glasial, 7. Bentuk lahan asal
9
Bentuk lahan asal fluvial
Bentuk lahan yang berkaitan dengan aktifitas sungai dan air
aktivitas gletser.
Bentuk asal denudasional
Merupakan proses denudasional (penelanjangan), yaitu kesatuan
Stadia Daerah
Parameter
Muda Dewasa Tua
Stadia Sungai Muda Muda Dewasa Tua
Sedikit
Relief Maksimum Hampir Datar
Bergelombang
Bentuk
Penampang UV V U Datar
Lembah
Kenampakan Bentang alam Bentang alam Bentang
Lain umumnya datar bergelombang alamnya datar.
sampai sampai Hasil proses
10
maksimum.
bergelombang.
Mulai ada pengendapan.
Tidak ada
gawir. Tidak ada
Gawir.
Relief sedang relief.
Relief kecil.
maksimum. U - Datar
V
VU
Stadia Sungai
Parameter
Muda Dewasa Tua
Slope Gradient Besar Relatif Kecil Tidak Ada
Kecepatan Aliran Tinggi Sedang Rendah
Turbulent
Jenis Aliran Air Turbulent Laminer
Laminar
Vertikal
Jenis Erosi Vertikal Horizontal
Horizontal
Proses yang Erosi dan
Erosi Deposisi
Bekerja Deposisi
Bentuk/Pola Lurus Bermeander
Lurus
Sungai Bermeander Komplek
Bentuk
V VU U Datar
Penampang
Kerapatan/Anak Sedang/Mulai
Kecil/Jarang Besar/Banyak
Sungai Banyak
11
Gambar 2.2 Klasifikasi Pola Aliran Sungai Berdasarkan Howard
(1967)
jenis, yaitu:
batuan.
12
Pada dasarnya, stadia daerah berkaitan dengan ciri-ciri geomorfologi
suatu daerah dan ciri-ciri dari sungai yang ada pada daerah pemetaan. Stadia
daerah ini dapat menentukan sejauh mana tingkat erosi atau proses
dari bentang alam stadia ini dipengaruhi oleh variasi dari batuan,
13
Gambar 2.4 Stadia Daerah Dewasa (Lobeck, 1939)
dan peneplan
14
BAB III
STRATIGRAFI REGIONAL
dan zona Pegunungan Serayu Utara di bagian Utara (Van Bemmelen, 1949).
Perbedaan yang nyata antara kedua zona tersebut terletak pada stratigrafi,
Formasi yang ada di Jawa Tengah dibagi atas tiga rangkaian stratigrafi, yaitu
yang memanjang dari barat ke timur, dan dibatasi oleh paparan sunda di utara
daerah ini.
15
Secara singkat, berikut diuraikan urut-urutan pengendapan sedimen
16
3.1.1 Formasi Kumbang (Tmpk)
17
3.2.1 Formasi Halang (Tmph)
18
laut dalam dengan sebagian batuan terendapkan oleh arus turbidit.
cm, rekahan terisi kalsit. Tufa tersusun atas feldspar, kaca, kuarsa
dengan tebal satuan beberapa meter hingga 200 meter. Satuan ini
formasi Waturanda.
berikut:
19
Breksi polimik berkomponen andesit dan basal, ukuran fragmen
20
bertambah kasar ke atas. Pelapisan sejajar terdapat di bagian atas
lapisan breksi.
Nama formasi ini pertama kali diajukan oleh Matasak dalam Asikin
BAB IV
21
4.1. Struktur Geologi Pulau Jawa
Proses tektonik yang terjadi di sebagian besar Pulau Jawa dipengaruhi
Mikro Sunda. Berdasarkan penelitian lapangan, foto udara dan citra satelit,
Pulau Jawa memiliki tiga arah kelurusan struktur yang utama. Tiga arah
Gambar 4.1 Pola Struktur Pulau Jawa yang terdiri dari Pola Meratus,
Pola Sunda dan Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjodjo, 1994).
Pola dengan arah timur laut barat daya disebut sebagai Pola Meratus.
53 80 juta tahun yang lalu. Pola Meratus ini berumur Kapur Akhir sampai
Eosen Awal.
22
Pola struktur dengan arah utara selatan disebut sebagai Pola Sunda.
Pola ini diwakili oleh sesar yang membatasi Cekungan Asri, Cekungan Sunda
dan Cekungan Arjuna. Pola Sunda terbentuk sekitar 32 53 juta tahun yang
Pola struktur dengan arah barat timur disebut sebagai Pola Jawa. Pola
Jawa ini diwakili oleh sesar baribis dan sesar sesar dalam Zona Bogor yang
juga dapat dibagi tiga, yaitu Tektonik Akhir Paleogen, Tektonik intra Neogen
dan Tektonik akhir Neogen. Tektonik akhir Paleogen seperti di tempat tempat
lain hampir di seluruh Daratan Sunda (Lempeng Mikro Sunda), dicirikan oleh
Berdasarkan data seismik dimana dapat diamati dengan jelas adanya gejala
Selatan hingga ke Bayat dan Parangtritis di selatan. Kegiatan magma Eosen ini
berupa aliran lava, jenjang, sumbat vulkanik dan sejumlah korok yang
terdapat sejunlah singkapan korok dan intrusi yang sebagian besar bersusunan
23
basaltis yang memotong batuan Pra Tersier dan batugamping Eosen.
intrusi dangkal. Umurnya secara radiometrik berkisar antara 11.16 Ma, 8.9 Ma
dan 3 Ma. Batuan vulkanik Tersier muda juga didapatkan di daerah Cilacap
berupa korok dan sill yang memotong Fm.Halang yang berumur N16-N18.
di daerah Karangkobar. Penentuan umur memberikan angka 8.7 dan 5.1 Ma.
sebagai cekungan depan busur dengan diisi oleh endapan gravitasi (turbidit)
yang sebagian besar terdiri dari bahan klastika gunung api. Kegiatan
lebih ke utara.
Dari data gaya berat, pola struktur Jawa Tengah memperlihatkan
24
dengan Jawa Barat, timurlaut baratdaya di selatan sekitar G. Muria, dan
BAB V
METODE PENELITIAN
efisiensi dan efektifitas seorang geologi di lapangan, Analisa peta topografi dan
25
5.2. Tahap Penelitian Lapangan
Metode yang akan digunakan dalam Tahap Penelitian Lapangan,
persamaan dan ketidaksamaan dari perolehan data lapangan serta referensi data
26
Tahap Persiapan dan Perencanaan
Analisa
Peta Geologi
27
Apri Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
Tahapan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahapan I
Pembuatan
proposal dan
studi pustaka
Tahapan II
Kegiatan
lapangan
Tahapan III
Laboratorium:
1. Sayatan
2. Fosil
3. Analisis
Tahapan IV
Penyusunan
laporan
Kolokium
Tabel 5.6 Waktu dan Rencana Kegiatan Pemetaan
28
BAB VI
geografis daerah pemetaan terletak pada 109 27' 08.1" BT - 109 30' 54.3" BT
29
Statigrafi daerah pemetaan dapat dilihat secara regional melalui Peta
1992).
30
Gambar 6.3 Peta Geologi Regional Lembar Purwokerto Tegal (M. Djuri. Dkk,
1996).
31
Gambar 6.4 Peta Geologi Regional Lembar Banjarnegara dan Pekalongan
(W.H. Condon. Dkk, 1996)
32
Gambar 6.5 Peta Geologi Regional Lembar Kebumen (S. Asikin. Dkk,
1996).
33
Gambar 6.6 Sebaran Anggota yang merupakan bagian dalam Formasi
Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Banyumas, Banjarnegara,
Purwokerto, dan Kebumen.
dan basal.
6.2.3 Formasi Penosogan : Perselingan batupasir gampingan,
tuf dengan sisipan breksi; dipengaruh oleh arus turbidit dan pelengseran
34
6.2.5 Formasi Ligung : Breksi gunung api (aglomerat), bersusunan
Formasi Ligung.
geomorfologi daerah pemetaan terbagi atas tiga satuan geomorfologi, yaitu satuan
35
Gambar 6.5 Peta Pola Aliran Sungai Daerah Pemetaan
Sungai pada daerah penelitian ini sendiri terdiri atas sungai yang
36
Gambar 6.6 Peta Kelurusan Kontur Daerah Pemetaan yang menunjukkan
indikasi adanya struktur geologi
37
memberikan informasi yang akurat.Peta lintasan tersebut di buat pada saat
sebelum ke lapangan.
Peta rencana lintasan dibuat dengan arah Utara-Selatan. Terdapat 3
BAB VII
PENUTUP
ini diajukan sebagai bahan pertimbangan dan semoga mendapat perhatian dan
38
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
Kecamatan Purworejo Klampok dan desa desa setempat, serta secara khusus
DAFTAR PUSTAKA
39
Asikin, S, dkk. 1992. Peta Geologi Lembar Kebumen, Jawa. Bandung:Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Bemmelen, R.W Van. 1949. The Geology of Indonesia Vol. I A General Geology :
The Hague, Batavia.
Budiyani, Sri., at al., 2003, The Collision of The East Java Microplate and Its
Implication for Hydrocarbon occurrences in the East Java Basin,
Indonesian Petroleum Association, Proceeding Ann.Conv.29th.
Modul Pemetaan Geologi., Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi
Kebumian dan Energi Universitas Trisakti., Jakarta.
40