Perbandingan Inquiry, PBL, & PJBL

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

Kelompok : 1 Offering : A

Anggota : 1. Alfa Aulia Prodi : S1 Pendidikan IPA


2. Ana Rosida Mata Kuliah : IPA Terpadu
3. Finkania Amila S. Tanggal : 11 September 2017
4. Linda Nur R.

Membandingkan Beberapa Model Pembelajaran IPA Terpadu (Kurikulum 2013)

Model
Pembela- Inkuiri PBL (Problem Based Learning) PjBL (Project Based Learning)
jaran
Definisi Model ini mensyaratkan peserta didik harus Problem based learning adalah model Project Based Learning adalah model
sudah memiliki keterampilan discovery. Model pembelajaran yang menyajikan suatu pembelajaran yang didesain berupa persoalan
ini memerlukan proses mental yang lebih permasalahan dari dunia nyata ke dalam kompleks yang mana siswa melakukan
tinggi daripada model discovery, karena dalam kegiatan pembelajaran untuk diselesaikan investigasi untuk memahaminya, menekankan
model ini seorang guru tidak boleh melakukan secara individu maupun kelompok (Afiati, pembelajaran dengan aktivitas yang lama,
intervensi pada proses penemuan yang akan 2015). tugas yang diberikan pada siswa bersifat
dilakukan oleh peserta didik. Peserta didik multidisiplin, dan berorientasi pada produk
dapat memilih sendiri konsep apa yang ingin (Mahanal dkk, 2010).
ditemukan atau dipelajari. Meskipun konsep Bell (2010) mendefinisikan Project-
dipilih sendiri oleh peserta didik, tetapi tetap Based Learning sebagai inovasi belajar yang
memperthatikan rumusan kompetensi yang mengajarkan banyak strategi penting untuk
telah ditetapkan dalam kurikulum 2013. kesuksesan di abad 21. Siswa mendorong
Penyesuaian dengan rumusan kompetensi yang pembelajaran mereka sendiri melalui
ditetapkan oleh kurikulum 2013 dapat penyelidikan (inkuiri), serta kerja sama untuk
dilakukan dengan bantuan guru dalam meneliti dan menciptakan proyek yang
mendeskripsikan masalah yang ingin mencerminkan pengetahuan mereka. Dari
ditemukan. Model inkuiri menempatkan terampil mengumpulkan teknologi baru yang
peserta didik sebagai subjek pembelajaran layak, menjadi komunikator yang mahir, dan
yang aktif. Model ini juga mampu pemecah masalah tingkat lanjut adalah
meningkatkan rasa ingin tahu peserta didik dan keuntungan yang diterima siswa dari
lebih bermakna. penerapan model ini.
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014)
Karakte- Model pembelajaran inkuiri memiliki unsur Karakteristik problem based learning sebagai Karakteristik Project Based Learning
ristik/ penting yang harus diperhatikan dalam berikut: berdasarkan hasil penelitian the AutoDesk
Unsur pelaksanaan pembelajaran IPA, yaitu: 1. Mengatur pola yang digunakan untuk Foundation yang dilaporkan oleh Global
yang 1. Materi IPA yang dipelajari berhubungan pemberian pertanyaan dan masalah yang SchoolNet (2000) sebagai berikut:
perlu dengan konteks masalah dan fenomena disampaikan, agar dapat berguna bagi 1. peserta didik membuat keputusan tentang
diperha- yang dijumpai oleh peserta didik. peserta didik itu sendiri dan lingkungannya. sebuah kerangka kerja,
tikan 2. Masalah yang akan dipelajari harus sesuai 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. 2. adanya permasalahan atau tantangan yang
dengan kenyataan dan update. Masalah yang diselidiki telah dipilih benar- diajukan kepada peserta didik,
3. Material yang akan digunakan tersedia, benar nyata agar dalam pemecahannya, 3. peserta didik mendesain proses untuk
misalnya alat-alat untuk praktikum. siswa meninjau masalah itu dari banyak menentukan solusi atas permasalahan atau
4. Pola pertanyaan yang diajukan oleh guru hal. tantangan yang diajukan,
untuk pengarah harus fokus. 3. Penyelidikan autentik, yaitu pembelajaran 4. peserta didik secara kolaboratif
5. Pola pertanyaan peserta didik untuk berbasis masalah melakukan penyelidikan bertanggungjawab untuk mengakses dan
merumuskan masalah harus sesuai. nyata terhadap masalah nyata. mengelola informasi untuk memecahkan
6. Perumusan masalah dan hipotesis yang 4. Menghasilkan produk atau karya untuk permasalahan,
diajukan peserta didik harus diperiksa ditampilkan/dipamerkan. Pembelajaran ini 5. proses evaluasi dijalankan secara kontinyu,
oleh guru. menuntut siswa menghasilkan produk 6. peserta didik secara berkala melakukan
7. Data harus dikumpulkan dengan refleksi atas aktivitas yang sudah
tertentu dalam bentuk karya nyata dan
baik oleh peserta didik. dijalankan,
8. Mengoptimalkan nilai tanggung jawab peragaan yang menjelaskan atau mewakili
7. produk akhir aktivitas belajar akan
dan rasa ingin tahu pada diri peserta didik bentuk pemecahan masalah yang mereka
dievaluasi secara kualitatif,
ketika mengumpulkan data. temukan.
8. situasi pembelajaran sangat toleran
9. Dalam pengambilan kesimpulan harus 5. Kerja sama, yaitu pembelajaran ini
terhadap kesalahan dan perubahan
tetap berpedoman pada konsep IPA yang dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu
(Nurohman, 2007).
benar, jika diperlukan guru selalu dengan yang lainnya. Paling sering secara
membimbing. berpasangan atau dalam kelompok kecil.
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014) (Tegeh, 2009)

Sintaks Langkah-langkah pembelajaran inkuiri: Langkah-langkah problem based learning Langkah-langkah pembelajaran dalam Project
1. Orientasi dan merumuskan masalah: meliputi lima fase, yaitu: Based Leraning sebagaimana yang
masalah atau persoalan dapat diajukan oleh 1. Mengorientasikan siswa pada masalah. dikembangkan oleh The George Lucas
guru maupun peserta didik. Persoalan yang Guru menjelaskan tujuan/ kompetensi yang Educational Foundation (2005) sebagai
akan dikaji disesuaikan dengan kurikulum ingin dicapai, menjelaskan logistik yang berikut:
2013, masalah nyata, dan masalah terbaru diperlukan, memotivasi siswa terlibat 1. Start With the Essential Question
yang menarik. Permasalahan yang diajukan dalam aktivitas pemecahan masalah yang Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan
harus disesuaikan dengan karakteristik dipilih. esensial, yaitu pertanyaan yang dapat
peserta didik, tidak terlalu mudah dan tidak 2. Mengorganisir siswa untuk belajar. Guru memberi penugasan peserta didik dalam
terlalu sulit. membantu siswa mendefinisikan dan melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik
2. Menyusun hipotesis: peserta didik mengorganisasikan tugas belajar yang yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan
berkolaborasi dengan guru dalam menyusun berhubungan dengan masalah tersebut. dimulai dengan sebuah investigasi
hipotesis. 3. Membimbing penyelidikan baik secara mendalam. Pengajar berusaha agar topik
3. Mengumpulkan data: pengumpulan data individu maupun kelompok. Guru yang diangkat relevan untuk para peserta
pada materi IPA mempunyai karakteristik mendorong siswa untuk mengumpulkan didik.
yang khas untuk masing-masing bidang informasi yang sesuai, melaksanakan 2. Design a Plan for the Project
kajian. Pengumpulan data dapat dilakukan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan Perencanaan dilakukan secara kolaboratif
di lingkungan sekitar dan laboratorium. dan pemecahan masalah. antara pengajar dan peserta didik. Dengan
4. Menguji hipotesis atau menganalisis data: 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil demikian peserta didik diharapkan akan
data dianalisis untuk dapat menjawab karya. Guru membantu siswa dalam merasa memiliki atas proyek tersebut.
hipotesis yang diajukan. Proses analisis data merencanakan dan menyiapkan karya yang Perencanaan berisi tentang aturan main,
sebaiknya didampingi atau dibantu oleh sesuai seperti laporan, video, atau model, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
guru. Bantuan yang diberikan guru dan membantu mereka untuk berbagi tugas dalam menjawab pertanyaan esensial,
ditujukan untuk membimbing memperoleh dengan temannya. dengan cara mengintegrasikan berbagai
konsep IPA yang benar. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses subjek yang mungkin, serta mengetahui alat
5. Merumuskan kesimpulan: kesimpulan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dan bahan yang dapat diakses untuk
diambil setelah proses-proses sebelumnya untuk melakukan refleksi atau evaluasi membantu penyelesaian proyek.
diselesaikan semua sehingga dapat terhadap penyelidikan mereka dan proses- 3. Create a Schedule
merumuskan kesimpulan yang sesuai proses yang mereka gunakan. Pengajar dan peserta didik secara
dengan hipotesis yang diajukan. (Putra dkk, 2012) kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014) dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada
tahap ini antara lain:
a. membuat timeline untuk menyelesaikan
proyek,
b. membuat deadline penyelesaian proyek,
c. membawa peserta didik agar
merencanakan cara yang baru,
d. membimbing peserta didik ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek,
e. meminta peserta didik untuk membuat
penjelasan (alasan) tentang pemilihan
suatu cara.
4. Monitor the Students and the Progress of
the Project
Pengajar bertanggungjawab untuk
melakukan monitor terhadap aktivitas
peserta didik selama menyelesaikan proyek.
Monitoring dilakukan dengan cara
menfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain pengajar berperan
menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik.
Agar mempermudah proses monitoring,
dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting.
5. Assess the Outcome
Penilaian dilakukan untuk membantu
pengajar dalam mengukur ketercapaian
standar, berperan dalam mengevaluasi
kemajuan masing-masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta
didik, membantu pengajar dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
6. Evaluate the Experience
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar
dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang
sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan
baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan
proyek. Pengajar dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses
pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry)
untuk menjawab permasalahan yang
diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
(Nurohman, 2007; Pradita, Y., Mulyani, B., &
Redjeki, T. : 2015)
Jenis 4. Guided inquiry lab - -
5. Bounded inquiry lab
6. Free inquiry lab
7. Pure hypothetical inquiry
8. Applied hypothetical inquiry
Model pembelajaran inkuiri dibedakan
menjadi 5 tingkatan:

1. Praktikum (traditional hand-on):


tingkatan ini merupakan inkuiri yang
paling sederhana, dimana semua
perlengkapan untuk inkuiri sudah
disediakan oleh guru, mulai dari buku
petunjuk, alat, dan bahan praktikum. Guru
berperan selalu memberikan bimbingan
pada peserta didik.
2. Pengalaman sains terstruktur (structured
science experiences): pada tingkat ini,
guru berperan menentukan topik dan
pertanyaan, memberikan petunjuk atau
prosedur praktikum, alat dan bahan
praktikum, sedangkan analisis hasil
penelitian dan kesimpulan dilaksanakan
oleh peserta didik.
3. Inkuiri terbimbing (guided inquiry): pada
tingkat ini peserta didik diberi kesempatan
untuk merumuskan prosedur praktikum,
menganalisis hasil, dan membuat
kesimpulan. Sedangkan dalam
menentukan topik, pertanyaan, serta alat
dan bahan praktikum guru hanya sebagai
fasilitator.
4. Inkuiri peserta didik mandiri (student
directed inquiry) : pada tingkat ini peserta
didik telah diberikan tanggung jawab
penuh terhadap proses belajarnya, guru
hanya berperan membimbing dalam
menentukan topik dan pengembangan
pertanyaan.
5. Penelitian peserta didik merupakan tipe
inkuiri yang paling kompleks dan peserta
didik bertanggung jawab secara penuh.
(Wisudawati & Sulistyowati, 2014)
Kelebih- 1. Metode inkuiri merupakan metode Keunggulan problem based learning yaitu: Moursund (1997) dalam Wena (2013:147) dan
an/ pembelajaran yang menekankan kepada 1. Melatih siswa untuk mendesain suatu Kemdikbud (2014:33) menyebutkan beberapa
Keung- pengembangan aspek kognitif, afektif dan penemuan. kelebihan penggunaan PjBL adalah:
gulan psikomotor secara seimbang sehingga 2. Berpikir dan bertindak kreatif. 1. Increased motivation. Meningkatkan
pembelajaran akan lebih bermakna. 3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara motivasi siswa untuk belajar dan mendorong
2. Metode inkuiri memberikan ruang kepada realistis. mereka untuk melakukan pekerjaan penting.
siswa untuk belajar sesuai dengan gaya 4. Mengidentifikasi dan melakukan Siswa tekun bekerja dan berusaha keras
belajar mereka. penyelidikan. untuk belajar lebih mendalam dan mencari
3. Metode inkuiri merupakan metode yang 5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil jawaban atas keingintahuan dan dalam
dianggap sesuai dengan perkembangan pengamatan. menyelesaikan proyek.
psikologi belajar modern yang menganggap 6. Merangsang bagi perkembangan kemajuan 2. Increased problem-solving ability.
belajar adalah proses perubahan tingkah berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu Lingkungan belajar PjBL membuat siswa
laku berkat adanya perubahan. permasalahan yang dihadapi secara menjadi lebih aktif memecahkan masalah-
4. Keuntungan lain adalah metode realistis. masalah yang kompleks. Siswa mempunyai
pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan 7. Mengidentifikasi dan melakukan pilihan untuk menyelidiki topik-topik yang
siswa yang memiliki kemampuan di atas penyelidikan. berkaitan dengan masalah dunia nyata,
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki 8. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil
saling bertukar pendapat antara kelompok
kemampuan belajar yang bagus tidak akan pengamatan.
yang membahas topik yang berbeda,
9. Merangsang bagi perkembangan kemajuan
terhambat oleh siswa yang lemah dalam mempresentasikan proyek atau hasil diskusi
berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu
belajar. mereka. Hal tersebut juga mengembangkan
permasalahan yang dihadapi dengan tepat.
(Sanjaya, 2011: 208) keterampilan tingkat tinggi siswa.
10. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih
3. Increased collaborative. Pentingnya kerja
relevan dengan kehidupan, khususnya
kelompok dalam proyek memerlukan siswa
dunia kerja.
mengembangkan dan mempraktikan
(Afiati, 2015)
keterampilan berkomunikasi.
4. Improved library research skills. Karena
PjBL mensyaratkan siswa harus mampu
secara cepat memperoleh informasi melalui
sumber-sumber informasi, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan siswa untuk
mencari dan mendapatkan informasi.
5. Increased resource-management skills.
Memberikan pengalaman kepada siswa
dalam mengorganisasi proyek,
mengalokasikan waktu, dan mengelola
sumber daya seperti alat dan bahan
menyelesaikan tugas. Ketika siswa bekerja
dalam kelompok, mereka belajar untuk
mempelajari keterampilan merencanakan,
mengorganisasi, negosiasi, dan membuat
kesepakatan tentang tugas yang akan
dikerjakan, siapa yang akan
bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan
bagaimana informasi akan dikumpulkan dan
disajikan.
6. Memberikan kesempatan belajar bagi siswa
untuk berkembang sesuai kondisi dunia
nyata.
7. Meningkatkan kemampuan berpikir.
Laporan PjBL tidak hanya berdasar
informasi yang dibaca saja, tetapi
melibatkan siswa untuk belajar
mengembangkan masalah, mencari jawaban
dengan mengumpulkan informasi,
berkolaborasi dan menerapkan pengetahuan
yang dipahami untuk menyelesaikan
permasalahan dunia nyata.
8. Membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan.
Kekura- 1. Jika metode inkuiri digunakan sebagai Kelemahan problem based learning yaitu: Pelaksanaan PjBL juga memiliki beberapa
ngan/ metode pembelajaran, maka akan sulit 1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk kelemahan yaitu (Kemdikbud, 2014:35):
Kelema- mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa menerapkan metode ini. Misalnya, 1. Memerlukan banyak waktu untuk
han 2. Metode ini sulit dalam merencanakan terbatasnya alat-alat laboratorium menyelesaikan masalah.
pembelajaran oleh karena terbentur dengan menyulitkan siswa untuk melihat dan 2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak
kebiasaan siswa dalam belajar mengamati serta menyimpulkan kejadian 3. Banyak instruktur yang merasa nyaman
3. Dalam mengimplementasikannya, atau konsep tersebut. dengan kelas tradisional, di mana
memerlukan waktu yang panjang sehingga 2. Membutuhkan alokasi waktu yang lebih instruktur memegang peran utama di kelas.
sering guru sulit menyesuaikannya dengan lama dibandingkan dengan metode 4. Banyaknya peralatan yang harus
waktu yang telah ditentukan. pembelajaran yang lain. disediakan.
4. Selama kriteria keberhasilan ditentukan 5. Peserta didik yang memiliki kelemahan
(Afiati, 2015)
oleh kemampuan siswa menguasai materi dalam percobaan dan pengumpulan
pelajaran, maka metode inkuiri akan sulit informasi akan mengalami kesulitan.
diimplementasikan oleh setiap guru. 6. Ada kemungkinan peserta didik yang
Masalah real, faktual, dan
(Sanjaya, 2011: 208) kurang aktif dalam kerja kelompok.
Manipulatif: Contoh konduksi 7. Ketika topik yang diberikan kepada
Guru masuk kelas bawa sendok logam, masing-masing kelompok berbeda,
ujungnya dibakar, siswa disuruh pegang ujung dikhawatirkan peserta didik tidak bisa
lainnya. memahami topik secara keseluruhan
Setrika sudah dilengkapi isolator. Bukan
problem pada PBL
Masalah pada PBL harus yang benar benar
terjadi, ex: pencemaran, pemanasan global Penyelesaian masalah harus nyata

Masalah cuka pempek tidak termasuk masalah


dalam PBL
Masalah saus pada cilok termasuk masalah
dalam PBL

Penyelesaiannya tidak harus sampai


diimplementasikan
DAFTAR PUSTAKA

Afiati, Bintana. 2015. Penerapan Model Problem Based Learning pada Sub Materi Inti Masalah Ekonomi/Kelangkaan. Prosiding Seminar Nasional 9 Mei
2015, 151 159. Dari http://eprints.uny.ac.id/21703/1/16%20Bintana%20Afiati.pdf.
Bell, Stephanie. 2010. Project-Based Learning for the 21st Century: Skills for the Future. The Clearing House 83(2): 39 43. Dari
http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/00098650903505415.
Kemdikbud. (2014). Materi pelatihan guru implementasi kurikulum 2013 tahun ajaran 2014/2015: Mata pelajaran IPA SMP/MTs. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Mahanal, S., Darmawan, E., Corebima, A. D., & Zubaidah, S. 2010. Pengaruh Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) pada Materi Ekosistem terhadap
Sikap dan Hasil Belajar Siswa SMAN 2 Malang. Jurnal Pendidikan Biologi BIOEDUKASI, 1(1). Dari
http://ojs.fkip.ummetro.ac.id/index.php/biologi/article/view/179.
Nurohman, Sabar. 2007. Pendekatan Project Based Learning sebagai Upaya Internalisasi Scientific Method Bagi Mahasiswa Calon Guru Fisika. Jurnal
Pendidikan Fisika 1(2007): 1 8. Dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/132309687/penelitian/project-based-learning.pdf.
Pradita, Y., Mulyani, B., & Redjeki, T. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kreativitas
Siswa pada Materi Pokok Sistem Koloid Kelas XI IPA Semester Genap Madrasah Aliyah Negeri Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK) Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret, 4(1): 89 96.
Putra, Tomi Tridaya., Irwan., & Vionanda, Dodi. 2012. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal
Pendidikan Matematika, 1(1): 22 26. Dari http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pmat/article/view/1152/844.
Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Tegeh, I. M. 2009. Perbandingan Prestasi Belajar Mahasiswa yang Diajar denganMenggunakan Problem-Based Learning dan Ekspositori yang Memiliki Gaya
Kognitif Berbeda. Disertasi (tidak diterbitkan). Universitas Negeri Malang Program Pasca Sarjana PSSJ Teknologi Pembelajaran.
Wena, M. 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.
Wisudawati, A. W. & Sulistyowati, E. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
Pembeda Inquiry PBL PjBL
Basic Berbasis penemuan Berbasis masalah yang faktual, benar Berbasis masalah untuk menghasilkan produk
adanya dan tidak manipulatif sebagai penyelesaian masalah
Tokoh Wenning membagi inquiry menjadi 8 Woods, Lucas, Dopplet, dan Laboy-rush
(ditulis), Liuling statement
Sintaks 1. Orientasi memberikan masalah, 1. Orientasi masalah yang faktual 1. Pengajuan pertanyaan essential
2. Menyusun perencanaan/rancangan
menunjukkan fenomena, misal dengan menunjukkan gambar,
proyek
demonstrasi. Masalah yang mengajukan pertanyaan
3. Merancang jadwal
2. Mengumpulkan informasi terkait
manipulatif 4. Memonitoring kegiatan siswa untuk
2. Perumusan hipotesis/dugaan masalah nyata yg diajukan
melihat prosesnya
3. Mengumpulkan data dengan 3. Menganalisis informasi
5. Menguji produk untuk melakukan
4. Mengajukan solusi berdasarkan
percobaan, memvariasi
penilaian
analisis informasi
variabel2nya 6. Evaluasi
5. Menarik kesimpulan berupa solusi
4. Menganalisis data 7. mengkomunikasikan
5. Menyimpulkan (hubungan antar dan mengkomunikasikan
variabel) dan
mengkomunikasikan
6. 6. 8.

Matriks Model Inquiry Wening

Sintaks Discovery Learning Interactive Demonstration Guided Inquiry


Observation Guru mengenalkan fenomena yang 1. Guru memperkenalkan sebuah 1. Guru mengidentifikasi fenomena
akan terjadi, sehingga siswa akan demonstrasi yang menggambarkan yang akan diteliti,
tertarik dengan bentuk fisik dari proses mekanik yang akan diikuti termasuk tujuan penyelidikan. Guru
fenomena tersebut. untuk memamerkan dengan jelas mengucapkan pertanyaan
fenomena yang diinginkan Hal ini panduan untuk
dilakukan sepenuhnya tanpa investigasi untuk diikuti
Pengamatan - Siswa diberi dua lensa
penjelasan atau pernyataan hasil. 2. Guru mendorong siswa untuk
cembung,
mengidentifikasi sistem
Siswa diberikan lensa yang memiliki
untuk dipelajari, termasuk semua
titik focus yang berbeda. Kemudian
variabel yang terkait. Siswa
siswa diberikan pengarahan untuk
diminta untuk membedakan antara
membedakan kedua lensa tersebut
yang bersangkutan dan
dan menuliskan di depan kelas.
variabel asing
3. Guru mendorong siswa untuk
mengidentifikasi mereka
variabel independen yang mungkin
berpengaruh pada
variabel tak bebas.
4. Guru meminta siswa untuk
memikirkan dan menjelaskan sebuah
seri
percobaan terkontrol untuk
menentukan secara kualitatif apapun
Efek dari variabel independen pada
dependent
variabel. Guru menggunakan protokol
berpikir keras untuk melakukannya
jelaskan apa yang sedang terjadi
secara eksperimen dan mengapa hal
itu terjadi
sedang dilakukan dalam mode yang
ditunjukkan.
5. Para siswa, di bawah pengawasan
guru,
melakukan serangkaian percobaan
terkontrol untuk
tentukan secara kualitatif jika ada
yang independen
variabel berpengaruh terhadap
variabel dependen di bawah
kondisi terkendali.
6. Para siswa, dengan bantuan guru,
nyatakan
Prinsip sederhana yang
menggambarkan semua hubungan
yang teramati
antara variabel input dan output.
7. Guru, dengan bantuan para siswa,
jelas
mengidentifikasi variabel independen
yang perlu
dipelajari lebih lanjut dalam kaitannya
dengan variabel dependen dalam a
laboratorium penyelidikan tindak
lanjut yang akan digunakan untuk
mengidentifikasi lebih banyak
hubungan yang tepat antar variabel.

Manipulation Guru meminta siswa untuk 2. Guru meminta siswa untuk Pelajaran Inquiry (memahami
menjelaskan apa yang mereka lihat memikirkan apa yang akan terjadi proyeksi gambar)
dan mereka mencoba untuk terjadi dan mengapa hal itu akan Pengamatan - Siswa menonton
menjelaskan kesamaannya mereka terjadi saat demonstrasi sebagai guru menjelaskan
diberikan beberapa contoh. terjadi, dan untuk menyatakan cara menggunakan proyektor lubang
prediksi individual mereka dan jarum untuk menghasilkan gambar a
Manipulasi siswa diminta untuk penjelasan secara tertulis bola lampu di layar (Sebuah kotak
menentukan apakah ketebalan lensa kecil dengan lubang jarum di
berpengaruh dengan gambar yang satu ujung dan selotip dengan layar
dihasilkan. Apakah gambar yang kertas lilin di
dihasilkan terbalik atau tegak. yang lain melakukannya dengan baik.
Kotak itu dipotong dua sehingga
memungkinkan keduanya
bagian untuk meluncur masuk dan
keluar dari satu sama lain
memungkinkan
Jarak antara lubang jarum dan layar
bervariasi.)
Manipulasi - Selama fase ini, siswa
diminta untuk
jelaskan faktor-faktor yang terkait dan
terkendali
mempengaruhi bentuk, ukuran,
orientasi, dan keseluruhan
tampilan gambar yang diproyeksikan
Hanya satu
Banyak kemungkinan sebenarnya
diimplementasikan selama ini
fase tanpa melakukan pengukuran
yang tepat, pemesanan
kemungkinan lain untuk studi selama
tindak lanjut
aktivitas laboratorium
Generalisasi - Pemodelan
penyelidikan ilmiah, siswa
diminta untuk menggeneralisasi
temuan dari fase sebelumnya
menggunakan terminologi yang tepat.
Verifikasi - lubang jarum Para siswa
sekarang diberikan
proyektor dan bola lampu mereka
sendiri dan diminta untuk
verifikasi secara individu atau dalam
kelompok kecil temuan tunggal
dari keseluruhan kelompok
Aplikasi - Para siswa diberitahu
bahwa mereka akan
Sekarang gunakan variasi pendekatan
yang biasa saja dilakukan
sebuah studi kualitatif dari komponen
- komponen lain dari
sistem kamera lubang jarum

Generalization Guru mengarahkan siswa untuk 3. Siswa terlibat dalam diskusi


menjelaskan fenomena yang mereka kelompok kecil
lihat dengan satu atau dua tetangga
terdekat mereka, tujuan dari
yaitu membagi prediksi dan
Generalisasi siswa menghasilkan penjelasan mereka di
beberapa kesimpulan dan aturan - harapan bahwa mereka akan
aturan untuk kedua lensa yang mengoreksi diri sendiri dalam terang
berbeda. prediksi alternatif dan penjelasan.
4. Guru memunculkan siswa yang
sama
prediksi dan penjelasan menggunakan
konsensus-bangunan
proses.
5. Siswa mencatat, masing-masing
pada lembar rekaman mereka sendiri,
prediksi dan penjelasan akhir
kelompok
6. Guru melakukan demonstrasi
dengan jelas
fashion dengan hasil yang jelas
terlihat. Itu
demonstrasi diulang seperlunya
sampai
Hasilnya jelas.
7. Guru meminta siswa untuk
membandingkan hasilnya
demonstrasi dengan kedua set
prediksi. Itu
guru mengidentifikasi konsepsi
alternatif yang dimilikinya
telah ditimbulkan.
8. Jika konsepsi alternatif otentik
diidentifikasi (as
hanya menentang kesulitan belajar
siswa),
guru menghadapi dan menyelesaikan
alternatifnya
konsepsi, dan penguatan
pembelajaran baru dengan
menggunakan
Elicit-Confront-Identify-Resolve-
Reinforce (ECIRR)
pendekatan untuk menangani lebih
efektif dengan alternatif
konsepsi (Wenning, 2008)

Verification Guru membuat siswa berkelompok Pengamatan - Siswa mengamati


dan melakukan perubahan variable sebagai guru menggunakan
untuk melihat efek fenomena yang lensa cembung besar
terjadi apabila variabelnya dirubah memproyeksikan gambar yang terang
pemandangan luar angkasa ke layar
Verifikasi siswa membagikan hasil dalam gelap
penemuannya kesemua kelompok kelas. Dengan penggunaan instruktur
agar bisa di diskusikan bersama terkemuka
Pertanyaan, para siswa mencatat hal-
hal seperti focal
jarak dan gambarnya terbalik dan
berwarna.
Manipulasi - Guru, mengacu pada
set up,
menyarankan sejumlah percobaan
untuk menentukan apa
Faktor - faktor yang dapat
dikendalikan mempengaruhi produksi
gambar. Misalnya, guru menyarankan
perubahannya
ketebalan lensa (menggunakan lensa
lain) untuk melihat bagaimana
pengaruhnya
jarak fokus. Siswa membuat prediksi
dan kemudian
demonstrasi dilakukan. Mereka
mungkin menyarankan
mengubah ukuran efektif dari lensa
dengan menutupnya
tepi untuk melihat efek bayangan
pada gambar
produksi. Sekali lagi, siswa membuat
prediksi sebelum
demonstrasi dilakukan Ajaran itu
mungkin bertanya apa
akan terjadi jika tangan dipegang jauh
dari lensa dan lensa
sangat dekat dengan lensa -
digunakan untuk melemparkan
bayangan di
lensa untuk melihat efek pada gambar
yang dihasilkan. Murid-murid
lagi prediksi dan prakiraan mereka
diperiksa dengan yang lain
demonstrasi.
Generalisasi - Berdasarkan
pengalaman mereka dengan
demonstrasi, siswa menarik
kesimpulan dan
dokumentasikan temuan mereka
secara tertulis.
Verifikasi - Siswa kemudian
menerima dua kartu indeks
dari guru - satu dengan lubang jarum
di tengah dan
yang lain tanpa lubang jarum. Mereka
diminta untuk memegang
kartu indeks dengan lubang jarum di
dekat jendela dan
Tempatkan kartu indeks kedua di
bawah bayang-bayang yang pertama.
Mereka kemudian bisa mempelajari
gambar baru dan membandingkannya
dengan
hasil dari proyeksi lensa.
Aplikasi - Guru meminta siswa
untuk menentukan
apakah lubang jarum bekerja seperti
lensa cembung dan visa
versa Jika ya, sampai sejauh mana?
Bagaimana lubang jarum dan
cembung lensa berbeda?

Application Guru meminta siswa untuk


mendiskusikan dan menyimpulkan
hasil dari pengamatan yang telah
mereka amati dan mereka lakukan.

Aplikasi setelah siswa memiliki


data yang lengkap kemudian mereka
di arahkan untuk menyelesaikan
lembar kerja siswa.

Anda mungkin juga menyukai