LP Post Partum Normal Dewa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN POST PARTUM FISIOLOGIS

Oleh:

OLEH :
DEWA GEDE SASTRA ANANTA WIJAYA
NIM : P07120214005
DIV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
POST PARTUM FISIOLOGIS

A. Konsep Dasar

1. Definisi
Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Puerperium yaitu dari kata Puer
yang artinya bayi dan Parous melahirkan. Jadi, puerperium berarti masa setelah
melahirkan bayi yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi
dalam 24 jam pertama post partum sehingga pelayanan pasca persalinan yang
berkualitas harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi (Rini, 2016).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat alat kandungan kembali seperti prahamil. Pengertian
lainnya, masa nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat - alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil
(Saraswati, 2014)
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak
keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas
(puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi
pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6
minggu atau 40 hari.
2. Pohon Masalah

Proses persalinan
normal

Pasca Bersalin

Perubahan Kerja Perubahan


psikologis jantung fisik

Keletihan Gangguan
Defesiensi Involusi Uteri
Pengetahuan Hambatan
Mobilitas Fisik Luka
kecemasan episiotomi

Ketidak Perdarahan Nyeri


mampuan
menjadi Risiko infeksi
orang tua

Kekurangan
volume cairan

Ketidak Efektifan
Gangguan
Pemberian ASI
Pola Eliminasi
Konstipasi Urine
4. Klasifikasi
Periode nifas adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ - organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode masa nifas di bagi
atas :
a. Puerperium Dini
Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam,dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium Intermedial
Yaitu kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 68 minggu.
c. Remote Puerperium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu minggu, bulanan atau tahunan
(Saraswati, 2014)

5. PerubahanFisiologis PadaMasaNifas
a. Perubahan fisik
1) Involusi
Involusi uterus adalah perubahan keseluruhan alat genetalia ke bentuk
sebelum hamil, dimana terjadi pengreorganisasian dan pengguguran desidua serta
pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperhatikan dengan pengurangan
dalam ukuran dan berat uterus (Saraswati, 2014)
Proses involusiuterus yang terjadi pada masa nifas melalui tahapan berikut:
a) Autolysis
Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar
dari semula selama kehamilan. Diketahui adanya penghancuran protoplasma
dan jaringan yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal. Inilah
sebabnya beberapa hari setelah melahirkan ibu sering buang air besar.
Pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan ini
disebabkankarena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
b) Atrofi Jaringan
Atrofi jaringan yaitu jaringan yang berpoliferasi dengan adanya penghentian
produksi estrogen dalam jumlah besar yang menyertai pelepasan
plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot otot uterus, lapisan desidua
akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal
yang akanberegenerasi menjadi endometrium yang baru.
Setelah kelahiran bayi dan plasenta, otot uterus berkontraksi sehingga
sirkulasi darah ke uterus terhenti yang menyebabkan uterus kekurangan darah
(lokal iskhemia). Kekurangan darah ini bukan hanya karena kontraksi
dan retraksi yang cukup lama seperti tersebut diatas tetapi disebabkan oleh
pengurangan aliran darah ke uterus, karena pada masa hamil uterus harus
membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin. Untuk memenuhi
kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus mengadakan hipertropi dan
hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, makapengaliran darah
berkurang, kembali seperti biasa.
c) Efek Oksitosin
Oksitosin merupakan zat yang dapat merangsang myometrium uterus
sehingga dapat berkontraksi. Kontraksi uterus merupakan suatu proses
yang kompleks dan terjadi karena adanya pertemuan aktin dan myosin.
Dengan demikian aktin dan myosin merupakan komponen kontraksi.
Pertemuan aktin dan myosin disebabkan karena adanya myocin light chine
kinase (MLCK) dan dependent myosin ATP ase, proses ini dapat dipercepat
oleh banyaknya ion kalsium yang masuk dalam sel, sedangkan oksitosin
merupakan suatu hormon yang memperbanyak masuknya ion kalsium ke
dalam intra sel. Sehingga dengan adanya oksitosin akan memperkuat
kontraksiuterus.
Intensitas kontaksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar. Hormon oksitosin yang terlepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah
dan membantu proses homeostatis. Kontraksi dan retraksi otot uterin akan
mengurangi perdarahan. Selama 1 sampai 2 jam pertama masa nifas intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur, karena itu penting
sekali menjaga danmempertahankan kontraksi uterus pada masa ini.
(Saraswati, 2014)
Involusi pada alat kandungan meliputi:
a) Uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami
kontraksi dan retraksi akan menjadi keras sehingga dapat menutup
pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta. Pada
hari pertama ibu nifas tinggi fundus uteri kira-kira satu jari bawah pusat (1
cm). Pada hari kelima nifas uterus menjadi 1/3 jarak antara symphisis
kepusat. Dan hari ke 10 fundus sukar diraba di atas symphisis.
Tinggi fundus uteri menurun 1 cm tiap hari. Secara berangsur- angsur
menjadi kecil (involusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil
(Linnafiyah, 2015).
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Diameter
Berat
Involusi TFU Bekas Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
plasenta
lahir
1 minggu Pertengahan
pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari

6 minggu Sebesar hamil 50 gr 2,5 cm


2 minggu
8 minggu Normal 30 gr

b) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah
besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.(Linnafiyah, 2015)
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar,
tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak
maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas (Linnafiyah, 2015).
d) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari,
pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini
dan karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang
sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal.
Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali (Linnafiyah, 2015).

2) After pains/Rasa sakit (meriang atau mules-mules)


Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu
mengganggu analgesik (Saraswati, 2014).

3) Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu
lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai
hari ketiga.
a) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 37 pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 24 pasca
persalinan.
d) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya (Saraswati, 2014).
4) Dinding Perut Dan Peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama,
biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang
meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan
pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan pasca persalinan (Saraswati, 2014).
5)Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama
kehamilan (Saraswati, 2014).
6) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi
pada hari pertama post partum (Saraswati, 2014).
7) System Hormonal
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,
progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas (Rini, 2016).
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula
hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu.
Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di
ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada
hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi
kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi. (Rini, 2016).
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri (Saraswati, 2014)
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan
saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka
LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise
dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air
susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah
cairan puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula
6,5-8 %, garam 0,1 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang
dikonsumsi ibu(Rini, 2016).

8) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:

Tabel perubahan Tanda-tanda Vital

Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal


Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Denyut nadi: > 100 X / menit

a) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


(1) Suhu :
(a) saat partus lebih 37,20C
(b) sesudah partus naik + 0,50C
(c) 12 jam pertama suhu kembali normal
(2) Nadi :
(a) 60 80 x/mnt
(b) Segera setelah partus bradikardi
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal
kembali dalam waktu 1 jam
b) Vital sign setelah kelahiran anak :
(1) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan.
Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24
jam wanita keluar dari febris.
(2) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada
jam pertama. Dalam 8 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-
rata sebelum hamil.
(3) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
(4) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi
merasa pusing atau pusingtiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam
pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
(a) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu
menjadi 380C (100,4F0
(b) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
(c) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena
tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
(d) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik
sekunder dari perdarahan, bagaimana tandaterlambat dan gejala lain dari
perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal tenaga medis

b. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
1) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi
interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan
sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis,
masing-masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang
baru.
2) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan
fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
3) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi (Saraswati, 2014)
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka sehingga
nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum
blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum (Rini, 2016).

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:


1. Kondisi uterus: palpasi fundus, Kontraksi miometrium, tingkat involusi
kontraksi, TFU. uteri.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi Bentuk insisi, edema.
perineum, laserasi, hematoma.
3. Pengeluaran lochea. Rubra, serosa dan alba.
4. Kandung kemih: distensi bladder. Hematuri, proteinuria, acetonuria.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam 24 jam pertama 380C.
pertama setelah partus, TD dan Nadi Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
terhadap penyimpangan cardiovaskuler. menurun 20 mmHg.
Bradikardi: 50-70 x/mnt.

7. Penatalaksanaan Medis
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan
khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan
penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti
biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada
bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K
untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi (Linnafiyah,
2015)

8. Komplikasi
a. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
b. Infeksi
1) Endometritis (radang edometrium)
2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi
keras dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada
kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,
lukanya meluas) (Pratiwi, 2014)

c. Gangguan psikologis
d. Depresi post partum
e. Post partum Blues
f. Post partum Psikosa
g. Gangguan involusi uterus

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Pengkajian Fokus
Pengkajian pada ibu post partum adalah sebagaiberikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
2. Pola nutrisi dan metabolik
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
4. Pola eliminasi
5. Neuro sensori
6. Pola persepsi dan konsep diri
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan padaperiodepasca partum.
Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkalidibutuhkan pada hari pertama pada
partumuntuk mengkajikehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateteratau dengan
tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen inidikirim ke laboratorium untuk
dilakukan urinalisis rutin atau kulturdan sensitivitas terutama jika cateter
indwelling di pakai selamapasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di
kaji untukmenentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang
mungkin.

2. Diagnosa Keperawatan:
a. Nyeri akut
1) Batasan Karakteristik
a) Perubahan tekanan darah
b) Perubahan frekuensi jantung
c) Perubahan frekuensi pernapasan
d) Laporan isyarat
e) Perilaku distraksi
f) Mengekspresika nyeri
g) Meringis
h) Sikap melindungi area nyeri
i) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
j) Melaporkan nyeri secara verbal
k) Gangguan tidur
2) Faktor yang berhubungan
a) Agen cidera fisik (luka episiotomi)
b. Gangguan eliminasi urine
1) Batasan Karakteristik
Disuria
Retensi urine
2) Faktor yang berhubungan
Trauma perinium dan saluran kemih
Kecemasan
c. Resiko Konstipasi
1) Batasan karakteristik
a) Kelemahan otot abdomen
b) Mengebaikan kebiasaan dorongan untuk defekasi
c) Ketidak adekuatan toileting
d) Kurang aktivitas fisik
2) Faktor Resiko
a) Kecemasan
b) Trauma persalinan
c) Perubahan pola makan
d) Kurang mobilisasi
d. Hambatan Mobilitas Fisik
1) Batasan Karakteristik
a) Kesulitan membolak balikkan posisi
b) Perubahan cara berjalan
c) Keterbatasan melakukan kemampuan motorik kasar
d) Pergerakan lambat
e) Gerak bergetar
f) Pergerakan tidak terkoordinasi
2) Faktor resiko
a) Ansietas
b) Kurangnya pengetahuan mengenai nilai aktivitas fisik
e. Defisit volume cairan
1) Batasan karakteristik
a) Penurunan tekanan darah
b) Penurunan volume nadi
c) Penurunan turgor kulit
d) Penurunan turgor lidah
e) Membran mukosa kering
f) Penuruna haluaran urine
g) Kulit kering
h) Peningkatan suhu tubuh
i) Hematokrit menurun
j) Peningkatan frekuensi nadi
k) Peningkatan konsentrasi urine
l) Penurunan berat badan tiba tiba
m) Kelemahan
2) Fator yang berhubungan
a) Kehilangan cairan aktif (perdarahan)
f. Resiko infeksi
1) Faktor-faktor resiko:
a) Trauma jalan lahir
b) Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjangan patogen
c) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat : gangguan peritalsis,
kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter IV, prosedur invasif) ,
perubahan sekresi pH, penurunan kerja siliaris, pecah ketuban dini, pecah
ketuban lama, merokok, stasis ciran tubuh, trauma jaringan ( mis, trauma
destruksi jaringan)
d) Ketidak adekuatan pertahanan sekunder : penurunan Hb, imunosupresan
(mis. Imunitas didapat tidak aekuat, agen farmaseutikal termasuk
imunosupresan,steroid, antibodi monoklonal, imunomudulator,suoresi
respon inflamasi)
g. Defesiensi pengetahuan
1) Batasan karakteristik
a) Perilaku hiperbola
b) Perilaku tidak tepat
c) Pengungkapan masalah
2) Faktor yang berhubungan
a) Keterbatasan kognitif
b) Salah interpretasi informasi
c) Kurang pajanan
d) Kurang minat belajar
e) Kurang dapat mengingat
f) Tidak familier dengan sumber informasi

h. Ketidak mampuan menjadi orang tua


1) Batasan Karakteristik
a) Penelantaran anak
b) Penganiayaan anak
c) Ketidak adekuatan perlekatan
d) Ketidak adekuatan pemeliharaan kesehatan anak
e) Ketidak ketepatan keterampilan asuhan anak
f) Ketidak tepatan stimulasi
g) Asuahn tidak konsisten
h) Defisit interaksi ayah anak
i) Pernyataan negatif tentang anak
j) Penolakan terhadap anak
k) Menyatakan frustasi
l) Pernyataan ketidak mampuan memenuhi kebutuhan anak
2) Faktor yang berhubungan
a) Kelahiran kembar
b) Kelahiran prematur
c) Pemisahan dari orang tua
d) Kondisi cacat
e) Penyakit
f) Defesiensi pengetahuan
g) Jarak kehamilan terlalu dekat
h) Usia orang tua terlalu muda
i) Jumlah kehamilan banyak
j) Ketunadayaaan
k) Depresi
l) Perubahan dalam unit keluarga
m) Kesulitan finansial
n) Ayah dari anak tidak terlibat
o) Kehamilan yang tidak diinginkan
p) Konflik perkawinan
i. Ketidak efektifan pemberian ASI
1) Ketidakadekuatan suplai ASI
2) Bayi melengkung menyesuaikan diri dengan payudara
3) Bayi menangis pada payudara
4) Bayi menangis padajam pertama setelah menyusu
5) Bayi rewel dalam jam pertama setelah menyusu
6) Ketidakmampuan bayi untuk latch-on pada payudara ibu secara tepat
7) Menolak latching-on
8) Tidak responsif terhadap kenyamanan lain
9) Ketidakcukupan pengosongan setiap payudara setelah menyusui
10) Ketidakcukupan kesempatan untuk menghisap payudara
11) Kurangmenambah berat badan bayi
12) Tidak tampak tanda pelepasan ositosin
13) Tampak ketidakadekuatan asupan susu
14) Luka putting yang menetap setelah minggu pertama menyusui
15) Penurunan berat badan bayi terus menerus
16) Tidak menghisap payudara terus menerus

3. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri akut NOC : Pain Management
1. Pain Level, Lakukan pengkajian
2. Pain control, nyeri secara
3. Comfort komprehensif
termasuk l lokasi,
karakteristik,
e durasi,
frekuensi, v kualitas
dan faktor epresipitasi
(PQRST) l
Setelah 1. Observasi reaksi 1. Mengetahui
dilakukan askep nonverbal dari tingkat
selama 2 x 24 ketidaknyamanan pengalaman nyeri
jam, diharapkan klien dan
nyeri berkurang tindakan
Kriteria Hasil : keperawatan yang
1. Mampu akan dilakukan
mengontrol untuk
nyeri (tahu mengurangi
penyebab 2. Gunakan teknik nyeri.
nyeri, mampu komunikasi 2. Reaksi terhadap
menggunakan terapeutik untuk nyeri biasanya
tehnik mengetahui ditunjukkan
nonfarmakolo pengalaman nyeri dengan reaksi
gi untuk pasien non verbal tanpa
mengurangi 3. Ajarkan tentang disengaja.
nyeri, mencari teknik non 3. Mengetahui
bantuan) farmakologi pengalaman nyeri
2. Melaporkan
bahwa nyeri
berkurang
dengan 4. Evaluasi 4. Penanganan nyeri
menggunakan keefektifan tidak selamanya
manajemen kontrol nyeri diberikan obat.
nyeri Nafas dalam
3. Mampu dapat membantu
mengenali mengurangi
nyeri (skala, tingkat nyeri
intensitas,
frekuensi dan 5. Motivasi untuk 5. Mengetahui
tanda nyeri) meningkatkan keefektifan
4. Menyatakan asupan nutrisi control nyeri
rasa nyaman yang bergizi.
setelah nyeri 6. Tingkatkan 6. Mengurangi rasa
berkurang istirahat nyeri
5. Tanda vital Menentukan
dalam rentang intervensi
normal keperawatan
TD : 120-140 sesuai skala
/80 90 mmHg nyeri.
RR : 16 24 7. Latih mobilisasi 7. Mengidentifikasi
x/mnt miring kanan penyimpangan
N : 80- 100 x miring kiri jika dan kemajuan
mnt kondisi klien berdasarkan
T : 36,5o C mulai membaik involusi uteri.
37,5 o C
8. Kaji kontraksi 8. Mengurangi
uterus, proses ketegangan pada
involusi uteri. luka perineum.
9. Anjurkan pasien 9. Melatih ibu
untuk membasahi mengurangi
perineum dengan bendungan ASI
air hangat dan
sebelum memperlancar
berkemih. pengeluaran ASI.
10. Anjurkan dan 10. Mencegah infeksi
latih pasien cara dan kontrol nyeri
merawat pada luka
payudara secara perineum.
teratur.
11. Jelaskan pada ibu 11. Mengurangi
tetang teknik intensitas nyeri
merawat luka denagn menekan
perineum dan rangsnag nyeri
mengganti PAD pada nosiseptor.
secara teratur
setiap 3 kali
sehari atau setiap
kali lochea keluar
banyak.
12. Kolaborasi
dokter tentang
pemberian
analgesik
Defisit volume Fluid Fluid management
cairan balanceHydratio 1. Obs Tanda-tanda 1. Mengidentifikasi
n vital setiap 4 jam. penyimpangan
Setelah indikasi
dilakukan askep kemajuan atau
selama 2 x 24 penyimpangan
jam, Pasien dari hasil yang
dapat diharapkan.
mendemostrasik 2. Memenuhi
an status cairan kebutuhan cairan
membaik. tubuh klien
Kriteria 3. Menjaga status
evaluasi: 2. Obs Warna urine. balance cairan
1.Tak ada klien
manifestasi 3. Status umum 4. Memenuhi
dehidrasi, setiap 8 jam. kebutuhan cairan
2.Resolusi tubuh klien
oedema, 4. Pertahankan 5. Memenuhi
haluaran urine catatan intake dan kebutuhan cairan
di atas 30 output yang tubuh klien
ml/jam, akurat 6. Temuan-temuan
3.Kulit 5. Monitor status ini menandakan
kenyal/turgor hidrasi ( hipovolemia dan
kulit baik. kelembaban perlunya
membran peningkatan
mukosa, nadi cairan.
adekuat, tekanan 7. Mencegah pasien
darah ortostatik ), jatuh ke dalam
jika diperlukan kondisi kelebihan
6. Monitor masukan cairan yang
makanan / cairan beresiko
dan hitung intake terjadinya oedem
kalori harian paru.
7. Lakukan terapi IV 8. Mengidentifikasi
8. Berikan cairan keseimbangan
9. Dorong masukan cairan pasien
oral secara adekuat
10. Beritahu dokter dan teratur.
bila: haluaran
urine < 30
ml/jam, haus,
takikardia,
gelisah, TD di
bawah rentang
normal, urine
gelap atau encer
gelap.
11. Konsultasi dokter
bila manifestasi
kelebihan cairan
terjadi.
12. Pantau: cairan
masuk dan cairan
keluar setiap 8
jam.
Perubahan pola Setelah 1.Kaji haluaran 1. Mengidentifikas
eleminasi urine dilakukan askep urine, keluhan i penyimpangan
selama x 24 serta keteraturan dalam pola
jam, Pola pola berkemih. berkemih
eleminasi pasien.
(BAK) pasien 2.Anjurkan pasien 2. Ambulasi dini
teratur. melakukan memberikan
1. Kriteria ambulasi dini. rangsangan
hasil: untuk
eleminasi pengeluaran
BAK lancar, urine dan
2. Disuria pengosongan
tidak ada, 3.Anjurkan pasien bladder.
3. Bladder untuk membasahi
kosong, perineum dengan 3. Membasahi
4. Keluhan air hangat sebelum bladder dengan
kencing tidak berkemih. air hangat dapat
ada. mengurangi
ketegangan
4.Anjurkan pasien akibat adanya
untuk berkemih luka pada
secara teratur. bladder.

4. Menerapkan
pola berkemih
5.Anjurkan pasien secara teratur
untuk minum akan melatih
2500-3000 ml/24 pengosongan
jam. bladder secara
teratur.
5. Minum banyak
mempercepat
6.Kolaborasi untuk filtrasi pada
melakukan glomerolus dan
kateterisasi bila mempercepat
pasien kesulitan pengeluaran
berkemih. urine.
6. Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran
urine untuk
mencegah stasis
urine.
Konstipasi Setelah 1. Kaji pola BAB, 1. Mengidentifikasi
dilakukan askep kesulitan BAB, penyimpangan serta
selama 2 x 24 warna, bau, kemajuan dalam
jam, Pola konsistensi dan pola eleminasi
eleminasi jumlah. (BAB).
(BAB) teratur. 2. Anjurkan 2. Ambulasi dini
Kriteria hasil: ambulasi dini. merangsang
1. pola pengosongan
eleminasi rektum secara lebih
teratur, cepat.
2. feses
lunak dan 3. Anjurkan pasien 3. Cairan dalam
warna khas untuk minum jumlah cukup
feses, banyak 2500- mencegah terjadinya
3. bau khas 3000 ml/24 jam. penyerapan cairan
feses, dalam rektum yang
4. tidak ada dapat menyebabkan
kesulitan feses menjadi keras.
BAB, 4. Kaji bising usus 4. Bising usus
5. tidak ada setiap 8 jam. mengidentifikasikan
feses pencernaan dalam
bercampur kondisi baik.
darah dan 5. Pantau berat 5. Mengidentifiakis
lendir, badan setiap hari. adanya penurunan
6. konstipas BB secara dini.
i tidak ada. 6. Anjurkan pasien 6. Meningkatkan
makan banyak pengosongan feses
serat seperti dalam rektum.
buah-buahan dan
sayur-sayuran
hijau.
Hambatan mobilitas Setelah 1. Kaji hambatan 1. Parameter
dilakukan askep pasien terhadap menunjukkan
selama 2 x 24 mobilisasi respon fisiologis
jam, ADL dan Tingkatkan pasien terhadap
kebutuhan istirahat, batasi stres aktifitas dan
beraktifitas aktifitas pada indikator derajat
pasien terpenuhi dasar penagruh mobilitas
secara adekuat. nyeri/respon
Kriteria hasil: hemodinamik,
1. Menunjukkan berikan aktifitas
peningkatan senggang yang
dalam tidak berat.
beraktifitas. 2. Kaji kesiapan 2. Menyiapakn
2. Mengerti untuk mobilitas pasien
tujuan untuk meningkatkan
mobilisasi mobilisasi
3. Kelemahan 3. Dorong 3. Stabilitas
dan kelelahan memajukan mobilisasi untuk
berkurang. mobilitas, mencegah
4. Kebutuhan aktifitas/toleransi perdarahan
ADL perawatan diri.
terpenuhi 4. Anjurkan 4. Meningkatkan
secara mandiri keluarga untuk aktifitas pasien
atau dengan membimbing untuk mencegah
bantuan. pasien untuk perdarahan
melakukan
aktifitas
5. Jelaskan pola 5. Teknik
peningkatan penghematan
bertahap dari energi menurunkan
aktifitas penggunaan energi
Resiko infeksi Setelah 1. Pantau: vital 1. Mengidentifikas
dilakukan askep sign, tanda i penyimpangan
selama 2 x 24 infeksi. dan kemajuan
jam, Infeksi sesuai
tidak terjadi. intervensi yang
Kriteria hasil: dilakukan.
1. Tanda infeksi 2. Kaji 2. Mengidentifikas
tidak ada, pengeluaran i kelainan
2. Luka lochea, warna, pengeluaran
episiotomi bau dan jumlah. lochea secara
kering dan 3. Kaji luka dini.
bersih, perineum,
keadaan jahitan. 3. Keadaan luka
perineum
berdekatan
dengan daerah
basah
4. Anjurkan pasien mengakibatkan
membasuh kecenderunagn
vulva setiap luka untuk
habis berkemih selalu kotor dan
dengan cara mudah terkena
yang benar dan infeksi.
mengganti PAD 4. Mencegah
setiap 3 kali infeksi secara
perhari atau dini.
setiap kali 5. Mencegah
pengeluaran kontaminasi
lochea banyak. silang terhadap
5. Pertahnakan infeksi.
teknik septik
aseptik dalam
merawat pasien
(merawat luka
perineum, 6. Menjaga
merawat kebersihan
payudara, lingkungan Px
merawat bayi). 7. Mencegah
6. Bersihkan tumbuhnya
lingkungan bakteri pada
setelah dipakai tangan perawat
px lain yang dapat
7. Gunakan sabun menimbulkan
antimikroba infeksi pada px
untuk cuci 8. Mencegah
tangan tumbuhnya
8. Cuci tangan bakteri pada
setiap sebelum tangan perawat
dan sesudah yang dapat
tindakan menimbulkan
kolaboratif infeksi pada px
9. Mencegah
masuknya
bakteri pada
tangan perawat
yang dapat
menimbulkan
infeksi pada px
9. Gunakan 10. Memperbaiki
baju,sarung daya tahan
tangan sebagai tubuh
alat pelindung 11. Mengatasi
infeksi

10. Tingkatkan
intake nutrisi 12. Memantau
11. Berikan terapi terjadinya
antibiotik bila infeksi
perlu infection
protection
(proteksi
terhadap
infeksi)
12. Monitor tanda
dan gejala
infeksi sistemik
dan lokal
Ketidak mampuan Setelah 1. Berikan 1. Meningkatkan
menjadi orang tua dilakukan askep pengertian kemandirian ibu
selama x 24 orang tua dalam
jam, Gangguan terhadap perawatan bayi.
proses parenting kelahiran
tidak ada. sebagai proses 2. Menjaga
Kriteria hasil: yang positif persepsi positif
ibu dapat 2. Anjurkan pada orang tua
merawat bayi orang tua untuk
secara mandiri memandang
(memandikan, kelahiran 3. Meringankan
menyusui). sebagai hal stress orang tua
yang positif ketika bayi yang
3. Berikian dilahirkan tidak
pengertian pada sesuai harapan
ibu dan ayah
apabila kondisi
anak tidak
sesuai harapan 4. Menjaga
ibu berikan sisi kedekatan
positifnya. antara bayi dan
4. Anjurkan ibu orang tua
dan ayah untuk
meningkatkan
interaksi dengan 5. Meningkatkan
bayinya kemampuan
5. Berika HE pada perawatan bayi
orang tua
mengenai 6. Meningkatkan
perawatan bayi interaksi ibu
6. Beri dan bayi
kesempatan ibu
untuk
melakuakn 7. Keterlibatan
perawatan bayi bapak/suami
secara mandiri. dalam
7. Libatkan suami perawatan bayi
dalam akan membantu
perawatan bayi. meningkatkan
keterikatan
batih ibu
dengan bayi.
8. Perawatan
payudara secara
8. Latih ibu untuk teratur akan
perawatan mempertahanka
payudara secara n produksi ASI
mandiri dan secara kontinyu
sehingga
kebutuhan bayi
akan ASI
tercukupi.

9. Meningkatkan
9. Motivasi ibu hubungan ibu
untuk dan bayi sedini
meningkatkan mungkin.
intake cairan
dan Lakukan
rawat gabung
sesegera
mungkin bila
tidak terdapat
komplikasi pada
ibu atau bayi.
Defesiensi NOC NIC
pengetahuan 1. Knowledge : Teaching : disease
disease proces proces
2. Knowledge : 1. Berikan penilaian 1. membantu px
health behavior tentang tingkat memandang
Setelah pengetahuan positif
dilakukan pasien tentang perawatan bayi,
asuhan proses mobilisasi, dan
keperawatan perawatan bayi, menyusui
selama 1x24 jam mobilisasi dini,
diharapkan ibu dan menyusui
dapat 2. Berikan HE 2. mendorong
mengetahui tentang mobilisasi ibu
proses pentingnya
menyusui, mobilisasi
pentingnya 3. Berikan HE 3. mendorong ibu
mobilisasi, dan mnegenai memberikan
perawatan bayi pemberian ASI ASI eksklusif
dengan ekslusif
Kriteria hasil 4. Diskusikan 4. mencegah stress
1. Pasien dan perubahan gaya pada ibu
suami dapat hidup yang
mengetahui dan mungkin
mengimplement diperlukan
asikan untuk mencegah
perawatan bayi stress pada ibu.
2. Pasien mau
dan mampu
untuk
melakukan
mobilisasi dan
aktivitas secara
mandiri
3. Pasien dapat
mengetahui cara
pemeberian ASI
pada bayinya

Ketidak Efektifan Stelah 1) Diskusikan


Pemberian Asi dilakukan dengan orang tua
asuhan dalam
keperawatan mengestimasi
selama 1 x 24 pekerjaan dan 1) Mengatur pola
jam diaharapkan lamanya waktu mnyusui
pasien dapat menyusui 2) Membantu ibu
menyusui 2) Sediakan menyusui sejak
bayinya dengan kesempatan ibu dini
kriteria hasil : kontak dengan 3) Mengetahui
1. Pasien mau bayi untuk waktu yang tepat
memberikan menyusui selama untuk menyusui
ASI pada 2 jam setelah 4) Menyiapkan
bayinya melahirkan kesiapan
2. pasien dapat 3) Bimbing ibu menyusui bayi
mengetahui untuk 5) Memenuhi
manfaat mengidentifikasi kebutuhan ASI
memberikan tanda bayi untuk bayi
ASI menyusui 6) Mencegah
3. pasien dapat 4) Monitor kesalahan
mempertahank kemampuan bayi dalam menyusui
n proses untuk mengisap 7) Memastikan
menyusui 5) Dorong ibu untuk bayi minum
dengan teknik meminta bantuan dengan teknik
yang benar perawat agar bisa yang tepat
memberikan ASI 8) Agar ibu dapat
8-10 kali dalam memonitor
24 jam isapan bayi
6) Observasi bayi secara mandiri
untuk 9) Mencegah
menentukan kelelahn akibat
posisi yang menyusui pada
benar, ibu
kemampuan 10) Mencegah
menelan dan pola kontaminasi
menghisap ASI
7) Monitor 11) Untuk
kemampuan bayi menyeimbangka
untuk melakukan n ukuran
perlekatan pada payudara
putting susu 12) Memenuhi
8) Ajarkan ibu kebutuhan ASI
untuk memonitor pada bayi
isapan bayi 13) Meningkatkan
9) Dorong nyamanan pada
kenyamanan dan saat ibu
privasi saat menyusui
menyusui 14) Meningkatkan
10) Dorong nyamanan dan
untuk tidak keamanan pada
memberikan saat ibu
nutrisi di menyusui
payudara 15) Mencegah
11) Anjurkan untuk teknik yang
menyusui salah pada saat
dengan kedua menyusui
payudara 16) Menjaga
12) Ajarkan ibu kebersihan
menyusui payudara
sepanjang bayi 17) Memastikan
menginginkan kebutuhan ASI
13) Ajarkan ibu pada bayi
untuk posisi 18) Menyediakan
yang sesuai suply ASI
14) Ajarkan 19) Mencegah
menggunakan terjadinya
tehnik yang tersedak pada
tepat untuk bayi
menghentikan
pemberian ASI
15) Monitor
integritas kulit
putting susu
16) Ajarkan cara
perawatan
payudara untuk
mencegah luka
pada putting
17) Anjurkan untuk
menggunakan
pompa ASI jika
bayi belum
dapat menyusui
18) Monitor
peningkatan
pengisian pada
payudara
19) Instruksikan ibu
bagaimana
menyendawaka
n bayi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC)


Measurement of Health Outcomes5th ed. Missouri: ELSEVIER.
Linnafiyah, Rini. 2015. Efektifitas Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian Pijat
Oksitosin terhadap Involusi Uterus pada Ibu Post Partum Spontan di Klinik
Rumah Bersalin Kecamatan Karangtengah Demak. Skripsi: Universitas
Islam Sultan Agung.
Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Measurement
of Health Outcomes5th ed. Missouri: ELSEVIER.
NANDA Internasional. 2012. DIAGNOSIS KEPERAWATAN. Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
Pratiwi, S. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Percepatan Involusi
Uteri pada Ibu Post Partum Pervaginam di Ruang Kebidanan RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone Bolango. Thesis: Universitas Negeri Gorontalo.
Rini, Susilo. 2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice.
Yogyakarta: Deepublish.
Saraswati, D.E. 2014. Perbedaan Efektivitas Senam Nifas dan Mobilisasi Dini
Terhadap Involusi Uterus : Studi di Wilayah Puskesmas Bojonegoro,
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur tahun 2013. Thesis: Universitas
Diponegoro.
Denpasar, .Maret 2017

Pembimbing Praktik / CI Mahasiswa

Dewa Gede Sastra Ananta Wijaya


NIP NIM. P07120214005

Pembimbing Akademik / CT


NIP.

Anda mungkin juga menyukai