LP Resiko Bunuh Diri Fit New

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

UNIVERSITAS INDONESIA

Laporan Pendahuluan (LP)

Kelompok Diagnosis Gangguan:


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI

Oleh:

Abdul Jalil
1106042542

Program Studi Pascasarjana Peminatan Keperawatan Jiwa


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
2011

0
Laporang Pendahuluan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN RESIKO
BUNUH DIRI

A. PENGERTIAN
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Berdasarkan besarnya kemungkinan pasien
melakukan bunuh diri, kita mengenal tiga macam perilaku bunuh diri, yaitu
isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri dan percobaan bunuh diri (Keliat et.al,
2010). Risiko cedera yang mengancam jiwa yang dilakukan sendiri (Townsend,
2010). Menurut Carpenito-Moyet (2007) resiko bunuh diri merupakan keadaan
seseorang berada pada resiko membunuh dirinya sendiri yang membutuhkan
perlindungan. NANDA Internasional (2011) mengungkapkan resiko bunuh diri
merupakan individu yang beresiko menyakiti diri sendiri dan cedera yang
mengancam jiwa. Suatu keadaan dimana individu berisiko secara langsung
merusak atau menganiaya dirinyan sendiri (Carpenito, 2000)

B. MACAM-MACAM PERILAKU BUNUH DIRI


Menurut Keliat et.al (2010) perilaku bunuh diri terdiri dari tiga jenis yaitu:
1. Isyarat bunuh diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya: dengan mengatakan Tolong jaga anak-anak
karena saya akan pergi jauh atau Segala seseuatu akan lebih baik tanpa
saya. Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan
bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa
bersalah/sedih/marah/ putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan
hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman bunuh diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien. Berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah
memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan
bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum mencoba bunuh diri,
pengawasan ketat harus dilakukan. Kesempatan sedikit saja dapat
dimanfaatkan pasien untuk melaksanakan rencana bunuh dirinya.
3. Percobaan bunuh diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri
untuk mengakhiri kehidupannya. Pada kondisi ini, pasien aktif mencoba
bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Berdasarkan jenis-jenis bunuh diri
ini dapat dilihat data-data yang harus dikaji pada setiap jenisnya. Setelah

1
melakukan pengkajian, anda dapat merumuskan diagnosa keperawatan
berdasarkan tingkat resiko dilakukannya bunuh diri.

C. KARAKTERISTIK PERILAKU
Karakteristik perilaku bunuh diri yang dapat ditemukan antara lain:
Karakteristik Mayor
1. Ide melakukan bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri sebelumnya (Carpenito, 2000
3. Mengeskpresikan keinginan dan kecenderungan untuk mati atau bunuh diri
Karakteristik Minor
1. Melaporkan perasaan tertekan atau depresi
2. Konsep diri yang buruk (harga diri rendah)
3. Mengungkapkan adanya halusinasi yang menginstruksikan untuk melakukan
tindakan bunuh diri
4. Penyalahgunaan obat/zat
5. Agitas
6. Putus asa, tidak berdaya
7. Kurangnya sistem pendukung
8. Emosi sedih yang berlebihan

D. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Faktor Predisposisi
a. Biologis
1) Adanya riwayat bunuh diri dalam keluarga, riwayat gangguan mood
dan ansietas pada keluarga, riwayat gangguan psikiatrik pada
keluarga
2) Kembar monosigot mempunyai resiko
3) Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan
BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
4) Keadaan kesehatan secara umum: menderita penyakit kronis atau
terminal, gangguan psikiatrik/gangguan jiwa, intoksikasi, adiksi
5) Sensitivitas biologi: serotonin neurotransmitter menurun
6) Penggunaan obat atai komplikasi obat
7) Peminum alkhohol juga dihubungkan dengan kemungkinan
melakukan resiko percobaan bunuh diri
b. Psikologis
1) Adanya riwayat kerusakan struktur dilobus frontal yang
menyebabkan suplay oksigen dan glukosa terganggu di mana lobus
tersebut berpengaruh kepada proses kognitif anak yang dapat
berpengaruh pada kemampuan kognitif anak.
2) Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak mampu
berkomunikasi, komunikasi tertutup (non verbal), gagap, riwayat
kerusakan yang mempunyai fungsi bicara, misalnya trauma kepala
dan berdampak kerusakan pada area broca dan area wernich.

2
3) Moral: Remaja yang tinggal di tatanan nontradisional (misalnya;
penjara anak-anak, penjara, rumah singgah, rumah grup/kelompok
atau tempat tinggal yang tidak disiplin
4) Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa,
kecemasan yang tinggi dan menutup diri dan pernah mengalami
depresi sebelumnya
5) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
a) Perubahan/kehilangan pekerjaan
b) Kegagalan di tempat kerja/sekolah (sering mengalami kegagalan)
c) Ancaman kehilangan sumber pendapatan
d) Perceraian dan perpisahan
e) Kehilangan orang yang berarti
f) Penyakit/kecelakaan
g) Ancaman tuntutan kriminal
h) Penggunaan alkhohol/obat dalam keluarga
i) Konflik/penganiayaan orang tua terhadap anak
6) Konsep diri: Ideal diri yang tidak realistis, harga diri rendah, identitas
diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif
7) Motivasi: adanya riwayat kegagalan dan kurangnya pernghargaan
8) Pertahanan psikologis, ambang toleransi terhadap stres yang rendah,
riwayat gangguan perkembangan sebelumnya
9) Self kontrol: tidak mampu melawan terhadap dorongan untuk
menyendiri, perasaan ditinggal orang di sekitarnya
c. Sosialbudaya
1) Usia: anak di bawah 10 tahun atau remaja sering membahayakan diri
atau melakukan percobaan bunuh diri. Lansia kulit putih memiliki
risiko yang paling tinggi di Amerika Serikat. Resiko ini
meningkatkan seiring dengan peningkatan umur seseorang
2) Gender: Homo yang berusia belasan atau berusia muda sering
melakukan percobaan bunuh diri 2 atau 3 kali lipat ketika teman
kencannya melakukan heteroseksual. Sebesat 30% dari bunuh diri
tiap tahunya adalah homo yang berumur belasan. Wanita lebih
banyak melakukan bunuh diri, tetapi yang sebenar-benarnya
melakukan bunuh diri adalah laki-laki. Orang yang sudah menikah
3) Pendidikan: pendidikan yang rendah dan riwayat putus sekolah atau
gagal sekolah
4) Pendapatan: penghasilan rendah atau mengalami ketidakstabililan
ekonomi
5) Pekerjaan: pengangguran atau tidak mempunyai pekerjaan dan
perubahan pekerjaan dihubungan dengan kelompok yang berisiko
melakukan bunuh diri. Pekerjaan profesional juga berisiko
memunculkan resiko bunuh diri
6) Status sosial: terisolasi secara sosial, tinggal sendirian, relokasi atau
pindah rumah. Resiko menurun pada pria dan wanita menikah.
Meningkat seiring dengan kesendirian (hidup seorang diri)
7) Latar belakang budaya: bunuh diri massal/berkelompok

3
8) Agama dan keyakinan: Pelaksanan kegiatan religi yang berlebihan
atau kurang
9) Keikutsertaan dalam politik: aktif dalam kegiatan sosial dan
organisasi berisiko melakukan bunuh diri ketika mengalami
kegagalan
10) Pengalaman sosial: Perceraian, perpisahan dan janda meningkatkan
risiko bunuh diri, bencana alam, sulit mendapatkan pekerjaan, adanya
tekanan dalam pekerjaan
11) Peran sosial: semakin tinggi tingkat kepuasan atas hubungan sosial,
semakin rendah kemungkinan yang terjadi (semakin kecil tingkat
resikonya), adanya stigma negatif dalam masyarakat, acuh dengan
lingkungan
2. Faktor Presipitasi
a. Nature
1) Biologi:
a) Terdapat kasus bunuh diri dalam beberapa hari dalam keluarga.
Terdapat upaya kekerasan yang mengancam terhadap diri klien,
terdapat tandfa depresif atau menarik diri
b) Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai
dengan tidak mau makan, ada upaya untuk mengkahiri hidup
melalui penolakan makan
c) Sensitivitas biologi: mengalami peningkatan neurotransmiter
GABA , dopamin dan perubahan kadar serotonin dalam otak yang
menimbulkan delusi dan halusiansi
d) Menderita penyakit gangguan jiwa, yaitu gangguan alam perasaan
atau depresi dan ada riwayat percobaan bunuh diri sebelumnya,
e) Pembedahan atau kelahiran anak yang baru saja terjadi
f) Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang dapat
mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mempengaruhi
fisiologis otak
2) Psikologis
a) Tidak ada gangguan intelegensi
b) Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap,
mengalami kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara
c) Moral: Dalam enam bulan terakhir tinggal dalam lingkungan
broken home, panti asuhan, panti sosial, pesantren, biara atau
penjara. mendapatkan malu dari lingkungan sosial
d) Mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan: sindroma
pasca trauma, gangguan somatoform, gangguan penyesuaian
masa remaja
e) Dalam enam bulan muncul perasaan putus asa atau
ketidakberdayaan akibat penyakit akut atau kronis yang
dideritanya (penyakitnya mempengaruhi hidupnya), nyeri kronis,
ketergantungan kimia, penyalahgunaan obat, didiagnosis HIV
positif atau AIDS tahap lanjut

4
f) Konsep diri: penurunan harga diri adanya perasaan tidak berharga
dan putus asa
g) Ketidakpuasan hasil tindakan (misalnya pembedahan, psikologis
akibat penyakitnya)
h) Ketidakpastian penyakitnya berhubungan dengan lamanya
ketergantungan pada dialisis, suntikan insulin, kemoterapi/radiasi
atau ventilator
i) Adanya konflik orang tua/perkawinan, penyalahgunaan zat dalam
keluarga, ketidakefektifan keterampilan koping individu,
penyiksaan anak
j) Self kontrol: ketidakmampuan keluar dari stressor yang tidak
dapat ditoleransi yang telah terakumulasi dalam waktu yang lama
yang disertai dengan perasaan putusasa yang hebat
k) Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang
tinggi, menutup diri, tidak mampu membuat keputusan,
negativistik, bermusuhan
3) Sosial budaya
a) Usia: Pada remaja adanya perasaan terabaikan, pengharapan yang
tidak realistis dari anak oleh orang tua
b) Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas dan
kegagalan peran gender (model peran negatif)
c) Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus sekolah
dan gagal sekolah
d) Pekerjaan : kehilangan pekerjaan atau tidak bekerja (PHK),
pensiun atau perubahan pekerjaan
e) Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan terakhir
tidak mempunyai pendapatan atau terjadi perubahan status
kesejahteraan
f) Status sosial: perawatan di rumah sakit, penolakan atau tekanan
pada teman sebaya, lansia mengalami isolasi sosial.
Kesendirian/hidup sendiri dalam waktu enam bulan terakhir
g) Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas
keagamaan secara rutin. Terdapat nilai-nilai sosial di masyarakat
yang tidak diharapkan
h) Kegagalan dalam berpolitik: kegagalan dalam berpolitik
i) Kejadian sosial saat ini: perpisahan/perceraian, kematian orang
terdekat, seseorang yang meninggalkan rumah, kehilangan orang
terdekat, kehilangan yang baru saja terjadi
j) Peran sosial: ancaman pengabaian dari lingkungan sosial, adanya
stigma atau praduga yang negatif
b. Origin
Internal: Kegagalan individu dalam mempersepsikan sesuatu yang
diyakini (merasa tidak berguna, mati)

5
Eksternal: Kurangnya dukungan sosial dan dukungan masyarakat pada
klien dalam membantu mempersepsikan apa yang telah dilakukan oleh
klien
c. Time
1) Waktu terjadinya stressor pada waktu yang tidak tepat
2) Stressor terjadi secara tiba-tiba atau bisa juga secara bertahap
3) Stressor terjadi berulang kali dan antara satu stressor dengan stressor
yang lain saling berdekatan
d. Number
1) Sumber stress lebih dari satu (banyak)
2) Stress dirasakan sebagai masalah yang berat
3. Penilaian Terhadap Stressor
a. Kognitif
1) Mengungkapkan kehidupan sudah tidak berharga
2) Mengungkapkan kesulitan melepaskan diri dari masalah
3) Mengungkapkan keinginan untuk mati atau mengakhiri hidup
4) Mengungkapkan bunuh diri merupakn alternatif satu-satunya yang
dapat mengatasi masalahnya
5) Mengungkapkan ide bunuh diri/rencana atau gagasan untuk mencoba
bunuh diri
6) Tidak dapat berkonsentrasi
b. Afektif
1) Merasa minder, malu
2) Merasa ditolak oleh lingkungan
3) Merasa putus asa dan tidak berdaya
4) Merasa bersalah atau merasa berdosa
5) Peningkatan alam perasaan secara tiba-tiba/terlihat lebih berenergi
atau menunjukkan sikap yang lebih tenang atai lebih damai
6) Merasa sedih
7) Merasa gagal tidak berguna dalam memecahkan masalah
c. Fisiologis
1) Penurunan nafsu makan hingga mengakibatkan penurunan BB
2) Perasaan letih dan malaise
3) Konstipasi kadang retensi urine
4) Gangguan tidur
5) Terlihat pucat, kelopak mata cekung
6) Penurunan kada serotonin (5HT)
d. Perilaku
1) Mengancam secara verbal untuk bunuh diri
2) Terdapat atau dijumpai perilaku melukai diri sendiri
3) Memberikan semua yang dimiliki pada orang disekitarnya
4) Penampilan yang buruk atau kurang memperbaiki penampilan diri
(kurang perawatan diri)
5) Membuang benda miliknya atau membuat surat wasiat
6) Kehilangan minat atau keinginan melakukan aktivitas harian
7) Tidak memperhatikan perawatan diri
8) Tidak maun makan
9) Impulsif dan agresif
10) Berbicara lamban

6
e. Sosial
1) Tidak peduli dengan orang lain
2) Penurunan partisipasi dalam hubungan sosia
3) Menarik diri
4) Ketidakmampuan berkomunikasi/mengungkapkan perasaan
5) Acuh terhadap lingkungan
6) Kemampuan sosialnya mengalami penurunan
7) Sulit berinteraksi
4. Sumber Koping
a. Personal ability
1) Kemampuan individu untuk menanggulangi stres berulang
2) Tingkat kemampuan individu dalam melakukan kontrol impuls
3) Kemampuan klien dalam memecahkan masalah
4) Kemampuan melakukan kontrol untuk tidak mengambil risiko yang
tidak perlu (minuman keras, alkhohol)
b. Sosial Support
1) Adanya orang terdekat yang mendukung klien atau menemani klien
dalam mengatasi stres, misalnya keluarga, teman, kelompok
2) Hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat tidak adekuat
3) Komitmen degan jaringan sosial tidak adekuat
4) Adanya kader kesehatan dalam lingkungan tempat tinggal
c. Material asset
1) Sumber finansial dan pribadi (pekerjaan, tunjangan hari tua atau aset
yang miliki)
2) Kemampuan mengelola kekayaan
3) Tidak memiliki dana untuk berobat ke pusat pelayanan kesehatan
4) Adanya tempat pelayanan kesehatan/PKM/RS
d. Positif belief
1) Distres spiritual
2) Motivasi untuk sembuh yang tidak konsisten
3) Penilaian terhadap pelayanan kesehatan
4) Tidak menganggap apa yang dialami merupakan sebuah masalah atau
gangguan
5. Mekanisme Koping
a. Konstruktif: -
b. Destruktif: Prilaku menghindari masalah seperti alkhohol atau minuman
keras sering dihubungankan dengan bunuh diri

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Bunuh Diri

F. TINDAKAN KEPERAWATAN
Percobaan Bunuh diri
1. Tindakan keperawatan untuk klien dengan Percobaan Bunuh Diri.
a. Tujuan: Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan: melindungi pasien untuk melindungi pasien yang akan
mengancam atau mencoba bunuh diri, maka anda dapat melakukan
tindakan berikut:

7
1) Menemani klien terus menerus sampai ia dapat dipindahkan ketempat
yang aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya: pisau, silet,
gelas, tali yang aman)
3) Memerika apakah pasien benar-benar telah minum obatnya, jika
pasien mendapatkan obat
4) Menjelaskan pada pasien bahwa anda akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan bunuh diri
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga.
a. Tujuan:
Keluarga diharapkan dapat berperan serta melindung anggota keluarga
yang mengancam atau bunuh diri
b. Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien dan jangan
pernahn meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-
barang berbahaya di sekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak membiarkan pasien
sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara
teratur

Isyarat Bunuh Diri


1. Tindakan keperawatan untuk klien dengan Iyarat Bunuh Diri.
a. Tujuan: Pasien tetap aman dan selamat
1) Klien mendapat perilindungan dari lingkungannya
2) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
3) Klien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Klien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan:
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu
dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman
2) Meningkatkan harga diri pasien dengan cara
a) Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaannya
b) Memberikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif
c) Menyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh
pasien
e) Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

8
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang
lebih baik
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga.
a. Tujuan:
Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri
b. Tindakan:
1) Mengajarkan keliuarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang
pernah muncul pada pasien
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul
pada pasien risiko bunuh diri
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh
diri
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila
pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien antara lain
(1).Memberikan tempat yang aman
(2).Menempatkan pasien di tempat yang mudah diawasi, jangan
biarkan pasien mengunci diri dikamarkannya atau jangan
meninggalkan pasien sendirian di rumah
(3).Menjauhkan barang-barang yang dapat digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang dapat
digunakan untuk bunuh diri, seperti tali, bahan bakar
minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya. Zat yang
berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga
(4).Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan
pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat.
Jangan pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien
tidak menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri
c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas
3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila
pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat
untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis
4) Membantu keluarga mencari rujukan ke fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien
a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan

9
b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien
berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh
dirinya
c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat
sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya,
benar dosisnya, benar cara menggunakannya, benar waktu
penggunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito-Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott


Williams & Wilkins

Isaacs, A. (2005). Panduan belajar Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik.


Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Keliat, et.al. (2010). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN) Basic


Course. Jakarta: EGC

Stuart & Sundeen. (1991). Principles and practice of psychiatric nursing. Mosby
Year Book: Missouri

Stuart, Gail W. (2009). Principles & Practice of Psychiatric Nursing ed.8.


Philadelphia: Elsevier Mosby

Townsend, Mary C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing ed.8. F.


A. Davis Company: Philadelphia

Townsent, M.C. (2010). Buku saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri Rencana


Asuhan & Medikasi Psikotropik. Edisi 5. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

10

Anda mungkin juga menyukai