Askep CK
Askep CK
Askep CK
DOSEN PEMBIMBING
Ns., Sri Anik Rustini., S.H., S.Kep., M.Kes
DISUSUN OLEH:
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2016-2017
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berkenaan dengan Cedera Kepala.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada
Mata Kuliah Keperawatan Neurobehaviour di Program Studi Ilmu Keperawatan
Stikes Hang Tuah Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis
dalam menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terima
kasih tersebut ditujukan kepada:
1. Ns., Sri Anik Rustini., S.H., S.Kep., M.Kes. Selaku penanggung jawab dan
dosen Mata Kuliah Keperawatan Neurobehaviour di STIKES Hang Tuah
Surabaya.
2. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya
konstruktif dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sebagai responds terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah membahas tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien
Cedera Kepala mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatan
Pada Klien Cedera Kepala.
1.3.2 Tujuan Khusus
Setelah membahas tentang Asuhan Keperawatan Cedera Kepala
mahasiswa mampu:
a. Memahami dan menjelaskan Konsep Penyakit Cedera Kepala.
b. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Cedera
Kepala.
c. Memahami dan menjelaskan Asuhan Keperawatan Sesuai Kasus.
1.4 Manfaat
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah untuk membagikan informasi dan
wawasan kepada pembaca mengenai asuhan keperawatan pada kasus cedera
kepala.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
robeknya pembuluh darah yang memfiksasi otak dengan bagian
dalam rongga tengkorak.
4
1. Berdasarkan patologi:
a. Cedera kepala primer
Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan gangguan
imtegritas fisik, kimia dan listrik dari sel di area tersebut, yang
menyebabkan kematian sel.
b. Cedera kepala sekunder
Cedera ini merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan otak lebih
lanjut yang terjadi setelah trauma sehinga meningkatkan TIK yang tak
terkendali, meliputi respon fisiologis cedera otak, termasuk edema
serebral, iskemia serebral, hipotensi sistemik, dan infeksi lokal atau
sistemik.
2. Menurut jenis cedera:
a. Cedera kepala terbuka: dapat menyebabkan fraktur tulang tengkorak
dan laserasi duameter. Trauma yang menembus tengkorak dan
jaringan otak.
b. Cedera kepala tertutup: dapat disamakan pada pasien dengan gegar
otak ringan dengan cedera serebral yang luas.
3. Menurut berat ringanya berdasarkan GCS (Glasgown Coma Scale):
a. Cedera kepala ringan/minor
- GCS 14-15.
- Dapat terjadi kehilangan kesadaran, amnesia, tetapi kurang dari
30 menit.
- Tidak ada fraktur tengkorak.
- Tidak ada kontusia serebral, hemotoma.
b. Cedera kepala sedang
- GCS 9-13.
- Kehilangan kesadaran dan asam anamnesa lebih dari 30 m
tetapi kurang dari 24 jam.
- Dapat mengalami fraktur tengkorak.
- Diikuti contusia serebral, laserasi dan hematoma intrakranial.
c. Cedera kepala berat
- GCS 3-8.
- Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24
jam.
- Juga meliputi kontusia serebral, laserasi atau hematoma
intrakranial.
2.4 Pathofisiologi
Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya
kerusakan pada parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan,
5
edema dan gangguan biokimia otak seperti penurunan adenosis tripospat,
perubahan permeabilitas vaskuler.
Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera
kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan
suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat kepala terbentur
dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada cedera kepala
sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari
hipoksemia, iskemia dan perdarahan.
Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural
hematoma, berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter,
subdura hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter
dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya darah
didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala terjadi
karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi
menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan
otak (Tarwoto, 2007).
6
2.6 Konsep Map
Trauma kepala
7
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencegah
terjadinya cedera otak sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh faktor
sistemik seperti hipotensi atau hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan
otak (Tunner, 2000). Pengatasan nyeri yang adekuat juga direkomendasikan
pada pendertia cedera kepala (Turner, 2000).
Penatalaksanaan umum adalah:
1. Nilai fungsi saluran nafas dan respirasi
2. Stabilisasi vertebrata servikalis pada semua kasus trauma
3. Berikan oksigenasi
4. Awasi tekanan darah
5. Kenali tanda-tanda shock akibat hipovelemik atau neurogenik
6. Atasi shock
7. Awasi kemungkinan munculnya kejang.
Penatalaksanaan lainnya:
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral,
dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
2. Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat). Untuk mengurangi
vasodilatasi.
3. Pemberian analgetika
4. Pengobatan anti oedema dengan larutan hipertonis yaitu manitol
20% atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %.
5. Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin).
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila terjadi muntah-muntah
tidak dapat diberikan apa-apa, hanya cairan infus dextrosa 5% ,
aminofusin, aminofel (18 jam pertama dan terjadinya kecelakaan), 2-
3 hari kemudian diberikana makanan lunak.
Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari), tidak terlalu banyak cairan.
Dextrosa 5% untuk 8 jam pertama, ringer dextrose untuk 8 jam kedua dan
dextrosa 5% untuk 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran rendah,
makanan diberikan melalui ngt (2500-3000 tktp). Pemberian protein
tergantung nilai urea.
Tindakan terhadap peningktatan TIK yaitu:
1. Pemantauan TIK dengan ketat
2. Oksigenisasi adekuat
3. Pemberian manitol
4. Penggunaan steroid
5. Peningkatan kepala tempat tidur
6. Bedah neuro.
8
Tindakan pendukung lain yaitu:
1. Dukungan ventilasi
2. Pencegahan kejang
3. Pemeliharaan cairan, elektrolit dan keseimbangan nutrisi
4. Terapi anti konvulsan
5. Klorpromazin untuk menenangkan klien
6. Pemasangan selang nasogastrik (Mansjoer, dkk, 2000).
9
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
10
Gejala: Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia,
cara berjalan tidak tegang.
b. Sirkulasi
Gejala: Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi.
c. Integritas Ego
Gejala: Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda: Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
d. Makanan/cairan
Gejala: Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda: muntah, gangguan menelan.
e. Eliminasi
Gejala: Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami
gangguan fungsi.
f. Neurosensori
Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope,
kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman,
perubahan penglihatan seperti ketajaman.
Tanda: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Sakit kepala.
Tanda: Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
h. Pernafasan
Tanda: Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh
hiperventilasi nafas berbunyi)
i. Keamanan
Gejala: Trauma baru/trauma karena kecelakaan.
Tanda: Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan, gangguan rentang gerak,
tonus otot hilang, kekuatan secara umum mengalami paralisis, demam,
gangguan dalam regulasi suhu tubuh.
j. Interaksi sosial
Tanda: Apasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti, bicara berulang-
ulang, disartria.
PENGKAJIAN
11
Pengumpulan data subjektif maupun objektif pada gangguan sistem persarafan
sehubungan dengan cedera kepala tergantung bentuk, lokasi, jenis injuri, dan
adanya komplikasi pada organ vital lainnya.
1. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register, diagnosis medis.
a. Riwayat penyakit saat ini
b. Riwayat penyakit terdahulu
c. Riwayat penyakit keluarga
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik berguna untuk mendukung data dari pengkajian
anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem (B1-B6)
dengan fokus pada pemeriksaan B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan
dengan keluhan-keluhan klien.
Keadaan umum
Pada keadaan cedera kepala umumnya mengalami penurunan kesadaran
(cedera kepala ringan/cedera otak ringan, GCS 13-15, cedera kepala
sedang GCS 9-12, cedera kepala berat bila GCS kurang atau sama dengan
8) dan terjadi perubahan tanda-tanda vital.
B1 (Breathing)
a. Inspeksi: klien didapatkan batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi napas.
Terdapat retraksi klavikula atau dada, pengembangan paru tidak
simetris. Ekspansi dada: dinilai penuh atau tidak penuh
kesimetrisannya. Ketidaksimetrisan mungkin menunjukkan adanya
atelektasis, lesi pada paru, obstruksi pada bronkus, fraktur tulang iga,
pneumothoraks, atau penempatan endotracheal dan tube trakeostomi
yang kurang tepat.
b. Palpasi: fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain akan di
dapatkan apabila melibatkan trauma pada rongga thoraks.
c. Perkusi: adanyan suara redup sampai pekak pada keadaan melibatkan
trauma pada thorak/hemotothoraks
12
d. Auskultasi: bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi strido,
ronchi pada klioen dengan peningkatan produksi sekret, dan
kemampuan batuk yang menurun sering didapatkan pada klien cedera
kepala dengan penurunan tingakat kesadaran koma.
B2 (Boold)
B3 (Brain)
a. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran dan respon klien terhadap lingkungan adalah
indikator paling sensitif untuk menilai disfungsi sistem persarafan.
Pada keadaan lanjut, tingkat kesadaran klien cedera kepala biasanya
berkisar pada tingkat latergi, stupor, semikomatosa, sampai koma.
b. Pemeriksaan fungsi serebral
1) Status mental: observasi penampilan klien dan tingkah lakunya,
nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi wajah, dan aktivitas
motorik klien cedera kepala tahap lanjut biasanya status mental
mengalami perubahan.
13
2) Fungsi intelektual: pada beberapa keadaan klien cedera kepala
didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
3) Lobus frontal: kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis
didapatkan bila trauma kepala mengakibtkan adanya kerusakan
pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual
kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat
ditunjukkan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam
pemahaman, lupa, dan kurang motivasi yang menyebabkan klien
menghadapi masalah frustasi dalam rehabilitasi mereka.
4) Hemisfer: cedera kepala hemisfer kanan didapatkan hemiparase
sebela kiri tubuh,penilaian buruk, dan mempunyai kerentanan
terhadap sisi kolateral sehingga memungkinkan terjatuh ke sisi
yang berlawanan tersebut. Cedera kepala pada hemisfer kiri,
mengalami hemiparase kanan, perilaku lambat dan sangat hati-hati,
kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia global, afasia, dan
mudah frustasi.
c. Pemeriksaan saraf kranial
1) Nervus I (olfaktorius)
Pada beberapa keadaan cedera kepala didaerah yang merusak
anatomis dan fisiologis saraf ini klien akan mengalami kelainan
pada fungsi penciuman/anosmia unilateral atau bilateral.
2) Nervus II (optikus)
Mematoma palpebra pada klien cedera kepala akan menurunkan
lapangan penglihatan dan mengganggum fungsi dari nervus
optikus. Perdarahan di ruang intrakranial, trauma hemoragia
subaraknoidal, dapat disertai perdarahan di retina.
3) Nervus III, IV, dan VI (okulomotoris, koklearis, abdusen)
Pada kasus trauma kepala dapat dijumpai anisokoria (keadaan
dimana ukuran pupil tidak sama). Gejala ini harus dianggap
sebagai tanda serius jika midriasis itu tidak bereaksi pada
penyinaran.
4) Nervus V (trigeminus)
Pada keadaan cedera kepala menyebabkan paralisi nervus
trigeminus, didapatkan penurunan kemampuan koordinasi gerakan
mengunyah.
14
5) Nervus VII (facialis)
Persepsi pengecapan mengalami perubahan.
6) Nervus VIII (vestibulotoklearis)
Perubahan fungsi pendenngaran pada klien cedera kepala ringan
biasanya tidak didapatkan apabila trauma yang terjadi tidak
melibatkan saraf vestibulotoklearis.
7) Nervus IX dan X (glosofaringeus dan vagus)
Kemampuan menelan kurang baik dan kesukaran membuka mulut.
8) Nervus XI (assesorius)
Bila tidak melibatkan trauma pada leher, mobilitas klien cukup
baik dan tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
9) Nervus XII (hipoglosus)
Indera pengecapan mengalami perubahan.
d. Sistem motorik
1) Inspeksi umum, di dapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis
(kelemahan salah satu sisi tubuh) adalah tanda yang lain.
2) Tonus otot, didapatkan menurun sampai hilang.
3) Kekuatan otot, pada penilaian dengan menggunakan grade
kekuatan otot didapatkan grade 0.
4) Keseimbangan dan koordinasi, didapatkan mengalami gangguan
karena hemiparase dan hemiplegia.
e. Pemeriksaan refleks
1) Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, ligamentum,
atau periosteum, derajat refleks pada respons normal.
2) Pemeriksaan refleks patologis, pada fase akut refleks fisiologis sisi
yang lumpuh akan menghilang. Setlah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.
f. Sistem sensorik
Kehilangan sensorik pada cedera kepala dapat berupa kerusakan
sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan
propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian
tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil,
dan auditorius.
B4 (Bladder)
15
terjadi akibat menurunnya perfusi ginjal. Setelah cedera kepala klien
mungkin mengalami inkontinensia urine karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan utnuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural.
Kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang.
Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas.
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Kaji warna kulit, suhu, kelmbapan, dan turgor kulit. Adanya perubahan
warna kulit, wrna kebiruan menunjukkan adanyan sianosis (ujung kuku,
ekstermitas, telinga, hidung, bibir, dan membran mukosa). Pucat pada
wajah dan membran mukosa dapat berhubungan dengan rendahnya kadar
hemoglobin atau syok. Pucat dan sianosis pada klien yang menggunakan
ventilator dapat terjadi akibat dari penggunaan packet red cells (PRC)
dalam jangka waktu lama. Pada klien dengan kulit gelap, perubahan warna
tersebut tidak begitu jelas terlihat. Warna kemerahan pada kulit dapat
menunjukkan adanya demam dan infeksi. Intregitas kulit untuk menilai
adanya lesi dan dekubitus. Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensorik atau paralisis atau hemiplagia, mudah
lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
16
Pemeriksaan Diagnostik
17
Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostik untuk menentukan
status respirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan melalui
pemeriksaan AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam basa.
Penatalaksanaan Medis
Selain itu perlu pula dikontrol kemungkinan tekanan intra kranial yang
tinggi disebabkan oleh edema serebril. Sekalipun tidak jarang memerlukan
tindakan operasi, tetapi usaha untuk memerlukan tekanan intra kranial ini dapat
dilakukan dengan cara menurunkan PaCO2 dengan hiperventilasi yang
mengurangi asidosis intraserebral dan menambah metabolisme intraserebral.
Adapun usaha untuk menurunkan PaCO2 ini yakni dengan intubasi endotrakeal,
hiperventilasi. Intubasi dilakukan sedini mungkin pada klien-klien yang koma
untuk mencegah terjadinya PaCO2 yang meninggi. Prinsip ABC dan ventilasi yang
teratur dapat mencegah peningkatan tekanan intra kranial.
1. Bedrest total.
2. Observasi TTV (GCS dan tingkat kesadaran).
3. Pemberian obat-obatan:
Dexametason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis
sesuai dengan berat ringannya trauma.
Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi
vasodilatasi.
Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis, yaitu manitol 20%,
atau glukosa 40%, atau gliserol 10%.
Antibiotika yang mengandung barriel darah otak (Penisilin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidasol.
18
4. Makanan atau cairan.
Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa, hanya
cairan infus dextrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
5. Pada trauma berat
Karena hari-hari pertama didapat klien mengalami penurunan kesadaran dan
cenderung terjadi retensi natrium dan elektrolit maka hari-hari pertama (2-3
hari) tidak terlalu banyak cairan. Dexstrosa 5% 8 jam pertama, Ringer
Dexstrosa 8 jam kedua dan dexstrosa 8% jam ketiga. Pada hari selanjutnya
bila kesadaran rendah maka makanan diberikan melalui nasogastrik tube
(2500-3000 TKTP). Pemberian protein tergantung dari nilai urenitrogennya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d edema serebral,
peningkatan TIK
b. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan/kerusakan pusat pernafasan di
medula oblongata/cedera jaringan otak
c. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
d. Trauma, tindakan invasife, immunosupresif, kerusakan jaringan faktor
resiko infeksi
e. Defisit self care b/d kelemahan fisik, penurunan kesadaran.
19
4. Perubahan kenyamanan: nyeri akut yang berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasma otot sekunder.
5. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan edema yang
ada pada otak.
6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
perubahan kemampuan mencerna makanan, peningkatan kebutuhan
metabolisme.
7. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan terpasangnya
endotracheal atau tracheostomy dan paralisis atau kelemahan
neuromuskular.
8. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidakcukupan
kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.
9. Keterbatasan aktivitas yang berhubungan dengan penurunan kesadaran
(soporo koma).
10. Cemas atau takut yang berhubungan dengan krisis situasional; ancaman
terhadap konsep diri, takut mati, ketergantungan pada alat bantu,
perubahan status kesehatan atau status ekonomi, atau fungsi peran,
hubungan interpersonal atau penularan.
11. Kecemasan keluarga yang berhubungan dengan keadaan yang kritis pada
klien.
12. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan mininterpretasi informasi,
tidak mengenal sumber-sumber informasi, ketegangan akibat krisis
situasional.
13. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan trauma mekanik,
terpasang bullow drainage.
14. Risiko gangguan integritas kuliat yang berhubungan dengan imobilisasi,
tidak adekuatnya sirkulasi perifer.
15. Risiko keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan
penggunaan alat bantu nafas (respirator).
16. Risiko perubahan membran mukosa mulut yang berhubungan dengan
keidakmampuan menelan cairan melalui oral, adanya tube dalam mulut,
kurang atau menurunnya salivasi, tidak efektifnya kebersihan mulut.
17. Risiko infeksi yang berhubungan dengan sistem pertahanan primer (cedera
pada jaringan paru, penurunan aktivitas silia bronkus), mal nutrisi, dan
tindakan invasif.
18. Risiko terjadi infeksi yang berhubungan dengan tempat masuknya
organisme sekunder terhadap trauma.
20
Data Etiologi Masalah
DS: - Trauma kepala Risiko peningkatan
TIK
DO:
T: 67/42 mmHg, N: 76
x/mnt.
Maningkatkan tahanan
Pupil isokor. vask. Sistemik dan tek.
darah
Meningkatkan tek.
hidrostatik kebocoran
cairan kapiler
Edema serebral
Bertambahnya vol.
Intrakranial akibat dari
perdarahan otak
Risiko PTIK
DS: - Pemasangan ETT Bersihan jalan napas
21
DO: tak efektif
Frekuensi napas: 20
x/mnt.
Kebersihan jalan napas tak
Klien terpasang ETT. efektif
Produksi sekret
meningkat.
DS: - Trauma kepala Hambatan mobilitas
fisik
DO:
Klien imobilisasi
22
Kulit punggung Keterbatasan dalam
kemerahan, lecet. melakukan pergerakan
Tungkai
kemerahan.
Ketidakmampuan dalam
melakukan pemenuhan
ADL
Penekanan setempat
Kurangnya informasi
3. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Monitoring tekanan intrakranium:
perfusi jaringan keperawatan . jam klien a. Kaji, observasi, evaluasi tanda-
cerebral b.d edema menunjukan status sirkulasi tanda penurunan perfusi
serebral, peningkatan dan tissue perfusion cerebral serebral: gangguan mental,
23
TIK membaik dengan KH: pingsan, reaksi pupil,
- TD dalam rentang normal penglihatan kabur, nyeri kepala,
(120/80 mmHg) gerakan bola mata.
- Tidak ada tanda b. Hindari tindakan valsava
peningkatan TIK manufer (suction lama,
mengedan, batuk terus menerus).
- Klien mampu bicara
c. Berikan oksigen sesuai instruksi
dengan jelas,
dokter
menunjukkan
d. Lakukan tindakan bedrest total
konsentrasi, perhatian e. Posisikan pasien kepala lebih
dan orientasi baik tinggi dari badan (30-40 derajat)
- Fungsi sensori motorik f. Minimalkan stimulasi dari luar.
cranial utuh g. Monitor Vital Sign serta tingkat
- kesadaran membaik kesadaran
(GCS 15, tidak ada h. Monitor tanda-tanda TIK
gerakan involunter) i. Batasi gerakan leher dan kepala
j. Kolaborasi pemberian obat-
obatan untuk meningkatkan
volume intravaskuler sesuai
perintah dokter.
2. Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan a. Kaji status pernafasan klien
efektif b.d keperawatan . jam klien b. Kaji penyebab ketidakefektifan
gangguan/kerusakan menunjukan pola nafas pola nafas
pusat pernafasan di yang efektif dengan KH: c. Beri posisi head up 35-45 derajat
medula d. Monitor perubahan tingkat
kesadaran, status mental, dan
oblongata/cedera - Pernafasan 1620x/menit,
peningkatan TIK
jaringan otak teratur
e. Beri oksigen sesuai anjuran
- suara nafas bersih
medic
- pernafasan vesikuler f. Kolaborasi dokter untuk terapi,
- saturasi O2: 95% tindakan dan pemeriksaan
24
- klien dapat istirahat dan sebelumnya.
tidur d. Kontrol faktor lingkungan yang
- v/s dbn mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri.
f. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologis/non
farmakologis).
g. Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengatasi nyeri..
h. Kolaborasi untuk pemberian
analgetik
i. Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
4. Trauma, tindakan Setelah dilakukan asuhan Konrol infeksi :
invasife, keperawatan jam infeksi a. Bersihkan lingkungan setelah
immunosupresif, terdeteksi dg KH: dipakai pasien lain.
kerusakan jaringan - Tdk ada tanda-tanda b. Batasi pengunjung bila perlu.
faktor resiko infeksi infeksi c. Lakukan cuci tangan sebelum
- Suhu normal (36-37 c) dan sesudah tindakan
keperawatan.
d. Gunakan baju, masker dan
sarung tangan sebagai alat
pelindung.
e. Pertahankan lingkungan yang
aseptik selama pemasangan alat.
f. Lakukan perawatan luka,
drainage, dresing infus dan dan
kateter setiap hari, jika ada.
g. Berikan antibiotik sesuai
program.
25
e. Inspeksi kulit dan mebran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase.
f. Inspeksi kondisi luka, insisi
bedah.
5. Defisit self care b/d Setelah dilakukan askep Bantuan perawatan diri
kelemahan fisik, jam klien dan keluarga a. Monitor kemampuan pasien
penurunan dapat merawat diri, dengan terhadap perawatan diri yang
kesadaran. kritria : mandiri
- kebutuhan klien sehari- b. Monitor kebutuhan akan personal
hari terpenuhi (makan, hygiene, berpakaian, toileting
dan makan, berhias
berpakaian, toileting,
c. Beri bantuan sampai klien
berhias, hygiene, oral
mempunyai kemapuan untuk
higiene)
merawat diri
- klien bersih dan tidak d. Bantu klien dalam memenuhi
bau. kebutuhannya sehari-hari.
e. Anjurkan klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
f. Pertahankan aktivitas perawatan
diri secara rutin
g. Dorong untuk melakukan secara
mandiri tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu
melakukannya.
h. Anjurkan keluarga untuk
ikutserta dalam memenuhi ADL
klien
26
27
Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Risiko tinggi Tujuan: Dalam Mandiri Deteksi dini untuk
peningkatan TIK waktu 2x24 jam memprioritaskan
Kaji faktor penyebab dari
yang b/d desak tidak terjadi intervensi, mengkaji
situasi/keadaan
ruang sekunder peningkatan tekanan status neurologis/tanda-
individu/penyebab
dari kompresi intrakranial pada tanda kegagalan untuk
koma/penurunan perfusi
korteks serebri klien menentukan perawatan
jaringan dan kemungkinan
dari adanya kegawatan atau
Kriteria Hasil: penyebab peningkatan
perdarahan baik tindakan pembedahan
TIK.
bersifat 1) Klien tidak
intraserebral gelisah
30
hematoma, 2) Klien tidak Memonitor TTV setiap 4 Suatu keadaan normal
subdural mengeluh jam bila sirkulasi serebral
hematoma, dan nyeri terpelihara dangan baik
epidural kepala, atau fluktuasi ditandai
hematoma. mual-mual dengan takanan darah
dan muntah sistemik, penurunan
3) GCS: 4,5,6
dari autoregulator
4) Tidak
kebanyakan merupakan
terdapat
tanda penurunan difusi
papiledema
5) TTV dalam lokal vasikularisasi
batas darah serebral. Dengan
normal peningkatan tekanan
darah (diastolik) maka
dibarengi dengan
peningkatan darah
intrakranial. Adanya
peningkatan tekanan
darah, bradikardi,
disritmia, dispnea
merupakan tanda
tejadinya peningkatan
TIK.
31
Evaluasi pupil, amati Reaksi pupil dan
ukuran, ketajaman, dan pergerakan kembali dari
reaksi terhadap cahaya bola mata merupakan
tanda dari gangguan
nervus/saraf jika batang
otak terkoyak. Reaksi
pupil diatur oleh saraf
III kranial
(okulomotorik) yang
menunjukkan keutuhan
batang otak, ukuran
pupil menujukkan
keseimbangan antara
parasimpatis dan
simpatis. Respn
terhadap cahaya
merupakan kombinasi
fungsi dari saraf kranial
II dan III.
Monitor temperatur dan Panas merupakan reflek
pengaturan suhu dari hipotalamus.
lingkungan Peningkatan kebutuhan
metabolisme dan O2
akan menunjang
peningkatan TIK/ICP
(Intracranial Pressure)
32
Pertahankan kepala/leher Perubahan kepala pada
pada posisi yang netral, satu sisi dapat
usahakan dengan sedikit menimbulkan
bantal. Hindari penekanan pada vena
penggunaan bantal yang jugularis dan
tinggi pada kepala menghambat aliran otak
(mengahmbat drainage
pada vena serebral),
untuk itu dapat
meningkatkan TIK.
Berikan periode istirahat Tindakan yang terus
antara tindakan perawatan menerus dapat
dan batasi lamanya meningkatkan TIK oleh
prosedur. efek rangsangan
kumulatif.
Kurangi rangsangan Memberikan suasana
ekstral dan berikan rasa yang tenang (Colming
nyaman seperti masase effect) dapat
punggung, lingkunga mengurangi respon
nyang tenang, sentuhan psikologis dan
yang ramah, dan memberikan istirahat
suasana/pembicaraan yang untuk mempertahankan
tidak gaduh. TIK yang rendah.
Cegah/hindarkan tejadinya Mengurangi tekanan
valsavah manuver. intratorakal dan
intraabdominal
sehingga menghindari
peningkatan TIK.
33
Kaji peningkatan istirahat Tingkah nonverbal ini
dan tingkah laku dapat merupakan
indikasi peningkatan
TIK atau memberikan
refleks nyeri dimana
klien tidak mampu
mengungkapkan
keluhan secara verbal,
nyeri yang tidak turun
dapat
meningkatkan TIK.
34
Kolaborasi: Mengurangi
pemberian O2 sesuai hipoksemia, dimana
indikasi. dapat menigkatkan
vasodilatasi serebral,
volume darah, dan
menaikkan TIK.
Kolaborasi untuk tindakan Tindakan pembedahan
operatif evakuasi darah untuk evakuasi darah
dari dalam intrakranial. dilakukan bila
kemungkina terdapat
tanda-tanda
defisitneurologis yang
menadakan peningkatan
intrakranial.
Berikan cairan IV sesuai Pemberian cairan
indikasi. mungkin dinginkan
untuk mengurangi
edema serebral,
peningkatan minimum
pada pembuluh darah,
tekanan darah dan TIK.
Berikan obat osmosis Diuretik mungkin
diuretik contohnya: digunakan pada fase
manitol, furoscide. akut untuk mengalirkan
air dari sel otak dan
mengurangi edema
serebral dan TIK.
Berikan steroid Untuk menurunkan
contohnya: dexamethason, inflamasi (radang) dan
methyl prenidsolon. mengurangi edema
jaringan.
35
Berikan analgesik narkotik Mungkin diindikasikan
contoh: kodein untuk mngurangi nyeri
dan obat ini berefek
negatif pada TIK tetapi
dapat digunakan dengan
tujuan untuk mencegah
dan menurunkan sensasi
nyeri.
Berikan antipiretik Mengurangi/mengontrol
contohnya: asetaminofen hari dan pada
metabolisme
serebral/oksigen yang
diinginkan.
Monitor hasil Membantu memberikan
laboratorium sesuai informasi tentang
dengan indikasi seperti efektifitas pemberian
prothombin, LED. obat.
Ketidakefektifan Tujuan: dalam Berikan posisi yang Ingkatkan inspirasi
pola pernapasan waktu 3x24 jam nyaman, biasanya dengan maksimal,
b/d depresi pusat setelah intervensi peninggian kepala ke meningkatkan ekspansi
pernapasan, adanya peningkatan tempat tidur. Dorong klien paru dan ventilasi pada
kelemahan otot- dan pola napas untuk duduk sebanyak sisi yang tidak sakit.
otot pernapasan, kembali efektif mungkin.
ekspansi paru
Kriteria hasil:
yang tidak
memperlihatkan
maksimal karena Observasi fungsi Distress pernapasan dan
frekuensi
trauma, dan pernapasan, catat perubahan pada TTV
pernapasan yang
perubahan frekuensi pernapasan, dapat terjadi sebagai
efektif, mengalami
perbandingan O2 dispnes, atau perubahan akibat fisiologi dan
perbaikan
dengan CO2, TTV nyeri atau dapat
pertukaran gas-gas
kegagalan menunjukkan terjadinya
pada paru, adaptif
ventilator. syok sehubungan
dengan hipoksia.
36
mengatasi faktor- Bantu klien untuk Melatih klien untuk
faktor penyebab mengontrol pernapasan mengatur napas seperti
jika ventilator tiba-tiba napas dalam, napas
berhenti pelan, napas perut,
pengaturan posisi, dan
teknik relaksasi untuk
membantu
memaksimalkan fungsi
sistem pernapasan.
37
ketidakmampuan ronchi tidak Evaluasi pergerakan dada Pergerakan dada yang
batuk atau batuk terdengar, tracheal dan auskultasi suara napas simetris dengan suara
efektif sekunder tube bebas pada kedua paru (bilateral) napas yang keluar dari
akibat nyeri dan sumbatan, peru-paru menandakan
keletihan. menunjukkan batuk jalan napas tidak
efektif, tidak ada terganggu. Saluran
lagi penumpukan napas bagian bawah
sekret di saluran tersumbat dapat terjadi
pernapasan. pada pneumonia atau
atelektasi akan
menimbulkan
perubahan suara napas
seperti ronki atau
wheezing
Anjurkan klien mengenai Batuk yang efektif
teknik batuk selama dapat mengeluarkan
pengisapan melalui sekret dari saluran
endotracheal atau napas.
tracheostomy tube seperti
waktu bernapas panjang,
batuk kuat, bersin jika ada
indikasi
Napas dalam perlahan saat Memungkinkan
duduk setegak mungkin ekspansi paru lebih luas
Auskultasi paru sebelum Sekresi kental sulit
dan sesudah klien batuk untuk diencerkan dan
dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang
mengarah pada
atelektasis
38
Kolaborasi dengan tim Ekspektoran untuk
kesehatan lain: dokter, memudahkan
radiologi, dan fisioterapi. mengeluarkan lendir
dan mengevaluasi
- Pemberian
perbaikan kondisi klien
antibiotik
- Pemberian atas pengembangan
ekspektoran parunya
- Fisioterapi
dada
- Konsul foto
thoraks
Nyeri akut b/d Tujuan: Dalam Memonitor TTV setiap 4 Untuk mengetahui
trauma jaringan waktu 3X24 jam jam keadaan umum pasien.
dan refleks nyeri berkurang atau
spasme otot hilang.
Jelaskan dan bantu klien Pendekatan dengan
sekunder
Kriteria hasil: dengan tindakan pereda menggunakan relaksasi
nyeri non-farmakologi dan dan non-farmakologi
1. Secara
non-invasif lainnya telah
subjektif
menunjukkan ke
melaporkan
efektifan dalam
nyeri
mengurangi nyeri.
berkurang/
dapat Ajarkan relaksasi: Akan melancarkan
39
nyeri, klien Berikan kesempatan Istirahat akan
tidak gelisah waktu istirahat bila terasa merelaksasi semua
nyeri dan berikan posisi jaringan sehingga akan
yang nyaman misalnya meningkatkan
ketika tidur, belakangnya kenyamanan.
dipasang bantal kecil.
Tingkatkan pengetahuan Pengetahuan yang akan
tentang penyebab nyeri dirasakan membantu
dan menghubungkan mengurangi nyerinya.
berapa lama nyeri akan Dan dapat membantu
berlangsung mengembangkan
kepatuhan klien
terhadap rencana
terapeutik.
Observasi tingkat nyeri Pengkajian yang
dan respons motorik klien, optimal akan
30 menit setalah memberikan perawat
pemberian obat alangesik data yang objektif untuk
utnuk mengkaji mencegah kemungkinan
efektivitasnya serta setiap komplikasi dan
1-2jam setelah tindakan melakukan intervensi
perawatan 1-2hari yang tepat
Kolaborasi dengan dokter Analgesik memblok
pemberian analgesik lintasan nyeri, sehingga
nyeri akan berkurang
Risiko gangguan Tujuan:Dalam Observasi TTV Kekurangan caira dapat
keseimbangan waktu 3x24 jam menunjukkan gejala
cairan dan tidak ada tanda- peningkatan tekanan
elektrolit yang tanda edema nadi dan tekanan darah
b/d penggunaan perifer/paru-paru menurun
40
alat bantu napas Kriteria hasil: Mandiri
(respiratori) Klien dapat
Pertahankan secara ketat Untuk mencegah dan
menunjukkan
intake dan output mengidentifikasi secara
tekanan darah, berat
dini terjadi kelebihan
badan, nadi, intake
cairan
dan output cairan
Kaji dan observasi suara Adanya ronchi basah,
dalam batas normal.
nafas vokal fermitus, hasil vokal fermitus
foto thoraks menandakan adanya
edema paru-paru
Catat perubahan turgor Penurunan cardiak
kulit, kondisi mukosa output berpengaruh
mulut, dan karakter pada perfusi fungsi
sputum otak. Kekurangan cairan
sealalu diidentifikasikan
dengan turgor kulit
berkurang, mukosa
mulut kering, dan sekret
yang kental.
Hitunglah jumlah cairan Membeikan informasi
masuk dan keluar tentang keadaa cairan
tubuh secara umum
untuk mempertahankan
agar tetap seimbang
Kolaborasi Mempertahankan
sirkulasi dan tekanan
Berikan cairan perinfus
osmotik
jika diindikasikan
Gangguan Tujuan: dalam Berikan makanan kecil Mencegah terjadinya
nutrisi kurang waktu 3x24 jam dan lunak kelelahan, memudahkan
dari kebutuhan kebutuhan nutrisi masuknya makanan,
tubuh b/d klien terpenuhi. dan mencegah
perubahan gangguan pada
Kriteria hasil:
kemampuan lambung.
mengerti tentang
41
mencerna pentingnya nutrisi Kaji fungsi sistem Fungsi sistem
makanan, bagi tubuh, gastrointestinal yang gastrointestinal sangat
peningkatan memperlihatkan meliputi suara bising usus, penting untuk
kebutuhan kenaikan berat catat terjadi perubahan memasukkan makanan.
metabolisme. badan sesuai dengan didalam lambung seperti Ventilator dapat
hasil pemeriksaan mual, muntah. Observasi menyebabkan kembung
laboratorium perubahan pergerakan pada lambung dan
usus misalnya diare dan perdarahan lambung.
konstipasi.
42
BAB IV
KASUS
Pada tanggal 01 Juni 2011 jam 22.45WIB, klien mengalami kecelakaan lalu
lintas di Lenek, dan terdapat luka robek di dahi kanan + 6 x 3 cm kedalaman + 2
cm, dan klien mendapat pertolongan pertama di Puskesmas Aikmel, setelah
mendapat pertolongan klien mengeluh nyeri dengan skala nyeri 5 ( 0-10 )
sehingga klien tidak bisa istirahat dan sulit bernapas, karena klien sulit bernafas
klien di rujuk ke Rumah Sakit Dr. R. Soedjono Selong untuk mendapat
pertolongan selanjutnya, dan atas instruksi dokter klien harus di rawat inap di
ruang bedah untuk mendapat tindakan selanjutnya.
43
BAB V
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 19tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku/Bangsa : Sasak/indonesia
Pekerjaan : Tani
Ruangan : Bedah
No RM : 157063
Nama : Tn. R
44
Hub. dengan keluarga : Kakak kandung
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
45
Genogram
Keterangan
: Laki-laki/Perempuan
: Laki-laki/Perempuan meninggal
: Klien
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum saat pengkajian: Sedang
Kesadaran : Composmentis
Respon verbal :3
Jumlah : 12
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36.0 0 C
Nadi : 80 x / menit
Pernafasan : 20 x / menit
46
c. Pemeriksaan sistematis
1). Kepala : Pada kulit kepala bulat, simetris, terdapat luka
robek di dahi kanan + 6 x 3 cm dan kedalaman
+2 cm.
2).Mata :Bentuk simetris, palpebra oedema, conjunctiva
tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor.
5).Mulut dan gigi : Lidah tampak bersih mukosa bibir kering dan
gigi tampak kotor, tidak di temukan adanya
gigi ompong, terdapat sisa darah yang kering
di sekitar mulut.
47
Perkusi : Terdengar bunyi sonor
9). Kulit
a. Ekstremitas atas
Tangan kanan adanya patah tulang,tangan bagian kana
terpasang infuse RL 20 tetes/menit, akral hangat, kekuatan
otot ekstremitas atas bagian kanan dan kiri masing-masing
4.
b. Ekstremitas bawah
Kaki kanan tampak pada bagian lutut lecet + 1x 1 cm dan
tidak ada udem, kuku kotor. Kaki kiri tidak ditemukan
adanya oedema, akral hangat, kekuatan otot ekstremitas
bawah bagian kiri dan kanan masing-masing 5.
c. Rentang gerak
Tangan kiri bebas bergerak, tangan kanan terpasanginfus,
kaki kanan dan kiri bebas bergerak.
48
a. Citra diri/body image : Tanggapan klien dengan anggota
tubuhnya baik, tidak ada anggota
tubuhnya yang dia tidak sukai,
klien mengatakan semua anggota
tubuhnya yang dia sukai.
1. Nervus I ( olfaktorius )
Klien mampu mencium bau bauan seperti kopi dan minyak wangi.
2. Nervus II ( optikus )
Refleks pupil terhadap cahaya : midriasis bila kena cahaya mendekat,
miosis bila cahaya menjauh.
4. Nervus V ( trigeminus )
49
Dapat mebuka mulut dengan spontan.
8. Nervus X ( vagus )
Klien bisa menelan dengan baik tanpa ada gangguan.
9. Nervus XI ( acsesorius )
Klien bisa menggerakan kepala dan bahu dengan cara pelan-pelan.
Pemeriksaan B1-B6
1. B1 (Breathing)
Inspeksi :Bentuk dada simetris, tidak ada refraksi otot dinding dada
saat bernafas, pergerak dada seirama antara inspirasi dan
ekspirasi, respirasi 20 x /menit.
Palpasi :Vocal fremitus teraba diseluruh lapang paru, tidak
ditemukan adanya benjolan atau massa dan tidak ditemukan
adanya lesi, ditemukan adanya nyeri tekan pada thorak saat
klien bernafas.
Perkusi :Terdengar bunyi sonor
Auskultasi :Bunyi napas vesicular disemua lapang paru
2. B2 (Blood)
Tidak ditemukan pembesaran vena jugularis dan bunyi jantung tambahan.
50
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
CRT : < 2 detik
Akral : hangat, kering, merah (HKM)
Perdarahan : terdapat luka robek di dahi kanan + 6 x 3 cm
kedalaman + 2 cm
3. B3 (Brain)
Kesadaran : Composmentis
GCS :
Respon motorik :6
Respon verbal :3
Respon membuka mata :3
Jumlah : 12
Saraf Kranial :
- Nervus I ( olfaktorius )
Klien mampu mencium bau bauan seperti kopi dan minyak
wangi.
- Nervus II ( optikus )
Refleks pupil terhadap cahaya : midriasis bila kena cahaya
mendekat, miosis bila cahaya menjauh.
- Nervus III,IV, VI ( abdusen, okulomotorius, abdusen )
Mata klien tidak dapat di gerakan ke segala arah karena klien
belum sadar penuh.
- Nervus V ( trigeminus )
Dapat mebuka mulut dengan spontan.
- Nervus VII ( vasialis )
Pengecapan klien dapat berfungsi dengan baik.
- Nervus VIII ( akustikus )
Fungsi pendengaran klien baik mendengar saat dipanggil namanya,
fungsi keseimbangan tidak terkaji.
- Nervus IX ( glosso pharingius )
Letak ovula berada di tengah, klien mampu menelan makanan dan
minuman.
- Nervus X ( vagus )
Klien bisa menelan dengan baik tanpa ada gangguan.
- Nervus XI ( acsesorius )
Klien bisa menggerakan kepala dan bahu dengan cara pelan-pelan.
- Nervus XII ( hipoglosus )
Bentuk lidah simetris, lidah tidak jatuh ke belakang mulut.
4. B4 (Bladder)
Keluarga klien mengatakan BAK dalam sehari frekuensi 1x sebanyak 250
cc. tidak ada nyeri tekan di bagian kandung kemih.
51
5. B5 (Bowel)
Mulut dan gigi: Lidah tampak bersih, mukosa bibir kering dan gigi
tampak kotor, tidak di temukan adanya gigi ompong,
terdapat sisa darah yang kering di sekitar mulut.
Pola makan dan minum SMRS :
- Keluarga klien mengatakan minum +5 6 gelas / hari
- Keluarga klien mengatakan makan 3 x/harinasi satu porsi dengan lauk
pauk dan sayur.Tidak ada pantangan dalam makanan.
Pola makan dan minum di RS :
- Keluarga klien mengatakan kklien minum 1 2 gelas / hari
- Keluarga klien mengatakan hanya makan roti sepotong dan jeruk satu
buah, klien makan bubur dan menghabiskan setengah porsi yang telah
di siapkan oleh keluarganya
Abdomen :
6. B6 (Bone)
Kepala : Pada kulit kepala bulat, simetris, terdapat luka robek di dahi
kanan + 6 x 3 cm dan kedalaman +2 cm.
Kulit : Turgor kulit baik, tidakdi temukanadanya lesi, tidak sianosis,
akral hangat
a. Ekstremitas atas
Tangan kanan adanya patah tulang,tangan bagian kana terpasang
infuse RL 20 tetes/menit, akral hangat, kekuatan otot ekstremitas
atas bagian kanan dan kiri masing-masing 4.
52
b. Ekstremitas bawah
Kaki kanan tampak pada bagian lutut lecet + 1x 1 cm dan tidak ada
udem, kuku kotor. Kaki kiri tidak ditemukan adanya oedema, akral
hangat, kekuatan otot ekstremitas bawah bagian kiri dan kanan
masing-masing 5.
c. Rentang gerak
Tangan kiri bebas bergerak, tangan kanan terpasanginfus, kaki kanan
dan kiri bebas bergerak.
d. Kebiasaan sehari-hari
Kegiatan Di rumah di rumah sakit
Pola makan / minum
Keluarga klien
Makan mengatakan hanya makan
Keluarga klien
roti sepotong dan jeruk
mengatakan makan 3
satu buah, klien makan
x/harinasi satu porsi
bubur dan menghabiskan
dengan lauk pauk dan
setengah porsi yang telah
sayur.Tidak ada
di siapkan oleh
pantangan dalam
keluarganya
makanan.
Pola istirahat tidur Keluarga klien Keluarga klien
mengatakan tidur malam mengatakan selama
pukul 21.00 WIB sampai dirawat menurut keluarga
05.00 WIB klien lebih sering tidur
tetapi kalau malam klien
Tidur siang jarang
gelisah dan sering
terbangun.
Pola BAB dan BAK
53
BAK Keluarga mengatakan Keluarga klien
tidak mengetahui mengatakan BAK dalam
kegiatan BAK klien sehari frekuensi 1x
sebanyak 250 cc.
Keluarga klien
Keluarga mengatakan
BAB mengatakan selama di
tidak mengetahui
rumah sakit klien belum
kegiatan BAB klien
BAB
Personal hygiene
Tidak pernah
1 x / minggu
Keramas
a). Laboratorium
Hasil Normal Satuan
Hb : 13,1 g/ dl L : 13 16 g / dl
P : 12 14 g / dl
54
P : 9-15 mm / 1 jam
Hematokrit : 36,2 % L : 42 54 %
P : 36 48 %
4). Therapi
Injeksi ampicilin 3 x 1 gr ( IV )
2. DIAGNOSA KEPERATAWAN
Analisa Data.
DO :
Kerusakan jaringan otak,
klien tampak gelisah
kesadran somnolent perdarahan, oedema
GCS : 12 ( M 6, V 3, E
cerebri
3)
TD : 120 / 90 mm Hg
N : 80 x / menit
Suhu : 36.0 0 C
RR : 20 x / menit
Terdapat luka robek di Tekanan intra kranial
dahi sebelah kanan
55
Oedem pada palpebera
Klien muntah
CRT kurang dari 2 detik
Perubahan perfusi
jaringan cerebral
DS: Keluarga klien mengatakan Cedera kepala Ketidakseimbangan
klien merasa mual setiap nutrisi kurang dari
makan kebutuhan tubuh
DO :
Kerusakan sel otak
Klien tampak lemah
Porsi makan setengah
porsi yang telah di
siapkan oleh keluarganya
Bibir klien tampak kering Stress
Katakolamin sekresi
asam lambung
Mual, muntah
Ketidakseimbangan
56
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DO:
Kerusakan jaringan
Klien tampak kesakitan
jaringan otak
Klien tampak memegang
kepalanya
Klien tampak gelisah
Skala nyeri 5 ( 0-10 )
Nyeri akut
GCS : 12 (M 6, V 3, E 3)
TD : 120 / 90 mm Hg
N : 80 x / menit
Suhu : 36.0 0 C
RR : 20 x / menit
Terdapat luka robek di
dahi sebelah kanan+ 6 x
3 cm dan kedalaman
+2 cm.
57
Klien tampak lemah,Porsi makan setengah porsi yang telah di siapkan
oleh keluarganya, Bibir klien tampak kering.
c. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan otak yang di tandai
dengan Klien mengatakan nyeri pada luka robek di dahi sebelah
kanan, Klien tampak kesakitan, Klien tampak memegang kepalanya,
Klien tampak gelisah, Skala nyeri 5 ( 0-10 ), GCS : 12 (M 6, V 3, E 3),
TD : 120 / 90 mm Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x /
menit, Terdapat luka robek di dahi sebelah kanan.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
58
1. Jumat Perubahan Setelah - Monitor tanda- - Mengetahui
perfusi jaringan dilakukan tanda vital keadaan fungsi
01-6-
cerebral tindakan cerebral
2011
berhubungan keperawatan
Jam 14.00 dengan selama 3x24
- Hasil dari
peningkatan jam diharapkan - Pantau status
pengkajian dapat
tekanan intra perfusi jaringan neurologis
mengetahui
cranial yang di cerebral adekuat dengan GCS
secara dini
tandai dengan dengan kreteria
perubahan yang
keluarga klien hasil :
terjadi sehingga
mengatakan
- Kesadaran dapat
klien mengeluh
klien menentukan arah
kepalanya sakit,
composmetis tindakan
klien tampak
- GCS 15 selanjutnya
gelisah,
- CRT > 2
kesadaran
menit - Pertahankan
somnolent, - Dengan posisi
- Tidak muntah posisi tidur
GCS : 12 ( M 6, tidur dengna
- Tidak oedem dengan posisi
V 3, E 3 ),TD : posisi semi
palpebra kepala 20-300
120/90 mmHg, powler akan
(Semi Powler)
N : 80 x/menit, S melancarkan
: 36.0 0
C, RR : aliran balik vena
59
palpebra, klien - Monitor - Mencegah
muntah. asupan dan kelebihan cairan
pengeluaran yang dapat
cairan menambah cedera
cerebri dan akan
meningkatkan
tekanan intra
cranial
- K keadaankesadaran
olaborasi
dengan - Penatalaksanaan
dokter untuk dan intervensi
program selajutnya
60
2. Jumat Ketidakseimbang Setelah dilakukan - Kaji - Meningkatkan
an nutrisi kurang tindakan kemampuan proses pencernaan
01-6-2011
dari kebutuhan keperawatan klien untuk dan toleransi klien
Jam 14.00 tubuh selama 3x24 jam terhadap nutrisi
mendapatkan
berhubungan di harapkan yang di berikan dan
nutrisi yang
dengan intake keseimbangan dapat
dibutuhkan
nutrisi tidak nutrisi lebih dari meningkatkan
cukup untuk kebutuhan tubuh kerjasama klien
metabolisme yang dengan kreteria saat makan
ditandai dengan hasil :
Keluarga klien
- Adanya - Meskipun proses
mengatakan klien - Monitor
peningkatan pemulihan klien
merasa mual lingkungan
BB sesuai memerlukan
setiap makan, selama makan
dengan tujuan bantuan makanan
Klien tampak - BB sesuai
atau menggunakan
lemah, Porsi dengan TB
alat bantu,
makan setengah - Tidak ada
sosialisasi waktu
porsi yang telah di tanda-tanda
makan dengan
siapkan oleh RS, malnutrisi
orang terdekat atau
Bibir klien
teman dapat
tampak kering.
meningkatakan
pemasukan dan
menormalkan
fungsi makan
untuk mengidentifikasi
61
memenuhi kebutuhan
jumlah kalori kalori/nutrisi
dan nutrisi yang tergantung pada
dibutuhkan usia, BB, ukuran
klien penyakit sekarang
trauma, penyakit
- Timbang BB - jantung/masalah
sesuai indikasi metabolism
- Mengevaluasi
- Catat perubahan keefektifan atau
BB kebutuhan
mengubah
pemberian nutrisi
- Bermanfaat sebagai
indikator dari
- Catat perubahan cairan total tubuh
BB yang terintegerasi
dengan ferfusi
jaringan.
3. Jumat Nyeri akut Setelah dilakukan - Ukur tanda- - Mengetahui
berhubungan tindakan tanda vital. pengaruh nyeri
01-6-2011
dengan kerusakan keperawatan terhadap respon
14.00 jaringan otak yang selama 3x24 jam tubuh klien.
di tandai dengan diharapkan klien
Klien mengatakan mengungkapkan
- Kaji keluhan - Untuk mengetahui
nyeri pada luka nyeri hilang/dapat
nyeri klien. derajat nyeri yang
robek di dahi dikontrol, dengan
dialami klien.
sebelah kanan, kriteria hasil :
Klien tampak
- Klien tampak - Catat petunjuk
kesakitan, Klien - Dapat digunakan
rileks non-verbal
tampak memegang - Skala nyeri 2 ( sebagai hubungan
berkaitan dengan
0-10 ) untuk mendukung
nyeri.
derajat nyeri
62
- Kaji faktor yang - Mengidentifikasi
dapat penyebab dan cara
memperberat kontrol nyeri.
dan mengurangi
nyeri
- Menurunkan
tegangan abdomen
- Ijinkan klien
dan menigkatkan
untuk berada
rasa kontrol nyeri
pada posisi tidur
yang nyaman,
kepalanya, Klien - Klien tidak - Ajrakan kontrol - Meningkatkan
tampak gelisah, kesakitan lagi nyeri dengan relaksasi dan
- Klien tidak
Skala nyeri 5 tekhnik nafas kemampuan koping
gelisah lagi
(0-10), GCS : 12 dalam/relaksasi
- TD :120/90 - Mengontrol nyeri
(M 6, V 3, E 3 ),
mmHg dengan cepat.
TD :120/90 - N :80 x/menit - Berikan ranitidin
- Suhu : 36.00 C injeksi 2x25 mg
mmHg,
- RR:20 x/menit
N : 80 x /menit, - Luka robek di
Suhu : 36.0 0 C, dahi sebelah
RR : 20 x / menit, kanan cepat
Terdapat luka kering
robek di dahi
sebelah kanan.
63
64
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/tggl Diagnosa keperawatan Implementasi Respon hasil
1. Sabtu Perubahan perfusi jaringan - Mengukur tanda-tanda - TD : 120/90 mmHg
cerebral berhubungan dengan vital Nadi : 80 x/menit
02-6-2011
peningkatan tekanan intra
Suhu : 36,00 C
Jam 14.00 cranial yang di tandai dengan
keluarga klien mengatakan RR : 20 x/menit
klien mengeluh kepalanya
sakit, klien tampak gelisah,
- Klien menjukkan
kesadaran somnolent, GCS : - Memantau status
kesadaran yang
12 ( M6,V3,E3 ), neurologis dengan GCS
optimal dan GCS ( M
TD : 120/90 mmHg, 6, V5, E4 = 15 )
N : 80 x/menit,
- Klien mampu
menjawab pertanyaan
- Mengkaji respon verbal,
dengan baik dengan
tepat
65
2. Sabtu Ketidakseimbangan nutrisi - Mengkaji kemampuan - Klien mau makan
kurang dari kebutuhan tubuh klien untuk walaupun sedikit
02-6-2011
berhubungan dengan intake mendapatkan nutrisi
Jam 14.00 nutrisi tidak cukup untuk yang dibutuhkan
metabolisme yang ditandai
- Keluarga klien mau
dengan Keluarga klien
- Memonitor lingkungan menjaga kebersihan
mengatakan klien merasa
selama makan klien pada saat makan
mual setiap makan, Klien
tampak lemah, Porsi makan
setengah porsi yang telah di - Klien menunjukkan
siapkan oleh RS, Bibir kadar
- Memonitor kadar
klien tampak kering. albumin,nutrisi,Hb
albumin,total protein,
dalam batas normal
Hb
- Mengkolaborasi dengan
- Klien mau makan
ahli gizi untuk
memenuhi jumlah kalori walaupun sedikit
yang telah di sediakan
dan nutrisi yang
oleh RS
dibutuhkan klien
- Klien mau
menimbang BB
- Menimbang BB sesuai
seminggu sekali
indikasi
66
tampak gelisah, Skala nyeri nyeri yang dirasakan
5 (0-10), GCS : 12 ( M
- Mencatat petunjuk non- - Klien mau
6, V 3, E 3 ), TD : 120 / 90
verbal berkaitan dengan menunjukan faktor
mm Hg, N : 80 x / menit,
nyeri. yang memberatkan
Suhu : 36.0 0 C, RR : 20 x /
terhadap nyeri yang
menit, Terdapat luka robek
dirasakan
di dahi sebelah kanan. - Mengkaji faktor yang
dapat memperberat dan - Klien mau mengatur
mengurangi nyeri posisi tidurnya
dengan posiosi kepala
20-300 sesuai yang
dianjurkan perawat
- Menganjurkan klien
untuk berada pada - Klien mau melakukan
posisi tidur yang tekhnik nafas
- Infus RL 20
- Mengajarkan cara
Tetes/menit
menontrol nyeri dengan
Injeksi ampicilin 3x1 gr
tekhnik nafas
( IV )
dalam/relaksasi
Injeksi ketorolak 3x1
ampul
67
sakit, klien tampak gelisah, kesadaran yang
kesadaran somnolent, GCS: - Mengkaji status optimal dan GCS
neurologis klien ( M 6, V5, E4 = 15)
12 (M6,V3,E3),
TD : 120/90 mmHg,
N : 80 x/menit, - Klien mau tidur
dengan posisi kepala
S : 36.0 0 C,
- Mempertahankan posisi 20-300 (Semi Powler)
RR : 20x/menit, terdapat luka tidur dengan posisi
robek di dahi sebelah kanan, kepala 20-300 (Semi
oedem pada palpebra, klien Powler)
- Mengetahui jumlah
muntah.
cairan yang masuk
- Memantau asupan dan dan yang keluar
haluaran cairan
- Klien mampu
menjawab pertanyaan
dengan baik dengan
- Mengkaji respon verbal tepat
- Infus RL 20
Tetes/menit
- Berkolaborasi dengn
Injeksi ampicilin 3x1
dokter dalam pemberian
gr ( IV )
obat
Injeksi ketorolak 3x1
ampul
68
mual setiap makan, Klien selama makan sekitar klien pada saat
tampak lemah, Porsi makan makan
setengah porsi yang telah di
- Klien menunjukkan
siapkan oleh RS, Bibir klien
kadar albumin,
tampak kering.
- Memantau kadar nutrisi, Hb dalam
- Mengkolaborasi dengan RS
- Memantau BB sesuai
indikasi.
6. Minggu Nyeri akut berhubungan - Mengobservasi tanda- - TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
dengan kerusakan jaringan tanda vital.
03-6-2011
otak yang di tandai dengan Suhu :36.0 0 C.
Jam 07.00 Klien mengatakan nyeri
RR : 20 x/menit
pada luka robek di dahi
sebelah kanan, Klien tampak
kesakitan, Klien
tampak - Mengobservasi keluhan
- Skala nyeri 2 (0-10)
memegang kepalanya, Klien nyeri klien
tampak gelisah, Skala nyeri
5 ( 0-10), GCS : 12 - Mencatat petunjuk non- - Klien mau
( M 6, V 3, E 3 ), verbal berkaitan dengan menujukkan tempat
TD : 120/90 mm Hg,
nyeri. nyeri yang dirasakan
N : 80 x / menit,
Suhu : 36.0 0 C,
RR : 20 x / menit, Terdapat - Klien mau mengatur
69
7. Senin Perubahan perfusi jaringan - Mengobservasi tanda- - TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80 x/menit
cerebral berhubungan dengan tanda vital dan tingkat
04-6-2011
peningkatan tekanan intra kesadaran klien Suhu :36.0 0 C.
Jam 14.00 cranial yang di tandai dengan
RR : 20 x/menit
keluarga klien mengatakan
klien mengeluh kepalanya
- Berkolaborasi dengan - Infus RL 20
sakit, klien tampak gelisah,
dokter dalam pemberian Tetes/menit
kesadaran somnolent, GCS :
obat Injeksi ampicilin 3x1
12 ( M6,V3,E3 ),
gr ( IV )
TD : 120/90 mmHg,
Injeksi ketorolak 3x1
N : 80 x/menit,
ampul
0
S : 36.0 C,
Injeksi ranitidine 2x1
RR : 20x/menit, terdapat ampul
luka robek di dahi sebelah
kanan, oedem pada palpebra,
klien muntah. - Keluarga klien mau
- Memotivasi keluarga
mempertahankan
klien untuk
kepala klien 20-300
mempertahankan posisi
sesuai anjuran
kepala klien
perawat
II Senin Ketidakseimbangan nutrisi - Mengobervasi - Klien mau makan
kurang dari kebutuhan tubuh kemampuan klien untuk walaupun sedikit
04-6-2011
berhubungan dengan intake mendapatkan nutrisi
Jam 14.00 nutrisi tidak cukup untuk yang dibutuhkan
metabolisme yang ditandai
- Keluarga klien
dengan Keluarga klien
- Memantau lingkungan mengerti cara
mengatakan klien merasa
selama makan menjaga kebersihan di
mual setiap makan, Klien
sekitar klien
tampak lemah, Porsi makan
setengah porsi yang telah di - Klien mau makan
siapkan oleh RS, Bibir klien walaupun sedikit yang
tampak kering telah di sediakan oleh
- Mengkolaborasi dengan
ahli gizi untuk RS
70
dan nutrisi yang
dibutuhkan klien - Klien mau
menimbang BB
seminggu sekali
- Memantau BB sesuai
indikasi
N : 80 x/menit, dokter. gr ( IV )
71
S : 36.0 0 C, Injeksi ketorolak 3x1
ampul
RR : 20x/menit, terdapat luka
robek di dahi sebelah kanan, Injeksi ranitidine 2x1
oedem pada palpebra, klien ampul.
muntah.
10. Selasa Ketidakseimbangan nutrisi - Mengobervasi - Klien mua makan
kurang dari kebutuhan tubuh kemampuan klien untuk walaupun sedikit
05-6-2011
berhubungan dengan intake mendapatkan nutrisi
Jam 14.00 nutrisi tidak cukup untuk yang di butuhkan - Keluarga klien
metabolisme yang ditandai mengerti cara
dengan Keluarga klien - Memantau lingkungan menjaga kebersihan di
mengatakan klien merasa selama makan sekitar klien
mual setiap makan, Klien
tampak lemah, Porsi makan - Klien mau makan
indikasi.
72
TD : 120/90 mm Hg, nyeri. 20-300 sesuai yang
N : 80 x / menit, Suhu : 36.0
dianjurkan perawat.
0
C,
RR : 20 x / menit, Terdapat
luka robek di dahi sebelah
- Menganjurkan klien
kanan
untuk berada pada
posisi tidur yang
nyaman.
73
setengah porsi yang telah di
- Klien mau makan
siapkan oleh RS, Bibir klien
walaupun sedikit yang
tampak kering. - Mengkolaborasi dengan
telah di sediakan oleh
ahli gizi untuk
RS
memenuhi jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan klien
- Klen mau menimbang
BB seminggu sekali.
- Memantau BB sesuai
indikasi.
74
5. EVALUASI
No Tanggl Diagnosa Keperawatan Catatan perkembangan
1. Sabtu Perubahan perfusi jaringan cerebral S:Keluarga klien mengatakan klien
02-6-2011
berhubungan dengan peningkatan mengeluh kepalanya terasa sakit
Jam 14.00
tekanan intra cranial yang di tandai
dengan keluarga klien mengatakan O : - Kesadaran somnolent
klien mengeluh kepalanya sakit, klien
- GCS : 12 (M6,V3,E3)
tampak gelisah, kesadaran somnolent,
- Klien tampak gelisah
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD :
- Klien tampak teriak-teriak
120/90 mmHg,N : 80 x/menit, S :
- TD : 120 / 90 mmHg
36.0 0 C, RR : 20x/menit, terdapat
- Nadi : 74 x / mnt
luka robek di dahi sebelah kanan,
- Pernafasan : 20 x / mnt
oedem pada palpebra, klien muntah.
- Suhu 36.50 C
75
2. Sabtu Ketidakseimbangan nutrisi kurang S : Keluarga klien mengatakan klien belum
02-6-2011
dari kebutuhan tubuh berhubungan mau makan
Jam 14.00
dengan intake nutrisi tidak cukup
O:
untuk metabolisme yang ditandai
dengan Keluarga klien mengatakan - Klien tampak lemah,
- Porsi makan setengah porsi yang
klien merasa mual setiap makan,
telah di siapkan oleh RS,
Klien tampak lemah, Porsi makan - Bibir klien tampak kering.
setengah porsi yang telah di siapkan A : Masalah belum teratasi
oleh RS, Bibir klien tampak kering.
P : Lanjutkan intervensi perawatan
3. Sabtu Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien masih
02-6-2011
kerusakan jaringan otak yang di nyeri pada luka robek di dahi
Jam 14.00
tandai dengan Klien mengatakan sebelah kanan.
nyeri pada luka robek di dahi
O:
sebelah kanan, Klien tampak - Klien tampak kesakitan
kesakitan, Klien tampak memegang - Klien tampak memegang
76
mmHg,N: 80x/ menit, Suhu: 36.00C, - N : 80 x / menit
- Suhu : 36.0 0 C
RR : 20x/menit, Terdapat luka robek
- RR : 20 x / menit
di dahi sebelah kanan. - Terdapat luka robek di dahi
sebelah kanan.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi di lanjutkan
77
- Infus RL 20 tetes / menit
A : Masalah belum teratasi
6. Minggu Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien masih
03-6-2011
kerusakan jaringan otak yang di nyeri pada luka robek di dahi sebelah
Jam 07.00
tandai dengan Klien mengatakan
78
nyeri pada luka robek di dahi kanan
sebelah kanan, Klien tampak
O:
kesakitan, Klien tampak memegang - Klien tampak kesakitan
kepalanya, Klien tampak gelisah, - Klien tampak memegang
P : Intervensi di lanjutkan
79
3. Motivasi keluarga klien untuk
mempertahankan posisi kepala
klien
8. Senin Ketidakseimbangan nutrisi kurang S : Klien mengatakan mau makan
04-6-2011
dari kebutuhan tubuh berhubungan walaupun sedikit
Jam 14.00
dengan intake nutrisi tidak cukup
O:
untuk metabolism yang ditandai
dengan Keluarga klien mengatakan - Keadaan umum tampak lemah
klien merasa mual setiap makan, - Klien tampak lemah,
- Porsi makan setengah porsi yang
Klien tampak lemah, Porsi makan
telah di siapkan oleh RS,
setengah porsi yang telah di siapkan - Bibir klien tampak kering.
oleh RS, Bibir klien tampak kering. A : Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi di lanjutkan
80
4. Anjurkan klien untuk berada pada
posisi tidur yang nyaman.
10. Selasa Perubahan perfusi jaringan cerebral S : Keluarga klien mengatakan kepala klien
05-06-2011
berhubungan dengan peningkatan sakitnya berkurang
Jam 14.00
tekanan intra cranial yang di tandai
O:
dengan keluarga klien mengatakan
klien mengeluh kepalanya sakit, klien - Kesadaran composmetis
tampak gelisah, kesadaran somnolent, - GCS 15 (M 6, V 5, E 4)
GCS : 12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD : - Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
120/90 mmHg, N : 80 - Nadi : 80 x / menit
0
x/menit, S : 36.0 C, RR : 20x/menit, - Pernafasan : 20 x / menit
terdapat luka robek di dahi sebelah - Suhu : 37.50 C
kanan, oedem pada palpebra, klien A : Masalah teratasi sebagian
muntah.
P : Intervensi dilanjutkan
11. Selasa Ketidakseimbangan nutrisi kurang S :Klien mengatakan mau makan walaupun
05-06-2011
dari kebutuhan tubuh berhubungan sedikit
Jam 14.00
dengan intake nutrisi tidak cukup
O :
untuk metabolism yang ditandai
dengan Keluarga klien mengatakan - Keadaan umum tampak lemah
klien merasa mual setiap makan, - Klien tampak lemah,
- Porsi makan setengah porsi yang
Klien tampak lemah, Porsi makan
telah di siapkan oleh RS,
setengah porsi yang telah di siapkan - Bibir klien tampak kering.
oleh RS, Bibir klien tampak kering. A : Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi di lanjutkan
81
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memenuhi jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan klien
4. Pantau BB sesuai indikasi
12. Selasa Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
05-06-2011
kerusakan jaringan otak yang di nyerinya berkurang
Jam 14.00
tandai dengan Klien mengatakan
O:
nyeri pada luka robek di dahi
sebelah kanan, Klien tampak - Kesadaran composmetis
kesakitan, Klien tampak memegang - Klien tampak tenang
kepalanya, Klien tampak gelisah, - Klien tidak gelisah
Skala nyeri 5 (0-10), GCS : 12 A : Masalah teratasi sebagian
( M 6, V 3, E 3 ), TD : 120 / 90 mm
P : Intervensi dilanjutkan
Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0
C, RR : 20 x / menit 1. Ukur tanda-tanda vital.
2. Obsevasi keluhan nyeri klien
3. Catat petunjuk non-verbal
berkaitan dengan nyeri.
4. Anjurkan klien untuk berada pada
posisi tidur yang nyaman
13. Rabu Perubahan perfusi jaringan cerebral S : Klien mengatakan sakit kepalasudah
06-06-2011
berhubungan dengan peningkatan berkurang
Jam 14.00
tekanan intra cranial yang di tandai
O:
dengan keluarga
- Kesadaran composmetis
klien mengatakan klien mengeluh
- GCS 15 (M 6, V 5, E 4)
kepalanya sakit, klien tampak
- Tekanan darah : 120 / 90 mmHg
gelisah, kesadaran somnolent, GCS :
- Nadi : 80 x / menit
12 ( M 6, V 3, E 3 ),TD : 120/90
- Pernafasan : 20 x / menit
mmHg, N : 80 x/menit,
- Suhu : 37.50 C
0
S : 36.0 C, RR : 20x/menit, terdapat
A : Masalah sebagian teratasi
luka robek di dahi sebelah kanan,
oedem pada palpebra, klien muntah. P :Intervensi di lanjutkan
82
II Rabu Ketidakseimbangan nutrisi kurang S :Klien mengatakan mau makan
06-06-2011
dari kebutuhan tubuh berhubungan walaupun sedikit
Jam 14.00
dengan intake nutrisi tidak cukup
O:
untuk metabolism yang ditandai
dengan Keluarga klien mengatakan - Keadaan umum tampak lemah
klien merasa mual setiap makan, - Klien tampak lemah,
- Porsi makan setengah porsi yang
Klien tampak lemah, Porsi makan
telah di siapkan oleh RS,
setengah porsi yang telah di siapkan - Bibir klien tampak kering.
oleh RS, Bibir klien tampak kering. A : Masalah teratasi sebagian
P :Intervensi di lanjutkan
14. Rabu Nyeri akut berhubungan dengan S : Keluarga klien mengatakan klien
06-06-2011
kerusakan jaringan otak yang di nyerinya berkurang
Jam 14.00
tandai dengan Klien mengatakan
O:
nyeri pada luka robek di dahi
sebelah kanan, Klien tampak - Kesadaran composmetis
kesakitan, Klien tampak memegang - Klien tampak tenang
kepalanya, Klien tampak gelisah, - Klien tidak gelisah
Skala nyeri 5 (0-10), GCS : 12 A : Masalah sudah teratasi
( M 6, V 3, E 3 ), TD : 120 / 90 mm
P : Intervensi dilanjutkan
Hg, N : 80 x / menit, Suhu : 36.0 0
C, RR : 20 x / 1. Ukur tanda-tanda vital.
2. Obsevasi keluhan nyeri klien
3. Catat petunjuk non-verbal
berkaitan dengan nyeri.
4. Anjurkan klien untuk berada pada
posisi tidur yang nyaman,
83
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Cedera kepala meliputi trauma kepala, tengkorak, dan otak. Secara
anatomis otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit kepala, serta tulang
dan tentorium atau helem yang membungkusnya.
Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan
perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan,
serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirsakan juga oleh otak sebagai
akibat perputaran pada tindakan pencegahan (Doenges, 1989).
6.2 Saran
84
DAFTAR ISI
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Nurarif, Amin Huda, S.Kep., Ns dan Kusuma, Hardhi, S.Kep., Ns. 2015. Aplikasi
asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc
Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: Mediaction Publishing Jogjakarta.
85