Modul 2

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM SWITCHING

UNIT II : MULTI-PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS)

Disusun Oleh :
Kelompok : IV
Anggota Kelompok :
1. Aziz Muhammad Nadzir (14101043)
2. Johannes Nainggolan (14101061)
3. Maria Chris Tinna Tanggahma (14101098)

Asisten Praktikum :
1. Levana Rizki Daenira (16101236)
2. Nanda Alifia Annisa Fitri (16101241)

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI


S1 TEKNIK TELEKOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO
2017

UNIT I
MULTI-PROTOCOL LABEL SWITCHING (MPLS)
I. PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PRATIKUM
a. Mahasiswa mampu mengenal konsep dasar MPLS
b. Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja MPLS
c. Mahasiswa mampu mengetahui komponen komponen MPLS
d. Mahasiswa dapat mengerti tentang konsep forwarding dan routing pada
MPLS.
e. Praktikan dapat mengerti tentang pelabelan pada paket yang dikirimkan
berbasis MPLS
1.2 ALAT DAN BAHAN
a. Hardware :
1) Processor Intel(R) Core(TM) i3-5005U CPU @2.00Ghz
2) RAM 2048 MB
b. Software :
1) GNS3-0.8.2-BETA2-Win64-All-in-One
2) Cisco 7200 IOS Image 56

II. DASAR TEORI


II.1 Teknologi Multi-Protocol Label Switching (MPLS)
Teknologi ATM ( Asynchronous Transfer Mode ) dan Frame relay
memiliki sifat connection-oriented, dimana setiap virtual circuit harus di
setup dengan protokol pensinyalan sebelum melakukan transmisi. IP bersifat
connectionless dimana protokol routing menentukan arah pengiriman paket
dengan bertukar info routing. MPLS ( Multiprotocol Label Switching )
mewakili konvergensi kedua pendekatan ini[1].
Gambar 2.1.1 Perkembangan MPLS[1]
MPLS merupakan arsitektur network yang di definisikan oleh IETF
untuk memadukan mekanisme label swapping dilayer 2. Teknologi MPLS
adalah teknik untuk mengintegrasikan IP dengan ATM dalam jaringan
backbone yang sama. Dengan MPLS maka dapat diperoleh keuntungan
diantaranya[2]:
1) Mengurangi banyaknya proses pengolahan di IP routers, serta
memperbaiki proses pengiriman suatu paket data.
2) Menyediakan Quality of Service (QoS) dalam jaringan backbone,
sehingga setiap layanan paket yang dikirimkan akan mendapat
perlakuan sesuai dengan skala prioritas.

A. Definisi MPLS
MPLS adalah teknologi penyampaian paket pada jaringan
backbone berkecepatan tinggi. Asas kerjanya menggabungkan beberapa
kelebihan dari sistem komunikasi circuit-switched dan packet-switched
yang melahirkan teknologi yang lebih baik dari keduanya. Teknologi
MPLS mempersingkat proses-proses yang ada di Routing IP Tradisional
dengan mengandalkan sistem label switching. Konsep utama MPLS
adalah teknik penempatan label dalam setiap paket yang dikirim melalui
jaringan ini[3].
B. Komponen MPLS
Gambar 2.2.1 Komponen MPLS[3]
1) Label Switched Path (LSP) merupakan jalur yang melalui satu atau
serangkaian LSR dimana paket diteruskan oleh label swapping dari
satu MPLS node ke MPLS node yang lain.
2) Label Switching Router (LSR) adalah router yang mendukung MPLS
forwarding. Maksudnya, MPLS node yang mampu meneruskan paket-
paket layer 3. LSR biasa disebut juga dengan P (Provider) router
3) MPLS Edge Node atau Label Edge Router (LER) yaitu MPLS node
yang menghubungkan sebuah MPLS domain dengan node yang berada
diluar MPLS domain.
4) MPLS Egrees Node yaitu MPLS node yang mengatur trafik saat paket
meninggalkan MPLS domain.
5) MPLS Ingress Node yaitu MPLS node yang mengatur trafik saat akan
memasuki MPLS domain.
6) MPLS Label merupakan label yang ditempatkan sebagai MPLS
header. Header tambahan ini diletakkan diantara layer 2 dan IP header.
7) MPLS Node yaitu Node yang menjalankan MPLS. MPLS node ini
sebagai kontrol protokol yang akan meneruskan paket yang diterima
berdasarkan label.
C. Paket MPLS
MPLS hanya melakukan enkapsulasi paket IP dengan
menempelkan header MPLS pada suatu paket. Header MPLS terdiri atas
32 bit, dibagi menjadi 4 bagian : 20 bit digunakan untuk Label, 3 bit
untuk fungsi experimental, 1 bit untuk fungsi stack, dan 8 bit untuk time-
to-live (TTL). Header MPLS berperan sebagai perekat antara header
layer 2 dan layer 3. Label adalah bagian dari header, memiliki panjang
yang bersifat tetap, dan merupakan satu-satunya tanda identifikasi paket.

Gambar 2.3.1 Header paket MPLS[3]


Pada gambar diatas merupakan gambar format MPLS header paket
dengan beberapa rincian yaitu :
1) Label Value (LABEL) yaitu field yang terdiri dari 20 bit yang
merupakan nilai dari label tersebut. Nilai label tersebut contohnya
alamat IP, besar data, jenis data dan lain-lain.
2) Experimental Use (EXP) yaitu secara teknis field ini digunakan
untuk keperluan eksperimen yaitu untuk menunjukkan antrian data
yang masuk dan penjadwalan pengiriman paket. Selain itu, EXP
dapat digunakan untuk menangani indikator QoS dalam sebuah
pengiriman data.
3) Bottom of Stack (STACK) adalah sebuah paket memungkinkan
menggunakan lebih dari satu label. Field ini digunakan untuk
mengetahui label stack yang paling bawah. Label yang paling bawah
dalam stack memiliki nilai bit 1 sedangkan yang lain diberi nilai bit
0. Hal ini sangat diperlukan pada proses label stacking.
4) Time-to-Live (TTL) merupakan field yang biasanya merupakan hasil
salinan dari IP TTL header yang membantu dalam proses
pendeteksian dan penghentian looping dari paket MPLS.[3]
D. Arsitektur MPLS
Multiprotocol Label Switching (MPLS) merupakan teknik yang
menggabungkan kemampuan pengaturan switching yang ada dalam
teknologi ATM dengan fleksibilitas network layer yang dimiliki
teknologi IP.
Konsep utama MPLS ialah teknik penempatan label dalam setiap
paket yang dikirim melalui jaringan ini. MPLS bekerja dengan cara
melabeli paket-paket data dengan label, untuk menentukan rute dan
prioritas pengiriman paket tersebut yang didalamnya memuat informasi
penting yang berhubungan dengan informasi routing suatu paket,
diantaranya berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus
dikirimkan terlebih dahulu.
Teknik ini biasa disebut dengan label switching. Dengan informasi
label switching yang didapat dari routing network layer, setiap paket
hanya dianalisa sekali di dalam router di mana paket tersebut masuk ke
dalam jaringan untuk pertama kali. Router tersebut berada di tepi dan
dalam jaringan MPLS yang biasa disebut dengan LSR. Dengan teknik
MPLS maka akan mengurangi teknik pencarian rute dalam setiap router
yang dilewati setiap paket, sehingga pengoperasian jaringan dapat
dioperasikan dengan efektif dan efisien mengakibatkan pengiriman paket
menjadi lebih cepat.

Gambar 2.4.1 Konsep MPLS[3]


Jaringan MPLS terdiri atas sirkit yang disebut label-switched path
(LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label-switched
router (LSR). LSR pertama dan terakhir disebut ingress dan egress.
Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah forwarding equivalence class (FEC)
diidentifikasikan pemasangan label, yang merupakan kumpulan paket
yang menerima perlakukan forwarding yang sama di sebuah LSR. LSP
dibentuk melalui suatu protokol persinyalan yang menentukan
forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan
berukuran tetap untuk mempercepat proses forwarding.
Router dalam melakukan pengambilan keputusan ditentukan oleh
semua sumber informasi yang dapat dikerjakan oleh sebuah label
switching dengan melihat nilai suatu label yang panjangnya tertentu.
Tabel ini biasa disebut Label Forwarding Information Base (LFIB).
Sebuah label akan digunakan sebagai sebuah indeks suatu node dan akan
digunakan untuk memutuskan tujuan selanjutnya, dengan pergantian
label di dalam node tersebut. Label lama digantikan oleh label baru, dan
paket akan dikirimkan ke tujuan selanjutnya. Karenanya sebuah label
switching akan membuat pekerjaan router dan switch menjadi lebih
mudah dalam menentukan pengiriman suatu paket. MPLS ini akan
memperlakukan switch-switch sebagai suatu peer-peer, dan mengontrol
feature yang secara normal hanya dapat berjalan di jaringan ATM.
Dalam jaringan MPLS sekali suatu paket telah dibubuhi label,
maka tidak perlu lagi terdapat analisa header yang dilakukan oleh router,
karena semua pengiriman paket telah dikendalikan oleh label yang
ditambahkan tersebut.[3]

II.2 Aplikasi GNS3 (Graphical Network Simulator 3)


GNS3 (Graphic Network Simulator) adalah software simulasi jaringan
komputer berbasis GUI yang mirip dengan Cisco Packet Tracer. Namun
pada GNS3 memungkinkan simulasi jaringan yang komplek, karena
menggunakan operating system asli dari perangkat jaringan seperti cisco
dan juniper. Sehingga kita berada kondisi lebih nyata dalam
mengkonfigurasi router langsung daripada di Cisco Packet Tracer. GNS3
adalah alat pelengkap yang sangat baik untuk laboratorium nyata bagi
network engineer, administrator dan orang-orang yang ingin belajar untuk
sertifikasi seperti Cisco CCNA, CCNP, CCIP dan CCIE serta Juniper
JNCIA, JNCIS dan JNCIE[4].
III. HASIL DATA
Pada modul ini, praktikan melakukan percobaan tentang teknologi MPLS,
praktikan menggunakan software GNS3 untuk merancang simulasi MPLS.
Praktikan membuat topologi jaringan dengan konfigurasi OSPF.

Gambar 2.3.1 Topologi Jaringan MPLS

Tabel 2.3.1 Tabel Pengalamatan IP


Nama Interface IP Address Subnet mask Default
Device Gateway
Router 1 Fa1/0 172.16.1.2 255.255.255.252 N/A
Lo0 11.11.11.11 255.255.255.255 N/A
Router 2 Fa1/0 172.16.1.1 255.255.255.252 N/A
Fa1/1 10.10.10.1 255.255.255.252 N/A
Lo0 12.12.12.12 255.255.255.255 N/A
Router 3 Fa1/0 10.10.10.2 255.255.255.252 N/A
Fa1/1 20.20.20.2 255.255.255.252 N/A
Lo0 13.13.13.13 255.255.255.255 N/A
Router 4 Fa1/0 20.20.20.1 255.255.255.252 N/A
Fa1/1 172.16.2.1 255.255.255.252 N/A
Lo0 14.14.14.14 255.255.255.255 N/A
Router 5 Fa1/0 172.16.2.2 255.255.255.252 N/A
La0 15.15.15.15 255.255.255.255 N/A
Ketika topologi jaringan sudah terbentuk, praktikan mengkonfigurasikan
tiap router agar terhubung antara router satu dengan router lainnya.
1. Konfigurasi Router 1
R1>enable
R1#configure terminal
R1(config)#interface fastEthernet 1/0
R1(config-if)#ip address 172.16.1.2 255.255.255.252
R1(config-if)#no shutdown
R1(config-if)#exit
R1(config)#interface loopback 0
R1(config-if)#ip address 11.11.11.11 255.255.255.255
R1(config-router)#wr mem

2. Konfigurasi Router 2
R2>enable
R2#configure terminal
R2(config)#interface fastEthernet 1/0
R2(config-if)#ip address 172.16.1.1 255.255.255.252
R2(config-if)#no shutdown
R2(config-if)#exit
R2(config)#interface fastEthernet 1/1
R2(config-if)#ip address 10.10.10.1 255.255.255.252
R2(config-if)#no shutdown
R2(config)#interface loopback 0
R2(config-if)#ip address 12.12.12.12 255.255.255.255
R2(config-if)#exit
R2(config)#router ospf 10
R2(config-router)#network 172.16.1.0 0.0.0.3 area 0
R2(config-router)#network 10.10.10.0 0.0.0.3 area 0
R2(config-router)#network 12.12.12.12 0.0.0.0 area 0
R2(config-router)#wr mem
3. Konfigurasi Router 3
R3>enable
R3#configure terminal
R3(config)#interface fastEthernet 1/0
R3(config-if)#ip address 10.10.10.2 255.255.255.252
R3(config-if)#no shutdown
R3(config-if)#exit
R3(config)#interface fastEthernet 1/1
R3(config-if)#ip address 20.20.20.2 255.255.255.252
R3(config-if)#no shutdown
R3(config)#interface loopback 0
R3(config-if)#ip address 13.13.13.13 255.255.255.255
R3(config-if)#exit
R3(config)#router ospf 10
R3(config-router)#network 20.20.20.0 0.0.0.3 area 0
R3(config-router)#network 10.10.10.0 0.0.0.3 area 0
R3(config-router)#network 13.13.13.13 0.0.0.0 area 0
R3(config-router)#wr mem

4. Konfigurasi Router 4
R4>enable
R4#configure terminal
R4(config)#interface fastEthernet 1/0
R4(config-if)#ip address 20.20.20.1 255.255.255.252
R4(config-if)#no shutdown
R4(config-if)#exit
R4(config)#interface fastEthernet 1/1
R4(config-if)#ip address 172.16.2.1 255.255.255.252
R4(config-if)#no shutdown
R4(config)#interface loopback 0
R4(config-if)#ip address 14.14.14.14 255.255.255.255
R4(config-if)#exit
R4(config)#router ospf 10
R4(config-router)#network 172.16.2.0 0.0.0.3 area 0
R4(config-router)#network 20.20.20.0 0.0.0.3 area 0
R4(config-router)#network 14.14.14.14 0.0.0.0 area 0
R4(config-router)#wr mem

5. Konfigurasi Router 5
R5>enable
R5#configure terminal
R5(config)#interface fastEthernet 1/0
R5(config-if)#ip address 172.16.2.1 255.255.255.252
R5(config-if)#no shutdown
R5(config-if)#exit
R5(config)#interface loopback 0
R5(config-if)#ip address 15.15.15.15 255.255.255.255
R5(config-router)#wr mem
Untuk melihat perubahannya, maka praktikan lakukan verifikasi sebagai berikut :
1. Melihat route yang telah dikenali berdasarkan settingan yang dibuat dan route
yang didapat dari tetangga. Gunakan perintah show ip route.

Gambar 2.3.2 IP route R2

2. Mengaktifkan MPLS
R2(config)#int fa1/1
R2(config-if)#mpls label pro idp
R2(config-if)#mpls ip
R2(config-if)#^z
R2#wr mem
R2#show mpls forwaring-table

Gambar 2.3.3 Hasil forwarding table


3. Praktikan dapat melihat informasi interface. Dengan memasukan perintah
"show ip interface brief".

Gambar 2.3.4 IP address yang terhubung dengan Router 4


4. Dapat mengecek apakah router antar router sudah terhubung. Dapat dilakukan
pengecekkan dengan memasukan perintah "ping" dan diikuti dengan alamat ip
yang ingin di cek.

Gambar 2.3.5 Ping oleh R5


5. Dapat melihat tabel routing pada MPLS-VPN dengan menggunakan show ip
route.
Gambar 2.3.6 Route yang terhubung di R2
6. S pada static routing dapat melakukan next-hop ke network selanjutnya,
misalkan router 2 ke network 172.16.2.0/30.
R2#tranceroute 172.16.2.2

Gambar 2.3.7 Hasil trance oleh R2


7. Dapat melihat status bgp sudah running atau belum dengan mengetik perintah
"show ip bgp summary". Console akan menampilkan BGP dengan neighbor
dengan kondisi yang sudah up dalam kondisi tertentu. Misal BGP dengan
neighbor 12.12.12.2 (R2) kondisinya sudah up selama 2 menit 4 detik.
IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada modul ini, praktikan melakukan percobaan tentang teknologi MPLS,
praktikan menggunakan software GNS3 untuk merancang simulasi MPLS.
Perangkat yang praktikan gunakan dalam perancangan simulasi MPLS adalah
menggunakan lima buah router yang dihubungkan dengan jenis kabel straight.
Router pada jaringan MPLS yang akan meneruskan paket yang diterimanya
disebut MPLS node. MPLS node memiliki dua arsitektur yaitu MPLS control
plane dan MPLS forwarding plane. Ada beberapa hal yang perluh diperhatikan
pada control plane, seperti IGP(Interior Gaateway Protocol), dimana IGP
digunakan untuk traffic engineering pada jaringan MPLS yang merupakan
protokol link state(OSPF). Praktikan membuat topologi jaringan dengan
konfigurasi OSPF.
Praktikan membuat topologi jaringan dan men-setting masing-masing
router. Konfigurasi router untuk R1 dengan menggunakan layar Console router
R1. Setelah router terhubung ke router, maka network administrator harus
memasuki privileged mode terlebih dahulu konfigurasi dapat diubah dengan
perintah configure terminal untuk memasuki global configuration mode yang
kemudian diikuti dengan baris-baris konfigurasi. Setelah baris-baris
konfigurasi dituliskan, masukan perintah interface network yang mau di setting,
misalnya #interface fastEthernet 1/0. Selanjutnya, masukan perintah ip address,
dikuti dengan alamat ip router dan subnet mask-nya, misalnya #ip address
172.16.1.2 255.255.255.252, untuk interface fa1/0. Selanjutnya, masukan perintah
exit untuk kembali ke global configuration mode. Agar dapat membuat loopback
pada router R1 dengan perintah #interface loopback 0, kemudian memberikan
alamat loopback 0 dengan perintah #ip address 11.11.11.11 255.255.255.255.
Loopback diperluhkan dalam jaringan OPSF. Loopback dapat digunakan jika
menghubungkan dua router atau lebih router secara independen, misalnya DLSW,
BGP dsb.
Praktikan mengkonfigurasikan router R2. Memberikan alamat IP pada
jaringan interface yang terhubung dengan router R2 yaitu dengan masuk ke
interface network. Interface fa1/0 diberikan alamat IP-nya 172.16.1.1/30,
sedangkan interface fa1/1 diberikan alamat IP-nya 10.10.10.1/30. Untuk
loopback-nya diberikan alamat IP-nya 12.12.12.12 dengan subnet mask
255.255.255.255. Selanjutnya membuat jaringan OSPF pada router R2, dengan
masuk ke mode config dan masukan perintah "router ospf 10". Konfigurasikan
router dengan perintah "network" diikuti dengan alamat IP, wildcard mask -nya
dan area yang digunakan adalah area 0. Misalnya, #network 172.16.0 0.0.0.3 area
0.
Perintah yang digunakan untuk konfigurasi pada router R3 sama dengan
perintah yang digunakan pada router R2. Di router R3, praktikan memberikan
alamat IP pada jaringan interface yang terhubung dengan router R3. Pemberian
alamat IP untuk interface fa1/0 yaitu 10.10.10.2/30, alamat IP untuk interface
fa1/1 yaitu 20.20.20.2/30 sedangkan untuk loopback-nya diberi alamat IP-nya
13.13.13.13 dengan subnetmask-nya 255.255.255.255. Kemudian menjalankan
protokol OSPF pada router R3 dengan perintah "router ospf 10". Lalu,
konfigurasikan router dengan perintah "network" diikuti dengan alamat IP,
wildcard mask -nya dan area yang digunakan adalah area 0. Network yang di
konfigurasikan adalah 20.20.20.0/30, 10.10.10.0/30 dan 13.13.13.13. Setiap
network yang akan dimasukan kedalam area 0.
Praktikan mengkonfigurasikan router R4. Perintah yang digunakan sama
dengan yang digunakan pada router R2 dan R3. Karena router R2, R3 dan R4
akan dibangun jaringan MPLS, router R4 juga di setting menggunakan protokol
OSPF. router R4 juga membuat membuat loopback dengan alamat IP-nya
14.14.14.14 dan subnet mask-nya 255.255.255.255.
Kemudian men-setting router R5 dengan memberikan alamat IP pada
interface fa1/0 yaitu 172.16.2.1/30. Interface berikutnya membuat loopback 0
dengan alamat IP-nya 15.15.15.15 dan subnet mask-nya 255.255.255.255.
Konfigurasi pada setiap router diakhiri dengan menggunakan perintah #wr mem,
penggunaan perintah ini bertujuan untuk menyimpan pengaturan yang tadi telah
praktikan lakukan pada setiap router. Hal ini dilakukan agar saat boot jaringan
dapat terkoneksi antar perangkat.
Praktikan melihat beberapa perubahan yang terjadi pada topologi jaringan
dengan melakukan verifikasi. Salah satu nya adalah dengan menggunakan
perintah #show ip route. Perintah ini akan menampilkan tabel routing pada router.
Dari gambar 2.3.2 dapat dilihat bahwa default gateway-nya belum di set dan ada
dua kode yang muncul yaitu "O" dan "C". Simbol "O" menandakan jaringan
OSPF, pada layar console router R2 menampilkan untuk jaringan OSPF -nya yang
terbentuk adalah dengan alamat 20.20.20.0 dengan alamat router berikutnya
10.10.10.2. Arti dari [110/2] setelah alamat IP protokol OSPF adalah nomor
pertama dalam kurung merupakan jarak administratif sumber informasi; angka
kedua adalah metrik untuk rute. Sedangkan 00:06:56 adalah waktu update untuk
jaringan tersebut. Sedangkan kode "C" menandakan jaringan terkoneksi. Dapat
dilihat pada gambar tersebut, alamat IP 172.16.1.0 dengan interface fa1/0
langsung terkoneksi.
Melihat perubahan yang terjadi ketika mengaktifkan MPLS. Praktikan
men-setting router R2, masuk pada network interface fa1/1, masukan perintah
#mpls label pro idp, #mpls ip dan #no shutdown. Setelah itu simpan dengan
perintah #wr mem. Untuk dapaat mengamati perubahan yang terjadi, masukan
perintah "show mpls forwarding-table", dimana perintah ini akan menampilkan
tabel jaringan MPLS.
Label lokal adalah label yang LSR ini memberikan dan mendistribusikan
ke LSR lainnya. Dengan demikian, LSR ini mengharapkan berlabel paket untuk
datang ke sana dengan label ini sebagai yang teratas di tumpukan label. Jika LSR
ini adalah untuk menerima paket diberi label dengan label top 21, LSR akan
menukar label dengan label 17 dan kemudian meneruskannya pada interface
fa0/1. Ini adalah contoh dari kasus forwarding label-to-label.
Jika LSR ini menerima paket dengan top label 16,LSR menghapus semua
label dan meneruskan paket sebagai paket IP, karena label outgoing adalah tanpa
label. Ini adalah contoh dari kasus label-to-IP. Jika LSR menerima paket dengan
top label 17, LSR bisa menghilangkan label atas (pop satu label) dan meneruskan
paket sebagai paket yang berlabel atau sebagai paket IP.
Kemudian untuk mengecek apakah router yang ingin di cek itu
aktif(terkoneksi) dengan menggunakan perintah "ping" yang diikuti dengan
alamat IP router tujuan. Tes yang dilakukan oleh router R5 pada alamat
172.16.1.2, dimana pesan yang dikirim sebanyak 5 pesan dengan ukuran 100 byte
dan kegagalan waktu pengiriman 2 detik. Presentase keberhasilan pengiriman
paket sebesar 80% dengan minimal putaran perjalanannya 268 m, rata-ratanya 281
m dan maksimalnya 296 m.
Praktikan menggunakan perintah "traceroute", dimana perintah ini
berfungsi untuk mengetahui jalur yang ditempuh untuk mencapai suatu node.
Berdasarkan gambar 2.3.7, ada empat langkah untuk mengirim paket dari router
R1 ke alamat IP 172.16.2.2. Kemudian traceroute mengirimkan 3 buah paket
probe tipe UDP dari port sumber berbeda, dengan TTL bernilai 1. Saat paket
tersebut mencapai router next-hop, TTL paket akan dikurangi satu sehingga
menjadi 0, dan router next-hop akan menolak paket UDP tersebut dan di waktu
yang bersamaan mengirimkan paket ICMP Time-to-Live Exceeded ke node asal
traceroute tersebut. Dengan cara ini, pengirim traceroute tahu alamat IP pertama
dari jalur yang ditempuh. Proses ini akan diulang terus paket UDP yang
dikirimkan mencapai alamat IP tujuan traceroute. Selanjutnya dapat dilihat dari
gambar tersebut terdapat tanda bintang(*) pada TTL, ini menandakan bahwa paket
probe yang dikirim sudah kadaluarsa.
Kemudian praktikan melihat perubahan yang terjadi pada koneksi BGP
dengan peritah #show ip bgp summary. Perintah tersebut digunakan untuk
menampilkan informasi ringkas tentang status semua koneksi BGP.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Berikut ini merupakan kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan
yang dilakukan pada Modul II tentang MPLS adalah :
1. Penggunaan perintah ping dan traceroute dapat mengetahui round-trip
time (RTT), dimana waktu yang diperlukan untuk mengirim paket dan
mendapatkan jawaban kembali.
2. Perintah #show ip bgp summary, digunakan untuk menampilkan informasi
ringkas tentang status semua koneksi BGP
3. Loopback dapat digunakan untuk menghubungkan dua router atau lebih
secara independen
4. Perintah "wr mem" bertujuan untuk menyimpan pengaturan yang telah
dilakukan pada setiap router.

V.2 Saran
Berikut ini merupakan saran yang dapat diberikan dari percobaan yang
dilakukan pada Modul II tentang MPLS yaitu :
1. Pratikan membaca dan memahami modul sebelum mengikuti pratikum.
2. Praktikan diharapkan ikut berperan aktif dalam kegiatan praktikum
switching seperti menjawab pertanyaan, mencatat dan praktek lahkah kerja
praktikum serta mentaati tata tertib laboratorium.
3. Topologi jaringan bisa dibuat berbentuk tree
4. Analisa perbedaan kualitas jaringan dengan yang menggunakan loopback
dan tidak menggunakan loopback
DAFTAR PUSTAKA

[1] Bachruddin, Fahraini.(2012). Modul Komunikasi Data. [Diakses 8 April


2017].
[2] Rijayana, Iwan.(2005). TEKNOLOGI MULTI PROTOCOL LABEL
SWITCHING (MPLS) UNTUK MENINGKATKAN PERFORMA
JARINGAN. ISBN: 979-756-061-6. . [Diakses 8 April 2017].
[3] Handayani, Novia K, dkk. Simulasi Jaringan Multiprotocol Label Switching
(MPLS) Menggunakan Graphical Network Simulator (GNS3). [Diakses 8
April 2017].
[4] Dewannanta, Didha.(2013). GNS3, Simulator Jaringan Komputer. [Online]
http://ilmukomputer.org/2013/01/29/gns3/. [Diakses 8 April 2017].

Anda mungkin juga menyukai