Laporan Praktikum Sergum Tepung Legum Dan Pembuatan Produknya
Laporan Praktikum Sergum Tepung Legum Dan Pembuatan Produknya
Laporan Praktikum Sergum Tepung Legum Dan Pembuatan Produknya
Oleh :
Kelompok 6 Kelas A
1. Annisa Zega NIM 1507102
2. Arisya Apilia NIM 1506355
3. Ika Mustikawati NIM 1506358
4. Kemal Ahmad Rivai NIM 1507116
5. Susanna Noviana Nababan NIM 1507524
3.2 Pembahasan
IV. Penutup
4.1.1 Kesimpulan
1. Densitas kamba dan daya serap air tepung kacang hijau lebih tinggi dari
padatepung kedelai, serta daya serap minyak tepung kedelai lebih tinggi
dari pada tepung kacang hijau.
2. Semakin tinggi tambahan tepung komposit semakin tinggi pengaruhnya
pada hasil pengolahannya.
3. Mutu cookies dan brownies kacang kedelai lebih baik dari pada mutu
kacang hijau.
4.2.1 Saran
Pada saat praktikum hendaknya lebih kondusif teliti dan hati-hati untuk
mengurangi kesalahan pada saat pengambilan data.
Daftar Pustaka
AOAC. 2016. Analisis Pangan. www.analisispangan.com.
Astawan, M. 2009. Membuat mie dan bihun. Penebar Swadaya. Jakarta.
Astuti dkk, 2014. Formulasi dan Karakterisasi Cake Berbasis Tepung Komposit
Organik Kacang Merah, Kedelai dan Jagung. Institut Pertanian Bogor.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 3 (2) 2014.
Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3728-1995. Syarat Mutu Tepung
Kacang Hijau. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional.
Daftar Pustaka
Astuti, dkk. (2014). Formulasi dan Karakterisasi Cake Berbasis Tepung Komposit
Organik Kacang Merah, Kedelai dan Jagung. Institut Pertanian Bogor.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. 3 (2) hlm. 54-59.
Cauvain, S.P. and Young, L.S. (2006). The Chorleywood Bread Process.
Woodhead Publishing, Cambridge.
Ferawati, dkk. (2014). Evaluasi Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensori Roti Dari
Tepung Komposit Terigu, Ubi Kayu, Kedelai, dan Pati Kentang denga
Penambahan Xanthan Gum. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian,
Vol.2 No.1, hlm. 76-84.
Jisha, S & Padmaja, G. (2009). Whey Protein Concentrate Fortified Baked Goods
from Cassava-Based Composite Flours: Nutritional and Functional
Properties. Food Bioprocess Technology, 4(1): 92101.
Mudjajanto dan Yulianti. (2004). Membuat Aneka Roti. Jakarta: Penebar
Swadaya.
SNI. (1992). Mutu dan Cara Uji Biskuit. Badan Standardisasi Nasional. Prosiding
Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Jakarta.
Wilderjans et al. (2008). The role of gluten in a pound cake system: A model
approach based on glutenstarch blends. Food Chem. 2008; 110: 909915.
Yu, et al. (2009). Impact of amylase content on starch retrogradation and texture
of cooked milled rice during storage. J. Cereal Sci. 2009; 50: 139144.
Mie
Produk yang dibauat selanjutnya dalam praktikum adalah mie basah yang
disubstitusikan dengan tepung kacang hijau dan tepung kedelai. Mie basah yang
dibuat dalam praktikum kali ini adalah mie basah matang dimana mie melalui
proses perebusan dengan kadar air 35% dan mie basah matang yaitu mie basah
yang telah melalui proses perebusan dan mengandung kadar air 52% dan daya
simpannya relatif sebentar sekitar 40 jam. (Astawan, 2006). Pada pembuatn mie
hal-hal yang harus diperhatikan adalah pemilihan tepung terigu sebaiknya
menggunakan tepung terigu dengan kadar gluten 8-12% karena gluten ini akan
memberikan tekstur elastis pada mie yang dibuat (Widiyaningsih dan Murtini,
2006). Selain itu faktor yang harus diperhatikan dalam membuat adonan
pembuatan mie adalah jumlah air yang ditambahakan, lama pengadukan, dan
suhunya (Sunaryo,1985). Pengadonan harus sampai kalis. Begitu juga saat
perebusan, api yang digunkaan saat perebusann haruslah api besar agar perebusan
berlangsung secara singkat sehingga mencegah mie menjadi lembek karena
banyaknya air yang masuk ke dalam mie (Astawan 2006).
Dari hasil pengamatan karakteristik sensori warna mie yang dihasilkan
tergantung dari komposisi bahan yang digunakan warna kuning pada mie
substitusi tepung kedelai dihasilkan dari tepung kedelai yang memang berwarna
kuning, selain bahan-bahan yang digunakan pengukusan juga mempengaruhi
warna yang dihasilkan. Untuk aroma sendiri mie yang dihasilkan bau amis hal ini
karena penambahan telur pada adonan mie sedangkan aroma lainnya berasal dari
tepung yang digunkan. Untuk rasa mie basah yang dihasilkan rasanya hambar
kecuali pada mie basah substitusi tepung kedelai 10% rasanya sedikit asin. Rasa
asin ini berasal dari penambahan garam, akan tetapi pada umumnya mie basah
yang dihasilkan harusnya hambar atau tidak berasa karena penambahan garam
sendiri sangat sedikit. Untuk kemudahan pembentukan pilinan mie sendiri mudah
tidak menempel karena ditaburi oleh tepung terigu dan menggunakan noodle
maker.
Untuk testur dari mie kenyal, elastis,agak kasar dan permukaannya kering
hal ini dipengaruhi oleh beberapa bahan yang ditambahkan dalam pembuatan mie
basah ini. Tepung terigu dengan kadar gluten 8-12% akan memberikan tekstur
elastis pada mie yang dibuat. (Widiyaningsih dan Murtini, 2006). Penambahan
garam dapur berfungsi untuk memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas
dan elastisitas mie serta untuk mengikat air, selain itu garam juga berfungsi untuk
menghambat enzim protease dan amilase sehingga tidak bersifat lengket dan tidak
mengembang secara berlebihan (Astawan, 2006). Penggunaan soda kue yang
berfungsi untuk mempercepat pengikatan gluten, meningkatkan fleksibilitas dan
elastisitas mie, meningkatkan kehalusan mie serta meningkatkan sifat kenyal dari
mie. Penggunaan CMC juga mempengaruhi tekstur mie dimana CMC menambah
sifat kekenyalan atau elastisitas dari mie basah sehingga ketika dibentuk tidak
mudah putus. Untuk kenampakan keseluruhannya rata-rata mie yag dihasilkan
menempel setelah proses pengukusan tetapi jika sudah dimasak mie basah tidak
lagi menempel, warnanyapun seragam untuk masing-masing mie yang dihasilkan.
Mie yang sudah dikukus tidak mudah putus berbeda dengan mie yang dilakukan
pemasakan mudah putus dan teksturnya tidak sekenyal mie pada umumnya.
Cookies
Cookies merupakan salah satu jenis makanan ringan yang memiliki kadar
air kurang dari 4% dan terbuat dari tepung, gula, dan lemak (Muchtadi, 2010).
Menurut SNI 01-2973-1992, cookies merupakan salah satu jenis biskuit yang
dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak dan gula tinggi, relatif renyah, dan bila
dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat.
Pada praktikum kali ini, kelompok kami menggunakan bahan dasar tepung
kedelai dan tepung kacang hijau yang dilakukan oleh kelompok lain. Pembuatan
cookies memerlukan tepung dengan penghasil gluten yang rendah. Karenanya,
penggunaan tepung kedelai ataupun tepung kacang hijau ini dapat diprediksi akan
lebih bagus teksturnya yang menggunakan tepung kacang hijau. Hal ini karena
kandungan protein yang dimiliki oleh kacang kedelai lebih banyak daripada
kacang hijau. Sehingga gluten yang dihasilkannya pun sedikit dan tidak terjadi
pengembangan yang signifikan.
Setelah dibuat, hasilnya pun lebih baik yang menggunakan tepung kacang
hijau. Hanya saja untuk aroma dan rasa masih ada yang terlalu amis. Hal
semacam ini terjadi karena pada saat pengolahan memungkinkan pencampuran
telur yang terlalu banyak ataupun pengadukan yang tidak begitu merata saat
pengulenan. Berbeda dengan pembuatan mie dan roti yang telah dilakukan. Pada
pembuatan cookies ini lebih mudah dan praktis juga tidak membutuhkan kondisi
adonan hingga kalis. Namun yang perlu diperhatikan adalah suhu pemanggangan
agar kenampakan permukaan yang dihasilkan merata dan tidak over cook
(gosong).
Brouwnis
Warna permukaan brownies baik itu subtitusi kacang hijau dn kacang
kedelai memiliki warna coklat tua. Hal ini disebabkan akibat penambahan coklat
sejumlah 20 % dan juga pengovenan pada suhu 180C warna dari keberadaan
tepung subtitusi tidak berbedanyata artinya tidak mempengaruhi warna dari
brownies. Sedangkan warna permukaan dan warna bagian cookies tepung
subtitusi kacang hijau hijau kecoklatan. Warna hijau kecoklatan ini diakibatkan
warna klorofil pada tepung kacang hijau (tanpa dikupas) yang turut menjadi bahan
dasar pembuatan cookies. Jika ditambahakn lagi tepung kacang hijau maka warna
hijau akan semakin terlihat. Hal ini juga berlaku pada subtitusi kacang kedelai,
yang mana sesuai tabel dinyatakan bahwa warna bagian dalam kuning kecoklatan.
Adanya warna kecoklatan pada semua sampel diakibatkan reaksi millard yaitu
reaksi gula pereduksi dengan asam amino yang tidak signifikan sehingga warna
semua sampel relatif lebih coklat-gelap.
Keberadaan tepung subtitusi pada brownies tidak mempngaruhi aroma dan
rasa yang dihasilkan, sebab aroma dan rasa yang timbul secara spesifik adalah
aroma coklat. Berbeda halnya pada produk cookies, dengan penambahan tepung
subtitusi kacang hijau dan kedelai turut mempengaruhi aroma serta rasa khas
cookies tersebut, maka semakin tinggi tepung subttusi yang ditambahkan, akan
semakin tinggi pula aroma yang dihasilkan.
Sedangkan pengembangan terhadap brownies dan cookies terlihat tidak
mengembang secara signifikan. Terlihat bahwa memang brownies akan lebih
mengembang dibandingkan cookies, sebab kepadatannya lebih renggang daripada
cookies. Keberadaan tepung subtitusi berperan dalam pengembangan brownies
yaitugluten yang terdapat pada tepung terigu akan mempu mengembangkan
adonan lebih baik. Sedangkan pada cookies akan membuat tekstur adonan
berrongga.
Dalam hal ini tahapan yang memerlukan pengendalian adalah saat
pencampuran air dengan bahan kering yaitu tepatnya dalam membuat adonan.
Serta penambahan coklat pada brownies, coklat yang ditambahkan jangan terlalu
berlebihan sebab jika berlebihan akan menimbulkan rasa pahit pada brownies.
Disamping itu pula yang perlu pengendalian adalah saat pemnggangan, karena
proses pemanggangan yang baik adalah suhu dan waktu yang digunakan sesuai
dan terkontrol.
IV. Penutup
4.1.3 Kesimpulan
1. Roti Substitusi memiliki tekstur yang lebih keras dan cenderung lebih
renyah daripada tekstur roti pada umumnya.
2. Mie substitusi kacang hijau memiliki karakteristik lebih bagus dari pada
mie substitusi kacang kedelai.
3. Brownies substitusi kacang kedelai memiliki karakteristik lebih bagus
daripada brownies substitusi kacang hijau. Hal ini disebabkan karena
tingkat pengembangan, perubahan adonan, serta tekstur brownies
substitusi kacang kedelai yaitu lembut dan empuk, tingkat pengembangan
adonannya lebih tinggi, serta terdapat minyak di bagian bawahnya.
4. Cookies substitusi kacang hijau memiliki karakteristik yang lebih baik
daripada cookies substitusi kacang kedelai. Dilihat dari tekstur dan tingkat
pengembangannya yang lebih renyah karena banyaknya pati yang
terkandung dalam kacang hijau dan juga pengaruh dari margarin.
5. Faktor yang mempengaruhi warna pada roti, mie, cookies, dan roti yaitu
kandungan klorofil (pigmen warna) pada tepung itu sendiri. Begitupun
dengan aroma, rasa, dan kenampakan sangat dipengaruhi oleh bahan baku
itunya sendiri.
Daftar Pustaka