Makalah Muskuloskeletal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TUTORIAL

MATA KULIAH KEPERAWATAN DEWASA II


MASALAH MUSKULOSKELETAL

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Keperawatan Dewasa II yang bertemakan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam melakukan asuhan keperawatan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca.
Makalah ini kami akui masih jauh dari kata sempurna karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 6 Mei 2015

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur atau patah tulang merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan
tulang dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.Trauma yang
menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.
Pada penderita fraktur, nyeri merupakan masalah yang paling sering dijumpai. Foley
dick, 2000 mengumpulkan data sebanyak 85% pasien fraktur mengelihkan nyeri. Nyeri dapat
dibedakan menjadi dua, yakni nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut datangnya tiba-tiba
atau singkat, dapat hilang dengan sendiri, dapat diprediksi, dan merupakan reaksi fisiologi
akan sesuatu yang berbahaya
Nyeri pada fraktur bersifat kronis, nyeri kronis tidak dapat diprediksi sehingga
membuat pasien frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologi (Purwandari, 2008).
Pasien nyeri fraktur yang mengalami stres, maka tekanan darahnya akan meningkat dan
denyut jantung bekerja semakin cepat, sehingga dapat menurunkan sistem imun yang
berdampak negatif bagi tubuh

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah pengertian fraktur?
2) Apa klasifikasi fraktur?
3) Apa etiologi dari fraktur?
4) Apa patofisiologi dari fraktur ?
5) Bagaimana manifestasi klinis penyakit fraktur?
6) Apa komplikasi awal dan komplikasi lama dari fraktur?
7) Faktor apa yang mempengaruhi penyembuhan fraktur?
8) Bagaimana penatalaksanaan medis fraktur?
9) Apa asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus skenario 2?

1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem muskuloskeletal.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya
(Brunner, 1997). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan/atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidajat, 2003).
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang
bersifat sebagian atau total. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keaaan tulang
itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang
terjadi lengkap atau tidak lengkap.
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak
lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada beberapa keadaan trauma
muskoloskeletal, fraktur dan dislokasi terjadi bersamaan. Hal ini erjadi apabila
disamping kehilangan hubungan yang normal antara kedua permukaan tulang disertai
pula fraktur persendiaan tersebut.

2.2 klasifikasi Fraktur


1. Menurut jumlah garis fraktur :
a. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
b. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
c. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)

2. Menurut luas garis fraktur :


a. Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
b. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
c. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang)

3. Menurut bentuk fragmen :


a. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
b. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
c. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
a. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
1) Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan sedikit, kontaminasi
ringan, luka <1 cm.
2) Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar, luka >1 cm.
3) Luka besar sampai 8 cm, kehancuran otot, kerusakan
neurovaskuler,kontaminasi besar.

b. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)

2.3 Etiologi
Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
2. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit di atasnya.
3. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
4. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.
5. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan
kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat
yang rendah.
6. Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio
dan orang yang bertugas dikemiliteran.

2.4 Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya
gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic, patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah
menurun. COP menurun maka terjadi peubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edem lokal maka penumpukan di dalam
tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat
menimbulkan ganggguan rasa nyaman nyeri.
Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler yang menimbulkan
nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau. Disamping itu fraktur terbuka dapat
mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan
lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selaian
itu dapat mengenai tulang.

2.5 Manifestasi Klinis


1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya
perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam
jaringan yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan.

2.6 komplikasi awal dan komplikasi lama dari fraktur


secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan komlikasi lama.
1. Komplikasi lama
a. Syok
Syok terjadi karena kehilanagan banyak darah dan meningkatkan permeabilitas
kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.hal ini biasanya terjadi
pada fraktur. Pada kondisi tertentu, shok neurologik sering terjadi pada fraktur
femur karena rasa sakit yang hebat pada pasien.
b. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak adanya nadi; CRT
(Cappilary Reffile Time) menurun; sianosis bagian distal; hematoma yang lebar;
serta dingin pada ektremitas yang disebabkan oleh tindakan emergency
pembidaian; perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
c. Sindrom Kompartement
Sindrom kompartement adalah kondisi dimana terjadi otot, tulang, syaraf, dan
pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema
atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Kondisi
sindrom kompartemen akibat komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur yang
dekat dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda
khas untuk sindrom kompartemen adalah 5P, yaitu: pain (nyeri lokal), paralysis
(kelumpuhan tulang), pallor (pucat bagian distal), parestesia (tidak ada sensasi),
dan pulsesessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak
baik, dan CRT > 3 detik pada bagian distal kaki).
d. Infeksi
Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
ortopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) dan masuk ke dalam. Hal ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
bahan lain dalam pembedahan seperti pin (ORIF dan OREF) atau plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
volkmans ischemia.
f. Sindrom Emboli Lemak
Sindrom emboli lemak (fat embolism syndrom-FES) adalah komlikasi serius
yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel
lemak yang dihasilkan sum-sum tulang kuning masuk ke aliran darah yang
ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi, takipnea, dan
demam.
2. Komplikasi Lama
a. Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan tulang untuk sembuh atau tersambung dengan baik. Ini
disebabkan karena penurunan suplai darah ke tulang. Delayed union adalah
fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk
anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah)
b. Non-Union adalah fraktur yang tidak sembuh dalam waktu antara 6-8 bulan dan
tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu).
Pseudoarthritis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi juga dapat terjadi bersama
infeksi yamg disebut sebagai infected pseudoarthrosis.
c. Mal-Union adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat
deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, pemendekan, atau menyilang,
misalnya pada fraktur radius-ulna.

2.6 Faktor-faktor Penyembuhan Fraktur


Faktor Deskripsi
Umur Penderita Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat
daripada orang dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena
aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum,
serta proses remodeling tulang. Pada bayi proses penyembuhan
sangat cepat dan aktif, namun kemampuan ini akan berkuran
apabila umur bertambah.
Lokasi dan Konfigurasi Lokasi fraktur memegang peranan penting. Fraktur metasis
Fraktur penyembuhannya lebih cepat daripada diafisis. Disamping itu
konfigurasi fraktur seperti fraktur transversal lebih lambat
penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur oblik karena
kontak yang lebih banyak.
Pergeseran Awal Fraktur Pada fraktur yang tidak bergaser dimana periosteum tidak
bergeser, maka penyembuhan dua kali lebih cepat dibandingkan
pada fraktur yang bergeser.
Vaskularisasi Pada Kedua Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik,
Fragmen maka penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Namun, apabila
salah satu sisi fraktur faskularisasinya buruk, maka akan
menghambat atau bahkan tidak terjadi tautan yang dikenal
dengan non-union.
Reduksi Serta Imobilisasi Posisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk
vaskularisasi yang lebihbaik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi
yang semurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan
pembuluh darah yang akan mengganggu dalam penyembuhan
fraktur.
Waktu Imobilisasi Jika imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan
sebelum terjadi tautan (union), maka kemungkinan terjadinya
non-union sangat besar.
Ruangan diantara kedua Jika ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteum
fragmen serta interposisi maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan
oleh jaringan lunak menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
Faktor adanya infeksi dan Infeksi dan keganasan akan memperpanjang proses inflamasi
keganasan lokal lokal yang akan menghambat proses penyembuhan dari fraktur.
Cairan sinovia Pada persendian, dimana terdapat cairan sinovia, merupakan
hambatan dalam penyembuhan fraktur.
Gerakan aktif dan pasif Gerakan akti dan pasif pada anggota gerak akan meningkatkan
pada anggota gerak vaskularisasi daerah fraktur, tetapi gerakan yang dilakukan pada
daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan
mengganggu vaskularisasi.
Nutrisi Asupan nutrisi yang optimal dapat memberikan suplai kebutuhan
protein untuk proses perbaikan. Pertumbuhan tulang menjadi
lebih dinamis bila ditunjang dengan asupan nutrisi yang optimal.
Vitamin D Vitamin D mempengaruhi deposisi dan absorbsi tulang. Vitamin
D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorbsi tulang seperti
yang terlihat pada kadar horman paratiroid yang tinggi. Vitamin
D dalam jumlah yang sedikit akan membantu kalsifikasi tulang
(membantu kerja hormone paratiroid), antara lain dengan
meningkatkan absorbsi kalium dan fosfat oleh usus halus.

2.7 Penatalaksanaan Fraktur

2.8 Asuhan keperawatan yang sesuai dengan kasus skenario 2


Tn. S (usia 30 tahun) mengalami kecelakaan lalu lintas saat mengendarai sepeda motor.
Hasil rontgen menunjukkan Tn. S mengalami Closed fracture shaft femur dextra.
Saat ini pasien dirawat di ruang Mawar RS Harapan Bangsa, terpasang skin traksi dan akan
menjalani operasi ORIF. Hasil pemeriksaanfisik: kesadaran composmentis, TD: 110/70
mmHg, Nadi: 80 x/m, pernapasan: 20x/m, Terdapat edema di paha kanan, shortening 2 cm.
Pasien mengatakan merasakan nyeri skala 5 (skala 0-10), ekspresi klien menahan nyeri.
Pasien dapat merasakan sensasi sentuh pada jemari kaki kanan dan pasien dapat melakukan
unkle pump.
Hasil pemeriksaan lab darah; HB: 13 (13,2-17,3 gr/dl), hematokrit: 40 (33-40%), leukosit:
12,3 (5,0-10,0 ribu/ul), trombosit: 362(150-440 ribu/ul), eritrosit:n5,28 (4.40-5.90 juta/ul).

Identitas Klien
Nama : Tn. S
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : laki- laki
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : Jln Nitikan Baru, gang Leo No 1, yokyakarta
Pendidikan : SMA
Diagnosa Keperawatan
NO DATA PROBLEM ETIOLOGI
DS : Nyeri akut Agen cidera fisik :
- pasien mengatakan merasa nyeri skala 5 close fraktur femur
- PQRST dextra
P : adanya Close fracture femure
dextra karena kecelakaan lalu lintas
Q : nyeri tekan/tertarik beban skin
traksi
R : femur dextra
S : skala 5
T : menetap (nyeri hanya di femur)
DO :
Ekspresi klien menahan nyeri
Hasil rontgen menunjukkan Tn. S
mengalami Close fracture femure
dextra.
Shortening 2 cm
Terdapat edema di paha kanan

PRIORITAS DIAGNOSA

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (inflamasi dengan pembengkakan)
Perencanaan

NO DIAGNOSA TUJUAN(NOC) INTERVENSI RASIONALISASI


1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Pain management:
b/d agen keperawatan selama 3x24
cidera fisik. jam pasien akan Kaji nyeri secara Untuk
menunjukan pain control komprehensif mengetahui
dengan kriteria hasil : lokasi, perkembangan
Mengenali karakteristik, nyeri yang di
serangan nyeri durasi/onset, rasakan klien
skala 5 frekuensi, qualitas,
Menggunakan intensitas dan Untuk
bantuan dengan faktor pencetus mengetahui apa
non analgesic skala Observasi isyarat yang dirasakan
5 ketidaknyamanan, klien melalui
Menggunakan terutama pada pengamatan
bantuan analgesic mereka yang dapat secara non
skala 5 berkomunikasi verbal
Melaporkan secara efektif
perubahan tanda Pastikan pasien Untuk
nyeri pada tenaga ingat pada mengingatkan
kesehatan perawatan pasien agar
professional skala analgesic selalu ingat
5 minum obat
Melaporkan cara Gunakan strategi
mengkontrol nyeri komunikasi
skala 5 terapeutik untuk Agar pasien
mengakui lebih nyaman
pengalaman rasa dan terbuka
sakit dan dalam
menyampaikan menceritakan
penerimaan dari keluhannyan
respon pasien
terhadap nyeri Untuk
Jelajahi mengetahui
pengetahuan dan pengetahuan
keyakinan pasien dan keyakinan
tentang nyeri klien terhadap
nyeri yang
dialami
Bantu pasien dan sehingga
keluarga untuk perawat tahu
mencari dan edukasi apa yag
memberikan tepat untuk
dukungan pasien
Agar keluarga
Ajarkan tehnik non dan pasien
farmakologi seperti saling
hypnosis, terapi bersinergis
music, relaksasi dll untuk
kesembuhan
Ajarkan prinsip pasien dan
manajemen nyeri mampu
memberikaan
dukungan
Dorong pasien
untuk Agar pasien
menggunakan obat dapat
penghilang rasa menerapkan
sakit yangmemadai tehnik non
farmakologi
untuk
mengontrol
nyerinya

Agar pasien
dapat
mengontrol
nyeri jika nyeri
dirasakan secara
mandiri

Untuk
memastikan
agar pasien
bersedia minum
obat secara
teratur
IMPLEMENTASI & EVALUASI

No Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


keperawatan
1. Kamis 30 Nyeri akut b/d 10.00 WIB
April 2015 agen cidera fisik. 1. Menanyakan S:
lokasi, Pasien
karakteristik, mengatakan
durasi nyerinya sudah
intensitas, berkurang
frekuensi, dan Pasien
qualitas nyeri mengatakan
saat ini hanya
2. Mengamati merasakan
ekspresi non nyeri ketika
verbal klien ditekan pada
dalam menahan area fraktur
nyeri Pasien
3. Melakukan mengatakan
perawatan skin selalu minum
traksi serta obat secara
mengamati teratur
kepatenan dan
fungsi skin
traksi O:
4. Mengajarkan Tampak menahan
tehnik relaksasi nyeri saat di tekan
nafas dalam pada area fraktur
5. Memberikan Pasien tampak
obat analgesic mampu
untuk memprktikan
meredakan nyeri tehnik nafas dalam
6. Mendorong Skin traksi
pasien untuk terpasang dengan
minum obat baik dan sudah
secara teratur tidak ada edema
A : Nyeri akut teratasi
sebagian
P:
Memantau skin
traksi dan ttv 2
jam kemudian
Mengobservasi
perkembangan
nyeri klien 2 jam
lagi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
sebagian atau total. Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keaaan tulang itu sendiri, serta
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau
tidak lengkap.

3.2 Saran
Mahasiswa mampu lebih memahami masalah muskuloskeletal dan memahami cara
penanganannya
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R. Wim de jong. 2005 Buku ajar ilmu bedah edisi 2, EGC
2. Syaifuddin.1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat.edisi-2. Jakarta : EGC.
3. Apley, A. Graham , Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya Medika,
Jakarta, 1995
4. Helmi, Z Noor. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeleta, Jakarta. Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai