Bab 2
Bab 2
Bab 2
BAB 2
PEMERIKSAAN BAHAN CAMPURAN
2.1 PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang bahan-bahan campuran yang akan
digunakan dalam pembuatan beton. Beton merupakan suatu bahan konstruksi yang
banyak digunakan pada pekerjaan struktur bangunan di Indonesia karena banyak
keuntungan yang diberikan diantaranya adalah bahan-bahan pembentuknya mudah
diperoleh, mudah dibentuk, mampu memikul beban yang berat, tahan terhadap
temperatur yang tinggi, biaya pemeliharaan kecil.
Beton dibuat dari campuran homogen antara pasir, kerikil, semen, dan air
dengan perbandingan tertentu dan dapat ditambah dengan bahan campuran tertentu
atau admixture apabila dianggap perlu. Pada dasarnya beton memiliki sifat dasar,
yaitu kuat terhadap tegangan tekan dan lemah terhadap tegangan tarik. Kuat tekan
beton dipengaruhi oleh jenis bahan penyusunnya, jika bahan penyusunnya bagus,
solid maka nantinya akan menghasilkan beton yang mempunyai kuat tekan tinggi.
Semen adalah suatu bahan yang adhesive dan kohesive yang
memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang
padat. Semen digunakan untuk merekatkan batu, bata, batako, dan bahan bangunan
lainnya.
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No. 1737-1989-F).
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai
bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen
hidraulik atau adukan. Agregat merupakan komponen utama dari struktur
perkerasan perkerasan jalan, yaitu 90% 95% agregat berdasarkan persentase
berat, atau 75% 85% agregat berdasarkan persentase volume. Agregat dibedakan
menjadi dua macam yaitu agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasir).
Kerikil atau gravel adalah batuan kecil yang berasal dari pecahan batu
granit. Pada umumnya ukuran kerikil berkisar antara 4,8 mm 40 mm. Kerikil
merupakan salah satu komponen penyusun beton. Fungsi kerikil dalam campuran
beton ialah sebagai bahan penguat karena gradasi butirannya bervariasi.
Pasir adalah salah satu agregat halus yang digunakan dalam bahan
campuran untuk membuat beton. Butiran pasir berkisar antara 0,0625 mm 2 mm.
Pada umumnya materi pembentuk pasir adalah silikon. Pasir adalah bahan
bangunan yang banyak dipergunakan dari struktur paling bawah hingga paling atas
dalam bangunan. Sebagai bahan campuran beton, pasir tidak boleh berlumpur dan
mengandung bahan organik. Pasir yang baik adalah pasir dengan ukuran butir yang
bervariasi, karena akan mengurangi regangan yang terjadi.
Air adalah bahan dasar yang penting dalam bahan campuran beton. Air
yang baik untuk bahan campuran beton adalah air yang memiliki kadar pH antara
4,5 8,5. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga dapat menjadi
bahan perekat antara agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil) serta bahan
campuran beton lainya.
Admixture atau bahan tambahan yang dicampurkan dalam membuat beton
umumnya menggunakan bahan kimia atau bahan lainnya dengan tujuan untuk
menghasilkan beton berkualitas tinggi.
Tujuan dari pemeriksaan bahan campuran beton adalah untuk mengetahui
kualitas bahan yang akan digunakan dalam pembuatan beton agar dapat
menghasilkan beton dengan kualitas baik. Bahan campuran yang akan digunakan
dalam membuat beton harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan, sehingga
beton yang dihasilkan dapat mempunyai ketahanan, keawetan, dan kualitas yang
baik.
2.2.1.3 Peralatan
Percobaan kehalusan semen menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya sebagai berikut:
1. Saringan No. 100 4. Kuas
2. Saringan No. 200 5. Sieve shaker
3. Timbangan 6. Pan dan cover
2.2.1.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan kehalusan semen
disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
W4 W1
F1 = 100%
W3
188 165
= 100%
500
4,600%
W5 W2
F2 = 100%
W3
287 150
= 100%
500
27,400%
Keterangan:
W1 : berat saringan No. 100 (g)
W2 : berat saringan No. 200 (g)
W3 : berat semen (g)
W4 : berat semen tertahan + saringan No. 100 (g)
W5 : berat semen tertahan + saringan No. 200 (g)
10
2.2.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat
dilihat bahwa persentase semen yang tertahan di atas saringan No. 100 adalah
4,600% dan semen yang tertahan di atas saringan No. 200 adalah 27,400%. Dapat
disimpulkan bahwa semen yang digunakan pada percobaan tidak memenuhi syarat
karena semen tersebut disimpan di tempat yang terbuka sehingga semen tersebut
menggumpal membentuk butiran-butiran kecil dan banyak yang tertahan pada
saringan.
11
2.3.1.3 Peralatan
Percobaan pH air menggunakan beberapa peralatan untuk menunjang
terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya sebagai berikut:
1. Cawan
2. Indikator universal
12
(1) (2)
Gambar 2.2 Peralatan Percobaan pH Air
13
2.3.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pH air
dalam percobaan ini adalah 7 yang berarti netral. Dapat disimpulkan bahwa air yang
digunakan dalam percobaan sesuai dengan pH yang diizinkan sehingga air tersebut
aman digunakan untuk pencampuran beton.
14
2.3.2.3 Peralatan
Percobaan kadar bahan padat dalam air menggunakan beberapa peralatan
untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya sebagai
berikut:
1. Gelas ukur 100 ml
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot plate
15
16
2.3.2.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan kadar bahan padat
dalam air disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
W2 W1
Bahan Padat 100 mg/liter (ppm)
S
17630,000 17610,000
100
100,000
200,000 ppm
Keterangan:
W1 : berat cawan (g)
W2 : berat cawan + berat kering residu (g)
S : volume air (ml)
Persyaratan kadar bahan padat yang diizinkan untuk bahan campuran
beton maksimum 2000 ppm.
2.3.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat
dilihat bahwa kadar bahan padat dalam air adalah 200,000 ppm. Dapat disimpulkan
bahwa kadar bahan padat dalam air di bawah batas maksimum sehingga air tersebut
diizinkan dan aman digunakan dalam pencampuran beton.
17
2.3.3.3 Peralatan
Percobaan kadar bahan organik dalam air menggunakan beberapa
peralatan untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya
adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 100 ml
2. Cawan
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Hot plate
7. Lilin
8. Korek gas
18
(7) (8)
Gambar 2.5 Peralatan Percobaan Kadar Bahan Organik dalam Air
19
2.3.3.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan kadar bahan organik
dalam air disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
W2 W1
Bahan Organik 100 mg/liter (ppm)
S
17630,000 17590,000
100
100,000
400,000 ppm
Keterangan:
W1 : berat residu pada cawan yang dipijarkan (g)
W2 : berat residu pada cawan (g)
S : volume air (ml)
Persyaratan kadar bahan organik yang diizinkan untuk bahan campuran
beton maksimum 2000 ppm.
20
2.3.3.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat
dilihat bahwa kadar bahan organik dalam air adalah 400,000 ppm. Dapat
disimpulkan bahwa air yang digunakan pada percobaan memiliki kadar bahan
organik di bawah maksimum sehingga air tersebut diizinkan dan aman digunakan
dalam pencampuran beton.
21
2.3.4.3 Peralatan
Percobaan kadar bahan tersuspensi dalam air menggunakan beberapa
peralatan untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya
adalah sebagai berikut:
1. Gelas ukur 1000 ml
2. Beaker glass 1000 ml
3. Oven
4. Timbangan
5. Desikator
6. Botol semprot
7. Kertas saring
22
(7)
Gambar 2.6 Peralatan Percobaan Kadar Bahan Tersuspensi dalam Air
23
2.3.4.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan kadar bahan
tersuspensi dalam air disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
W2 W1
Bahan Tersuspensi 100 mg/liter (ppm)
S
3780,000 3770,000
100
1000,000
10,000 ppm
Keterangan:
W1 : Kertas saring yang telah dioven (g)
W2 : Kertas saring dan residu (g)
S : Volume air (ml)
24
2.3.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat
dilihat bahwa kadar bahan tersuspensi dalam air adalah 10,000 ppm. Dapat
disimpulkan bahwa air yang digunakan dalam percobaan memiliki kadar bahan
tersuspensi di bawah maksimum sehingga air tersebut diizinkan dan aman
digunakan dalam penggunaan campuran beton.
25
Hasil Persyaratan
No. Uraian
Pemeriksaan Umum
Keadaan Air :
1. Jernih Jernih
Jernih/Keruh/Kotor
2. Rasa Air Tawar Tawar
3. Bau Air Tidak Berbau Tidak Berbau
4. pH Air 7 4,5 8,5
Maksimum 2000
5. Kadar Bahan Padat 200,000 ppm
mg/liter (ppm)
Maksimum 2000
6. Kadar Bahan Organik 400,000 ppm
mg/liter (ppm)
Maksimum 2000
7. Kadar Bahan Tersuspensi 10,000 ppm
mg/liter (ppm)
26
2.4.1.3 Peralatan
Percobaan analisis saringan agregat kasar menggunakan beberapa
peralatan untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya
adalah sebagai berikut:
1. Sieve shaker
2. Saringan: 3, 1 , , 3/8, No. 4
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
27
(5) (6)
Gambar 2.7 Peralatan Percobaan Analisis Saringan Agregat Kasar
2.4.1.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan analisis saringan
agregat halus disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
Berat Tertahan = Berat Saringan Berat Saringan
653,000 608,000
45,000 g
Jumlah Berat Tertahan = Jumlah Berat Tertahan dari Saringan
Teratas
0,000 0,000 45,000
45,000 g
29
30
31
2.4.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan analisis saringan agregat kasar ini, persentase
agregat yang lolos saringan 3 dan 1 adalah 100%, sedangkan pada saringan 1
agregat yang lolos adalah 95,337%. Pada saringan agregat yang lolos adalah
57,306%, sedangkan pada saringan 3/8 agregat yang lolos sebesar 3,731%. Pada
saringan No. 4 agregat yang lolos sebesar 0,933%.
32
2.4.2.3 Peralatan
Percobaan berat jenis dan penyerapan agregat kasar menggunakan
beberapa peralatan untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun
alat-alatnya adalah sebagai berikut:
1. Dunagan test set
2. Saringan No. 4
3. Oven
4. Cawan
33
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.8 Peralatan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
34
2.4.2.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasl perhitungan dari percobaan berat jenis dan
penyerapan agregat kasar disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
C
Bulk Spesific Gravity
AB
4839,000
5213,000 3070,000
2,258
A
Bulk Spesific Gravity (SSD)
AB
5213,000
5213,000 3070,000
2,433
35
C
Apparent Spesific Gravity
CB
4839,000
4839,000 3070,000
2,735
AC
Absorption 100%
C
5213,000 4839,000
100%
4839,000
7,729%
Dimana:
A : berat contoh kering permukaan (SSD) (g)
B : berat contoh dalam air (g)
C : berat contoh kering (setelah dioven) (g)
36
Nomor Sampel
Parameter Rata-rata
I II
A Berat contoh jenuh kering permukaan (g) 5213 5186 5199,500
B Berat contoh dalam air (g) 3070 3148 3109,000
C Berat contoh kering (g) 4839 4949 4894,000
D Bulk specific gravity 2,258 2,428 2,343
E Bulk specific gravity (SSD) 2,433 2,545 2,489
F Apparent specific gravity 2,735 2,748 2,742
G Absorption (%) 7,729 4,789 6,259
37
2.4.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh nilai rata-rata Bulk Specific Gravity adalah 2,343, sedangkan nilai rata-
rata Bulk Specific Gravity pada keadaan SSD sebesar 2,489. Nilai rata-rata untuk
Apparent Specific Gravity adalah 2,742 dan untuk rata-rata Absorption adalah
6,259%.
38
2.4.3.3 Peralatan
Percobaan bobot isi agregat menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Timbangan
2. Batang pemadat
3. Container (Mold 6)
4. Meja getar
5. Mistar perata
6. Jangka sorong
39
40
2.4.3.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan bobot isi agregat kasar
disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
CA
Berat isi agregat kasar lepas =
V
11238,000 7202,000
=
3207,567
= 1,258 g/cm3
41
CA
Berat isi agregat kasar padat =
V
11941,000 7202,000
=
3207,567
= 1,477 g/cm3
Dimana:
A : berat container (g)
C : berat container berikut isinya (g)
V : volume container (cm3)
42
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat container (g) 7202,000 7920,000 7304,000
Berat container + agregat (g) 11238,000 11972,000 11654,000
Berat agregat (g) 4036,000 4052,000 4350,000
Volume container (cm3) 3207,567 3286,260 3189,068
Berat isi agregat (g/cm3) 1,258 1,233 1,364
Berat isi rata-rata agregat (g/cm3) 1,285
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat container (g) 7202,000 7920,000 7304,000
Berat container + agregat (g) 11941,000 12515,000 12195,000
Berat agregat (g) 4739,000 4595,000 4891,000
Volume container (cm3) 3207,567 3286,260 3189,068
Berat isi agregat (g/cm3) 1,477 1,398 1,534
Berat isi rata-rata agregat (g/cm3) 1,470
43
2.4.3.7 Kesimpulan
Prosedur-prosedur percobaan bobot isi agregat lepas dan padat pada
dasarnya sama saja, tetapi memiliki perbedaan yang signifikan. Bobot isi agregat
lepas tidak melalui proses pemadatan tiga lapisan sebanyak 25 kali dan meja getar
selama 5 menit, sedangkan bobot isi agregat padat melalui tahap itu semua.
Data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh rata-
rata bobot isi agregat kasar lepas 1,285 g/cm3, rata-rata bobot isi agregat kasar padat
1,470 g/cm3. Mengacu pada hasil percobaan bobot isi agregat kasar yang melalui
proses pemadatan jauh lebih besar bobot isinya dibandingkan dengan bobot isi
agregat lepas.
44
2.4.4.3 Peralatan
Percobaan kadar air agregat menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Tin box
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator
45
(1) (2)
(3) (4)
Gambar 2.10 Peralatan Percobaan Kadar Air Agregat Kasar
46
2.4.4.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan kadar air agregat kasar
disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
Berat air (A) = W2 W3
= 47,440 44,680
= 2,760
Berat contoh kering (B) = W3 W1
= 44,680 10,070
= 34,610
A
Kadar air (w) = 100%
B
2,760
= 100%
34,610
= 7,975%
Keterangan :
W1 : Berat tin box
W2 : Berat tin box + contoh basah
W3 : Berat tin box + contoh kering
A : Berat air
B : Berat contoh kering
47
48
2.4.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dari berbagai macam agregat mengandung kadar air yang berbeda-beda.
Kadar air pada percobaan 1 adalah 7,975%, percobaan 2 adalah 9,564%, dan
percobaan 3 adalah 10,467%. Rata-rata kadar air agregat dari ketiga percobaan
adalah 9,335%.
49
2.4.5.3 Peralatan
Percobaan kadar lumpur dan lempung agregat kasar menggunakan
beberapa peralatan untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun
alat-alatnya adalah sebagai berikut:
1. Saringan No. 4
2. Timbangan
3. Oven
4. Tin box
50
(3) (4)
Gambar 2.11 Peralatan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Kasar
2.4.5.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan kadar lumpur dan
lempung disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
AB
Kadar lumpur dan lempung = 100%
A
51,600 49,990
= 100%
51,600
= 3,221%
Dimana:
52
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat agregat kering (semula) + tin box (g) 51,600 48,520 49,000
Berat agregat kering (akhir) + tin box (g) 49,990 48,180 48,540
Berat tin box (g) 9,580 10,110 8,520
Berat agregat kering (semula) (g) 42,020 38,410 40,480
Berat agregat kering (akhir) (g) 40,410 38,070 40,020
Kadar lumpur dan lempung (%) 3,221 0,706 0,948
Kadar lumpur dan lempung rata-rata (%) 1,625
53
2.4.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dalam agregat kasar memiliki kandungan kadar lumpur dan lempung yang berbeda-
beda dan diperoleh kadar lumpur lempung rata-rata sebesar 1,625%. Disimpulkan
bahwa kadar lumpur dan lempung pada agregat kasar yang diuji dalam di bawah
syarat umum yaitu 5%.
54
2.4.6.3 Peralatan
Percobaan keausan agregat menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Los angeles abrasion machine
2. Bola baja
3. Talam
4. Saringan No. 12
5. Pan
55
(1) (2)
57
2.4.6.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan keausan agregat
disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
AB
Keausan = 100%
A
5000,000 3701,000
= 100%
5000,000
= 25,980%
Dimana:
58
59
2.4.6.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat diketahui bahwa keausan agregat yang diuji cobakan adalah 25,980%.
Hal ini menunjukkan bahwa permukaan agregat tersebut memiliki kekerasan yang
cukup sehingga selisih antara berat total agregat semula dan berat setelah melalui
proses penyraingan dengan saringan No. 12 tidak terlalu jauh..
60
61
2.4.7.3 Peralatan
Percobaan analisis bentuk agregat menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Jangka sorong
2. Cawan
3. Timbangan
4. Oven
(1) (2)
(3) (4)
2. Mengukur panjang (P), lebar (L), dan tebal (T) dari masing-masing butiran
agregat, kemudian memasukkan dalam klasifikasinya.
P > 3L : Panjang
P > 3T : Pipih
P < 3L dan L < 3T : Baik
3. Menimbang agregat yang berbentuk panjang (B), berbentuk pipih (C), dan juga
menimbang total berat agregat yang digunakan (A).
4. Menghitung persentase butiran agregat yang tergolong panjang dan pipih.
2.4.7.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari analisis bentuk agregat disertai
contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
BC
Persentase agregat panjang & pipih 100%
A
15,000 59,000
100%
539,000
= 13,729%
Persentase yang diizinkan maksimum 20%.
63
64
2.4.7.7 Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum dan hasil percobaan yang telah dilakukan,
didapatkan persentase agregat panjang dan pipih sebesar 13,729%. Dapat
disimpulkan bahwa agregat yang dilakukan pada percobaan memenuhi syarat yaitu
di bawah 20%.
65
2.5.1.3 Peralatan
Percobaan analisis saringan agregat halus menggunakan beberapa
peralatan untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya
adalah sebagai berikut:
1. Sieve shaker
2. Saringan: No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No. 100, No. 200
3. Pan dan cover
4. Timbangan
5. Oven
66
(5) (6)
Gambar 2.14 Peralatan Percobaan Analisis Saringan Agregat Halus
67
2.5.1.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan analisis saringan
agregat halus disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
Berat Tertahan = Berat Saringan Berat Saringan
593,000 405,000
188,000 g
Jumlah Berat Tertahan = Jumlah Berat Tertahan dari Saringan
Teratas
188,000 g
68
69
No. 16
255,000 409,000 154,000 342,000 38,908 61,092
(1,18 mm)
No. 30
401,000 647,000 246,000 588,000 66,894 33,106
(0,60 mm)
No. 50
250,000 361,000 111,000 699,000 79,522 20,478
(0,30 mm)
No. 100
244,000 384,000 140,000 839,000 95,449 4,551
(0,15 mm)
No. 200
235,000 271,000 36,000 875,000 99,545 0,455
(0,075 mm)
70
2.5.1.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan analisis saringan agregat kasar ini, persentase
agregat yang lolos saringan No. 8 sebesar 78,612% sedangkan agregat yang lolos
saringan No. 16 adalah 61,092%. Pada saringan No. 30 agregat yang lolos adalah
33,106%. Pada saringan No. 50 agregat yang lolos adalah 20,478%, sedangkan
pada saringan No. 100 agregat yang lolos sebesar 4,551%. Pada saringan No. 200
agregat yang lolos sebesar 0,455%.
71
2.5.2.3 Peralatan
Percobaan berat jenis dan penyerapat agregat halus menggunakan
beberapa peralatan untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun
alat-alatnya adalah sebagai berikut:
1. Timbangan 6. Sendok pengaduk
2. Labu ukur 500 ml 7. Oven
3. Kerucut kuningan (cone) 8. Saringan No. 4
4. Penumbuk (tamper) 9. Hot plate
5. Talam
72
Gambar 2.15 Peralatan Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
73
Tabel 2.22 Data Percobaan Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus
74
2.5.2.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan berat jenis dan
penyerapan agregat halus yang disertai contoh pengolahan data yang telah
diperoleh.
A
Bulk Spesific Gravity =
B 100 C
98,000
=
670,000 100,000 729,000
= 2,390
100
Bulk Spesific Gravity (SSD) =
B 100 C
100,000
=
670,000 100,000 729,000
= 2,439
A
Apparent Spesific Gravity =
B AC
98,000
=
670,000 98,000 729,000
= 2,513
100 A
Absorbtion/ Penyerapan = 100%
A
100,000 98,000
= 100%
98,000
= 2,041%
75
Dimana:
A : berat contoh kering permukaan (SSD)
B : berat contoh dalam air
C : berat contoh kering (setelah dioven)
76
Nomor Sampel
Parameter Rata-rata
I II
Berat contoh jenuh kering permukaan (g) 100,000 100,000 100,000
A Berat contoh kering (g) 98,000 95,000 96,500
B Berat labu + air (g) 670,000 670,000 670,000
C Berat labu + sampel SSD + air (g) 729,000 729,000 729,000
D Bulk specific gravity 2,390 2,317 2,354
E Bulk specific gravity (SSD) 2,439 2,439 2,439
F Apparent specific gravity 2,513 2,639 2,576
G Absorption / Penyerapan (%) 2,041 5,263 3,652
77
2.5.2.7 Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum dan hasil perhitungan yang telah dilakukan
pada percobaan berat jenis dan penyerapan agregat halus, maka diperoleh nilai Bulk
Spesific Gravity sebesar 2,390, Bulk Spesific Gravity (SSD) sebesar 2,439,
Apparent Spesific Gravity sebesar 2,513 dan Absorbtion (penyerapan) sebesar
2,041%. Hasil dari perhitungan tersebut akan digunakan dalam penentuan variabel-
variabel pada mixed design.
78
2.5.3.3 Peralatan
Percobaan bobot isi agregat menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Timbangan
2. Batang pemadat
3. Container (Mold 6)
4. Meja getar
5. Mistar perata
6. Jangka sorong
79
80
81
2.5.3.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan bobot isi agregat kasar
dan agregat halus yang disertai salah contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
CA
Berat isi agregat halus lepas =
V
11337,000 7202,000
=
3207,567
= 1,289 g/cm3
CA
Berat isi agregat halus padat =
V
12121,000 7202,000
=
3207,567
= 1,534 g/cm3
82
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat container (g) 7202,000 7562,000 7122,000
Berat container + agregat (g) 11337,000 12080,000 11545,500
Berat agregat (g) 4135,000 4518,000 4423,500
Volume container (cm3) 3207,567 3209,268 3279,393
Berat isi agregat (g/cm3) 1,289 1,408 1,349
Berat isi rata-rata agregat (g/cm3) 1,349
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat container (g) 7202,000 7562,000 7122,000
Berat container + agregat (g) 12121,000 12569,000 12193,500
Berat agregat (g) 4919,000 5007,000 5071,500
Volume container (cm3) 3207,567 3209,268 3279,393
Berat isi agregat (g/cm3) 1,534 1,560 1,546
Berat isi rata-rata agregat (g/cm3) 1,547
83
2.5.3.7 Kesimpulan
Prosedur-prosedur percobaan bobot isi agregat lepas dan padat pada
dasarnya sama saja, tetapi memiliki perbedaan yang signifikan. Bobot isi agregat
lepas tidak melalui proses pemadatan tiga lapisan sebanyak 25 kali dan meja getar
selama 5 menit, sedangkat bobot isi agregat padat melalui tahap itu semua.
Data percobaan dan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh rata-
rata bobot isi agregat halus lepas 1,349 gr/cm3 dan rata-rata bobot isi agregat halus
padat adalah 1,547 gr/cm3. Mengacu pada hasil percobaan bobot isi agregat yang
melalui proses pemadatan jauh lebih besar bobot isinya dibandingkan dengan bobot
isi agregat lepas.
84
2.5.4.3 Peralatan
Percobaan kadar air agregat menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Tin box
2. Timbangan
3. Oven
4. Desikator
85
(1) (2)
(3) (4)
86
2.5.4.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan kadar air agregat halus
yang disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
Berat air (A) = W2 W3
= 47,210 46,730
= 0,480 g
Berat contoh kering (B) = W3 W1
= 46,730 14,600
= 32,130 g
A
Kadar air (w) = 100%
B
0,480
= 100%
932,130
= 1,494%
Keterangan :
W1 : Berat tin box
W2 : Berat tin box + contoh basah
W3 : Berat tin box + contoh kering
A : Berat air
B : Berat contoh kering
87
88
2.5.4.7 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa dari berbagai macam agregat mengandung kadar air yang berbeda-beda.
Kadar air pada percobaan 1 adalah 1,494%, percobaan 2 adalah 1,106%, dan
percobaan 3 adalah 1,700%. Rata-rata kadar air agregat dari ketiga percobaan
adalah 1,433%.
89
2.5.5.3 Peralatan
Percobaan kadar air agregat menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Saringan No. 4 3. Oven
2. Timbangan 4. Tin box
90
(3) (4)
Gambar 2.18 Peralatan Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
91
5. Mencuci benda uji lalu mengeringkan benda uji dalam oven selama 24 jam
pada suhu 100C 10C.
6. Mendinginkan benda uji dalam desikator lalu menimbang kembali berat kering
benda uji tersebut (B).
2.5.5.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan kadar lumpur dan
lempung agregat halus yang disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
AB
Kadar lumpur dan lempung = 100%
A
62,140 59,110
= 100%
62,140
= 5,126%
Dimana :
Tabel 2.30 Data Percobaan Kadar Lumpur dan Lempung Agregat Halus
Nomor Sampel
Parameter
I II III
Berat agregat kering (semula) + tin
box (g) 62,140 60,550 60,400
Berat agregat kering (akhir) + tin box (g) 59,110 59,250 55,960
Berat tin box (g) 9,320 10,130 10,580
Berat agregat kering (semula) (g) 52,820 50,420 49,820
Berat agregat kering (akhir) (g) 49,790 49,120 45,380
Kadar lumpur dan lempung (%) 5,126 2,194 7,934
Kadar lumpur dan lempung rata-rata (%) 5,085
93
2.5.5.7 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
dalam agregat kasar memiliki kandungan kadar lumpur dan lempung pada agregat
halus juga hasilnya berbeda-beda dengan rata-rata sebesar 5,085%. Disimpulkan
bahwa kadar lumpur dan lempung pada agregat halus yang diuji melebihi syarat
maksimum. Hal tersebut dikarenakan kadar lumpur dan lempung pada agregat
masih cukup tinggi sehingga memerlukan pencucian kembali untuk mengurangi
kadar lumpur lempung tersebut.
94
2.5.6.3 Peralatan
Percobaan kadar bahan organik agregat halus menggunakan beberapa
peralatan untuk menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya
adalah sebagai berikut:
1. Botol organik
2. Larutan NaOH 3%
3. Standar warna
4. Gelas ukur
95
(1) (2)
(3) (4)
96
Gambar 2.20 Data Percobaan Kadar Bahan Organik pada Agregat Halus
2.5.6.6 Perhitungan
Percobaan menentukan kadar bahan organik pada agregat halus tidak
memiliki perhitungan, karena percobaan ini hanya mengamati warna yang
diperoleh dengan membandingkannya dengan standar warna.
2.5.6.7 Kesimpulan
Percobaan menentukan kadar bahan organik pada agregat halus, diperoleh
hasil bahwa benda uji berada pada standar warna No. 2. Hal itu menunjukkan bahwa
agregat halus yang diuji layak digunakan tanpa harus melalui proses pencucian
terlebih dahulu.
97
2.5.7.3 Peralatan
Percobaan bulking factor menggunakan beberapa peralatan untuk
menunjang terlaksananya proses percobaan ini, adapun alat-alatnya adalah sebagai
berikut:
1. Gelas ukur 1.000 ml
98
2.5.7.6 Perhitungan
Berikut ini adalah hasil perhitungan dari percobaan bulking factor yang
disertai contoh pengolahan data yang telah diperoleh.
AB
Bulking factor = 100%
A
300,000 280,000
= 100%
300,000
= 7,143%
Dimana :
99
Nomor Contoh
Parameter
I II III
Volume semula (ml) 300,000 300,000 300,000
Volume dalam keadaan jenuh air (ml) 280,000 250,000 280,000
Bulking factor (%) 7,143 20,000 7,143
Bulking factor rata-rata (%) 11,429
100
2.5.7.7 Kesimpulan
Berdasarkan data percobaan dan hasil perhitungan, didapat bahwa nilai
bulking factor dari setiap sampel uji berbeda yaitu 7,134% untuk nomor uji 1.
Persentase bulking factor untuk sampel uji nomor 2 sebesar 20,000% dan sampel
uji nomor 3 sebesar 7,134%. Rata-rata persentase bulking factor sebesar 11,429%.
Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan volume pada agregat halus. Hal
tersebut disebabkan agregat halus dalam keadan kadar air asli masil memiliki
rongga-rongga yang kosong, sehingga saat diberikan air dan diaduk hingga keadaan
jenuh air volume yang berongga telah terisi menjadikan volume menurun. Volume
yang berkurang tersebutlah yang mengisi volume agregat yang berongga.
101