Kapasitas Panas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PAPER

PENGANTAR FISIKA ZAT PADAT


KAPASITAS PANAS

Disusun oleh :

1. Melany Putri (140310130029)

2. Lisa Putri Kusuma (140310130039)

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2016
Kapasitas panas adalah besaran terukur yang menggambarkan
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat (benda)
sebesar jumlah tertentu ( misal 1C).

A. Getaran Termal Kristal dan Kuantitas Energinya


Pada Bab 2, telah dibahas bahwa kristal tersusun oleh basis atom-atom yang diam
pada posisinya di titik kisi. Sesungguhnya, diatas suhu mutlak 0 K, atom-atom dan kisi
tersebut tidaklah diam, tetapi bergetar pada posisi kesetimbangannya. Getaran atom-atom dan
kisi diatas suhu mutlak tersebut adalah sebagai akibat dari energi termal yang dimiliki atom-
atom terkait dengan gejala termal. Sifat termal kristal tersebut di dekati secara teori melalui
studi tentang kapasitas panas zat padat pada volume tetap (CV). Nilai CV sebagai fungsi dari
suhu dianalisis dan dijelaskan dengan berbagai eksperimen, teori dan model.

Kapasitas panas suatu zat padat dapat dirumuskan sebagai perubahan energi terhadap
suhu yang dapat dituliskan dengan persamaan :
E
CV = T

Analisis nilai Cv berdasarkan kuantitas dari energinya pertama kali dikemukan oleh
Dulong dan Petit tahun 1819. Dulong dan Petit meninjau getaran atom-atom dan kisi zat
padat sebagai osilator harmonik. Satu getaran atom dan kisi identik dengan sebuah osilator
harmonik. Osilator harmonik merupakan suatu konsep dalam mekanika klasik yang
menggambarkan sebuah massa m yang terkait pada sebuah pegas dengan tetapan pegas k.
Untuk osilator harmonik satu-dimensi, energinya dapat dirumuskan :

E = Ek + Ep

1 1
E= mv 2 + kx 2
2 2
1
Energi rata-rata untuk setiap energi pada kaidah klasik dirumuskan sebagai k B T sehinga
2
energi total rata-ratanya menjadi
1 1
E = 2 k B T + 2 k B T= k B T

dengan kB adalah tetapan Boltzmann dan T adalah suhu osilator. Selanjutnya, karena atom-
atom dalam kristal membentuk susunan tiga-dimensi, maka setiap kilomol kristal mamiliki
NA atom yang berosilasi dalam tiga-dimensi, sehingga energi dalamnya adalah sebagai
berikut

1 1 1 1 1 1
E = NA ( mvx2 + kx 2 + mvy2 + ky 2 + mvz2 + kz 2 )
2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1
E = NA ( k B T + k B T + k B T + k B T + k B T + k B T)
2 2 2 2 2 2
E = 3NA k B T = 3RT

R adalah konstanta gas yang berasal dariNA k B . Dengan demikian kapasitas panasnya adalah :

dE
CV = = 3R
dT
Hasil ini menunjukkan bahwa kapasitas panas zat padat tidak bergantung pada suhu dan
berharga 3R. Jika hasil ini dibandingkan dengan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa nilai
3R untuk kapasitas panas zat padat, hanya berlaku untuk suhu tinggi. Sedangkan untuk suhu
rendah, hasi percobaan menunjukkan adanya kebergantungan nilai kapasitas panas terhadap
suhu. Beberapa teori dan model kemudian muncul untuk menjelaskan kebergantungan nilai
Cv terhadap suhu padaa suhu rendah.

B. Kapasitas Panas Menurut Einstein


Einstein pada tahun 1907 mengemukakan teori tentang kapasitas panas dengan
menganggap getaran atom-atom dan kisi dalam kristal sebagai osilator-osilator bebas yang
bergetar tanpa saling mempengaruhi. Energi masing-masing osilator dirumuskan sebagai
h
energi diskrit En = n 2 E = nE . En adalah energi osilator, n adalah bilangan bulat 0, 1,
2, 3 dan seterusnya, h adalah tetapan planck dan E adalah frekuensi sudut dari setiap
osilator. Pada tingkat dasar n = 0, energi osilator E0 = 0. Tingkat berikutnya n = 1, 2 dan
seterusnya. Sesuai dengan persamaan energi diskrit diatas, perbedaan energi antar tingkat
adalah h. Einstein merumuskan bahwa sebaran energi osilator mengikuti rumusan distribusi
Boltzman. Sebaran energi osilator untuk harga energi yang diperkenankan dirumuskan
sebagai berikut :

En
f(En ) exp( )
kBT

Persamaan diatas menyatakan kebolehjadian keadaan dimana energinya dapat ditempati.


Pada keseimbangan termal, energi rata-rata osilator dengan menggunakan sebaran distribusi
Boltzman dinyatakan oleh :

nE

n=1 nE exp( )
= kBT
E
nE

n=1 exp( k T )
B

E
=
E
E
exp( )1
kBT

Selanjutnya, untuk satu mol osilator tiga-dimensi memiliki energi dalam :


3NA E
=
E = 3NA E
E
exp( )1
kBT

Dengan menggunakan persamaan untuk kapasitas panas Sehingga kapasitas panasnya :

dE
CV =
dT
Sehingga

3NA E
d( )
E
exp( )1
kBT
CV =
dT
E
E 2 exp( )
kBT
CV = 3R ( ) 2
kBT E
{exp( ) 1}
kBT

Dalam model Einstein, didefinisikan suhu karakteristik Einstein (E ) yang dirumuskan


E
sebagai E , sehingga persamaan CV dapat dituliskan kembali menjadi
kB


E 2 exp( TE )
CV = 3R ( ) 2
T
{exp( TE ) 1}

NilaiCV menurut persamaan ini dirumuskan sebagai fungsi dari suhu. Hal ini akan
menghasilkan kurva yang secara kualitatif mendekati kurva eksperimen dalam Gambar 4.1.
E E
Untuk suhu yang sangat tinggi, 1 atau 0, maka CV 3R. Hasil pada suhu tinggi
T T
sesuai dengan rumusan klasik Dulong-Petit dan sesuai pula dengan hasil percobaan.

Untuk T 0 maka CV 0. Hasil percobaan untuk suhu mendekati 0, menghasilkan nilai


kapasitas panas yang mendekati 0 pula.
E
Untuk T yang rendah, 1, maka
T

E 2 exp( TE ) E 2 E
CV 3R ( ) 2 3R ( ) exp( )
T T T
{exp( TE )}

Perhitungan nilai CV untuk suhu rendah ini tidak menghasilkan data yang sama dengan hasil
percobaan. Hal ini menunjukkan model perumusan CV menurut Einstein masih perlu
perbaikan konsep.
Gambar 3.1 Kapasitas panas berdasarkan model Einstein (garis putus-putus). Titik-titik bulat
merupakan data percobaan nilai kapasitas panas untuk intan (diamond) [A. Einstein, Ann.
Physik 22, 180 (1907)]

C. Kapasitas Panas Menurut Debye


Dalam model Einstein, atom-atom dianggap bergetar secara independen dari atom di
sekitarnya. Debye kemudian merumuskan bahwa gerakan atom sebenarnya tidaklah
independen melainkan saling berinteraksi satu atom dengan atom lainnya. Interaksi antar
atom tersebut diibaratkan sebagai gelombang mekanik yang menjalar dalam medium zat
padat sehingga dengan anggapan tersebut, atom-atom akan bergerak secara kolektif.
Frekuensi getaran atom dianggap bervariasi dari = 0 sampai dengan batas tertentu yaitu =
D. Batas frekuensi D disebut frekuensi potong Debye. Anggapan ini mengubah persamaan
dasar Cv menjadi mode osilasi yang kapasitas panas bergantung pada frekuensi yang tersebar
antara = 0 sampai = D.

Energi total getaran atom pada kisi menurut model Debye ini diberikan oleh ungkapan :
D

()g() d
E= E
0

()adalah energi rata-rata osilator yang merupakan fungsi dari frekuensi dalam selang
E
antara = 0 dan = D, g() adalah kerapatan moda getar (density of state) yang memenuhi
persamaan
D
0 g() d = 3NA

Jika kerapatan moda getar berupa gelombang yang merambat dalam dua arah, maka
rapat moda getar per satuan volume bahan untuk setiap selang frekuensi adalah
2
g() = 3
22 v

v merupakan kecepatan fasa dari gelombang yang dapat dijabarkan dengan kecepatan
logitudinal (vL) dan kecepatan transversal (vT), sehingga rapat moda getar per satuan volume
bahan untuk setiap selang frequensi adalah

32 1 2
g() = [ + ]
22 vL3 vT3

D D 32 1 2
Sehingga 0 g() d = 3NA = 0 [ + v3 ] d
22 v3L T

33D 1 2
3NA = 2
[ 3 + 3]
6 vL vT

2
Jika kedua ruas dikali dengan 3 3 , maka
D

2 33D 1 2 2
3NA 3 3 = [ + ]3
D 62 vL3 vT3 3D

2 32 1 2
9NA 3 = [ 3 + 3 ] = g()
D 2 vL vT
2

Jadi bentuk baru dari g() adalah

2
g() = 9NA 3 ,
D

sehingga g()d() dapat pula dituliskan

2
g()d() = 9NA d(),
3D

dengan mendefinisikan energi rata-rata osilator adalah


() =
E
[ekB T 1]

Energi total menjadi


D

()g() d
E= E
0
D
2
E = 9NA 3 d
D
0 [e B T
k 1]

Kapasitas panas dengan rumusan Debye ini dituliskan

dE
CV =
dT
D
2 4 ekB T
CV = 9NA 3 T 2 2 d
D k B
0 [ekB T 1]

D
Dengan memisalkan x k dan D yang disebut juga suhu Debye, maka
BT kB

D
T
2 5
2
kB T x 4 ex
CV = 9NA 3 T ( ) x dx
D k B [e 1]2
0

D
T
3
T x 4 ex
CV = 9R ( ) x dx
D [e 1]2
0

Pada suhu tinggi yaitu T D , ex 1 + x, sehingga


D D
T T
x e 4 x
2
1 D 3
x dx = x dx = ( )
[e 1]2 3 T
0 0

3 D
T x4 ex T 3 1 D 3
CV = 9R ( ) 0 T dx=9R ( ) 3( T ) = 3R
D [ex 1]2 D

Dengan penyederhanaan persamaan tersebut maka nilai kapasitas panas adalah CV = 3R


yang sesuai dengan model klasik Dulong-Petit maupun Einstein pada suhu tinggi.

Pada suhu rendah (T D ), D akan mendekati tak hingga (D ) sehingga CV


3
T . Hasil ini sangat cocok dengan hasil percobaan baik untuk Cu, Ag, Pb, C maupun material
lain yang diujicobakan.
D. Perambatan Gelombang dalam Kristal dan Konsep Fonon
Seperti telah dijelaskan pada Bagian C bahwa model dan teori yang dikemukakan
oleh Debye tentang kapasitas panas suatu zat padat menghasilkan nilai yang sesuai dengan
hasil percobaan. Model yang dikembangkan oleh Debye terutama menyangkut pada getaran
termal atom-atom dalam kristal merupakan getaran kolektif yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya. Sebaran energi yang digunakan untuk menganalisis getaran kolektif
tersebut dihitung dengan menggunakan distribusi Bose-Einstein. Konsep kapasitas panas
pada suatu zat padat atau kristal yang dikemukakan pada Bagian 4.1 sampai 4.3 ini lebih
menonjolkan pada konsep getaran atau energi yang bersumber dari kalor atau panas (suhu)
yang tersimpan dalam kristal. Konsep getaran kisi pada kristal dapat pula disebabkan oleh hal
lain seperti gelombang elektromagnetik ataupun gelombang suara. Namun demikian konsep
getaran kisi pada kristal baik yang disebabkan panas (getaran termal) ataupun sebab lain
adalah sama. Konsep-konsep getaran ini dapat menyebabkan terjadinya perambatan getaran
yang digambarkan sebagai perambatan gelombang dalam kristal. Getaran kisi dan
perambatannya dalam kristal memunculkan suatu istilah baru yaitu fonon.

Fonon adalah suatu paket energi yang menggambarkan pergerakan dari getaran
(perambatan gelombang) dari suatu kisi yang bergetar dengan frekuensi yang sama yang
ditinjau dari sudut pandang mekanika kuantum. Seperti telah diketahui, pada mekanika
klasik, perambatan getaran dengan frekuensi yang sama hanya dipandang sebagai peristiwa
perambatan gelombang biasa. Namun pada tinjauan mekanika kuantum, perambatan getaran
biasa dipandang memiliki dualisme sifat yaitu gelombang (wave-like) dan partikel (particle-
like). particle-like inilah yang merupakan inti darikonsep fonon. Bila dihubungkan dengan
model Debye, energi fonon ini terkuantisasi dalam bentuk En = nE

Dalam hal ini dapat dibayangkan bahwa rambatan gelombang mekanik atau
gelombang suara identik sengan adanya aliran arus fonon yang membawa energi dan
momentum dalam jumlah tertentu.

Jika membahas masalah perambatan fonon, akan sangat mudah membayangkan fonon
sebagai suatu gas pada suatu ruang tertentu. Pada setiap daerah dalam ruang selalu terdapat
fonon yang bergerak acak ke segala arah. Penggunaan model gas ini memungkinkan
munculnya lintasan bebas rata-rata fonon dan tumbukkan antar fonon.

Anda mungkin juga menyukai