Kapasitas Panas
Kapasitas Panas
Kapasitas Panas
Disusun oleh :
DEPARTEMEN FISIKA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
Kapasitas panas adalah besaran terukur yang menggambarkan
banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat (benda)
sebesar jumlah tertentu ( misal 1C).
Kapasitas panas suatu zat padat dapat dirumuskan sebagai perubahan energi terhadap
suhu yang dapat dituliskan dengan persamaan :
E
CV = T
Analisis nilai Cv berdasarkan kuantitas dari energinya pertama kali dikemukan oleh
Dulong dan Petit tahun 1819. Dulong dan Petit meninjau getaran atom-atom dan kisi zat
padat sebagai osilator harmonik. Satu getaran atom dan kisi identik dengan sebuah osilator
harmonik. Osilator harmonik merupakan suatu konsep dalam mekanika klasik yang
menggambarkan sebuah massa m yang terkait pada sebuah pegas dengan tetapan pegas k.
Untuk osilator harmonik satu-dimensi, energinya dapat dirumuskan :
E = Ek + Ep
1 1
E= mv 2 + kx 2
2 2
1
Energi rata-rata untuk setiap energi pada kaidah klasik dirumuskan sebagai k B T sehinga
2
energi total rata-ratanya menjadi
1 1
E = 2 k B T + 2 k B T= k B T
dengan kB adalah tetapan Boltzmann dan T adalah suhu osilator. Selanjutnya, karena atom-
atom dalam kristal membentuk susunan tiga-dimensi, maka setiap kilomol kristal mamiliki
NA atom yang berosilasi dalam tiga-dimensi, sehingga energi dalamnya adalah sebagai
berikut
1 1 1 1 1 1
E = NA ( mvx2 + kx 2 + mvy2 + ky 2 + mvz2 + kz 2 )
2 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1
E = NA ( k B T + k B T + k B T + k B T + k B T + k B T)
2 2 2 2 2 2
E = 3NA k B T = 3RT
R adalah konstanta gas yang berasal dariNA k B . Dengan demikian kapasitas panasnya adalah :
dE
CV = = 3R
dT
Hasil ini menunjukkan bahwa kapasitas panas zat padat tidak bergantung pada suhu dan
berharga 3R. Jika hasil ini dibandingkan dengan hasil percobaan, dapat diketahui bahwa nilai
3R untuk kapasitas panas zat padat, hanya berlaku untuk suhu tinggi. Sedangkan untuk suhu
rendah, hasi percobaan menunjukkan adanya kebergantungan nilai kapasitas panas terhadap
suhu. Beberapa teori dan model kemudian muncul untuk menjelaskan kebergantungan nilai
Cv terhadap suhu padaa suhu rendah.
En
f(En ) exp( )
kBT
nE
n=1 nE exp( )
= kBT
E
nE
n=1 exp( k T )
B
E
=
E
E
exp( )1
kBT
dE
CV =
dT
Sehingga
3NA E
d( )
E
exp( )1
kBT
CV =
dT
E
E 2 exp( )
kBT
CV = 3R ( ) 2
kBT E
{exp( ) 1}
kBT
E 2 exp( TE )
CV = 3R ( ) 2
T
{exp( TE ) 1}
NilaiCV menurut persamaan ini dirumuskan sebagai fungsi dari suhu. Hal ini akan
menghasilkan kurva yang secara kualitatif mendekati kurva eksperimen dalam Gambar 4.1.
E E
Untuk suhu yang sangat tinggi, 1 atau 0, maka CV 3R. Hasil pada suhu tinggi
T T
sesuai dengan rumusan klasik Dulong-Petit dan sesuai pula dengan hasil percobaan.
Perhitungan nilai CV untuk suhu rendah ini tidak menghasilkan data yang sama dengan hasil
percobaan. Hal ini menunjukkan model perumusan CV menurut Einstein masih perlu
perbaikan konsep.
Gambar 3.1 Kapasitas panas berdasarkan model Einstein (garis putus-putus). Titik-titik bulat
merupakan data percobaan nilai kapasitas panas untuk intan (diamond) [A. Einstein, Ann.
Physik 22, 180 (1907)]
Energi total getaran atom pada kisi menurut model Debye ini diberikan oleh ungkapan :
D
()g() d
E= E
0
()adalah energi rata-rata osilator yang merupakan fungsi dari frekuensi dalam selang
E
antara = 0 dan = D, g() adalah kerapatan moda getar (density of state) yang memenuhi
persamaan
D
0 g() d = 3NA
Jika kerapatan moda getar berupa gelombang yang merambat dalam dua arah, maka
rapat moda getar per satuan volume bahan untuk setiap selang frekuensi adalah
2
g() = 3
22 v
v merupakan kecepatan fasa dari gelombang yang dapat dijabarkan dengan kecepatan
logitudinal (vL) dan kecepatan transversal (vT), sehingga rapat moda getar per satuan volume
bahan untuk setiap selang frequensi adalah
32 1 2
g() = [ + ]
22 vL3 vT3
D D 32 1 2
Sehingga 0 g() d = 3NA = 0 [ + v3 ] d
22 v3L T
33D 1 2
3NA = 2
[ 3 + 3]
6 vL vT
2
Jika kedua ruas dikali dengan 3 3 , maka
D
2 33D 1 2 2
3NA 3 3 = [ + ]3
D 62 vL3 vT3 3D
2 32 1 2
9NA 3 = [ 3 + 3 ] = g()
D 2 vL vT
2
2
g() = 9NA 3 ,
D
2
g()d() = 9NA d(),
3D
() =
E
[ekB T 1]
()g() d
E= E
0
D
2
E = 9NA 3 d
D
0 [e B T
k 1]
dE
CV =
dT
D
2 4 ekB T
CV = 9NA 3 T 2 2 d
D k B
0 [ekB T 1]
D
Dengan memisalkan x k dan D yang disebut juga suhu Debye, maka
BT kB
D
T
2 5
2
kB T x 4 ex
CV = 9NA 3 T ( ) x dx
D k B [e 1]2
0
D
T
3
T x 4 ex
CV = 9R ( ) x dx
D [e 1]2
0
3 D
T x4 ex T 3 1 D 3
CV = 9R ( ) 0 T dx=9R ( ) 3( T ) = 3R
D [ex 1]2 D
Fonon adalah suatu paket energi yang menggambarkan pergerakan dari getaran
(perambatan gelombang) dari suatu kisi yang bergetar dengan frekuensi yang sama yang
ditinjau dari sudut pandang mekanika kuantum. Seperti telah diketahui, pada mekanika
klasik, perambatan getaran dengan frekuensi yang sama hanya dipandang sebagai peristiwa
perambatan gelombang biasa. Namun pada tinjauan mekanika kuantum, perambatan getaran
biasa dipandang memiliki dualisme sifat yaitu gelombang (wave-like) dan partikel (particle-
like). particle-like inilah yang merupakan inti darikonsep fonon. Bila dihubungkan dengan
model Debye, energi fonon ini terkuantisasi dalam bentuk En = nE
Dalam hal ini dapat dibayangkan bahwa rambatan gelombang mekanik atau
gelombang suara identik sengan adanya aliran arus fonon yang membawa energi dan
momentum dalam jumlah tertentu.
Jika membahas masalah perambatan fonon, akan sangat mudah membayangkan fonon
sebagai suatu gas pada suatu ruang tertentu. Pada setiap daerah dalam ruang selalu terdapat
fonon yang bergerak acak ke segala arah. Penggunaan model gas ini memungkinkan
munculnya lintasan bebas rata-rata fonon dan tumbukkan antar fonon.