3.1 Lho
3.1 Lho
3.1 Lho
Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
KI 3: mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
2. Keterampilan
KI 4 : mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan
A. Kompetensi Dasar
1. KD 3.1
Memahami teks laporan hasil observasi yang dipresentasikan dengan lisan dan tulis
2. KD 4.1
Menginterpretasi isi teks laporan hasil observasi berdasarkan interpretasi baik secara lisan
maupun tulis
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator KD 3.1
1.1 Menjelaskan pengertian laporan hasil observasi
1.2 Menentukan struktur teks laporan hasil observasi
1.3 Menentukan kaidah/ ciri bahasa teks laporan hasil observasi
2. Pertemuan Kedua
d. Pendahuluan/Kegiatan Awal ( 15 menit)
KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN
Pendahuluan 1. Peserta didik merespons salam dan pertanyaan dari guru sebagai wujud
mensyukuri anugerah Tuhan
2. Guru mengarahkan peserta didik, agar dalam pembelajaran struktur, kaidah
teks laporan hasil observasi dapat mengembangkan sikap kerja sama,
santun, jujur, dan bertanggung jawab.
3. Peserta didik menerima informasi kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
4. Peserta didik membentuk kelompok berdasarkan posisi tempat duduk ( dua
bangku/ 4 siswa) dengan jujur.
5. Peserta didik membaca puisi Burung-Burung Enggan Bernyanyi Lagi karya
Mh.Surya Permana dengan penuh penghayatan untuk membangkitkan minat
dan membangun pengetahuan siswa.
Burung Merpati
Burung merpati adalah salah satu hewan tersukses di dunia, karena burung jenis
ini ditemui di seluruh belahan dunia kecuali Antartika. Di daerah Boja, burung merpati
hidup berdampingan dengan manusia sebagai hewan peliharaan.
Burung merpati termasuk burung berukuran sedang. Ukuran panjang burung ini
antara 20 cm hingga 30 cm dan berat antara 700 gram hingga 900 gram. Bahkan di
Desa Puguh pernah di jumpai burung merpati dengan berat hingga hampir mencapai 1
kg.
Burung merpati memiliki beragam jenis warna, antara lain coklat, putih, hitam,
atau perpaduan dari beberapa warna tersebut. Merpati memiliki semacam sensor dalam
hidungnya yang di gunakan untuk mengenali bau rumahnya, inilah penyebab burung
merpati dapat pulang kerumahnya setelah terbang jauh. Makanan burung ini adalah
biji-bijian seprti, jagung, beras, kacang hijau, dan lain sebagainya. Bahkan di daerah
Boja burung merpati biasa memakan gabah yang sedang di jemur oleh petani.
Di Boja burung merpati tinggal di dalam sarang berbetuk balok dengan lubang
persegi sebagai pintunya. Sarang burung merpati sering di sebut pagupon. Pagupon
biasanya ditempel di dinding rumah pemilik burung merpati. Burung ini adalah burung
yang mudah dipelihara, tak heran di Boja sangat mudah di temui burung merpati.
Burung merpati juga dapat digunakan dalam perlombaan, misalnya balapan atau
kontes kecantikan burung merpati. Namun yang sering dijumpai di Boja adalah
belapan. Balapan biasanya dilakukan pada lintasan yang lurus atau diterbangkan dari
jarak jauh. Dalam hal ini yang digunakan untuk balapan adalah merpati jantan,
sedangkan merpati betina hanya untuk pancingan saja. Burung merpati dapat mengenali
pasanganya masing-masing, karena burung merpati termasuk burung yang setia
terhadap satu pasanganya.
Populasi burung merpati di Indonesia sangatlah besar, namun kebanyakan burung
merpati di Indonesia adalah peliharaan. Keberadaan burung merpati liar sangatlah
sedikit, mungkin hal ini karena berkurangnya habitat merpati karena pesatnya
pembangunan. Burung merpati patut di lestarikan, agar anak cucu kita dapat melihat
burung merpati secara langsung, bukan hanya cerita dari orang tuanya.
7. Mengapa burung merpati dijadikan kata-kata mutiara: Merpati tak pernah ingkar janji
Pedoman penilaian/ Penyekoran
Burung adalah mahluk mekanis dengan segala keindahannya, yang memiliki peranan penting dalam
ekosistem, mereka membantu penyebaran dan menyuburkan tanaman, sehingga bumi menjadi hijau.
Secara ilmiah burung digolongkan dalam hewan kelas aves yang terdapat sekitar belasan ribu spesies di
seluruh dunia. Di Indonesia terdapat sedikitnya 1.500 jenis burung. Dari jumlah tersebut tidak sedikit yang
terdaftar dalam kategori terancam punah (Critically endangered), salah satunya burung Jalak bali.
Kepunahan tersebut disebabkan oleh berbagai hal seperti populasi burung yang sedikit, tingkat perburuan
liar yang semakin tinggi.Jalak Bali yang bernama latin Leucopsar rothschildi adalah sejenis burung
pengicau berukuran sedang, dengan panjang lebih kurang 25cm, dari suku sturnidae. Jalak bali turut
dikenali sebagai Curik Ketimbang Jalak. Jalak Bali memiliki ciri-ciri khusus, di antaranya memiliki bulu yang
putih di seluruh tubuhnya kecuali pada ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Bagian pipi yang
tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna keabu-abuan. Burung jantan dan betina
serupa. Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut
pakar hewan berkebangsaan inggris sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia
pengetahuan pada tahun 1912.Saat ini populasi jalak bali lebih banyak yang hidup di penangkaran (sekira
1.000 ekor) daripada di alam liar. Hal ini tentu saja merupakan salah satu usaha mencegah kepunahan.
Salah satu pusat penangkaran jalak bali didirikan sejak 1995, berada di kawasan Buleleng,bali Keberadaan
hewan endemik yang dilindungi undang-undang ini juga termasuk jenis satwa dalam penangkaran di
sejumlah kebun binatang di seluruh dunia.Perlindungan hukum untuk menyelamatkan burung maskot Bali
ini ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26
Agustus 1970. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa, jalak bali ditetapkan sebagai satwa langka yang nyaris punah dan tidak boleh
diperdagangkan kecuali hasil penangkaran dari generasi ketiga (indukan bukan dari alam). Selain itu, kasus
jalak bali juga tertuang dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999 dan ada dalam kententuan Undang-Undang
No. 5 Tahun 1990. Ketentuan ini berisi perihal denda dan hukuman bagi mereka yang dengan sengaja
menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan
satwa yang dilindungi ini.
Pedoman penilaian praktik
Skor Nilai
No. Aspek Deskripsi
1 2 3 4 5
1. Kelancaran Apakah siswa lancar dalam berbicara
SEMUT
Semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa Hymenoptera. Semut
memiliki lebih dari 12.000 jenis (spesies), sebagian besar hidup di kawasan tropika. Sebagian
besar semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarang-sarangnya yang
teratur beranggotakan ribuan semut per koloni. Anggota koloni terbagi menjadi semut
pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut
penjaga. Satu koloni dapat menguasai daerah yang luas untuk mendukung kehidupan mereka.
Koloni semut kadangkala disebut "superorganisme" karena koloni-koloni mereka yang
membentuk sebuah kesatuan.
Meskipun ukuran tubuhnya yang relatif kecil, semut termasuk hewan terkuat di dunia. Semut
jantan mampu menopang beban dengan berat lima puluh kali dari berat badannya sendiri,
dapat dibandingkan dengan gajah yang hanya mampu menopang beban dengan berat dua kali
dari berat badannya sendiri. Semut hanya tersaingi oleh kumbang badak yang mampu
menopang beban dengan berat 850 kali berat badannya sendiri.
Asam format disebut juga "asam semut" karena semut menghasilkan asam ini sebagai alat
pertahanan diri.
Beberapa jenis semut sangat dikenal oleh manusia karena hidup bersama-sama dengan
manusia, seperti semut hitam, semut besar, semut merah, semut api, dan semut rangrang.
Rayap terkadang disebut semut putih namun sama sekali berbeda kelompok dari semut
walaupun mereka memiliki struktur sosial yang sama.
Evolusi
Pada tahun 1966, E. O. Wilson, dkk. menemukan fosil semut dalam getah pohon
(Sphecomyrma freyi) dari periode Kapur. Fosil ini terjebak di sebuah getah pohon di New
Jersey dan telah berumur lebih dari 80 juta tahun. Fosil ini memberikan bukti terjelas tentang
hubungan semut modern dan tawon non-sosial. Semut periode Kapur berbagi karakteristik
semut modern dan tawon.
Selama periode Kapur, hanya sebagian kecil spesies yang berhasil menguasai daerah benua
besar Laurasia (bagian utara). Mereka pun sangat langka dengan perbandingan jumlah sekitar
1% dari jenis serangga lainnya. Semut menjadi dominan setelah radiasi adaptif pada awal
Periode Tertiari. Jumlah spesies yang tersisa pada periode Kapur dan periode Ecocene, hanya
1 dari 10 genera yang punah sampai saat ini. 56% dari genera semut yang terdapat di fosil
getah kayu di daerah Baltik (sejak Oligocene awal), dan sekitar 96% dari genera semut yang
terdapat di fosil getah kayu di Dominika (sejak awal Miocene) masih bertahan hingga
sekarang.
Morfologi
Gambar dekat memperlihatkan rahang bawah dan mata semut yang kecil.
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut).
Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena,
kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut
membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah
perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang
dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga
abdominal segmen ini bisa terwujud).
Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang
memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan
kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi
mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi
udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah
tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang
bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung.
sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang
tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap
bagian dalam tubuhnya.
Anatomi semut.
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga lainnya, memiliki
mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk
mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga oselus di bagian puncak
kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi. Kebanyakan semut umumnya
memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Namun, beberapa
spesies semut, semisal semut bulldog Australia, memiliki penglihatan yang baik. Pada
kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut mendeteksi rangsangan
kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi
feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat
peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Pada bagian depan kepala
semut juga terdapat sepasang rahang atau mandibula yang digunakan untuk membawa
makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan. Pada beberapa
spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil untuk menyimpan
makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut lain atau larvanya.
Di bagian dada semut terdapat tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam
cakar kecil yang membantunya memanjat dan berpijak pada permukaan. Sebagian besar
semut jantan dan betina calon ratu memiliki sayap. Namun, setelah kawin betina akan
menanggalkan sayapnya dan menjadi ratu semut yang tidak bersayap. Semut pekerja dan
prajurit tidak memiliki sayap.
Di bagian metasoma (perut) semut terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk
organ reproduksi. Beberapa spesies semut juga memiliki sengat yang terhubung dengan
semacam kelenjar beracun untuk melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya. Spesies
semut seperti Formica yessensis memiliki kelenjar penghasil asam semut yang bisa
disemprotkan ke arah musuh untuk pertahanan.
Perkembangan
Ratu semut pemakan daging yang telah dibuahi mulai menggali koloni baru
Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah dibuahi, semut yang
ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan (haploid). Semut are holometabolism, yaitu
tumbuh melalui metamorfosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa (dengan pupa
yang exarate) sebelum mereka menjadi dewasa. Tahap larva adalah tahap yang sangat rentan
lebih jelasnya larva semut tidak memiliki kaki sama sekali dan tidak dapat menjaga diri
sendiri.
Perbedaan antara ratu dan pekerja (dimana sama-sama betina), dan antara kasta pekerja jika
ada, ditentukan pada saat pemberian makan saat masih menjadi larva. Makanan diberikan
kepada larva dengan proses yang disebut trophallaxis dimana seekor semut regurgitates
makanan yang sebelumnya disimpan dalam crop for communal storage. Ini juga cara yang
digunakan semut dewasa memdistribusikan makanan pada semut dewasa lainnya. Larva and
pupa harus disimpan pada suhu yang cukup konstan untuk memastikan mereka tumbuh
dengan baik, sehingga sering dipindahkan ke berbagai brood chambers dalam koloni.
Seekor semut pekerja yang baru memasuki masa dewasa menghabiskan beberapa hari
pertama mereka untuk merawat ratu dan semut muda. Setelah itu meningkat menjadi
menggali dan pekerjaan sarang lainnya, dan kemudian mencari makan dan mempertahankan
sarang. Perubahan tugas ini bisa terjadi dengan mendadak dan disebut dengan kasta
sementara. Suatu teory mengapa seperti itu karena mencari makan memiliki risiko kematian
yang tinggi, sehingga semut hanya berpartisipasi jika mereka sudah cukup tua dan
bagaimanapun juga lebih dekat pada kematian.
Pada beberapa spesies semut terdapat kasta fisik pekerja bisa memiliki ukuran tubuh yang
berbeda-beda, disebut pekerja minor, median, dan major, . Biasanya semut yang lebih besar
memiliki kepala yang tidak proporsional besarnya, dan correspondingly rahang yang lebih
kuat. Semut seperti ini seringkali disebut semut "tentara" karena rahang mereka yang kuat
membuat mereka lebih efektif ketika digunakan untuk bertarung dengan makhluk lainnya,
namun mereka masih tetap seekor semut perkerja dan tugas mereka tidak banyak berbeda
dengan pekerja minor atau median. Pada beberapa spesies semut tidak memiliki pekerja
median, membuat pemisahan tegas dan perbedaan fisik yang jelas antara pekerja minor dan
major.