Makalah Jaringan Penguat Kel.4
Makalah Jaringan Penguat Kel.4
Makalah Jaringan Penguat Kel.4
PENDAHULUAN
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama. Jaringan pada
tumbuhan dan hewan berbeda. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Cabang ilmu
biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi. Sedangkan cabang ilmu biologi yang
mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi. Jaringan
pada tubuh tumbuhan dikelompokkan berdasarkan tempatnya dalam tumbuhan, tipe sel,
fungsi, asal-usul, dan tahap perkembangannya.
Berdasarkan jumlah tipe sel penyusunnya, jaringan dibedakan menjadi jaringan
sederhana dan jaringan rumit. Jaringan sederhana bersifat homogeni, hanya terdiri atas satu
tipe sel sedangkan jaringan rumit bersifat heterogen, terdiri atas dua atau lebih sel.
Parenkim, kolenkim,sklerenkim adalah jaringan sederhana, sedangkan xilem, floem, dan
epidermis adalah jaringan rumit.
Dalam tubuh tumbuhan, jaringan tersebar dalam pola khas bagi kelompok tumbuhan
yang bersangkutan. Pada dasarnya ada kemiripan dalam pola penyebaran jaringan pada
tumbuhan dikotil sebab jaringan pembuluh tertanam dalam jaringan dasar dan sistem
dermal merupakan penutup di sebelah luar. Pada awal perkembangan tumbuhan, semua
sel-sel melakukan pembelahan diri. Namun, dengan adanya pertumbuhan dan
perkembangan lebih lanjut, pembelahan sel menjadi terbatas dibagian khusus dari
tumbuhan. Jaringan ini tetap bersifat embrionik dan selalu membelah diri. Jaringan
embrionik ini disebut meristem. Pada dasarnya pembelahan sel dapat pula berlangsung
pada jaringan selain meristem, seperti pada jaringan korteks batang, tetapi jumlah
pembelahan ini sangat terbatas. Sel-sel meristem akan tumbuh dan mengalami spesialisasi
secara morfo-fisiologi (mengalami deferensiasi) membentuk berbagai macam jaringan dan
tidak mempunyai kemampuan untuk membelah diri. Jaringan ini disebut jaringan dewasa.
Jaringan dewasa penyusun organ tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari jaringan pelindung
(epidermis), jaringan dasar (parenkim), jaringan penguat (penyokong), jaringan
pengangkut (vaskuler) dan jaringan sekretoris. Maka dari itu dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai jaringan penguat berdasarkan bentuk dan sifatnya.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jaringan penguat pada tumbuhan merupakan jaringan yang memberi kekuatan bagi
tumbuhan. Jaringan tersebut berfungsi untuk memberi kekuatan dan melindungi secara
mekanik jaringan-jaringan di sekitarnya. Jaringan penguat tumbuhan dibagi atas dua
berdasarkan sifat dan bentuknya yaitu jaringan kolenkim dan jaringan sklerenkim.
Secara ontogeni, perkembangan kolenkim mirip prokambium dan tampak tahap yang
sangat awal dari diferensiasi meristem atau dari sel isodiametris meristem dasar. Kolenkim
terdiri atas sel hidup yang berbentuk agak memanjang dan biasanya berdinding tebal. Kolenkim
berfungsi sebagai jaringan penyokong pada organ muda yang sedang tumbuh, pada tumbuhan
menerna (herbaceus), dan bahkan pada organ dewasa. Kolenkim bersifat plastis sehingga dapat
meregang secara irreversible (tidak kembali ke bentuk semula) dengan adanya pertumbuhan
organ. Kolenkim dewasa kurang plastis, lebih kuat, tetapi lebih mudah rusak daripada kolenkim
muda. Ada hubungan fisiologi dan morfologi antara kolenkim dan parenkim. Pada tempat
kedua jaringan tersebut berdampingan terdapat bentuk peralihan antara tipe kolenkim dan
parenkim (Sri Mulyani, 2006)
3
Gambar 2. Jaringan Kolenkim
Kolenkim seperti halnya parenkim dapat berisi kloroplas. Kolenkim yang mirip dengan
parenkim berisi banyak kloroplas, sedangkan kolenkim khusus yang terdiri atas sel yang sempit
memanjang, hanya sedikit atau tidak mengandung kloroplas sama sekali. Sel kolenkim dapat
juga berisi tannin (Sri Mulyani, 2006).
Pada irisan melintang kolenkim segar, dinding selnya tampak seperti nacre. Dinding
kolenkim tumbuhan yang terkena angin lebih tebal. Dinding sel terdiri atas selulosa, sejumlah
besar pectin dan hemiselulosa, tetapi tidak mengandung lignin. Senyawa pektinnya bersifat
hidrofil sehingga dinding kolenkim banyak mengandung air. Dinding kolenkim yang menebal
sekunder dapat menjadi tipis dan kemudian selnya menjadi meristematis lagi dan mulai
membelah. Hal ini terdapat pada jaringan kolenkim yang membentuk felogen. Noktah primer
sering kali terdapat dalam dinding kolenkim (Sri Mulyani, 2006).
Ukuran dan bentuk sel kolenkim beragam. Ada yang berbentuk prisma pendek, mirip
sel parenkim, atau panjang seperti serabut dengan ujung meruncing. Sel kolenkim yang
terpanjang di jumpai di daerah pusat untaian kolenkim, dan yang terpendek di daerah tepi. Hal
ini dapat diterangkan sebagai berikut: untaian kolenkim di bentuk oleh serangkaian sel yang
membelah memanjang mulai dari pusat untaian; setelah pembelahan, sel terus memanjang
sehingga sel pusat menjadi yang terpanjang karena yang pertama kali dibentuk dan meningkat
sampai panjang maksimum. Selama perkembangan untaian kolenkim ini juga terjadi
pembelahan mendatar (horizontal) (Sri Mulyani, 2006).
Menurut tipe penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi beberapa macam, sebagai
berikut:
4
Gambar 3. Macam-macam kolenkim Gambar 4. tipe-tipe kolenkim
Sumber: http://www.tutorvista.com Sumber: Esau, 1972
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada sudut-sudut sel. Pada penampang
melintangnya, penebalan ini tampak terjadi pada tempat bertemunya tiga sel atau lebih,
seperti yang terdapat pada tangkai Rumex, Vitis, Begonia, Coleus, Cucurbita, Morus, Beta
dan pada batang Solanum tuberosum dan Atropa belladonna.
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding tangensial sel. Kolenkim lamela
terdapat pada korteks batang Sambucus nigra, Rhamnus, dan tangkai Cochlearia
armoracia.
Penebalan dinding sel kolenkim ini terjadi pada dinding-dinding yang berbatasan dengan
ruang antarsel. Kolenkim lacuna terdapat pada tangkai beberapa spesies Compositae,
misalnya Salvia, Malva, Athaea dan Asclepias.
Istilah kolenkim cincin diberikan oleh Duchaigne (1955) untuk tipe kolenkim yang lumen
selnya pada penampang melintang tampak melingkar. Muller (1890) menyebutkan
knorpel-collenchyma. Pengamatan terhadap kolenkim cincin dewasa tampak adanya
penebalan dinding sel secara terus- menerus sehingga lumen sel akan kehilangan bentuk
sudutnya.
Dinding sel kolenkim terdiri atas lapisan yang berselang-seling, kaya selulosa dengan
sedikit pektin, dan lapisan lain dengan sedikit selulosa dan kaya pektin. Pada bahan segar, air
5
dalam seluruh dinding sel lebih kurang 67%. Roelofsen (1959) menyatakan bahwa dalam
petasites, dinding sel kolenkim berisi 45% pektin, 35% hemiselulosa dan 20% selulosa.
Dinding sel kolenkim Petasites ini terdiri atas 7-20 lamela yang bergantian/berseling antara
lamela yang mengandung banyak selulosa dan lamela yang mengandung sedikit selulosa.
Semakin mendekati lumen sel, selulosanya semakin banyak.
Menurut Czaja (1961), lamela melintang pada penebalan dinding kolenkim pada
kebanyakan tumbuhan dapat dideteksi dengan alat mikroskop cahaya terpolarisasi. Chafe
(1970) telah mengamati bahwa orientasi mikroserabut selulosa dalam lamela yang berurutan
bergantuan melintang dan membujur. Selama perkembangan penebalan dinding, terjadi
penambahan lapisan mikroserabut mengelilingi seluruh sel sehingga memperluas keliling sel.
2.1.2 Sklerenkim
Sklerenkim adalah sel dengan dinding sekunder tebal yang mengandung lignin atau
tidak. Tidak seperti kolenkim yang bersifat plastis, sklerenkim bersifat elastis. Sel sklerenkim
beragam dalam hal bentuk, struktur, asal usul, dan perkembangannya. Banyak bentuk peralihan
terdapat di antara sel sehingga sukar untuk mengelompokkan tipe sklerenkim. Sklerenkim
dibedakan menjadi dua, yaitu serabut dan sklereida (sel batu). Kedua jenis sel ini tidak dapat
dipisahkan secara jelas, tetapi biasanya serabut selnya sangat panjang dibandingkan dengan
lebarnya. Sementara, sklereida beragam bentuknya, ada yang isodiametrik, memanjang, dan
sering kali bercabang. Sel sklerenkim dewasa ada yang mempunyai protoplas, ada yang tidak.
Keragaman ini yang menyulitkan untuk membedakan antara sel sklerenkim dan parenkim yang
mengalami sklerifikasi.
6
Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut (serat-serat sklerenkim) dan sklereid (sel-sel
batu). Serabut bisa dibedakan dari sklereida berdasarkan asal-usul unsur tersebut. Sklereida
berkembang dari sel parenkim, kemudian dindingnya menebal sekunder, sedangkan serabut
berkembang dari sel meristem.
a. Serabut
Serabut terdapat pada bagian yang berbeda dari tubuh tumbuhan, yang mungkin
terdapat sebagai idioblas (pada daun Cycas), tetapi lebih sering berbentuk pita atau silinder
kosong yang tidak terputus. Serabut biasanya ditemukan dalam jaringan pembuluh, tetapi juga
berkembang baik pada jaringan dasar. Menurut tempatnya dalam tubuh tumbuhan, serabut
dikelompokkan menjadi dua tipe dasar, yaitu serabut xilem dan ekstraxilem.
Serabut xilem merupakan bagian terpadu dari xilem dan berkembang dari jaringan
meristem yang sama seperti pada unsur xilem lain. Serabut ini bentuknya sangat beragam.
Berdasarkan ketebalan dinding, tipe, maupun jumlah noktah, serabut xilem dibedakan menjadi
serabut berserat (libriform; liber: kulit dalam) dan trakeida. Serabut berserat mirip serabut
floem dan biasanya lebih panjang daripada trakeida. Serabut ini mempunyai ketebalan dinding
yang sangat ekstrem dan noktah biasa. Trakeida serabut merupakan bentuk peralihan antara
trakeida dan serabut berserat. Ketebalan dindingnya sedang, tidak setebal serabut berserat
tetapi lebih tebal daripada trakeida. Pada trakeida terdapat noktah berhalaman, tetapi ruang
noktahnya lebih kecil daripada trakeida. Pada trakieda serabut, dan sering kali juga pada
serabut berserat, saluran noktah memanjang dan celah noktah bagian dalam seperti terbelah
akibat dari penebalan dinding. Serabut trakeida mempunyai celah noktah yang panjangnya
melebihi diameter ruang noktah, dan celah noktah bagian dalam berasal dari pasangan noktah
yang tegak lurus satu sama lain.
Tipe serabut lain yang terdapat dalam xilem sekunder Dikotil adalah serabut bergelatin
dan serabut berlendir. Serabut merupakan lapisan paling dalam dinding sekunder, banyak berisi
alpha selulosa dan sedikit lignin. Lapisan ini disebut lapisan-G, menyerap banyak air dan dapat
membengkak sehingga mengisi seluruh lumen serabut. Dalam keadaan kering, lapisan ini
mengerut secara tak berbalik. Lapisan-G relatif berpori dan kurang padat dibandingkan lapisan
di luarnya. Serabut bergelatin khas untuk kayu keras.
Serabut ekstraxilem terdapat pada semua bagian tumbuhan, kecuali pada unsur xilem.
Serabut ekstraxilem yang terdapat pada korteks sangat dekat dengan hubungannya unsur floem.
Serabut ekstraxilem batang Monokotil sebagai silinder kosong yang tidak terputus dalam
7
jaringan dasar, terletak di sebelah dalam epidermis dengan jarak yang beragam dan
mengelilingi berkas pengangkut paling luar. Pada Monokotil, serabut membentuk selubung
mengelilingi berkas pengangkut. Sebagian serabut berkembang dari prokambium, dan ada
yang dari jaringan dasar.
Batang memanjat dan Dikotil tertentu, seperti Aristolochia dan Cucurbita, membentuk
serabut pada sisi lapisan korteks terdalam dan tepi silinder pusat. Tidak ada hubungan antara
perkembangan serabut ini dengan floem. Serabut tersebut dinamakan serabut perisiklus. Hasil
penelitian secara ontogeni terhadap batang beberapa tumbuhan (Nicotiana, Linum, Ricinus dan
Nerium) menunjukkan bahwa serabut perisiklus berkembang dari prokambium dan merupakan
serabut floem primer.
Pengelompokan menjadi serabut xilem dan ekstraxilem tidak selalu tepat karena ada
juga serabut bersekat (septata) yang terdapat dalam xilem dan floem, bahkan dalam spesies
yang sama, misalnya pada vitis. Serabut ini khas karena adanya sekat internal dan
protoplasmanya hidup. Sekat tidak melebur dengan dinding serabut, tetapi meluas pada tempat
persinggungan ini. Serabut ini ujungnya meruncing pada irisan membujur. Sekat terdiri atas
lamela tengah dan dua lapisan dinding primer yang terputus oleh sejumlah plasmodesmata.
Serabut sekat dapat berisi tepung dan minyak sehingga dianggap berfungsi sebagai penyimpan.
Selain itu, serabut sekat juga berisi resin dan sering kali Kristal Ca oksalat.
Secara ontogeni, serabut berkembang dari berbagai meristem, ada yang dari
prokambium, kambium, meristem dasar dan bahkan dari protoderm. Misalnya pada spesies
tertentu Gramineae dan Cyperaceae. Serabut juga dapat berkembang dari sel parenkim,
misalnya pada protofloem kebanyakan Dikotil. Serabut dibentuk oleh kambium yang
berkembang dari sel inisial yang menggelendong (fusiform) dan hanya sedikit memanjang
selama pemasakan. Pertumbuhan serabut dalam tubuh primer berbeda dengan yang terdapat
dalam tubuh sekunder. Sel inisial serabut primer sudah tampak sebelum organ tempatnya
memanjang dan juga mereka tumbuh memanjang secara simplastis bersama dengan sel
tetangga yang terus-menerus membelah. Pertumbuhan simplastis diikuti dengan pertumbuhan
intrusive sehingga biasanya serabut primer lebih panjang daripada serabut sekunder pada
tumbuhan yang sama.
Serabut berserat dewasa dan serabut trakeida biasanya dianggap sebagai struktur
penyokong yang mati. Serabut dewasa yang mempunyai protoplas hidup dan inti hanyalah
serabut floem dan serabut sekat. Menurut Bailey (1953), serabut berserat sering kali tetap hidup
8
dan kemudian membentuk penebalan dinding sekunder yang berlignin sehingga sel ini selain
berfungsi untuk penyokong juga penyimpan.
b. Sklereida
Sklereida terdapat di tempat yang berbeda dalam tubuh tumbuhan. Biasanya, sklereida
merupakan massa yang keras dan terdapat di dalam jaringan parenkim yang lunak. Organ
tertentu seperti tempurung kelapa dan kulit biji keras lainnya, seluruhnya tersusun atas
sklereida. Di dalam banyak tumbuhan, sklereida merupakan idioblas, yaitu sel yang mudah
dibedakan dari sel sekelilingnya karena ukuran, bentuk dan ketebalan dindingnya. Bentuk
sklereida idioblas sangat beragam. Sklereida dengan bentuk khusus terdapat dalam berbagai
tumbuhan, misalnya Gnetum, Camellia, Trochodendrom, Nymphaea, Cyathocalyx, Desmos,
Phaeanthus, Horsfieldia, salvadora, Monstera dan Olea. Pada mesofil daun, sklereida tersusun
baur (difus) atau terdapat di ujung tulang daun (terminal sklereida).
Di dalam tipe sklereida idioblas, terdapat suatu tipe sel yang mirip trakeida disebut
tracheoid idioblas, yang ditemukan dalam spesies Salicornia. Menurut Tschirch (1889),
sklereida dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu:
9
Gambar 4. Struktur sel-sel batu (sklereid)
Sumber: Anatomi Tumbuhan, 1991
Menurut Bloch (1946), ada satu tipe sklereida lagi yaitu trikosklereida. Trikosklereida
merupakan sklereida yang sangat panjang, agak seperti rambut dan secara teratur bercabang
satu. Sklereida ini disebut juga filiform, fibriform, columnar atau polymorphic yang terdapat
di dalam daun. Trikosklereida dapat dijumpai pada daun atau batang hidrofit, misalnya pada
teratai (Nymphaea alba).
Sel batu berkembang dari sel parenkim dengan penebalan dinding sekunder. Dinding
sekundernya sangat tebal dan di dalamnya tampak sejumlah lapisan memusat dan noktah
bercabang. Selama penebalan dinding, permukaan dalam dinding menebal dan noktah mulai
berkembang di bagian luar dinding sekunder. Alasan fisiologis sel parenkim mengalami
sklerifikasi tidak diketahui. Namun menurut Bloch (1944), berdasarkan kenyataan, sel batu
sering tampak di dekat jaringan yang terluka. Karena itu, perkembangan sel batu dianggap
sebagai respons (tanggapan) terhadap kerusakan fisiologis. Pada kulit kayu, banyak sel
parenkim yang berubah menjadi sklereida disebabkan sebagai jaringan yang menua (Sri
Wahyuni, 2006).
Kolenkim dewasa adalah suatu jaringan lentur yang kuat, terdiri atas sel panjang
yang tumpang tindih (panjangnya dapat mencapai 2 mm) dengan dinding tebal yang
tidak berlignin. Kekuatan meregang sel kolenkim sebanding dengan serabut. Pada
bagian tumbuhan yang tua, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah menjadi
sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Terpusatnya lignin
terjadi terutama pada lapisan dinding terluar. Biasanya disimpulkan bahwa kolenkim
10
adalah jaringan penunjang yang muda. Apabila kolenkim terdapat pada organ yang
berkanjang (persisten) untuk periode yang lama, kolenkim akan mengalami sklerifikasi
(Sri Mulyani, 2006).
Pada bagian tumbuhan yang kuat, kolenkim menjadi keras atau dapat berubah
menjadi sklerenkim dengan pembentukan dinding sekunder yang berlignin. Pada
tumbuhan dikotil misalnya, tangkai dan batang Medicago sativa, Eryngium maritimun,
Viscum album dan Salvia officinalis kolenkim berubah menjadi sklrenkim.
11
pada batang beberapa tumbuhan basah) jika bagian organ tempat kolenkim berada tidak
membentuk sklerenkim. Dalam bagian tanaman yang sedang berkembang dan terdedah
kepada tekanan mekanik (angin, pemberian bobot yang digantungkan pada ranting), maka
penebalan dinding terjadi lebih awal serta dinding terjadi lebih awal serta dinding menjadi
lebih tebal dibandingkan dengan bagian tanaman yang tidak terpengaruh tekanan seperti
itu. Kolenkim dewasa merupakan jaringan yang kuat dan lentur, terdiri dari sel panjang
yang saling timpa (dapat mencapai panjang sampai 2 mm) dengan dinding tebal tidak
berlignin. Pada tanaman tua, dinding sel kolenkim mengeras atau berlignin serta berubah
menjadi sel sklerenkim
Jaringan sklerenkim merupakan jaringan mekanik yang hanya terdapat pada organ
tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan perkembangan atau organ
tumbuhan yang telah tetap. Sklerenkim berfungsi untuk menghadapi segala tekanan
sehingga dapat melindungi jaringan-jaringan yang lebih lemah, melindungi tubuh
tumbuhan dari kerusakan mekanik, melindungi tumbuhan dari serangan hewan, dan
sebagai alat penyokong dan pelindung tumbuhan. Sklerenkim tidak mengandung protoplas,
sehingga sel-selnya telah mati. Dinding selnya tebal karena berlangsung penebalan
sekunder sebelumnya yang terdiri atas zat lignin.
Kolenkim terdapat di dalam batang, daun, bunga, buah dan akar. Kolenkim
berkembang terutama jika mendapat sinar. Kolenkim tidak terdapat dalam batang dan daun
Monokotil yang sklerenkimnya berkembang pada umur awal. Kolenkim biasanya di bentuk
tepat di bawah epidermis, tetapi dalam hal khusus terdapat satu atau dua lapisan parenkim
di antara epidermis dan kolenkim. Apabila kolenkim berada tepat di bawah epidermis,
sering kali dinding epidermis juga menebal dengan cara yang sama dengan dinding sel
kolenkim. Pada batang, kolenkim terdapat sebagai suatu silinder atau berbentuk pita
memanjang (membujur). Pada daun, kolenkim terdapat pada satu atau kedua sisi tulang
daun, dan sepanjang tepi daun (Sri Mulyani, 2006).
12
2.4.2 Letak Jaringan Sklerenkim
Jaringan sklerenkim terdiri atas sel-sel yang bersifat mati dan seluruh bagian dinding
selnya mengalami penebalan. Letaknya adalah di bagian korteks, perisikel, serta di antara
xilem dan floem. Jaringan sklerenkim pada bagian keras biji dan buah berupa sklereida.
Sklereid juga terdapat di berbagai bagian tubuh. Sel-selnya membentuk jaringan yang
keras, misalnya pada tempurung kelapa, kulit biji dan mesofil daun. Serabut berbentuk pita
dengan anyaman menurut pola yang khas. Serabut sklerenkim banyak menyusun jaringan
pengangkut. Sklerenkim ada dua jenis, yaitu berbentuk fiber (serat) misalnya rami, dan
slereida pada kulit kacang atau kulit biji. Fungsi jaringan sklerenkim adalah sebagai alat
penyokong dan pelindung.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah pengetahuan kita tentang
jaringan sklerenkim baik ciri-ciri, bentuk, letak dan fungsi dari jaringan sklerenkim dan
jaringan kolenkim. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan baik dari rujukan atau referensi maupun penulisan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada
kesempatan berikutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Anatomi dan Morfologi Tanaman. www.fp.unud.ac.id. diakses pada tanggal
25 September 2017
Nugroho, Hartanto dkk., 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Penebar Swadaya,
Jakarta
15